Anda di halaman 1dari 3

Nama: Yuliani

NIM : 13010112130069
TUGAS KRITIK SASTRA: ANALISIS SEMIOTIK PUISI
Kupu-Kupu
Oleh: Acep Zamzam Noer

Selembar daun kering
Jatuh sudah. Dan taman tersenyum
Bunga-bunga mengangguk di sekitarnya
Sebutir embun (mungkin air mata)
Dipunggung daun yang jatuh
Menjadi doa. Kupu-kupu terbang entah ke mana

Puisi Kupu-kupu karya Acep zamzam noer ini memiliki model dan matriks bahwa
puisi di atas menggambarkan gambaran fase kehidupan, di mana setiap insan mengalami
perubahan dan pendewasaan diri sehingga cepat atau lambat ia akan pergi meninggalkan
tempat yang membuatnya nyaman menuju tempat lain untuk menemukan jati diri.

Pembacaan Heuristik
Dalam pembacaan heuristik ini, sajak dibaca berdasarkan struktur kebahasaannya.
Untuk memperjelas arti bilamana perlu disimpan kata atau sinonim kata-katanya ditaruh
dalam tanda kurung.

Selembar daun kering (pada sebuah pohon)
Jatuh sudah. Dan taman tersenyum (sehingga)
Bunga-bunga mengangguk di sekitarnya (lalu)
Sebutir embun (mungkin air mata)
Dipunggung daun yang jatuh (pada selembar daun kering tadi)
Menjadi doa. Kupu-kupu terbang entah ke mana(metafora dari seseorang)

Puisi tersebut memiliki dua bait dengan tiga baris di setiap baitnya. Kalimat pertama
terdiri dari satu frasa, lima kata. Satu frasa tersebut adalah Selembar daun kering yang
berfungsi sebagai subjek. Dalam bait pertama ini, kalimat ini pun dapat menjadi keterangan
waktu terjadinya kejadian pertama dan kejadian inti dari seluruh puisi. Kalimat kedua pada
puisi ini yaitu Dan taman tersenyum menjadi kejadian kedua dalam puisi. Dalam kalimat
tesebut terdapat tiga kata yang salah satunya adalah konjungsi dari kalimat sebelumnya
meskipun hubungan yang ditimbulkan tidak terlalu terasa karena kata Dan adalah konjungsi
yang tidak menghubungkan antara satu hal dengan hal yang lainnya. Kalimat tersebut
digambarkan terjadi bersamaan dengan kejadian pertama.
Kalimat ketiga dalam puisi ini adalah Bunga-bunga mengangguk di sekitarnya
menjadi kejadian ketiga dalam puisi ini. Dalam kalimat tersebut terdapat empat kata. Kalimat
tersebut masih menggambarkan keadaan saat itu. Hanya pada kalimat ini lebih terasa sebagai
keterangan dari kejadian yang terjadi pada kalimat satu dan dua.
Ketiga kalimat yang berada di bait pertama membentuk suatu keterangan suasana
yang terjadi pada puisi ini. Ketiga kalimat ini mencoba menjadi prolog dari puisi agar puisi
ini dapat hidup. Meskipun, penghidupan puisi terjadi di kalimat kedua dan ketiga karena
adanya majas personifikasi pada objeknya masing-masing, tetapi dengan memunculkan suatu
keadaan yang terjadi pada kalimat pertama menghasilkan kesan elegan pada puisi ini.

Pembacaan Hermeneutik
Simbol-simbol dalam puisi Kupu-Kupu ialah:
Selembar daun kering yang menunjukan kematangan si kupu-kupu
Jatuh sudah menunjukan waktu yang seharusnya.
Taman tersenyum menunjukan tempat berlindungnya si kupu-kupu yang telah merestui
kematangan si kupu-kupu.
Bunga-bunga mengangguk di sekitarnya menunjukan bahwa lingkungan sekitarnya telah
mengetahui hal tersebut pasti akan terjadi.
Sebutir embun (mungkin air mata) menunjukan air mata menetes karena merestui kepergian
si kupu-kupu.
Di punggung daun yang jatuh menjadi doa menunjukan dari airmata kebahagiaan itu akan
menjadi sebuah doa bagi si kupu-kupu.
Kupu-kupu terbang entah kemana menunjukan kupu-kupu itu akhirnya pergi untuk meraih
cita-cita dan masa depannya.

Kata kupu-kupu dalam KBBI artinya serangga bersayap lebar, umumnya berwarna
cerah, berasal dari kepompong ulat, dapat terbang, biasanya hinggap di bunga untuk
menghisap madu. Dalam KBBI juga terdapat arti lain dari kupu-kupu yaitu pohon yang
kayunya kuat dan halus, biasanya dibuat hulu keris, dsb. Setelah menemukan kata-kata kunci,
maka kita akan dengan mudah menyusun hipotesis cerita dalam puisi ini. Puisi ini bercerita
tentang kehidupan seorang anak (manusia) yang diibaratkan sebagai kupu-kupu, mungkin
penyair berpendapat bahwa fase pertumbuhan manusia seperti seekor kupu-kupu.

Anda mungkin juga menyukai