Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS PUISI TAUFIK ISMAIL “KERENDAHAN HATI”

DENGAN PENDEKATAN SEMIOTIKA

Putri Suryani Sari / 12011223394

Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia


Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Putrisuryaniii0611@gmail.com

Abstrak
Puisi adalah salah satu karya sastra berupa karangan maupun pengalaman yang dicurahkan
kedalam tulisan menggunakan bahasa yang indah, bermakna , dan menarik . Puisi merupakan
salah satu bentuk fiksi yang didalamnya terkandung makna impisit atau makna tersirat. Bagi
seseorang pencinta puisi mengetahui makna tersirat didalam puisi adalah suatu hal yang
menarik dan patut dianalisis. Berdasarkan pemaparan sebelumnya maka penulis tertarik untuk
melakukan pengkajian yaitu menganalisis puisi karya Taufik Ismail yang berjudul
“Kerendahan Hati” dengan menggunakan pendekatan semiotika. Penelitian ini bertujuan untuk
(1) menganalisis puisi tersebut secara semiotik, (2) mendeskripsikan hasil analisis puisi
berjudul “Kerendahan Hati” (3) mendeskripsikan pokok-pokok masalah pada tema puisi
tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi yaitu
memaparkan isi dari puisi yang dianalisis. Puisi yang berjudul “Kerendahan Hati” akan dikaji
secara semiotik guna mengetahui makna dan tanda-tanda kebahasaanya sehingga makna
implisit yang terdapat dalam puisi tersebut dapat diketahui. Hasil menunjukkan bahwa makna
ataupun petanda dari puisi tersebut adalah kita sebagai manusia didalam kehidupan yang baik
harus menjadi orang yang rendah hati, baik, bermanfaat bagi orang lain dan selalu berusaha
menjadi diri sendiri dengan versi yang paling terbaik.

Kata Kunci : Semiotik, Puisi, Tanda, Taufik Ismail

PENDAHULUAN
Sastra merupakan hasil pemikiran, perwuudan perasan , manusia yang membangkitkan daya
imajinasi, kreatifitas dan produktifitas yang lebih. Ddalam karya sastra, fiksi dapat berupa
karangan ataupun pengalaman yang dicurahkan kedalam tulisan menggunakan bahasa yang
indah, bermakna dan menarik. Puisi sendiri merupakan salah satu bentuk fiksi yang
didalamnya terkandung makna implisit atau tersirat. Puisi dapat menjadi motivasi bagi para
pencinta nya untuk lebih mengetahui makna yang tersirat didalamnya melalui analisis.

Menurut Rokhmansyah (City, Sahlihah, dan Primandhika , 2018) mengungkapkan bahwa


sastra merupkan suatu ungkapan seseorang dari hasil pemikiran, perasaan, pengalaman, dan
ide berupa ketentuan penjelasan nyata.
Karya sastra merupakan suatu karya yang didalamnya terkandung suatu nilai kebakan yang
disampaikan kepada pembaca maupun pendengarnya secara langsung maupun tidak langsung.
Menurut Kosasih ( City, Sahlihah dan Primandhik, 2018) karya sastra berdasarkan bentuknya
dibagi kedalam tiga jenis yaitu puisi, drama , dan prosa.

Puisi merupakan untaian kata yang indah yang didalamnya terkandung makna dalam bentuk
karya sastra. Didalam puisi terdapat diksi , rima, dan majas yang membuat puisi menjadi indah.
Penggunaan bahasa dalam puis turut mendukung makna dalam puisi tersebut. Diksi yang
digunakan mengandung berbagai macam tafsiran dan pengertian. Puisi merupakan karya sastra
yang mengandalkan kata kata sebagai penyampaianya untuk menghasilkan daya imajinasi.
Puisi merupakan karya satra yang dapat dianalisis atau dikaji dengan banyak sudut pandang,
aspek , dan pendekatan. Aspek tersebut dapat berupa struktur dan unsur-unsur puisi, makna
puisi, jenis-jenis, ragam-ragam ataupun dari aspek kesejarahanya.

Secara semiotika puisi (sajak) merupkan sesuatu yang didalamnya terkandung tanda-tanda
yang tersusun secara teratur dan memiliki makna dari setiap kata dalam puisi tersebut.
Sehingga analisis pendekatan semiotika penting dalam mengkaji saja atau puisi. Pengkajian
puisi menurut (City, Shalihah, dan Primandhika, 2018) bahwa bahasa sebagai sebuah susunan
tanda. Dalam teori sausure juga disebutkan bahwa terdapat unsur-unsur yang selalu melekat
yaitu petanda dan penanda. Penanda adalah kata-kata yang sebenrnya sedangkan petanda
mengadung makna tersirat yang memerlukan pengkajian yang bersifat semiotik.

Semiotika merupakan cabang ilmu yang berkaitan dengan tanda mulai dari menyelidiki tanda,
proses dalam penggunaan tanda, system dalam tanda dan segala hal yang berkaitan dengan
tanda. Mengenai analisis secara semiotika pada puisi karya Tufik Ismail yang berjudul
“Kerendahan Hati” yang memiliki makna yang mendalam dan menarik untuk diapresiasi.
Kajian puisi “Kerendahan Hati” dianalisis melalui garis besar dalam analisis semiotik yaitu
memberi tanda dan yang ditandai. Dengan menganalisis secara semiotik peneliti juga dapat
mengetahui makna tersirat yang menjadi tanda dan penanda suatu karya Taufik Ismail.

METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskirpsi yang memaparkan isi
dari puisi yang dianalisis. Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau
menjelaskan secara teratur menurut sistem , berdasarkan kenyataan dan teliti mengenai
kenyataan.

Kajian yang digunakan untuk menganalisis puisi Taufik Ismail yang berjudul Kerendahan Hati
adalah analisis semiotik. Analisis semiotik berhubungan dengan tanda , yaitu pengertian suatu
tanda. Dalam tanda ada dua yang difokuskan yaitu penanda dan petanda.

Berdasarkan pemaparan sebelumnya, penulis tertarik untuk melakukan pengkajian yaitu


menganalisis puisi Karya Taufik Ismail yang berjudul Kerendahan Hati dengan pendekatan
Semiotika.
Penelitian ini dilaksanakan dengan Langkah-langkah pengumpulan data, memastikan
ketepatan analisis dalam sastra yang dianalisis secara semiotik . Adapun Langkah-langkah
tersebut diawali dengan (1) memilih dan membaca puisi (2) menganalisis puisi tersebut secara
semiotic (3) mendefenisikan pokok utama tema dari puisi tersebut. Puisi yang dipilih yaitu
puisi “Kerendahan Hati”.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Puisi merupakan salah satu genre sastra yang memanfaatkan tanda sebagai pengusung estetika
pembangunya. Pengarang menggunkan tanda untuk menentukan ekspresi dalam puisi. Dalam
pengkajian puisi menggunakan pendekatan semiotika adalah sebagai berikut.

Kerendahan Hati

Kalau engkau tak mampu jadi beringin


yang tegak dipuncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
yang tumbuh ditepi danau

Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,


Jadilah saja rumput tetap rumput yang
Memperkuat tunggul pinggiran jalan

Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya


Jadilah saja jalan kecil, tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air

Tidaklah semua menjadi kapten


Tentu harus ada awak kapalnya…
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan
Tinggi rendahnya nilai dirimu

Jadilah saja dirimu…


Sebaik- baiknya dari dirimu sendiri

(Karya Taufik Ismail)

Hasil penelitian analisis semiotik pada puisi “Kerendahan Hati” dapat dilihat bahwa puisi
tersebut menyatakan bahwa secara tekstual , beringin yang tegak dipuncak bukit diibartkan
menjadi suatu jabatan atau harta dan tahta yang tinggi. Sedangkan belukar yang baik adalah
orang sederhana namun berakhlak mulia.
Maka dari itu dapat kita pahami bahwa dalam puisi makna “Kalau engkau tak mampu jadi
beringin yang tegak dipuncak bukit, jadilah belukar yang baik yang tumbuh ditepi danau”
adalah kalau kita bukan orang yang bergelimang harta dan bertahta tinggi maka jadilah orang
sederhana yang berahklah mulia.

Dalam kalimat tersebut Kata kalau engkau tak mampu jadi beringin yang tegak di puncak bukit,
Jadilan belukar yang baik yang tumbuh ditepi danau merupakan suatu penanda sedangkan
makna kalau kita bukan orang yang kaya dan bertahta maka jadilah orang yang sederhana yang
memiliki akhlak mulia adalah petanda

Selanjutnya “Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar, Jadilah saja rumput tetapi rumput yang
Memperkuat tunggul pinggiran jalan” nah kalimat tersebut merupakan penanda sedangkan
petanda nya adalah kalau kita tidak bisa menjadi orang yang sederhana dan berakhlak mulia
maka jadilah orang yang baik.

Pada kalimat “Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya ,Jadilah saja jalan kecil, tetapi jalan
setapak yang Membawa orang ke mata air” merupakan suatu penanda, sedangkan petandanya
adalah kalau kita tidak mampu menjadi orang yang baik , berakhlak mulia maka jadilah orang
yang memiliki manfaat dan berguna bagi orang lain.

Yang terakhir yaitu “Tidaklah semua menjadi kapten Tentu harus ada awak kapalnya…
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan Tinggi rendahnya nilai dirimu Jadilah saja
dirimu… Sebaik- baiknya dari dirimu sendiri “ adalah penanda, dan Petandanya adalah tidak
lah semua orang harus menjadi pemimpin atau memiliki kekuasan dengan jabatan tinggi, tentu
harus ada anggota ataupun karyawan dan sebagainya dalam suatu pekerjaan, Tinggnya jabatan
dan pangkat bukan lah parameter atau pengukur kualitas diri seseorang, maka jadilah pribadi
yang baik dengan versi yang terbaik.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis semiotic puisi “Kerendahan Hati” dapat disimpulkan bahwa puisi
tersebut erat kaitanya dengan tema moral. Pada pembahasan puisi “Kerendahan Hati” karya
Taufik Ismail ini menunjjukkan bahwa kita sebagai manusia didalam kehidupan yang baik
harus menjadi orang yang rendah hati, baik, bermanfaat bagi orang lain dan selalu berusaha
menjadi diri sendiri dengan versi yang paling terbaik.

DAFTAR PUSTAKA
City, I, Shalihah, N, & Primandikha, R.B. (2018), Analisis Spardi Djoko Damono “ Cermin I”
Dengan Pendekatan Semiotika. Parole (Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia),1
(6),1015-1020.

Puji Nurul Amalia Putri, Tiana Puspita, Indra Permana (2019), Analisis Puisi Heri Isnaini “
Prangko” Dengan Pendekatan Semiotika. Parole (Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia)2614-6231.

Anda mungkin juga menyukai