Anda di halaman 1dari 14

P-ISSN 2598-0637 Pembelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Arab di

E-ISSN 2621-5632 Indonesia

KAJIAN STRUKTURAL CERPEN “AL ‘AASHIFAH”


KARYA KAHLIL GIBRAN

Amami Shofiya Al Qorin, Dewi Mashito, dan Nur Aini Sholihatun Jannah
Universitas Negeri Malang
amamishoff@gmail.com

ABSTRAK: Karya sastra merupakan karya fiksi yang berisi imajinasi seorang
pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan dan kejadian dalam
kehidupan manusia. Kahlil Gibran seorang sastrawan yang beraliran romantik
memiliki karya-karya fenomenal dan populer di berbagai belahan dunia, salah
satunya yaitu cerpen yang berjudul “Al ‘Aashifah”. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis cerpen dari aspek struktural. Hal ini akan diketahui melalui tema;
fakta cerita yang terdiri dari alur, tokoh, penokohan dan setting; sarana cerita
yang terdiri dari konflik, klimaks, sudut pandang dan gaya bahasa; dan hubungan
antarunsur dalam cerpen ini. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif-kualitatif dengan pendekatan struktural. Berdasarkan hasil analisis
data, maka dapat disimpulkan bahwa tema cerpen tersebut adalah pengasingan
diri dari dunia fana. Alur cerpen ini adalah alur maju. Tokoh utama dalam cerpen
ini adalah Yusuf Al Fakhri, laki-laki berusia 30 tahun. Adapun tokoh bawahan
dalam cerpen ini adalah tokoh “Aku”. Latar pada cerpen ini terdiri atas tiga
macam, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Cerpen ini diceritakan
dengan sudut pandang author participant. Masing-masing unsur intrinsik yang
terdapat dalam cerpen ini memiliki keterkaitan antara satu dengan lainnya
sehingga terbangun satu kesatuan makna yang utuh.
KATA KUNCI: Analisis Struktural, Cerpen Al ‘Aashifah, Kahlil Gibran

Sastra merupakan suatu seni yang menggunakan bahasa sebagai alatnya.


Sastra pada prinsipnya merupakan karya imajinatif sebagai cerminan realitas
kehidupan manusia dengan lingkungannya dan bentuk pengungkapan bahasa
yang bersifat artistik. Secara teoritis tanpa bahasa sastra tidak mungkin ada.
(Agustina:2017) Mendefiniskan sastra menurut Jakop Sumarjo dalam
Mahliatussikah (2018:3) yang membedakan karya sastra dan karya yang lain
disamping penggunaan bahasa yang khas, sastra juga memiliki siifat khayali da
nada nilai-nilai seni.

Sastra menggunakan bahasa yang memiliki nilai estetika atau keindahan


di dalamnya. Pada hakikatnya sastra memang merupakan suatu pegungkapan
kehidupan yang dituangkan dalam bentuk bahasa. Sastra pada prinsipnya adalah
sebuah karya imajinatif yang merupakan refelksi ataupun realitas dari kehidupan
penulis berdasarkan apa yang dirasakan dan dilihat dalam lingkungan sekitarnya.

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa III Tahun 2019


296
HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
Pembelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Arab di P-ISSN 2598-0637 P-ISSN 2598-0637
Indonesia E-ISSN 2621-5632 E-ISSN 2621-5632

Sebagai penikmat karya sastra, memahami dan mengkaji karya sastra


memang diperlukan. Salah satunya mengkaji karya sastra dari unsur intrinsiknya
atau disebut dengan analisis struktural. Teknik analisis ini lahir dari seorang
sosiolog Perancis yang bernama Lucien Goldmann. Menurut Mahliatussikah
(2018:81) Analisis struktural yang biasa digunakan dalam menganalisis karya
sastra adalah analisis struktural yang berfokus pada teks itu sendiri, berfokus
pada aspek formal karya sastra. Dari aspek formal itu kemudian diketahui
hubungan antarunsur karya sastra. Teori struktural dalam sebuah karya sastra
yaitu prosa terkait dengan aspek intrinsik novel. Unsur-unsur intrinsik novel
terdiri dari tema, fakta cerita, dan sarana cerita.

Salah satu karya Kahlil Gibran yang berjudul “Al ‘Aashifah” atau dikenal
dengan “The Storm atau Sang Badai” merupakan cerpen yang berupa gambaran
tentang kehidupan dalam berbagai hubungan antara manusia dengan
lingkungannya. Kehidupan yang digambarkan oleh pengarang melalui karya
sastranya merupakan sebuah realita yang dialami oleh pengarang, meskipun
tampak seperti sebuah rekaan pengarang.

Kahlil Gibran sendiri lahir pada tanggal 6 Januari 1883 di Beshari,


Lebanon. Beshari sendiri merupakan daerah yang kerap disinggahi badai, gempa
serta petir. Tak heran bila sejak kecil, mata Gibran sudah terbiasa menangkap
fenomena-fenomena alam tersebut. Selama awal masa remaja, visinya tentang
tanah kelahiran dan masa depannya mulai terbentuk. Tirani kerajaan Ottoman,
sifat munafik organisasi gereja, dan peran kaum wanita Asia Barat yang sekadar
sebagai pengabdi, mengilhami cara pandangnya yang kemudian dituangkan ke
dalam karya-karyanya yang berbahasa Arab.

Gibran meninggalkan tanah airnya lagi saat ia berusia 19 tahun, namun


ingatannya tak pernah bisa lepas dari Lebanon. Lebanon sudah menjadi
inspirasinya. Di Boston dia menulis tentang negerinya itu untuk
mengekspresikan dirinya. Ini yang kemudian justru memberinya kebebasan
untuk menggabungkan 2 pengalaman budayanya yang berbeda menjadi satu.
Kesendirian, kesepian dan perenungan, tiga kata yang digambarkan dalam
cerpen ini. Kisah lain dalam cerpen ini menyajikan tentang perenungan dan sifat-

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa III Tahun 2019


297
HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
P-ISSN 2598-0637 Pembelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Arab di
E-ISSN 2621-5632 Indonesia

sifat manusia. Ada yang menjauhkan diri dari hiruk-pikuk pergaulan masyarakat
dan lebih mendekatkan diri pada ilahi.

Penelitian tentang Analisis struktural cerpen “Al ‘Aashifah” karya Kahlil


Gibran bertujuan untuk menganalisis cerpen “Al ‘Aashifah” karya Kahlil Gibran
dari aspek struktural, mengetahui unsur pembentuk cerpen, memudahkan
pembaca dalam memahami dan menangkap makna cerpen, dan mengetahui cara
menganalisis cerpen berdasarkan teori struktural. Hal ini akan diketahui melalui
tema; fakta cerita yang terdiri dari alur, tokoh, penokohan dan setting; sarana
cerita yang terdiri dari konflik, klimaks, sudut pandang dan gaya bahasa; dan
hubungan antarunsur dalam cerpen ini. Diharapkan bagi peneliti lain kiranya
makalah ini dapat menjadi sarana untuk melakukan penelitian lanjutan yang
lebih mendalam serta mengembangkan pola pikir kritis terhadap karya sastra
terutama cerpen, serta menjadi sarana bertukar fikiran ketika mengalami
kesulitan dalam menganalisis karya sastra.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research).
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu mendeskripsikan unsur-
unsur intrinsik (unsur struktural) dalam cerpen yang berjudul “Al ‘Aashifah”
karya Kahlil Gibran, maka penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif
kualitatif. Penelitian kualitiatif menurut Ghony dan Almansyur (2013:25) adalah
penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai
dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara-cara kuantifikasi.

Menurut Gulo (2002:110) Data adalah variable-variabel yang digunakan


untuk menganalisis sehingga dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan
dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Data dalam penelitian ini adalah
cerpen yang berjudul “Al ‘Aashifah” karya Kahlil Gibran. Sumber data utama
dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata,dan tindakan,selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data dalam penelitian ini
adalah teks dari cerpen yang berjudul “Al ‘Aashifah” karya Kahlil Gibran.

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa III Tahun 2019


298
HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
Pembelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Arab di P-ISSN 2598-0637 P-ISSN 2598-0637
Indonesia E-ISSN 2621-5632 E-ISSN 2621-5632

Instrumen penelitian digunakan memperoleh suatu data. instrumen


dalam penelitian kualitatif adalah yang melakukan penelitian itu sendiri,yaitu
peneliti. Sebagaimana penjelasan Bogdan dan Biklen (dalam ainin, 2013:118)
penelitian yang digunakan dalam pendekatan kualitatif dilakukan dalam latar
alamiah (natural setting) dan instrumen utamanya manusia (human).

Peneliti mengumpulkan data menggunakan beberapa langkah, dengan


mengumpulkan data peneliti akan menghasilkan deskriptif cerita terperinci,
analisis dan interpretasi fenomena (Suharsaputra, 2012:2080). Adapun tahap-
tahap yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data adalah:1. Membaca
seluruh teks dalam cerpen yang berjudul “Al ‘Aashifah” karya Kahlil Gibran
dengan cermat dan teliti. 2. Mengklasifikasikan data sesuai dengan rumusan
masalah dan tujuan penelitian.

Analisis data merupakan salah satu rangkaian kegiatan penelitian yang


penting dan menetukan (Ainin, 2013:131). Pekerjaan analisis data dalam hal ini
adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokan, memberi kode dan
mengkategorikan dengan tujuan, menemukan tema dan hipotesis kerja
(Moleong, 2001:103).

Tahapan-tahapan yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini terdapat


tiga macam, yaitu:1) tahapan perencanaan,pada tahap ini perencanaan yang
dilakukan meliputi: a) pemilihan judul b) merumuskan masalah penelitian c)
landasan teori ;2) tahapan pelaksanaan dengan langkah-langkah sebagai berikut
yaitu: a) penetapan data b) menganalisis data c) klasifikasi data ;3) tahapan
penyelesaian yang dilakukan meliputi: a) penulisan kesimpulan b) penulisan
daftar rujukan c) penulisan abstrak.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sinopsis Cerpen “Al ‘Aashifah” karya Kahlil Gibran
Yusuf Al-Fakhri, berusia tiga puluh tahun ketika ia menarik diri dari
masyarakat dan tinggal dalam pertapaan di tempat yang tersembunyi di dekat
lembah Kadeesha, di Lebanon Utara. Orang-orang kampung menganggap bahwa
Yusuf itu berasal dari keluarga yang terpandang yang dikhianati oleh wanita

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa III Tahun 2019


299
HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
P-ISSN 2598-0637 Pembelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Arab di
E-ISSN 2621-5632 Indonesia

yang ia cintai, hal itu yang membuat ia mengasingkan diri. Sementara yang
lainnya mengatakan bahwa dia adalah seorang penyair yang meninggalkan
kebingaran kota untuk menyendiri dan merangkai inspirasi. Ada juga yang
mengatakan bahwa dia seorang sufi, dan terakhir menyebutnya bahwa Yusuf itu
gila. Sedangkan aku, tak bisa membuat kesimpulan apa pun tentang Yusuf.
Menurutku dibalik pengasingannya pasti ada rahasia yang mendalam di lubuk
hatinya yang tak bisa diungkapkan dengan spekulasi belaka. Aku berharap dapat
menemui Yusuf dan bisa menyelidiki siapa dia sebenarnya dan bisa menggali
informasi tentang dirinya dan tujuan hidupnya. Aku akan berusaha dengan
berbagai cara agar bisa menjadi sahabatnya.

Aku bertemu dengan Yusuf saat ia berada di hutan Cedar Suci, Lebanon.
Aku beruluk salam dengannya, namun ia hanya membalas dengan anggukan
kepala dan pergi begitu saja. Pada kesempatan lain aku kembali melihatnya, dan
melakukan hal yang sama, namun ia tetap berlalu begitu saja. Demikanlah
selama dua tahun aku melakukan itu dan sia-sia belaka.

Pada suatu hari, di musim gugur, ketika aku sedang berjalan di perbukitan
yang berbatasan dengan tempat pertapaan Yusuf, tiba-tiba aku terperangkap
angin keras dan hujan lebat. Badai melemparkanku kesana-kemari. Lalu dengan
susah payah aku berjalan ke tempat Yusuf, sambil berkata pada diriku sendiri; “
Inilah kesempatan yang sudah lama aku tunggu-tunggu. Badai ini akan menjadi
alasanku untuk masuk ke gubuk Yusuf, sementara bajuku yang basah ini akan
menjadi alasan agar aku bisa bermalam di sana.”

Ketika aku mengetuk pintu rumahnya, ia sedang memegang seekor


burung yang sekarat, kepala burung itu terluka, sayap-sayapnya patah. Ia
menyentuh burung itu dengan lembut, hati-hati sekali, dan penuh perhatian.
Keherananku semakin bertambah menyaksikan dua watak berlawanan yang ada
pada diri Yusuf—kasih sayang dan kekejaman.

Lalu aku mendekatinya dan bercakap-cakap dengannya. Aku ingin


mengetahui kisah pengasingan dirinya. Kemudian aku pun memancingnya agar
bercerita lebih banyak. Keramahan Yusif semakin melambungkan harapan ku.

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa III Tahun 2019


300
HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
Pembelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Arab di P-ISSN 2598-0637 P-ISSN 2598-0637
Indonesia E-ISSN 2621-5632 E-ISSN 2621-5632

Ternyata, Yusuf melakukan pengasingan karena ia ingin menghindari


kehidupan dunia yang penuh fana. Menghindari wajah-wajah manusia yang
menjual dirinya, wanita-wanita yang berjalan angkuh dengan seribu senyuman
palsu, menghindari orang-orang yang hanya mementingkan diri sendiri,
menghindari para pemburu pangkat dan para pejabat yang hanya mengumbar
janji, menghindari kemunafikan bangsa ini.

Lalu Yusuf melangkah menuju pintu dengan membawa tongkat panjang,


dan berkata “Jika badai itu kembali mengejutkanmu, jangan ragu-ragu untuk
berlindung di tempat ini. Aku harap kamu mau belajar mencintai bukan takut
pada badai itu.. selamat malam.”

Yusuf membuka pintu dan berjalan menuju kegelapan. Dan aku pun tak
melihatnya lagi. Aku merenung semalaman tentang rahasia-rahasia yang baru
saja aku dapatkan.

Aku pun tak pernah melihat Yusuf lagi. Kehidupan telah menarik diriku
dari Lebanon Utara, dan aku harus tinggal dalam pengasingan di sebuah negeri
yang nan jauh, yang paraharanya lebih jinak dan bersahabat, dan menempuh
kehidupan pertapa di negeri ini adalah sejenis kegilaan yang terpuji, karena
masyarakatnya juga sedang sakit.

Analisis Struktural Cerpen “Al ‘Aashifah” karya Kahlil Gibran

1. Tema
Tema disebut sebagai dasar cerita, yaitu pokok permasalahan
yang mendominasi suatu karya sastra (Suharianto, 1982:28). Tema
merupakan lapis metafisik, sedangkan fakta-fakta cerita adalah lapis
norma ketiga (Pradopo, 1990:18). Dengan kata lain, tema merupakan inti
cerita atau pokok pikiran yang mendasari cerita. Unsur dalam karya
sastra semua merujuk pada tema yang ada, sehingga dapat menyatu dan
mengungkapkan tema dalam cerita (Pradopo, 1990:18).
Menurut tingkat keutamaannya, tema dibagi menjadi dua yaitu
tema mayor dan tema minor. Tema mayor adalah tema pokok cerita,
artinya makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar karya

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa III Tahun 2019


301
HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
P-ISSN 2598-0637 Pembelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Arab di
E-ISSN 2621-5632 Indonesia

sastra, adapun tema minor adalah makna yang hanya terdapat pada
bagian tertentu dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 1995).
Tema mayor dalam cerpen “Al ‘Aashifah” karya Kahlil Gibran
adalah Pengasingan diri dari dunia fana. Dalam hal ini diceritakan bahwa
Yusul Al Fakhri yaitu tokoh utama dalam cerpen tersebut mengasingkan
diri dari masyarakat dan tinggal dalam pertapaan di tempat yang
tersembunyi di dekat lembah Kadeesha, di Lebanon Utara. Dan tokoh
aku adalah seorang ingin mencari tahu tentang sifat dan alasan dibalik
apa yang telah dilakukan oleh Yusuf.
Sedangkan tema minor dalam cerpen “Al ‘Aashifah” karya Kahlil
Gibran antara lain “Menjauhkan diri dari pergaulan manusia bukan
berarti menjauhkan diri dari nikmat dunia”. Hal ini nampak saat Yusuf
meyuguhi tokoh Aku dengan beragam makanan dan minuman saat Yusuf
berada di tempat pertapaannya.
Tema minor kedua yaitu pemikiran tak sejalan dengan lainnya
yang nampak pada penggalan cerpen berikut ini:
‫تركت البشر ألنني وجدت نفس ي دوالبا يدور يمنه بين دواليب تدور يسارا‬
1. Fakta Cerita
Sebuah cerita terbangun karena ada para pelaku atau tokohnya. Melalui
para tokoh itulah pembaca dapat mengikuti jalannya seluruh cerita. Alur
cerita dan latar cerita sangat berperan penting dalam menghidupkan
watak para tokoh. Tokoh dan penokohan, alur, dan latar merupakan fakta
cerita. Unsur ini saling berkaitan dan saling mendukung dalam
membangun tema.
a. Tokoh
Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau
berkelakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh cerita
biasanya berwujud manusia, binatang atau benda yang diinsankan
(Sudjiman, 1988:16). Dalam kaitannya dengan jenis tokoh, Stanton
(1965:17) menyatakan bahwa pada dasarnya ada dua jenis tokoh
dalam karya prosa, yaitu tokoh utama dan bawahan.

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa III Tahun 2019


302
HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
Pembelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Arab di P-ISSN 2598-0637 P-ISSN 2598-0637
Indonesia E-ISSN 2621-5632 E-ISSN 2621-5632

Tokoh utama dalam cerpen “Al ‘Aashifah” karya Kahlil Gibran ini
adalah Yusuf Al Fakhri, sedangkan tokoh “aku” sebagai tokoh
bawahan.
b. Penokohan
Penokohan adalah penggambaran para tokoh cerita, baik keadaan
lahir maupun batinnya yang meliputi sifat, sikap, tingkah laku,
pandangan hidup, keyakinan, adat istiadat dan lain sebagainya
(Suharianto, 1982:31). Penokohan dapat dilihat memalui 3 dimensi,
yaitu dimensi fisiologis, sosiologis, dan dimensi psikologis.
Penggambaran para tokoh dalam cerpen “Al ‘Aashifah” karya Kahlil
Gibran ini dilukiskan secara langsung oleh pengarangnya (direct
author analyze), yaitu menguraikan keadaan lahiriah maupun
batiniah para tokoh. Adapun para tokoh dalam cerpen itu adalah
sebagai berikut.
a. Yusuf Al Fakhri
Dari dimensi fisiologis penulis mengungkapkan tokoh
dengan kata “‫”كان يوسف الفخرى في الثالثين من عمره‬ yang

artinya bahwa Yusuf berusia 30 tahun. Sedangkan dari


dimensi sosiologis penulis menyatakan bahwa Yusuf
merupakan seorang penyair yang sufi hal ini terlihat dari
opini masyarakat mengenainya yang disebutkan dalam
cerpen ini. Selanjutnya dari dimensi psikologis tampak
bahwa Yusuf merupakan orang yang baik, ramah, dan penuh
kasih sayang. Hal ini terlihat ketika tokoh aku sedang berada
di pertapaan Yusuf. Yusuf memerlakukan tokoh Aku dengan
penuh kasih sayang, dan saat itu pula ia sedang merawat
seekor burung yang kritis. Sifat lainnya yang dimiliki Yusuf
yaitu dia tidak menyukai kehidupan dunia yang penuh
dengan sandiwara ini. Hal ini ditandai dengan keputusannya
untuk mengasingkan diri dari masyarakat sekitarnya.
b. Aku

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa III Tahun 2019


303
HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
P-ISSN 2598-0637 Pembelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Arab di
E-ISSN 2621-5632 Indonesia

Watak dari Tokoh “Aku” hanya nampak dari dimensi


psikologisnya saja. Terlihat dari tindakan serta cara
berpikirnya mengenai Yusuf. Ia merupakan pribadi selalu
ingin tahu, cerdas, terpuji. Hal ini nampak pada perbuatan
tokoh “Aku” ketika ingin mencari tahu mengenai siapa
Yusuf sebenarnya dan ketika ia bercakap-cakap dengan
Yusuf mengenai alasan pengasingan dirinya.
c. Alur
Secara struktural alur berkaitan erat dengan penokohan dalam cerita
(Pradopo, 1990:23). Alur merupakan rangkaian peristiwa yang
saling berhubungan berdasarkan sebab dan akibat (Forster,
1979:72). Sejalan dengan hal tersebut, Nurgiyantoro (1995:141-142)
menyatakan bahwa alur sebuah cerita mengandunf urutan waktu
yang diungkapkan secara eksplisit maupun implisit.
Alur dalam cerpen “Al ‘Aashifah” karya Kahlil Gibran ini
menggunakan alur maju yang menggambarkan peristiwa yang
langsung berhubungan dengan tokoh utama yaitu Yusuf Al Fakhri.
Peristiwa pertama dimulai ketika Yusuf menarik diri dari masyarakat
dan tinggal dalam pertapaan di tempat yang tersembunyi di dekat
lembah Kadeesha, di Lebanon Utara dan adanya tokoh Aku yang
berharap dapat menemui Yusuf dan bisa menyelidiki siapa dia
sebenarnya dan bisa menggali informasi tentang dirinya dan tujuan
hidupnya.
Peristiwa kedua ketika musim gugur, tokoh Aku sedang
terperangkap angin keras dan hujan lebat. Lalu ia menuju tempat
tinggal Yusuf dan ia dapati ketika itu Yusuf sedang memegang
seekor burung yang sekarat, kepala burung itu terluka, sayap-
sayapnya patah.
Peristiwa ketiga, tokoh Aku mendekati Yusuf dan bercakap-cakap
dengannya. Ia ingin mengetahui kisah pengasingan dirinya dan
memancingnya agar bercerita lebih banyak. Kemudian Yusuf

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa III Tahun 2019


304
HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
Pembelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Arab di P-ISSN 2598-0637 P-ISSN 2598-0637
Indonesia E-ISSN 2621-5632 E-ISSN 2621-5632

menjelaskan bahwa ia melakukan pengasingan karena ia ingin


menghindari kehidupan dunia yang penuh fana ini.
Peristiwa keempat, Yusuf membuka pintu dan meghilang.
Sedangkan, tokoh Aku pun layaknyaYusuf, ia tinggal dalam
pengasingan di sebuah negeri yang nan jauh, yang paraharanya lebih
jinak dan bersahabat.
d. Latar atau Setting
Latar atau Setting adalah tempat terjadinya peristiwa-peristiwa atau
waktu berlangsungnya tindakan. Jadi, peristiwa-peristiwa itu terjadi
dlam latar tempat dan waktu (Pradopo, 1990:27). Selain
Nurgiyantoro (1995:227) menyampikan bahwa latar juga terdiri dari
latar sosial yang menggambarkan keadaan sosial dalam cerita.
Ketiga jenis latar ini saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu
sama lainnya.
Latar dalam cerpen “Al ‘Aashifah” karya Kahlil Gibran ini meliputi
latar tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat yang dimaksud adalah
dekat lembah Kadeesha, Lebanon Utara. sedangkan latar waktunya
adalah saat musim gugur. Adapun latar sosial dalam cerpen tersbut
adalah kondisi masyarakat yang sudah hancur dimana mereka
banyak yang menjual dirinya, para wanita berjalan angkuh dengan
seribu senyuman palsu mereka yang hanya mementingkan diri
sendiri, memburu pangkat dan para pejabat yang hanya mengumbar
janji.
4) Sarana Cerita
Selain tema dan fakta cerita, sarana cerita juga merupakan unsur
pembentuk sebuah cerita. Sarana cerita meliputi konflik, klimaks, sudut
pandang penceritaan dan gaya bahasa.
a. Konflik
Cerpen “Al ‘Aashifah” karya Kahlil Gibran ini dimulai dengan
adanya konflik tokoh Yusuf melakukan pengasingan diri dari
masyarakat dan tinggal dalam pertapaan di tempat yang tersembunyi
di dekat lembah Kadeesha, di Lebanon Utara dan adanya tokoh Aku

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa III Tahun 2019


305
HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
P-ISSN 2598-0637 Pembelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Arab di
E-ISSN 2621-5632 Indonesia

yang berharap dapat menemui Yusuf dan bisa menyelidiki siapa dia
sebenarnya dan bisa menggali informasi tentang dirinya dan tujuan
hidupnya.
b. Klimaks
Cerpen “Al ‘Aashifah” karya Kahlil Gibran ini mencapai klimaksnya
ketika musim gugur, tokoh Aku sedang terperangkap angin keras
dan hujan lebat. Lalu ia menuju tempat tinggal Yusuf dan ia dapati
ketika itu Yusuf sedang memegang seekor burung yang sekarat,
kepala burung itu terluka, sayap-sayapnya patah. Tokoh Aku
mendekati Yusuf dan bercakap-cakap dengannya. Ia ingin
mengetahui kisah pengasingan dirinya dan memancingnya agar
bercerita lebih banyak. Kemudian Yusuf menjelaskan bahwa ia
melakukan pengasingan karena ia ingin menghindari kehidupan
dunia yang penuh fana. Menghindari wajah-wajah manusia yang
menjual dirinya, wanita-wanita yang berjalan angkuh dengan seribu
senyuman palsu, menghindari orang-orang yang hanya
mementingkan diri sendiri, menghindari para pemburu pangkat dan
para pejabat yang hanya mengumbar janji, menghindari
kemunafikan bangsa ini.
c. Sudut Pandang (Point of View)
Sudut Pandang (Point of View) merupakan posisi pencerita dalam
sebuah cerita. S. Tasrif dalam Mahliatussikah (2018:94) membagi
sudut pandang menjadi 4 bagian yaitu 1) Author Omniscient (orang
ketiga), 2) Author participant, 3) Author observer. 4) Multiple.
Dalam cerpen “Al ‘Aashifah” karya Kahlil Gibran ini penulis
bertindak sebagai Author participant dimana pengarang mengambil
bagian kecil sebagai pelaku bahawan atau subordinat character
dengan menggunakan kata Aku.
d. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang terdapat dalam cerpen “Al ‘Aashifah” karya
Kahlil Gibran ini menggunakan gaya bahasa metafora yaitu gaya
bahasa yang melukiskan sesuatu dengan perbandingan atas sifat

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa III Tahun 2019


306
HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
Pembelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Arab di P-ISSN 2598-0637 P-ISSN 2598-0637
Indonesia E-ISSN 2621-5632 E-ISSN 2621-5632

yang sama atau hampir sama. Contoh majas metafora yang dipakai
dalam penulisan cerpen ini adalah
‫النني وجدت نفس ي دوالبا يدور يمنة بين دواليب تدور يسارا‬
Dari penggalan cerpen ini, tampak bahwa penulis menyamakan
dirinya dengan sebuah roda yang berputar ke kanan, sedangkan roda
yang lain berputar ke kiri.
Majas kedua yang dipakai oleh penulis dalam mengungkapkan isi
ceritanya menggunakan majas hiperbola yang berarti sengaja
melebih-lebihkan suatu hal. Contohnya yaitu
‫أن الطوفان قد جاء ثانية ليبيد الحياة ويطهر األرض من أدرانها‬

5) Keterkaitan antarunsur Struktur dalam Cerpen


Unsur-unsur dalam cerpen “Al ‘Aashifah” karya Kahlil Gibran
masing-masing memiliki potensi dalam membangun sebuah karya sastra
yaitu cerpen. Satu unsur dengan unsur lainnya saling berhubungan dan
mendukung dalam mengungkapkan maknanya.
Tema pengasingan diri yang dilakukan oleh Yusuf sebagai
tokoh utama berkaitan erat dengan latar yang ada dalam cerpen,
diceritakan bahwaYusuf, sedang menarik diri dari masyarakat dan
tinggal di sebuah pertapaan di lembah Kadeesha, Lebanon Utara. Dilihat
dari judul cerpen tersebut yang berarti “Badai”, Penulispun
menggambarkan isi cerita dengan latar waktu yaitu pada musim gugur
dan terjadi Badai pada saat itu.Tema, tokoh, dan latar diatas tentu
berkaitan dengan watak penokohan yang dimiliki oleh tokoh utama yaitu
ia adalah seorang yang sudah enggan hidup dalam masyarakat dan
memutuskan untuk mengasingkan diri dan tinggal di sebuah pertapaan
nan jauh.
Kesemua unsur diatas tentu berkaitan erat dengan alur, konflik,
klimaks, sudut pandang (Point of View) serta gaya bahasa yang
digunakan dalam penulisan isi cerita.

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa III Tahun 2019


307
HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
P-ISSN 2598-0637 Pembelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Arab di
E-ISSN 2621-5632 Indonesia

KESIMPULAN
Setelah cerpen “Al ‘Aashifah” karya Kahlil Gibran dianalisis secara
struktural, maka dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut. Tema cerpen
diatas adalah pengasingan diri yang dilakukan oleh Yusuf Al Fakhri sebagai
tokoh utama dan tokoh “Aku” yang ingin mengetahui alasan dibalik pengasingan
yang dilakukan oleh Yusuf Al Fakhri. Tema tersebut didukung oleh latar tempat
dan waktu yaitu cerita tersebut terjadi saat musim gugur tiba dan badai yang
besar terletak di lembah Kadeesha, Lebanon Utara. Alur cerita menggunakan
alur maju, sedangkan sudut pandang pengarang (point of view) adalah Author
participant dimana pengarang mengambil bagian kecil sebagai pelaku bahawan
atau subordinat character dengan menggunakan kata Aku. Penulis juga
menggunkan gaya bahasadalam penyampian isi cerita diantaranya yaitu gaya
bahasa metafora dan hiperbola.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, ada beberapa saran yang
ditunjukan kepada:

1. Peneliti selanjutnya, disarankan untuk dapat melanjutkan penelitian


tentang struktural pada cerpan lain.
2. Para pengajar bahasa Arab, disarankan untuk menjadikan artikel ini
sebagai bahan materi tambahan dalam pengajaran bahas Arab khususnya
kajian struktural.
3. Pembelajaran bahasa arab, disarankan untuk lebih mendalami tentang
kajian struktural dalam teks beserta fungsinya sebagi modal untuk
melatih kemampuan analisis bahasa Arab.

DAFTAR RUJUKAN

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa III Tahun 2019


308
HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
Pembelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Arab di P-ISSN 2598-0637 P-ISSN 2598-0637
Indonesia E-ISSN 2621-5632 E-ISSN 2621-5632

Agustina, Lina. 2017. Analisis Semiotik dalam Kumpulan Cerpen Air Mata
Ibuku dalam Semangkuk Sup Ayam. Jurnal Bahasa, Sastra, dan
Pengajarannya, 17(2), 54¯ 63
Ainin. 2013. Metode penelitian Bahasa Arab. Malang:Bintang sejahtera
Forster, E.M. 1979. Aspek-aspek Novel. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka
Ghony, Djunaidi & Almansyur, Fauzan . 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Gulo.2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT.Gramedia
Mahliatussikah, Hanik. 2018. Pembelajaran Prosa: Teori dan Penerapan dalam
Kajian Prosa Arab. Malang: Penerbit IKIP Malang
Moleong. 2011. Prosa kajian puisi (Online), (http://prosa-kajian-puisi-
blogspot.com) diakses 8 maret 2019.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fikisi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
Pradopo, Rachmat Djoko. 1990. Konkretisasi Belenggu. Yogyakarta: Laporan
Penelitian Fakultas Sastra UGM
Stanton, Robert. 1965. An Introduction to Fiction. New York: Holt, Rinehart and
Winston Inc.
Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya
Suharsaputra. 2012. Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif dan Tindakan.
Bandung:PT.Refika Aditama
Suharioanto, S. 1982. Dasar-dasar Teori Sastra. Surakarta: Penerbit Widya
Duta

Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa III Tahun 2019


309
HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Anda mungkin juga menyukai