Amami Shofiya Al Qorin, Dewi Mashito, dan Nur Aini Sholihatun Jannah
Universitas Negeri Malang
amamishoff@gmail.com
ABSTRAK: Karya sastra merupakan karya fiksi yang berisi imajinasi seorang
pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan dan kejadian dalam
kehidupan manusia. Kahlil Gibran seorang sastrawan yang beraliran romantik
memiliki karya-karya fenomenal dan populer di berbagai belahan dunia, salah
satunya yaitu cerpen yang berjudul “Al ‘Aashifah”. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis cerpen dari aspek struktural. Hal ini akan diketahui melalui tema;
fakta cerita yang terdiri dari alur, tokoh, penokohan dan setting; sarana cerita
yang terdiri dari konflik, klimaks, sudut pandang dan gaya bahasa; dan hubungan
antarunsur dalam cerpen ini. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif-kualitatif dengan pendekatan struktural. Berdasarkan hasil analisis
data, maka dapat disimpulkan bahwa tema cerpen tersebut adalah pengasingan
diri dari dunia fana. Alur cerpen ini adalah alur maju. Tokoh utama dalam cerpen
ini adalah Yusuf Al Fakhri, laki-laki berusia 30 tahun. Adapun tokoh bawahan
dalam cerpen ini adalah tokoh “Aku”. Latar pada cerpen ini terdiri atas tiga
macam, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Cerpen ini diceritakan
dengan sudut pandang author participant. Masing-masing unsur intrinsik yang
terdapat dalam cerpen ini memiliki keterkaitan antara satu dengan lainnya
sehingga terbangun satu kesatuan makna yang utuh.
KATA KUNCI: Analisis Struktural, Cerpen Al ‘Aashifah, Kahlil Gibran
Salah satu karya Kahlil Gibran yang berjudul “Al ‘Aashifah” atau dikenal
dengan “The Storm atau Sang Badai” merupakan cerpen yang berupa gambaran
tentang kehidupan dalam berbagai hubungan antara manusia dengan
lingkungannya. Kehidupan yang digambarkan oleh pengarang melalui karya
sastranya merupakan sebuah realita yang dialami oleh pengarang, meskipun
tampak seperti sebuah rekaan pengarang.
sifat manusia. Ada yang menjauhkan diri dari hiruk-pikuk pergaulan masyarakat
dan lebih mendekatkan diri pada ilahi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research).
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu mendeskripsikan unsur-
unsur intrinsik (unsur struktural) dalam cerpen yang berjudul “Al ‘Aashifah”
karya Kahlil Gibran, maka penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif
kualitatif. Penelitian kualitiatif menurut Ghony dan Almansyur (2013:25) adalah
penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai
dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara-cara kuantifikasi.
yang ia cintai, hal itu yang membuat ia mengasingkan diri. Sementara yang
lainnya mengatakan bahwa dia adalah seorang penyair yang meninggalkan
kebingaran kota untuk menyendiri dan merangkai inspirasi. Ada juga yang
mengatakan bahwa dia seorang sufi, dan terakhir menyebutnya bahwa Yusuf itu
gila. Sedangkan aku, tak bisa membuat kesimpulan apa pun tentang Yusuf.
Menurutku dibalik pengasingannya pasti ada rahasia yang mendalam di lubuk
hatinya yang tak bisa diungkapkan dengan spekulasi belaka. Aku berharap dapat
menemui Yusuf dan bisa menyelidiki siapa dia sebenarnya dan bisa menggali
informasi tentang dirinya dan tujuan hidupnya. Aku akan berusaha dengan
berbagai cara agar bisa menjadi sahabatnya.
Aku bertemu dengan Yusuf saat ia berada di hutan Cedar Suci, Lebanon.
Aku beruluk salam dengannya, namun ia hanya membalas dengan anggukan
kepala dan pergi begitu saja. Pada kesempatan lain aku kembali melihatnya, dan
melakukan hal yang sama, namun ia tetap berlalu begitu saja. Demikanlah
selama dua tahun aku melakukan itu dan sia-sia belaka.
Pada suatu hari, di musim gugur, ketika aku sedang berjalan di perbukitan
yang berbatasan dengan tempat pertapaan Yusuf, tiba-tiba aku terperangkap
angin keras dan hujan lebat. Badai melemparkanku kesana-kemari. Lalu dengan
susah payah aku berjalan ke tempat Yusuf, sambil berkata pada diriku sendiri; “
Inilah kesempatan yang sudah lama aku tunggu-tunggu. Badai ini akan menjadi
alasanku untuk masuk ke gubuk Yusuf, sementara bajuku yang basah ini akan
menjadi alasan agar aku bisa bermalam di sana.”
Yusuf membuka pintu dan berjalan menuju kegelapan. Dan aku pun tak
melihatnya lagi. Aku merenung semalaman tentang rahasia-rahasia yang baru
saja aku dapatkan.
Aku pun tak pernah melihat Yusuf lagi. Kehidupan telah menarik diriku
dari Lebanon Utara, dan aku harus tinggal dalam pengasingan di sebuah negeri
yang nan jauh, yang paraharanya lebih jinak dan bersahabat, dan menempuh
kehidupan pertapa di negeri ini adalah sejenis kegilaan yang terpuji, karena
masyarakatnya juga sedang sakit.
1. Tema
Tema disebut sebagai dasar cerita, yaitu pokok permasalahan
yang mendominasi suatu karya sastra (Suharianto, 1982:28). Tema
merupakan lapis metafisik, sedangkan fakta-fakta cerita adalah lapis
norma ketiga (Pradopo, 1990:18). Dengan kata lain, tema merupakan inti
cerita atau pokok pikiran yang mendasari cerita. Unsur dalam karya
sastra semua merujuk pada tema yang ada, sehingga dapat menyatu dan
mengungkapkan tema dalam cerita (Pradopo, 1990:18).
Menurut tingkat keutamaannya, tema dibagi menjadi dua yaitu
tema mayor dan tema minor. Tema mayor adalah tema pokok cerita,
artinya makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar karya
sastra, adapun tema minor adalah makna yang hanya terdapat pada
bagian tertentu dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 1995).
Tema mayor dalam cerpen “Al ‘Aashifah” karya Kahlil Gibran
adalah Pengasingan diri dari dunia fana. Dalam hal ini diceritakan bahwa
Yusul Al Fakhri yaitu tokoh utama dalam cerpen tersebut mengasingkan
diri dari masyarakat dan tinggal dalam pertapaan di tempat yang
tersembunyi di dekat lembah Kadeesha, di Lebanon Utara. Dan tokoh
aku adalah seorang ingin mencari tahu tentang sifat dan alasan dibalik
apa yang telah dilakukan oleh Yusuf.
Sedangkan tema minor dalam cerpen “Al ‘Aashifah” karya Kahlil
Gibran antara lain “Menjauhkan diri dari pergaulan manusia bukan
berarti menjauhkan diri dari nikmat dunia”. Hal ini nampak saat Yusuf
meyuguhi tokoh Aku dengan beragam makanan dan minuman saat Yusuf
berada di tempat pertapaannya.
Tema minor kedua yaitu pemikiran tak sejalan dengan lainnya
yang nampak pada penggalan cerpen berikut ini:
تركت البشر ألنني وجدت نفس ي دوالبا يدور يمنه بين دواليب تدور يسارا
1. Fakta Cerita
Sebuah cerita terbangun karena ada para pelaku atau tokohnya. Melalui
para tokoh itulah pembaca dapat mengikuti jalannya seluruh cerita. Alur
cerita dan latar cerita sangat berperan penting dalam menghidupkan
watak para tokoh. Tokoh dan penokohan, alur, dan latar merupakan fakta
cerita. Unsur ini saling berkaitan dan saling mendukung dalam
membangun tema.
a. Tokoh
Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau
berkelakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh cerita
biasanya berwujud manusia, binatang atau benda yang diinsankan
(Sudjiman, 1988:16). Dalam kaitannya dengan jenis tokoh, Stanton
(1965:17) menyatakan bahwa pada dasarnya ada dua jenis tokoh
dalam karya prosa, yaitu tokoh utama dan bawahan.
Tokoh utama dalam cerpen “Al ‘Aashifah” karya Kahlil Gibran ini
adalah Yusuf Al Fakhri, sedangkan tokoh “aku” sebagai tokoh
bawahan.
b. Penokohan
Penokohan adalah penggambaran para tokoh cerita, baik keadaan
lahir maupun batinnya yang meliputi sifat, sikap, tingkah laku,
pandangan hidup, keyakinan, adat istiadat dan lain sebagainya
(Suharianto, 1982:31). Penokohan dapat dilihat memalui 3 dimensi,
yaitu dimensi fisiologis, sosiologis, dan dimensi psikologis.
Penggambaran para tokoh dalam cerpen “Al ‘Aashifah” karya Kahlil
Gibran ini dilukiskan secara langsung oleh pengarangnya (direct
author analyze), yaitu menguraikan keadaan lahiriah maupun
batiniah para tokoh. Adapun para tokoh dalam cerpen itu adalah
sebagai berikut.
a. Yusuf Al Fakhri
Dari dimensi fisiologis penulis mengungkapkan tokoh
dengan kata “”كان يوسف الفخرى في الثالثين من عمره yang
yang berharap dapat menemui Yusuf dan bisa menyelidiki siapa dia
sebenarnya dan bisa menggali informasi tentang dirinya dan tujuan
hidupnya.
b. Klimaks
Cerpen “Al ‘Aashifah” karya Kahlil Gibran ini mencapai klimaksnya
ketika musim gugur, tokoh Aku sedang terperangkap angin keras
dan hujan lebat. Lalu ia menuju tempat tinggal Yusuf dan ia dapati
ketika itu Yusuf sedang memegang seekor burung yang sekarat,
kepala burung itu terluka, sayap-sayapnya patah. Tokoh Aku
mendekati Yusuf dan bercakap-cakap dengannya. Ia ingin
mengetahui kisah pengasingan dirinya dan memancingnya agar
bercerita lebih banyak. Kemudian Yusuf menjelaskan bahwa ia
melakukan pengasingan karena ia ingin menghindari kehidupan
dunia yang penuh fana. Menghindari wajah-wajah manusia yang
menjual dirinya, wanita-wanita yang berjalan angkuh dengan seribu
senyuman palsu, menghindari orang-orang yang hanya
mementingkan diri sendiri, menghindari para pemburu pangkat dan
para pejabat yang hanya mengumbar janji, menghindari
kemunafikan bangsa ini.
c. Sudut Pandang (Point of View)
Sudut Pandang (Point of View) merupakan posisi pencerita dalam
sebuah cerita. S. Tasrif dalam Mahliatussikah (2018:94) membagi
sudut pandang menjadi 4 bagian yaitu 1) Author Omniscient (orang
ketiga), 2) Author participant, 3) Author observer. 4) Multiple.
Dalam cerpen “Al ‘Aashifah” karya Kahlil Gibran ini penulis
bertindak sebagai Author participant dimana pengarang mengambil
bagian kecil sebagai pelaku bahawan atau subordinat character
dengan menggunakan kata Aku.
d. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang terdapat dalam cerpen “Al ‘Aashifah” karya
Kahlil Gibran ini menggunakan gaya bahasa metafora yaitu gaya
bahasa yang melukiskan sesuatu dengan perbandingan atas sifat
yang sama atau hampir sama. Contoh majas metafora yang dipakai
dalam penulisan cerpen ini adalah
النني وجدت نفس ي دوالبا يدور يمنة بين دواليب تدور يسارا
Dari penggalan cerpen ini, tampak bahwa penulis menyamakan
dirinya dengan sebuah roda yang berputar ke kanan, sedangkan roda
yang lain berputar ke kiri.
Majas kedua yang dipakai oleh penulis dalam mengungkapkan isi
ceritanya menggunakan majas hiperbola yang berarti sengaja
melebih-lebihkan suatu hal. Contohnya yaitu
أن الطوفان قد جاء ثانية ليبيد الحياة ويطهر األرض من أدرانها
KESIMPULAN
Setelah cerpen “Al ‘Aashifah” karya Kahlil Gibran dianalisis secara
struktural, maka dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut. Tema cerpen
diatas adalah pengasingan diri yang dilakukan oleh Yusuf Al Fakhri sebagai
tokoh utama dan tokoh “Aku” yang ingin mengetahui alasan dibalik pengasingan
yang dilakukan oleh Yusuf Al Fakhri. Tema tersebut didukung oleh latar tempat
dan waktu yaitu cerita tersebut terjadi saat musim gugur tiba dan badai yang
besar terletak di lembah Kadeesha, Lebanon Utara. Alur cerita menggunakan
alur maju, sedangkan sudut pandang pengarang (point of view) adalah Author
participant dimana pengarang mengambil bagian kecil sebagai pelaku bahawan
atau subordinat character dengan menggunakan kata Aku. Penulis juga
menggunkan gaya bahasadalam penyampian isi cerita diantaranya yaitu gaya
bahasa metafora dan hiperbola.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, ada beberapa saran yang
ditunjukan kepada:
DAFTAR RUJUKAN
Agustina, Lina. 2017. Analisis Semiotik dalam Kumpulan Cerpen Air Mata
Ibuku dalam Semangkuk Sup Ayam. Jurnal Bahasa, Sastra, dan
Pengajarannya, 17(2), 54¯ 63
Ainin. 2013. Metode penelitian Bahasa Arab. Malang:Bintang sejahtera
Forster, E.M. 1979. Aspek-aspek Novel. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka
Ghony, Djunaidi & Almansyur, Fauzan . 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Gulo.2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT.Gramedia
Mahliatussikah, Hanik. 2018. Pembelajaran Prosa: Teori dan Penerapan dalam
Kajian Prosa Arab. Malang: Penerbit IKIP Malang
Moleong. 2011. Prosa kajian puisi (Online), (http://prosa-kajian-puisi-
blogspot.com) diakses 8 maret 2019.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fikisi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
Pradopo, Rachmat Djoko. 1990. Konkretisasi Belenggu. Yogyakarta: Laporan
Penelitian Fakultas Sastra UGM
Stanton, Robert. 1965. An Introduction to Fiction. New York: Holt, Rinehart and
Winston Inc.
Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya
Suharsaputra. 2012. Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif dan Tindakan.
Bandung:PT.Refika Aditama
Suharioanto, S. 1982. Dasar-dasar Teori Sastra. Surakarta: Penerbit Widya
Duta