Anda di halaman 1dari 10

CARA MENILAI ASPEK-ASPEK KEDRAMAAN DALAM NASKAH DRAMA

1. Refl eksi: Cara yang paling mudah untuk mengapresiasi naskah drama adalah dengan mengamati dan
mendeskripsikan hasil interpretasi dari sisi unsur-unsur intrinsik naskah drama. Contoh seperti yang dapat Anda
lihat berikut.

No. Aspek yang Keterangan dalam bentuk deskripsi Bukti /data berupa narasi, maupun
diinterpretasi penggalan dialog dalam naskah
1. Tema Dilema remaja masa kini
2. Tokoh (Sebutkan siapa saja nama atau sosok tokoh
yang dimunculkan dalam naskah drama)
3. Penokohan: (deskripsikan mengenai watak masing-
masing tokoh), dst.
Yanti
Asdiarti
Kusni
Surti
4. Latar:
Waktu
Tempat
Suasana
Alat
5. Pesan/ Amanat

Namun, selain apresiasi dari aspek intrinsik, ada pula yang dinamakan bentuk apresiasi kritis dalam menilai naskah
drama, yaitu dengan menganalisis kelengkapan unsur pembangun dalam naskah drama. Sebagai bahan Latihan coba
amati naskah drama “SUDAH GILA”berikut. Selanjtnya, isilah format penilaian teks drama yang sudah disediakan.

SUDAH GILA
Karya: Chairil Anwar

BAGIAN SATU
PANGGUNG BERBENTUK PERSEGI PANJANG KONVENSIONAL DAN TERDIRI DARI BEBERAPA RUMAH. DI
DEPAN SALAH SATU RUMAH TERDAPAT TIANG BENDERA. DI SALAH SATU SUDUT LATAR PANGGUNG
TERDAPAT SEBUAH POS RONDA. PENERANGAN SALAH SATU LATAR AKAN DIMATIKAN JIKA TIDAK
DIGUNAKAN.
Seorang ayah yang baru saja menjadi duda tampak sekali gusar dalam duduknya. Ia duduk di
kursi teras rumahnya yang sederhana. Ia memegang foto almarhumah istrinya dan menatap foto
tersebut dalam-dalam. Adiknya yang mengetahui kondisi kakaknya tersebut berusaha untuk mengibur
kakaknya

Adik : (Menarik nafas dalam-dalam) Sudahlah kak, Istrimu itu sudah tiada.
Pak Amir : (Hanya memandang sekilah adiknya lalu melanjutkan memandangi foto).
Adik : Istrimu itu orang yang sangat baik. Ia juga meninggal dalam keadaan yang
mulia.
Pak Amir : Iya (dengan nada rendah dan tanpa semangat).
Adik : Istrimu meninggal dalam persalinan anak pertamanya. Ia telah berusaha
sekuat tenaga untuk bertahan. Tapi, apa daya Gusti Allah berkehendak lain.
Gusti Allah pasti memberikan tempat yang layak untuk istrimu.
Pak Amir : Aamiin. Aku hanya bisa berdo’a untuk dia. Tapi kehilangan dia secepat ini
rasanya masih saja susah untuk diterima. Dia orang yang baik, kenapa tak
bajingan-bajingan saja yang diambil nyawanya. Tak ada gunanya orang-orang
seperti mereka hidup.
Adik : Aku juga tak tahu. Itu rahasia Tuhan.
Pak Amir : iya, ini rasanya tak adil. (dengan nada sedih)
Adik : Tuhan Maha Kuasa, kita semua hanya hamba-Nya.
Pak Amir : Aku tak ingin menyalahkan Tuhan, dokter, ataupun rumah sakit yang
menanganinya.
Adik : Lalu?
Pak Amir : Entahlah. Masih kikuk rasanya hidup tanpa seseorang yang biasa
menemani setiap saat.
Adik : Aku mengerti perasaanmu, kak.
Pak Amir : Biasanya jam segini dia sedang memasak sayur kangkung,
makanan kesukaanku.
Adik : Sudahlah, Kak.
Pak Ami : Mungkin sudah saatnya. (menelungkupkan foto yang ia genggam lalu berdiri)
Adik : Makanlah dulu sana! Sudah beberapa hari ini kau tidak memakan nasi
sesuap pun.
Pak Amir : Aku tak ingin menjadi gila karena hal ini.
BAGIAN KEDUA
LAMPU REDUP LALU PADAM. FOKUS PENCAHAYAAN BERPINDAH KE SALAH SATU RUMAH YANG
TERDAPAT BEBERAPA ORANG SEDANG MENGOBROL.
Begitulah kejadian seperti ini berulang-ulang terus hingga beberapa bulan. Situasi seperti
demikian tak ayal menjadikan situasi masyarakat menjadi tidak kondusif. Pak Amir menjadi bahan
pergunjingan tetangga-tetangganya karena kelakuannya dari hari ke hari semakin menjauhi status orang
yang sehat walafiat khususnya kesehatan jiwanya.
Tetangga 1 : Heh... Heh... Ssstt . sini sini kalian berdua! (dengan berbisik)
Tetangga 2 : Ada apa, bu? (penasaran)
RT : Mau gosip lagi ya kalian itu? Kerjaan kalian tetap aja nggosip terus. (tidak
tertarik)
Tetangga 1 : Eh,,, jangan salah sangka dulu. Ini bukan gosip sembarang gosip. Ini gosip ada
hubungannya dengan Pak Amir.
Tetangga2 : Pak Amir yang baru ditinggal istrinya, maksudmu?
RT : (Mendekat kepada tetangga 1) Emang ada apa dengan pak Amir?
Tetangga 1 : Tadi katanya gak mau dengerin gosip, giliran sekarang jadi pengen tahu. Ibu RT
sekarang juga suka gosip ya ternyata.
RT : Sudah jangan banyak bicara! Cepat katakan! Emang ada apa dengan dengan pak
Amir?
Tetangga 2 : Iya bu, ada apa dengan pak Amir? Kayaknya berita panas ini. (wajah
semangat)
Tetangga 1 : Sabar, sabar. Menurut kabar burung yang beredar ini pak Amir itu ...
Belum sempat menyelesaikan pembicaraannya, orang yang mereka bicara tiba-tiba muncul sambil
menenteng tas plastik yang berisi sayur kangkung.
Pak Amir : Permisi pak, bu.
Tetangga1,2,RT : Iya , pak.
Pak Amir : Mari. (pergi menuju rumahnya)
Tetangga yang hendak menggunjingkan pak Amir terkejut dengan kemunculannya.
Tetangga 1 : Haduh, yang tadi itu hampir saja. Untung pak Amir tidak sempat mendengar
perkataanku barusan.
RT : Perkataan apa? Orang kamu saja belum ngomong apa-apa dari tadi waktu pak
Amir lewat.
Tetangga 2 : Iya bu, bu RT betul. Jeng tadi belum ngomong apa-apa. Tadi yang mau
dikatakan sama jeng itu apa?
Tetangga 1 : Oh begitu ya (tersenyum). Yang mau saya katakan tadi itu adalah bahwa pak
amir itu sudah (menyilangkan telunjuknya di dahi)
Tetangga 2&RT : Hah? Apa maksudnya? (bingung)
Tetangga 1 : jadi kalian tidak tahu maksudku tadi barusan.
Tetangga 2 : Kami gak tahu bu apa maksud bu barusan.
Tetangga 1 : waduh, waduh, payah benar kalian jadi orang tua. Maksudku barusan itu, pak Amir
sekarang sudah tidak waras.(berbisik)
RT : masak? Ah, jangan ngelantur kalau kamu bicara.
Tetangga 1 : iya betul itu. Menurut kabar burung, pak Amir itu gak sanggup menerima
kepergian istrinya. Apalagi sewaktu meninggal, istrinya itu sudah hamil
tua.
RT : Apa kamu gak lihat barusan? Orang pak Amir baik-baik saja tiba-tiba gak ada
angin gak ada hujan kamu tuduh pak Amir gila.
Tetangga 2 : Iya bu, pak Amir tadi kelihatan baik-baik saja. Gak kelihatan kalau pak
Amir itu gila. Dia baik-baik saja kelihatannya.
Tetangga 1 : Ya sudah kalau kalian tidak percaya. Itu terserah kalian saja. Saya juga gak
begitu yakin juga sih.
Tetangga 2 : Owalah bu, bu.
RT : Kamu jangan berburuk sangka dulu. Kamu gak punya bukti buat menuduh pak
Amir sekarang ini.
Tetangga 2 : Benar bu apa yang dikatakan oleh pak Amat.
(teringat sesuatu) Oh, iya, saya hampir lupa. Saya belum masak buat bekal anak
ke sekolah. Jam segini dia mau berangkat. Saya duluan ya pak,bu.
Tetangga 1 : Saya juga mau pamit pulang. Saya juga belum masak buat suami saya. Bisa-bisa
saya kena marah kalau sarapannya jam segini belum sipa di atas meja. (Tetangga 1&2 pulang
bersama-sam, lalu diikuti tetangga 3 yang pergi ke arah yang berlawanan)

BAGIAN KETIGA
LAMPU MATI. BERGANTI DENGAN SUASANA MALAM DI POS RONDA YANG SEDANG DIJAGA DUA ORANG.
PENCAHAYAAN DIBUAT AGAK REDUP.
Pergunjingan tentang pak Amir kian lama kian heboh seperti bola salju yang tengah menggelinding.
Bukannya mereda, malah makin membesar. Apalagi ditambah dengan kelakuan pak Amir yang dari hari
ke hari semakin aneh dan ganjil. Adapun kelakuan pak Amir ini menjadi santapan empuk para ibu-ibu
pada saat arisan, pada saat pengajian, bahkan pada saat menjemur pakaian pun tidak lepas dari topik
pembicaraan tentang duda tersebut. Hingga suatu waktu kelakuan aneh duda ini dipergoki oleh dua
penjaga yang tengah ronda malam.
Penjaga 1 : Nasib seorang jongos ya seperti ini bul, Kabul. Orang lain sudah enak-enakan
tidur, kita malah melek buat jaga malam.
Penjaga 2 : Sudah jangan mengeluh terus kamu itu, kita meronda ini kan juga ibayar,
walapun bayarannya gak seberapa.
Penjaga 1 : iya, bayaran sudah habis tengah bulan buat beli rokok sama ngelunasin utang-
utang di warung.
Penjaga 2 : Ya mau gimana lagi coba? Daripada gak dibayar mending dibayar
walaupun sedikit.
Penjaga 1 : hehe,, iya Bul, Kabul. Kamu tahu sesuatu yang akhir-akhir ini digosipin ibu-ibu
gak, Bul?
Penjaga 2 : Owalah, sekarang kumpulanmu itu dengan ibu-ibu ya. Gak nyangka aku,
semakin cucok aja kamu ini. (tersenyum mengejek)
Penjaga 1 : Kurang ajar kamu Bul. Bukan karena itu, ini tentang pak Amir.
Penjaga 2 : Emang kenapa dengan pak Amir? (penasaran)
Penjaga 1 : Katanya ibu-ibu, pak Amir itu sekarang sudah gak waras.
Penjaga 2 : ah,, jangan ngawur kamu itu. Nuduh orang seenaknya saja.
Penjaga 1 : Bener Bul, suwer. Kata ibu-ibu seperti itu.
Penjaga 2 : Kalau gak ada bukti, aku males buat percaya sama kamu.
Di tengah pembicaraan, tiba-tiba saja pak Amir muncul melewati pos ronda. Pak Amir
menggunakan baju koko lengkap dengan peci dan sajadahnya.
Pak Amir : Monggo mas.
Penjaga 1 : Lho, pak Amir mau kemana?
Penjaga 2 : iya pak, mau kemana ini kok pakaiannya rapi dan alim gini.
Pak Amir : Mas ini gimana, ya jelaslah kalau saya berpakaian gini mau sholat jum’at.
Penjaga 1&2 : Hah? (terkejut)
Pak Amir : kalian kok belum siap-siap malah, ini mau iqomah sebentar lagi. (melihat jam)
Penjaga 1 : Pak, sekarang ini sudah malam kok mau sholat jum’at.
Penjaga 2 : Sekarang ini kan sudah hari sabtu, Pak.
Pak Amir : lho? (terkejut) jadi sekarang bukan waktunya sholat jum’at ya? Wah,,, ini pasti
karena jam saya yang sudah rusak. Untung saya tidak gila, harus cepat-cepat
ganti jam rupanya. (bergegas pulang, sambil menggerutu pada jam
tangannya).
Penjaga 1&2 : (Saling menatap dan menggelengkan kepalanya)
BAGIAN EMPAT
LAMPU MATI. BERGANTI DENGAN SUASANA SIANG YANG TERIK. FOKUS PENCAHAYAAN MENYEBAR KE
SELURUH PANGGUNG. BEBERAPA ORANG TENGAH BERSIAP MELAKUKAN AKTIVITAS.
Dari kejadian tersebut, kabar kalau pak Amir sudah tidak waras semakin santer terdengar.
Kondisi pak Amir kian hari juga kian tak terawat dan lusuh. Ditambah lagi, gaya bicaranya pun juga ikut
merancau tanpa aturan.
Pak Amir : (berjalan menuju tiang dekat rumahnya sambil menenteng tas plastik warna
putih dengan membawa bendera merah putih)
Tetangga 3 : Hendak kemana pak Amir?
Pak Amir : (tidak menghirau, lalu memasang bendera pada tiang lalu mengereknya
setengah tiang serta memberi hormat kepada sang saka merah putih).
Selama hampir setengah jam Pak Amir memberi hormat kepada bendera merah putih.
Selama itu pula, kelakuannya ditonton oleh warga sekitar yang terheran-heran dan tidak percaya apa
yang mereka lihat.
Pak Amir : (selesai hormat dan hendak pulang menuju rumahnya)
Tetangga 3 : Ada apa gerangan kok pak Amir berhormat kepada bendera merah putih?
Pak Amir : (berwajah agak marah) Ibu ini gimana sih? Kok gak punya rasa Nasionalis sama
sekali.
Tetangga 3 : Maksudnya, Pak?
Pak Amir : Keterlaluan ini. Sekarang kan hari kemerdekaan Indonesia bu, masak tidak ada
perayaan sama sekali. Sudah tidak waras rupanya warga-warga di sini karena
dipengaruhi budaya barat hingga lupa pada bangsa sendiri. Memalukan!
Tetangga 3 : Sebentar pak, bukannya sekarang...
Pak Amir : (menyela pembicaraan dan agak tersinggung) Bukannya apa?
Tetangga 3 : Sebelumnya saya mau minta maaf pak, bukannya hari kemerdekaan itu sudah
lewat dua minggu yang lalu, sekarang sudah tanggal 31 Agustus.
Pak Amir : Astaghfirullah... yang benar bu?
Tetangga 3 : Iya, Pak Amir.
Pak Amir : Pasti ini gara-gara kalender saya yang rusak. Untung saya belum gila, saya harus cepat-
cepat beli kalender baru. ( bergegas pulang dan masuk ke dalam rumah).

BAGIAN LIMA
LAMPU MATI. FOKUS PENCAHAYAN MENYEBAR KE SELURUH PANGGUNG. SUASANA RIUH KARENA ADA
SEKUMPULAN WARGA DI SANA.
Ternyata, kelakuan pak Amir telah membuat resah warga sekitar sehingga secara aklamasi warga
sekitar memutuskan untuk mengadakan rapat dadakan di rumah salah satu warga.
Warga lain bersahut-sahutan menyetujui pernyataan orang tersebut. Dan melalui rapat
yang agak kisruh dan bertele-tele, maka diputuskan para warga akan membawa secara
paksa dan memasukkan pak Amir ke RSJ.
Pak RT : Jadi saudara-saudaraku, keputusan akhirnya adalah kita akan membawa pak
Amir dengan memasukkannya ke rumah sakit jiwa.
Para Warga : Setuju!

Akhirnya, pada suatu hari pak Amir terpaksa digelandang dan dimasukkan ke RSJ. Warga sekitar
pun merasa lega dengan ketiadaan pak Amir. Mereka lega karena tidak ada lagi sesuatu yang
meresahkan.

Tetangga 2 : Akhirnya ya, kampung kita terbebas dari hal yang meresahkan ya, bu.
Tetangga 1 : Benar bu, kalau tidak ada pak Amir keadaan kampung ini menjadi tenang dan
tenteram tanpa gangguan.
Tetangga 2 : He’em, saya jadi gak takut lagi keluar rumah.
RT : Tunggu dulu, semua ini tidak lepas dari tanggung jawab saya
sebagai ketua RT. Coba kalau tidak ada saya? Mau jadi apa
warga kita ini? (tertawa)
Tetangga 1 : Pak RT ini suka ngaku-ngaku saja. Orang pak RT waktu
rapat kewalahan, dan gak mengeluarkan pendapat dan usul
sama sekali.
RT : hahaha,,, apapun itu,yang penting saya tetap menjabat
sebagai ketua RT warga di sini. Warga ini butuh pemimpin
seperti saya.
Tetangga 2 : Ada-ada saja pak RT ini.
BAGIAN ENAM
LAMPU MATI. BERGANTI DENGAN SUASANA PAGI YANG SEJUK. FOKUS PENCAHAYAAN
MENYEBAR KE SELURUH PANGGUNG. BEBERAPA ORANG TENGAH BERSIAP
MELAKUKAN AKTIVITAS.
Demikian, situasi warga kampung dirasa semakin kondusif dan aman. Para warga
melakukan aktivitas seperti biasa tanpa ada gangguan sedkitpun. Hingga suatu hari
warga kampung itu kedatangan tamu yang tak diduga-duga. Pak Amir kembali lagi ke
kampung itu. Dokter menyatakan bahwa pak Amir telah sembuh dan dibolehkan
pulang kembali ke rumahnya.
Tetangga 1 : (datang menghampiri tetangga 2 )
Lagi apa, Bu? Tetangga 2 : Ini jeng, lagi nyapu
halaman, baru selesai masak. Tetangga 1 :
Sama Bu. Saya juga baru selesai masak.
RT : Wah,, wah,, ibu- ibu ini rajin semua ya, jam segini sudah selesai masak.
Tiba-tiba terdengar suara sirine ambulan yang mengejutkan ibu-ibu dan pak RT.
Lalu dari ambulan tersebut turun sosok wajah yang sepertinya tidak asing bagi
mereka. Dari ambulan tersebut, pak Amir turun dengan mengenakan baju necis
dengan setelan rapi. Pak Amir menyapa ibu-ibu dan pak RT yang sedang berkumpul
bersama. Dia juga berbicara dengan tata bahasa yang rapi dan sopan tidak seperti
terakhir kali ia di sana.
Pak Amir : Apa
kabar,bu,pak? Sehat saja? RT
: lho? Ini
benar pak Amir kan? Pak Amir
: Benar, bu.
Saya pak Amir.
Tetangga 1 : Lho, bukannya...
Tetangga 2 : Pak Amir kan masih dirawat di rumah sakit.
Pak Amir : Benar bu, saya dulu memang dirawat di rumah sakit.
Tapi sekarang dokter sudah memperbolehkan saya
pulang ke rumah.
Tetangga 1,2&RT : Alhamdulillah.
Mendengar kabar tersebut. Ibu-ibu dan pak RT juga turut merasa senang dan
bahagia. Mereka menyalami pak Amir dan memberikan ucapan selamat.
Pak Amir : (tiba-tiba raut muka pak Amir mendadak
sedih dan muram) RT : Ada apa, pak? Kenapa bapak
tampak tidak bahagia?
Tetangga 2 : Iya, Pak. Bapak kan sudah
keluar dari rumah sakit. Tetangga 1 : Betul
itu, Pak.
Pak Amir : Itulah
penyebabnya saudara sekalian. RT :
Kenapa lagi, pak?
Tetangga 1&2 : Iya pak, kenapa?
Pak Amir : Jadi, Saya ini dianggap sudah gila mungkin ya oleh dokter.
Orang sehat-sehat begini kok dikeluarin dari rumah sakit.
Padahal, saya betah tinggal di sana.
Tetangga1,2&RT : Oh,,,,,,
Ternyata perkiraan ibu-ibu dan pak RT tentang pak Amir meleset.
Pak Amir ternyata belum sepenuhnya sembuh benar. Namun tidak seperti dulu, kali
ini kelakuan pak Amir berubah total seolah-olah menjadi orang yang intelek
walaupun dia sendiri menganggap dirinya sendiri sudah gila. Oleh karena itu,
melalui rapat dadakan dan rahasia, warga sekitar memperbolehkan pak Amir untuk
tinggal kembali ke rumah yang lama ia tinggalkan.

FORMAT PENILAIAN TEKS DRAMA SUDAH GILA KARYA CHAIRIL ANWAR

No. Deskriptor Indikator Keteranga(Sebutka Kualifikasi Skor


(Aspek yang n bukti/data) B(Baik) 3
dilihat) C (Cukup) 2
K (Kurang) 1
(3 adalah
nilai
tertinggi)
1. Penggarapan Tema teremban dalam Bagian 3 B (Baik) 2
tema struktur naskah drama
yang lain dan struktur
teks (dialog, monolog,
narasi, dan teks
samping).
Tema teremban dalam Bagian 3-Bagian 5 B (Baik) 2
struktur naskah drama
yang lain dan struktur
teks (dialog, monolog,
narasi, dan teks
samping).
Tema tidak teremban Bagian 1-Bagian 2 B (Baik) 2
dalam struktur naskah
drama yang lain dan
struktur teks (dialog,
monolog, narasi, dan
teks samping).
2. Keringkasan Pelukisan tokoh ringkas Bagian 1 B (Baik) 2
dan dan tepat, termasuk di
Ketepatan dalamnya adalah nama
deskripsi tokoh, usia tokoh,
tokoh deskripsi fisik tokoh
secukupnya, dan
hubungan tokoh utama
dengan tokoh lain
dalam drama.
Pelukisan tokoh Bagian 2-Bagian 6 B (Baik) 2
termasuk di dalamnya
adalah nama tokoh, usia
tokoh, deskripsi fisik
tokoh secukupnya, dan
hubungan tokoh utama
dengan tokoh lain
dalam drama kurang
dilukiskan secara
ringkas dan tepat,
Pelukisan tokoh Bagian 4-Bagian 6 B (Baik) 2
termasuk di dalamnya
adalah nama tokoh, usia
tokoh, deskripsi fisik
tokoh secukupnya, dan
hubungan tokoh utama
dengan tokoh lain
dalam drama tidak
dilukiskan secara
ringkas dan tepat,
3. Penciptaan Tujuan (goal) tokoh Bgaian 1 & Bagian B (Baik) 2
Konflik - protagonist terpapar 6
konflik yang jelas.
hidup
Tujuan (goal) tokoh Bagian 3 B (Baik) 2
protagonist kurang
terpapar jelas.
Tujuan (goal) tokoh Bagian 6 B (Baik) 2
protagonist tidak
terpapar jelas.
4. Deskripsi Latar cukup ringkas dan Bagian 1-Bagian 6 B (Baik) 2
Latar nyata
Latar kurang ringkas - - -
dan kurang nyata
Latar tidak ringkas dan - - -
tidak nyata
5. Penciptaan Lakuan dapat Bagian 3 B (Baik) 2
Suasana menyebabkan
Dramatik perubahan dalam
hubungan antarmanusia
Lakuan kurang Bagian 4-Bagian 5 B (Baik) 2
menyebabkan
perubahan dalam
hubungan antarmanusia
Lakuan tidak Bagian 2 B (Baik) 2
menyebabkan
perubahan dalam
hubungan antarmanusia
6. Penentuan Terdapat motivasi Bagian 1 & Bagian B (Baik) 2
motivasi tokoh untuk mencapai 6
tokoh utama tujuan.
Kurang terdapat - - -
motivasi tokoh untuk
mencapai tujuan.
Tidak terdapat motivasi - - -
tokoh untuk mencapai
tujuan.
7. Penentuan Terdapat rintangan Bagian 3-Bagian 4 B (Baik) 2
rintangan (obstacles) yang
tokoh utama menghalangi tokoh
dalam mencapai tujuan.
Kurang ditemukan Bagian 2 B (Baik) 2
rintangan (obstacles)
yang menghalangi
tokoh dalam mencapai
tujuan.
Tidak ditemukan Bagian 6 B (Baik) 2
rintangan (obstacles)
yang menghalangi
tokoh dalam mencapai
tujuan.
8. Penentuan Tokoh menggunakan Bagian 3-Bagian 4 B (Baik) 2
taktik tokoh taktik untuk mengatasi
utama rintangan.
Tokoh kurang Bagian 5 B (Baik) 2
menggunakan taktik
untuk mengatasi
rintangan.
Tokoh tidak Bagian 1&Bagian 6 Baik (Baik) 2
menggunakan taktik
untuk mengatasi
rintangan.

2. Refleksi: Apresiasi sastra dengan mengacu pada konteks evaluasi dilakukan untuk mengetahui
baik dan tidaknya pementasan drama sebagai tontonan. Dalam mengapresiasi pertunjukan
drama, perlu ada penilaian. Penilaian tersebut tentunya mengacu pada hal-hal teknik sebuah
pementasan.
Tugas Anda, tontonlah pertunjukan drama teater pada tautan berikut, lalu lakukan apresiasi
evaluasi berdasar Teknik penampilannya.
PEMENTASAN "ORANG ASING" Paket Drama UM - YouTube
https://youtu.be/7TnO9_9_7ow

Agar mampu memberikan penilaian pementasan drama, gunakan hal-hal berikut sebagai

pemandu dalam melakukan penilaian (buatlah dalam bentuk deskripsi secara objektif):

 Tata suara; pada bagian ini, unsur yang perlu dinilai adalah keras maupun lembutnya vokal,
kejelasan ucapan serta variasi dari intonasi.
 Ekspresi pemeranan; yang dinilai pada point ini yaitu apakah pemeran tokoh-tokoh telah
mampu mengekspresikan sesuai isi naskah drama yang ditandai dengan mimik yang tepat.
 Moving atau gerakan; di point ini yang dinilai adalah gerakan-gerakan dari pemeran apakah
mendukung ekspresi dan dilakukan secara wajar atau tidak?
 Tata letak atau bloking; penilaian yang dilakukan dan perlu diperhatikan disini yaitu apakah
pemeran mampu memposisikan dirinya dengan tepat. misalnya tidak membelakangi
penonton, maupun tidak menutupi pemain lainnya.
 Tata artistik: Perhatikan ketepatan latar, lampu, make up, musik, serta kostum.

Anda mungkin juga menyukai