Anda di halaman 1dari 6

YASMIEN ZAFIRA ARINI

XII BDP 1
BAHASA INDONESIA

Robohnya Surau Kami


Unsur Ekstrinsik
1. Latar Belakang Pengarang :
Pengarang bermaksud untuk mengkritik robohnya nilai-nilai agama yang
sudah disalah artikan oleh beberapa orang terutama di Indonesia.
2. Biografi Pengarang :
Nama : Ali Akbar Navis
Tempat/Tanggal Lahir : Padang Panjang, Sumatra Barat / 17
November 1924
Meninggal : 22 Maret 2003
Karya-karya : Cerpen Bianglala, Hujan Panas, Kemarau, dan
Saraswati.
3. Nilai-nilai :
a. Nilai Agama :
Kita harus rela dan menerima apa yang telah dikehendaki Allah. Dan
jangan melakukan hal yang dilarang oleh-Nya seperti bunuh diri,
mencemoh, dan berbohong.
b. Nilai Sosial :
Kita harus saling membantu jika orang lain dalam kesusahan, karena
pada hakikatnya kita adalah makhluk sosial yang butuh bantuan
orang lain dan tidak dapat hidup sendiri.
c. Nilai Adat / Budaya :
Kita harus berpegang teguh pada nilai-nilai yang ada di masyarakat.
d. Nilai Moral :
Kita sebagai sesama manusia jangan saling mengejek atau
menghina orang lain tetapi harus saling menghormati.
e. Nilai Pendidikan :
Kita tidak boleh putus asa dalam menghadapi kesulitan tetapi harus
selalu berusaha dengan sekuat tenaga dan selalu berdoa.

Unsur Intrinsik
1. Tema : Kehendak Tuhan
2. Latar
a. Tempat :
- Surau, kutipannya : “Dan diujung jalan nanti akan Tuan temui
sebuah surau tua.”
- Desa kecil/kampung, kutipannya : “Maka kira-kira sekilometer
dari pasar akan sampailah Tuan di jalan kampung.”
b. Waktu :
- Sekali hari, kutipannya : “Sekali hari aku datang pula mengupah
Kakek.”
- Beberapa tahun yang lalu, kutipannya : “Kalau beberapa tahun
yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpang
bis.”
c. Suasana :
- Tegang, kutipannya : “Alangkah tercengang Haji Saleh, karena
di neraka itu banyak teman-temannya di dunia terpanggang
hangus, merintih kesakitan.”
3. Tokoh dan Watak
a. Kakek :
- Taat, kutipannya : “Dan dipelataran kiri surau itu akan Tuan
temui seorang tua yang biasanya duduk disana dengan segala
tingkat ketuaannya dan ketaatannya beribadat.”
- Mudah dipengaruhi, kutipannya : “Apakah Ajo Sidi telah
membuat bualan tentang dirinya.”
b. Aku :
- Peduli, kutipannya : “Tidak pernah aku melihat Kakek begitu
durja dan belum pernah salamku tak disahutinya seperti itu.”
- Ingin tahu, kutipannya : Aku ingin tahu. Lalu aku tanya Kakek
lagi, “Apa ceritanya, Kek?”
c. Ajo Sidi :
- Si pembual, kutipannya : “Maka aku ingat Ajo Sidi, si pembual
itu.”
d. Haji Saleh :
- Sombong, kutipannya : “ketika dilihatnya orang-orang yang
masuk neraka, bibirnya menyunggingkan senyum ejekan.”
- Keras kepala, kutipannya : “Kita harus mengingatkan Tuhan,
kalau-kalau Ia silap memasukkan kita ke neraka ini.”
- Egois, kutipannya : “....Inilah kesalahanmu yang terbesar, terlalu
egoistis...”
4. Sudut Pandang : Orang Pertama (Aku).
5. Alur: Mundur.
6. Gaya bahasa :
a. Majas hiperbola : “....Kitab-Mu kami hafal diluar kepala kami..”
b. Majas sinisme : ”…Dan yang terutama ialah sifat masa bodoh
manusia sekarang, yang tak hendak memelihara apa yang tidak
dijaga lagi”.
7. Amanat :
a. Jika kita menolong seseorang, kita tidak boleh meminta imbalan
atau balasan apapun.
b. Kita harus menyeimbangkan antara kehidupan akhirat dan dunia,
artinya kita melakukan ibadah kepada Tuhan

1) Kucing
Unsur Ekstrinsik
1. Latar Belakang Pengarang :
Pengarang bermaksud agar kita dapat bersifat arif dalam menyikapi
segala persoalan supaya dapat menimbulkan rasa simpati terhadap orang
lain dan jangan bersifat egois.
2. Biografi Pengarang :
Nama : I Gusti Ngurah Putu Wijaya
Tempat/Tanggal Lahir : Puri Anom, Tabanan, Bali / 11 April 1944
Karier : Pelukis, Penulis drama, Cerpen, Novel,
skenario film, dan Sastrawan.
Karya-karya : Kumpulan Cerpen BOM (1978), Novel
Telegram (1972), dan masih banyak yang lainnya.
3. Nilai-nilai :
a. Nilai Moral:
Di dalam cerpen tersebut terdapat nilai moral yang jelek, yaitu seorang
laki-laki yang keras kepala dan kasar.
b. Nilai Sosial :
Kita sebagai makhluk sosial harus saling tolong menolong untuk tetap
mempererat tali silaturahmi antar tetangga.

Unsur Intrinsik
1. Tema : Keegoisan
2. Latar
a. Tempat :
- Toko Buku, kutipannya : “...menunggu saat berbuka, saya masuki
toko buku. Mencari cari yang tak ada.”
- Jalan Raya, kutipannya : “...lalu lintas sudah makin berengsek.
Janji untuk menurunkan rasa nyaman bagi pejalan kaki, ternyata
omong kosong semua. Motor-motor berseliweran siap membunuh
pejalan kaki yang meleng...”
- Rumah, kutipannya : “...cepat saya rogoh kunci dari saku dan
buru-buru masuk rumah...”
b. Waktu :
- Sore hari, kutipannya : “...tapi, saya masih bisa tepat sampai di
depan rumah, ketika suara azan maghrib terdengar.”
- Pagi hari, kutipannya : “pagi-pagi ada kejutan lagi. Pak RT
berkunjung ngajak ngomong serius.”
c. Suasana :
- Menegangkan, kutipannya : “Darah saya langsung mendidih”,
“Bangsat!”
3. Tokoh dan Watak
- Aku : Pemarah, egois, Keras Kepala, dan bertanggung
jawab.
- Pak RT : Baik hati, dan bijaksana.
- Istri : Baik hati, patuh terhadap suami, namun keras
kepala.
- Dede : Lugu, penurut pada orang tua.
- Kucing : Suka mencuri ikan, layaknya kucing pada umumnya.
- Pak Michel : Penyayang kucing, dan egois.
4. Sudut Pandang : Orang Pertama pelaku utama (Aku).
5. Alur : Maju.
Pada cerpen “Kucing” karya Putu Wijaya tersebut, alur yang digunakan
adalah alur maju. Dapat dibuktikan dari ceritanya yang bertahap dari
awal, yaitu ketika si tokoh Aku jengkel terhadap kucing sampai sampai
Ia memukul kucing , dan pada akhir cerita, kucing tersebut mati.
6. Gaya bahasa :
▪ Personifikasi :
- “Dan mobil-mobil seakan-akan begitu meremehkan
harga manusia.”
- “Motor berseliweran siap membunuh penjalan kaki yang
meleng.” Paragraf 5.
▪ Alegori :
“Tapi dasar kepala batu”. Paragraf 2.
7. Amanat :
- Janganlah egois. Sesuatu yang dianggap baik menurut diri
sendiri belum tentu baik menurut orang lain.
- Hendaklah dapat bersifat arif dalam menyikapi segala persoalan
supaya dapat menumbuhkan rasa simpati pada orang lain.
- Kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah, justru
sebaliknya menimbulkan masalah.

1. Tulislah ringkasan dua buah cerpen yang sudah kalian baca, masing-masing
diringkas dalam tiga paragraf dengan kata-katamu sendiri!
Jawab :
1) Robohnya Surau Kami :
Di suatu tempat ada sebuah surau tua yang nyaris ambruk. Hanya karena
seseorang yang datang ke sana dengan keikhlasan hatinya dan izin dari
masyarakat setempat, surau itu hingga kini masih tegak berdiri. Orang itulah
yang merawat dan menjaganya. Kelak orang ini disebut sebagai Garin. Meskipun
orang ini dapat hidup karena sedekah orang lain, tetapi ada yang paling pokok
yang membuatnya bisa bertahan, yaitu dia masih mau bekerja sebagai
pengasah pisau. Dari pekerjaannya inilah dia dapat mengais rejeki, apakah itu
berupa uang, makanan, kue-kue atau rokok. Kehidupan orang ini hanya
mengasah pisau, menerima imbalan, membersihkan dan merawat surau,
beribadah di surau dan bekerja hanya untuk keperluannya sendiri. Dia tidak
ngotot bekerja karena dia hidup sendiri. Hasil kerjanya tidak untuk orang lain,
apalagi untuk anak dan istrinya yang tidak pernah terpikirkan.
Suatu ketika datanglah Ajo Sidi untuk berbincang-bincang dengan
penjaga surau itu. Lalu, keduanya terlibat perbincangan. Akan tetapi,
sepulangnya Ajo Sidi, penjaga surau yang kerap disapa Kakek itu murung, sedih,
dan kesal. Karena dia merasakan, apa yang diceritakan Ajo Sidi itu sebuah
ejekan dan sindiran untuk dirinya. Ajo Sidi bercerita sebuah kisah tentang Haji
saleh. Haji saleh adalah orang yang rajin beribadah menyembah Tuhan. Ia
begitu yakin ia akan masuk ke surga. Namun Tuhan Maha Tau dan Maha Adil,
Haji Saleh yang begitu rajin beribadah di masukan ke dalamma neraka.
Kesalahan terbesarnya adalah ia terlalu mementingkan dirinya sendiri. Ia takut
masuk neraka, karena itu ia bersembahyang. Tapi ia melupakan kehidupan
kaumnya, melupakan kehidupan anak isterinya, sehingga mereka kocar-kacir
selamanya. Ia terlalu egoistis. Padahal di dunia ini kita berkaum, bersaudara
semuanya, tapi ia tidak memperdulikan itu sedikit pun. Cerita ini yang membuat
kakek tersindir dan merasa dirinya murung.
Kakek memang tak pernah mengingat anak dan istrinya tetapi dia pun tak
memikirkan hidupnya sendiri sebab dia memang tak ingin kaya atau membuat
rumah. Segala kehidupannya lahir batin diserahkannya kepada Tuhannya. Dia
tak berusaha mengusahakan orang lain atau membunuh seekor lalat pun. Dia
senantiasa bersujud, bersyukur, memuji, dan berdoa kepada Tuhannya. Apakah
semua ini yang dikerjakannya semuanya salah dan dibenci Tuhan ? Atau dia ini
sama seperti Haji Saleh yang di mata manusia tampak taat tetapi dimata Tuhan
dia itu lalai. Akhirnya, kelak ia dimasukkan ke dalam neraka. Penjaga surau itu
begitu memikirkan hal ini dengan segala perasaannya. Akhirnya, dia tak kuat
memikirkan hal itu. Kemudian dia memilih jalan pintas untuk menjemput
kematiannya dengan cara menggorok lehernya dengan pisau cukur.
Kematiannya sungguh mengejutkan masyarakat di sana. Semua orang berusaha
mengurus mayatnya dan menguburnya. Kecuali satu orang saja yang tidak
begitu peduli atas kematiannya. Dialah Ajo Sidi, yang pada saat semua orang
mengantar jenazah penjaga surau dia tetap pergi bekerja.

2) Kucing :
Cerpen “Kucing” sendiri berkisah tentang seseorang, yang suatu ketika, ia
sangat kesal. Kekesalan itu ia dapati setelah kucing tetangganya sedang
mencuri makanannya. Tak pelak, ia langsung memukul kucing itu hingga cacat.
Seketika itu juga, kejadian itu langsung mengubah hidupnya, baik dengan istri
dan anaknya.
Persoalan semakin memanjang, melalui Pak RT, ia dikomplain pemilik
kucing dan meminta ongkos perawatan kucing yang cacat akibat pukulannya.
Lambat laun, ia merasa uangnya terus menerus diperas oleh Pak RT.
Cerpen ini berjalan santai dan penuh guyon, akan tetapi Butet tetap
menyelipkan satu atau dua kritikan pedas “kucing pun lebih mulia dari koruptor.
Kucing tidak akan memakan jatah makanan yang bukan menjaid haknya!”

Anda mungkin juga menyukai