intrinsik dari hikayat dan cerpen Unsur intrinsik dalam Hikayat Tema Biasanya tentang terbentuknya suatu daerah atau tentang kebaikan (kejujuran) yang dapat mengalahkan keburukan. Penokohan Tidak mesti manusia. Biasanya berkarakter hitam-putih. Latar Latar yang dipakai relatif sederhana. Biasanya tentang alam pegunungan, pedesaan, atau hutan. Amanat Pelajaran ttg kejujuran, ketulusan, kecerdikan yang akan membuat hidup seseorang selamat. • Alur pada umumnya alur yang digunakan adalah alur maju dan jalan ceritanya sederhana • Gaya Bahasa Cerita pendek • Cerita pendek adalah suatu bentuk prosa narasi fiktif singkat yang siap dibaca dalam sekali duduk. • Isi cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya • Alur cerpen berbeda dengan alur hikayat. Cerpen menggunakan alur tunggal (yaitu bentuk cerita yang hanya menampilkan seorang tokoh protagonis dan hanya menceritakan satu episode kehidupan dari tokoh tersebut), sedangkan hikayat menggunakan alur berbingkai yaitu bentuk cerita yang berpokok pada suatu cerita, kemudian menerbitkan bermacam-macam cerita lagi (cerita dalam cerita). Cerita yang menjadi pokok itu dianggap sebagai bingkainya. • Cerita pendek mempunyai karakter: 1. memusatkan perhatian pada satu kejadian, 2. mempunyai satu alur yaitu alur tunggal, 3. Setting/latar sederhana, 4. jumlah tokoh yang terbatas, Unsur–unsur intrinsik cerpen o Latar (setting): keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam suatu cerita.. o Alur (plot): jalinan peristiwa dalam suatu cerita untuk mencapai efek tertentu dan membentuk sebuah cerita. Tahapan cerita ada 7: pengenalan, rangsangan, pertikaian, perumitan, klimaks, peleraian, penyelesaian. Tapi tidak semua cerpen yang memiliki 7 tahapan, karena ceritanya yang singkat. o Perwatakan/penokohan Ada lima cara pengarang dalam menampilkan watak tokoh-tokohnya 1. Menjelaskan karakter tokoh secara eksplisit. 2. Menampilkan dialog dengan tokoh lain. 3. Malukiskan tempat atau lingkungan tokoh. 4. Memberi penjelasan melalui tokoh lain. 5. Melalui tingkah laku, pikiran-pikirannya, cara berpakaian, dan reaksinya terhadap suatu kejadian. o TEMA Tema dapat disebut sebagai pikiran pokok yang melandasi sebuah cerita. Umumnya,tema cerita tersamar dalam seluruh elemen cerita, sehingga untuk menemukan tema sebuah cerita seseorang harus membaca/atau mendengarkan cerita secara utuh kemudian menyimpulkan ide dasar cerita yang disampaikan pengarang. o SUDUT PANDANG Sudut pandang penceritaan merupakan cara pengarang memandang tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu. Empat sudut pandang yang biasa digunakan pengarang. 1) Pengarang sebagai pelaku utama. Pengarang bertindak serba tahu tentang apa yang ada di dalam benak pelaku utama. Biasanya pencerita menggunakan kata”aku” atau “saya”. 2) Pengarang sebagai pelaku, tetapi bukan pelaku utama, Cerita yang disampaikan merupakan kisah orang lain,tetapi pencerita tetap terlibat di dalamnya. 3) Pengarang serba hadir, Pencerita tidak berperan apa-apa. Biasanya menggunakan kata ganti “dia” atau nama orang lain. Pencerita serba tahu apa yang dilakukan bahkan apa yang dipikirkan pelaku utama. 4) Pengarang sebagai peninjau. Pencerita hanya menceritakan apa yang dilihat. o AMANAT Amanat adalah pesan-pesan yang terkandung dalam sebuah cerpen (pesan yang ingin disampaikan pengarang terhadap pembaca). Amanat dapat disampaikan secara eksplisit atau implisit. Eksplisit yaitu jika jalan keluar atau ajaran moral itu disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir. Implisit yaitu jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran, dan larangan, berkaitan dengan gagasan yang mendasari cerita itu. o Gaya Bahasa Gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum (Tarigan, 2009:4). Sedangkan menurut Slamet Muljana gaya bahasa adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca. Gaya bahasa disebut pula majas. Gaya bahasa tersebut akan dibagi menjadi gaya bahasa perbandingan, pertentangan, sindiran, dan penegasan. Majas Perbandingan Hiperbola : Gaya bahasa melebih-lebihkan sesuatu. Metafora : Melukiskan secara langsung keadaan sesuatu dengan gambaran yang dianggap sama. Personifikasi :Menggambarkan benda mati seakan-akan hidup/berkelakuan seperti hidup. Eufemisme: Menghaluskan arti sebenarnya Sinekdoke terdiri dari dua majas : Pars Prototo : Memaksudkan keseluruhan tetapi digambarkan cuma sebagian. Totem Proparte : Majas ini kebalikan Pars Prototo, memaksudkan sebagian tetapi digambarkan secara keseluruhan. Metonimia : Meggambarkan sesuatu dengan merek dagang tertentu. Alusio : Menggambarkan keadaan dengan peribahasa. Alegori : Membandingkan sesuatu dengan gambaran yang utuh (dianggap sebanding). Asosiasi : Mencari perbandingan suatu keadaan dengan keadaan yang lain. Majas Pertentangan Paradoks : Menggambarkan sesuatu yang seakan-akan mempunyai arti yang berkebalikan. Antitesis : Mengungkapkan sesuatu yang berlawanan arti. Kontradiksi interminus : Menggambarkan pertentangan dengan penjelasan secara keseluruhan/Menyangkal pernyatan terdahulu. Majas Sindiran Ironi : Menyatakan keadaan sebaliknya untuk menyindir. Sinisme : Menyindir lebih kasar dari Ironi. Sarkasme : Menyindir dengan kasar sekali (lebih kasar dari sinisme). Majas Penegasan Repetisi : Pengulangan kata-kata tertentu. Pleonasme : Melebihkan suatu kata meskipun sebenarnya tidak perlu. Retorik : Pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban. Paralelisme : Melukiskan suatu keadaan dengan perulangan kata-kata. Klimaks : Melukiskan keadaan secara berurutan sampai pada puncaknya. Antiklimaks : Kebalikan dari klimaks. Melukiskan keadaan dari puncak kejadian sampai awalnya. Asidenton : Menyebutkan beberapa benda atau sesuatu hal tanpa tanda hubung. Polisidenton : Menyebutkan beberapa benda atau sesuatu hal dengan tanda hubung. Tautologi : Menyebut sinonim dari suatu kata untuk mempertegas arti. Nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam hikayat sama dengan nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam cerpen.