Anda di halaman 1dari 15

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Beber

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/ Semester : X/ I

Materi Pokok : Teks Hikayat

Alokasi Waktu : 1 x 45 menit (1 Pertemuan)

A. Kompetensi Inti
KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
tekhnologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan pada kajian bidang yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar Dan Indikator Pencapaian Kompetensi

INDIKATOR PENCAPAIAN
KOMPETENSI DASAR
KOMPETENSI (IPK)
4.8 Mengembangkan cerita rakyat (hikayat) ke 4.8.1 Mengembangkan cerita rakyat
dalam bentuk cerpen dengan (hikayat) kedalam bentuk cerpen.
memerhatikan isi dan nilai-nilai.

C. Tujuan Pembelajaran
4.8.1 Setelah berdiskusi, peserta didik mengembangkan cerita rakyat (hikayat)
kedalam bentuk cerpen yang telah dianalisis dan dibedakan berdasarkan teks
yang disajikan oleh guru dengan rasa ingin tahu, responsif, dan bertanggung
jawab.

D. Materi
a. Materi Fakta :
- Contoh teks hikayat yang berjudul “Hikayat Panji Semirang”
b. Materi Konsep :
Struktur teks hikayat
a. Unsur intrinsik
1. Tema, adalah ide pokok atau gagasan yang mendasari ide cerita. Ide
dasar itulah cerita dibangun oleh pengarangnya dengan memanfaatkan
unsur-unsur intrinsik seperti plot, penokohan, dan latar. Tema merupakan
pangkal tolak pengarang dalam menceritakan dunia rekaan yang
diciptakannya.
2. Tokoh dan penokohan, berkaitan dengan sifat atau karakter tokoh
dalam cerita. Dapat dikatakan pula sebagai cara pengarang
menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita.
Untuk menggambarkan karakter seorang tokoh tersebut, pengarang dapat
menggunakan teknik sebagai berikut.
3. Latar, berkaitan dengan latar tempat, latar waktu dan latar suasana.
Sudut pandang, berkaitan dengan cara pengarang menempatkan diri
dalam cerita. Posisi pengarang ini terdiri atas dua macam:

 Berperan langsung sebagai orang pertama, atau sebagai


tokoh yang terlihat dalam cerita yang bersangkutan.

 Hanya sebagai orang ketiga yang berperan sebagai


pengamat.

4. Alur, yaitu rangkaian peristiwa yang saling berhunbungan sehingga


membentuk suatu cerita. Secara umum, jalan ceritanya terdiri atas
bagian- bagian berikut: pengenalan situasi cerita (exposition),
pengungkapan peristiwa (complication), menuju pada adanya konflik
(rising action), puncak konflik (turning point), dan penyelesaian (ending).
5. Amanat, Amanat merupakan ajaran moral atau pesan yang ingin
disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya. Amanat
biasanya tersimpan rapat dan disembunyikan pengarangnya dalam
keseluruhan isi cerita.
6. Gaya bahasa, gaya bahasa yang digunakan pengarang.
b. Unsur ekstrinsik
1. Unsur moral, yaitu unsur-unsur yang berhubungan dengan baik
buruknya sikap atau tokoh dalam hikayat.
2. Unsur sosial, yaitu unsur-unsur yang berhubungan dengan
kehidupan di dsksm masyarakat
3. Unsur agama, yaitu unsur-unsur yang berhubungan dengan hal
keagamaan atau hubungan manusia dengan tuhan.
4. Unsur pendidikan, yaitu unsur-unsur yang berhubungan dengan
sikap dan tata laku seseorang melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
5. Unsur budaya, yaitu unsur-unsur yang berhubungan dengan adat
istiadat dan kebudayaan suatu daerah yang mendasaru suatu cerita.
c. Materi Prinsip :
Cerita rakyat (hikayat) dan cerpen sama-sama merupakan teks narasi fiksi
dan mempunyai unsur intrinsik yang sama, namun terdapat beberapa perbedaan
anatara cerita rakyat (hikayat) dan cerpen. Diantaranya adalah:

Hikayat Cerpen
1. Dari segi tema: Biasanya segi tema 1. Dari segi tema: Biasanya dalam
hikayat mengangkat tema mengenai cerpen mengangkat tema yang
kerajaan. ada dalam kehidupan sehari-hari
2. Dari segi Alur: Biasnya alur yang
yang terjadi.
digunakan dalam hikyat adalah alur 2. Dari segi alur: biasanya alur
berbingkai yakni terdapat cerita didalam yang digunakan dalam cerpen
sebuah cerita, bisa juga dikatakan bahwa hanya menggunakan satu alur
terdapat cabang cerita. atau satu peristiwa.
3. Tokoh/penokohan: Biasanya tokoh yang 3. Tokoh/penokohan: biasanya
dipakai dalam hikayat adalah para raja tokoh yang digunakan dalam
atau tokoh yang berhubungan dengan cerpen tidak terbatas, yakni bisa
kerajaan. diambi sesuka sang penulis.
4. Latar tempat: Biasanya tempat dalam 4. Latar tempat: latar tempat yang
cerita hikayat adalah ditempat kerajaan digunakan dalam cerpen
ataupun di hutan, dalam hal ini latar biasanya lebih bebas dan lebih
tempat masih terbatas dalam cerita. umum tidak terbatas.
5. Sudut pandang: biasanya sudut pandang 5. Sudut pandang: sudut pandang
yang digunakan adalah sudut pandang yang digunakan dalam cerpen
orang ketiga pelaku utama, karena bersifat bebas, dalam artian bisa
biasanya dalam hikayat menggunakan menggunakan sudut pandang
nama orang dalam ceritanya. orang pertama, ataupun sudut
6. Gaya bahasa: bahasa yang digunakan
pandang orang ketiga.
dalam hikayat menggunakan bahasa
Tergantung pengarang.
melayu klasik. 6. Gaya bahasa: bahasa yang
7.
digunakan dalam cerpen
biasanya menggunakan bahasa
indonesia atau bisa juga
menggunakan bahas indonesia
namun terdapat kata-kata
populer.
d. Materi Prosedur :
Mengubah isi hikayat kedalam bentuk cerpen:
1. Membaca dengan cermat teks hikayat yang akan dikembangkan
dalam bentuk cerpen.
2. Mengubah alur cerita dari alur berbingkai menjadi alur tungal.
3. Menggunakan kosakata bahasa indonesia saat ini (menganti kata
arkais dengan diksi yang dipakai sekarang)
4. Tetap mempertahankan nilai-nilai yang terkandung di dalam hikayat.
E. Metode, dan Model Pembelajaran
1. Metode
Number Head Together, dalam bukunya Miftahul Huda yaitu Model-model
Pengajaran dan Pembelajaran.
F. Media dan Alat
 Media
Contoh teks hikayat yang berjudul “Hikayat Panji Semirang”
 Alat
a. Papan tulis
b. Sepidol
c. Penghapus
d. Proyektor
e. Laptop
G. Sumber Belajar
 Bahasa Indonesia : SMA/MA/SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2016.
 Kosasih, E. Jenis-jenis Teks dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
SMA/MA/SMK: Analisis Fungsi, Struktur, Kaidah, serta Langkah-langkah
Penulisannya. Bandung: Yrama Widya
 Dalman. (2016). Keterampilan Menulis. Depok: Rajagrafindo Persada.
 Rudi Hermawan, S.S. Referensi Bahan Ajar Bahasa Indonesia. Solo: Putra
Kertonatan.
H. Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan 1 (1 x 45 menit)

No Langkah-langkah Kegiatan Waktu


1. Kegiatan Awal 1. Orientasi 10
Kegiatan  Melakukan pembukaan menit
Pendahuluan dengan mengucapkan salam.
 Mengajak siswa untuk berdoa
(Prapembelajaran)
sesuai dengan keyakinan.
 Mengecek kehadiran peserta
didik sebagai sikap disiplin
 Menyiapkan fisik dan psikis
peserta didik dalam mengawali
kegiatan pembelajaran.
2. Apersepsi
 Mengaitkan
materi/tema/kegiatan
pembelajaran yang akan
dilakukan dengan pengalaman
peserta didik dengan
materi/tema/kegiatan
sebelumnya.
 Mengulas kembali materi pada
pertemuan sebelumnya dengan
memberikan pertanyaan
kepada peserta didik.
3. Motivasi
 Memberikan manfaat
mempelajari pelajaran yang
akan dipelajari.
 Memberikan semangat dengan
cerita motivasi
 Menyampaikan tujuan
pembelajaran pada pertemuan
yang berlangsung.
4. Pemberian acuan
 Memberitahukan materi
pembelajaran yang akan
dibahas pada pembelajaran
berlangsung.
 Memberitahukan kompetensi
dasar, indikator, tujuan serta
KKM pada pembelajaran
berlangsung.
2. Kegiatan Inti 1. Mengelompokan peserta didik menjadi 30
Langkah 1: 6 kelompok, pengelompokkan dibentuk menit
Siswa dibagi dengan cara berhitung.
kedalam kelompok-
kelompok

Langkah 2: 1. Memberikan nomor kepada setiap


Masing-masing anggota kelompok.
siswa didalam
kelompok diberi
nomor
Langkah 3: 1. Memberikan materi tentang
Guru memberi langkah/cara mengembangkan teks
tugas/pertanyaan hikayat menjadi sebuah cerpen.
pada masing-masing 2. Memberikan sebuah teks hikayat yang
siswa dalam berjudul “Hikayat Panji Semirang”
berkelompok untuk kepada peserta didik.
mengerjakannya. Menanya
3. Peserta didik bertanya mengenai
materi yang telah diberikan.
Mengamati
4. Menugaskan peserta didik untuk
membaca dengan cermat teks hikayat
yang berjudul “Hikayat Panji
Semirang”.
5. Memberikan tugas kepada peserta
didik untuk membuat sebuah cerpen
yang dikembangkan dari teks hikayat
yang berjudul “Hikayat Panji
Semirang”.
Langkah 4: Mencoba
Setiap kelompok 1. Menugaskan peserta didik untuk
mulai berdiskusi mendiskusikan tugas yang telah
untuk menemukan diberikan yaitu untuk membuat cerpen
jawaban yang yang dikembangkan dari teks hikayat
dianggap paling yang berjudul “Hikayat Panji
tepat dan Semirang”.
memastikan semua
anggota kelompok
mengetahui jawaban
tersebut.
Langkah 5: 1. Memanggil salah satu nomor didalam
Guru memanggil kelompok secara acak (dengan cara
salah satu nomor diundi).
secara acak
Langkah 6: Mengomunikasikan
Siswa dengan nomor 1. Peserta didik dengan nomor yang
yang dipanggil dipanggil mempresentasikan hasil
mempresentasikan diskusi dengan kelompoknya.
jawaban dari hasil
diskusi kelompok
mereka
3. Langkah Penutup 1. Merefleksikan pembelajaran yang 5
telah berlangsung. menit
2. Memberikan tindak lanjut untuk
pelajaran berikutnya.
3. Mengajak peserta didik untuk
menutup pembelajaran dengan
“Hamdalah”

I. Penilaian
1. Tekhnik Penilaian
a. Penilaian sikap : Observasi dan pengamatan
b. Penilaian Keterampilan : Unjuk kerja/Praktik
1. Bentuk Instrumen
a. Observasi : Lembar pengamatan aktivitas peserta
didik
b. Unjuk Kerja : Lembar penilaian keaktifan
c. Proyek : Lembar penilaian tugas proyek
2. Instrumen Penilaian Terlampir
a. Remedial
 Pembelajaran Remedial dilakukan bagi pesertadidik yang
capaian KDnya belum tuntas.
 Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui
remedial teaching (klasikal), atau tutor sebaya, atau tugas dan
diakhiri dengan tes.
 Tes remedial, dilakukan sebanyak 3 kali dan apabila setelah
3 kali tes remedial belum mencapai ketuntasan, maka remedial
dilakukan dalam bentuk tugas tanpa tes tertulis kembali.
b. Pengayaan
 Siswa yang nilai hanya mencapai nilai KKM, diberikan
materi dalam cakupan KD dengan pendalaman sebgai pengetahuan
tambahan.
 Siswa yang melampai nilai KKM, diberikan materi melebihi
cakupan KD dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan.
Lampiran

a. Penilaian Sikap
INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP
Nama Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Beber
Tahun Pelajaran : 2017/2018
Kelas/Semester :X/I
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kejadian/ Butir Positif/ Tindak


No Waktu Nama
Perilaku Sikap negatif Lanjut

INSTRUMEN PENUGASAN
Nama Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Beber
Tahun Pelajaran : 2017/2018
Kelas/Semester :X/I
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar : 4.8 Mengembangkan cerita rakyat (hikayat) ke
dalam bentuk cerpen dengan memerhatikan isi dan
nilai-nilai.
Indikator : 4.8.1 Mengembangkan cerita rakyat (hikayat)
kedalam bentuk cerpen.

Tugas :
Bacalah teks di bawah ini!

“Hikayat Panji Semirang”

Alkisah pada zaman dahulu hiduplah seorang raja di Tanah Jawa yang merupakan
empat bersaudara. Yang tua menjadi raja di Kuripan, yang muda menjadi raja di Daha,
yang tengah menjadi raja di Gegelang, dan yang bungsu menjadi raja di Singasari. Empat
orang bersaudara itu sangat menyayangi satu sama lain. Negeri tempat mereka tinggal
sangat ramai dan termasyur. Banyak pedagang asing yang masuk untuk berniaga di dalam
negeri itu.

Raja Daha mempunyai dua orang putri. Dengan permaisurinya ia berputra seorang
bernama Galuh Candra Kirana, seorang putri yang cantik, dan lemah-lembut tutur katanya
membuat orang tertarik kepadanya. Seorang putri lagi bernama Galuh Ajeng, keturunan
yang diperoleh atas perkawinan dengan selirnya bernama Paduka Liku. Tabiat Salah satu
raja yaitu Raja Daha memiliki dua orang putri, namun putri-putrinya memiliki ibu yang berbeda

Galuh Ajeng tidak baik dan selalu iri hati terhadap kakak tirinya, Galuh Candra
Kirana. Dayang-dayang dan orang-orang istana tidak senang kepadanya.

Baginda raja mempunyai beberapa orang saudara. Seorang menjadi raja di


Kahuripan dan seorang menjadi raja Gagelang, seorang lagi wanita, menjadi pertapa di
Gunung Wilis dengan gelar Gandasan. Raja Kahuripan mempunyai seorang putra yang
tampan dan baik perangainya, bernama Raden Inu Kertapati. Raja Kahuripan ingin supaya
putranya menikah dengan putri layaknya sebagai menantu raja. Pilihan jatuh kepada putrid
saudaranya yang cantik, yaitu Galuh Candra Kirana.

Dikirimlah utusan ke Daha untuk meminang, dan dengan, senang hati raja dan
rakyat menerima pinangan itu. Paduka Liku sajalah yang tidak senang. Timbul maksud
jahatnya menyingkirkan permaisuri serta Galuh Candra Kirana, agar ia dapat
menggantikan kedudukan sebagai permaisuri dan Galuh Ajeng dapat dijodohkan dengan
Raden Inu Kertapati.

Pada suatu hari dibuat tapai beracun dan disuruhnya seorang dayang memberikan
tapai itu kepada permaisuri. Permaisuri senang hati menerimanya, karena baru pertama kali
itu Paduka Liku mengirimkan makanan untuk dia. Selain itu Paduka Liku menyuruh
adiknya minta azimat (guna-guna) kepada seorang petapa sakti, agar raja sayang
kepadanya.

Ketika sedang duduk santai pada sore, permaisuri teringat kepada tapai pemberian
Paduka Liku. Disuruhnya seorang dayang mengambil tapai itu. Baru saja tapai dimakan,
tiba-tiba badan permaisuri kejang, mata terbelalak dan mulutnya berbusa. Dayang-dayang
menjadi panik, menangis dan Candra Kirana menjerit ketika melihat ibunya dalam keadaan
demikian.

Demikian pula Mahadewi, selir baginda satu lagi sangat merasa sedih atas kematian
permaisuri. Tergopoh-gopoh baginda datang dan sangat marah kepada Paduka Liku atas
bencana yang ditimbulkannya. Namun setelah berhadapan dengan Paduka Liku, baginda
berubah sikap menjadi tenang dan tetap ramah kepadanya.

Kabar tentang wafatnya permaisuri Daha sampai ke Kahuripan. Baginda raja


Kahuripan merasa kasihan kepada Candra Kirana atas nasibnya itu. Untuk menghiburnya
Baginda ingin mengirimkan bingkisan kepada calon menantunya. Raden Inu Kertapati
disuruh membuat dua buah boneka. Satu dari emas dan satu lagi dari perak. Boneka Emas
dibungkus dengan kain biasa, dan boneka perak dibungkus dengan sutera yang indah.
Setelah bingkisan tiba di Daha, Baginda menyuruh Galuh Ajeng memilih lebih dahulu.
Karena tamaknya diambilnya bungkusan sutera dan yang berbungkus jelek diberikan
kepada Candra Kirana.

Betapa gembira Candra Kirana setelah membuka bungkusan ternyata yang


didapatkannya adalah boneka emas yang berkilau-kilauan. Ditimang-timangnya boneka itu
dan selalu dibawanya ke mana ia pergi. Akhirnya Galuh Ajeng mengetahui bahwa boneka
kakaknya jauh lebih bagus dan ia ingin memilikinya. Atas bujukan Paduka Liku, Baginda
menyuruh Candra Kirana agar menukarkan boneka itu dengan boneka Galuh Ajeng.
Karena Candra Kirana tidak mau menyerahkan bonekanya, Baginda menjadi marah.
Candra Kirana diusir dan terhuyung-huyung dituntun Mahadewi ke peraduannya, bersama
para dayang dan pengasuh.

Keesokan harinya, menjelang subuh Candra Kirana dan pengiring-pengiringnya


meninggalkan istana pergi tanpa tujuan. Di perbatasan antara Daha dan Kahuripan,
menetaplah mereka, membangun kerajaan kecil dan dengan persetujuan dayang-dayang
dialah yang menjadi rajanya. Untuk itu mereka harus menyamar sebagai pria dan ia sendiri
mengganti nama dengan Panji Semirang. Untuk memperkuat kerajaan mereka melakukan
perampokan dan memaksa semua orang yang ditahan menetap di tempat itu. Dengan
demikian rakyat makin bertambah dan kerajaan makin kuat.

Berita tentang kerajaan Panji Semirang sampailah ke Kahuripan. Pada waktu


utusan raja Kahuripan membawa barang-barang dan uang emas kawin untuk meminang
Galuh Candra Kirana, mereka dicegat dan dirampok tentara Panji Semirang. Barang
rampasan dan uang hanya akan dikembalikan apabila Raden Inu Kertapati datang
menghadap Panji Semirang.

Betapa heran dan takjub Raden Inu Kertapati memandang Panji Semirang, seorang
raja yang menarik, simpatik, cantik, dan suaranya lembut merdu. Diadakanlah jamuan di
istana Panji Semirang untuk menyambut kedatangan Raden Inu Kertapati. Keesokan
harinya, setelah semua barang dan uang dikembalikan, berangkatlah Raden Inu Kertapati
beserta rombongan meneruskan perjalanan ke Daha menyerahkan uang jujuran (mas
kawin) kepada raja Daha.

Betapa sedih hati Panji Semirang memikirkan kekasihnya akan melangsungkan


pernikahan dengan Galuh Ajeng di Daha. Karena itu ia memutuskan hendak pergi
menjumpai bibinya, Biku Gandasari, di Gunung Wilis dengan berpakaian wanita, untuk
minta nasihat. Biku Gandasari sangat terharu mendengar cerita dan derita kemenakannya
itu. la menganjurkan supaya Candra Kirana pergi ke Gagelang ke tempat pamannya.
Karena itu kembali Candra Kirana dan rombongan berpakaian laki-laki dan menyamar
sebagai pemain gambuh (pengamen) dengan nama Gambuh Warga Asmara. Mereka
berkeliling dari kota ke kota sambil ngamen. Sampailah ke Gagelang. Semua orang
menyenangi permainan Gambuh Warga Asmara.

Sejak hari pertama pernikahan Raden Inu Kertapati dengan Galuh Ajeng, ia
menjadi pendiam, sedih hati, karena diketahuinya bahwa istrinya itu bukanlah Galuh
Candra Kirana. Ia merasa tertipu oleh Paduka Liku. Betapa ingin hatinya berjumpa dengan
Candra Kirana kekasihnya yang dicintainya. Untuk menghibur hatinya ia memutuskan
berangkat ke kerajaan pamannya di Gagelang. Para pengiringnya mengatakan bahwa di
Gagelang ada rombongan pemain gambuh yang baik penampilannya. Usul itu dipenuhi
karena memang Raden Inu merasa ingin hiburan.

Betapa menarik dan mengharukan permainan gambuh itu dan Inu Kertapati curiga
melihat gerak-gerik para pemain gambuh yang luwes bagai wanita. Bahkan ia merasa telah
pernah melihat wajah-wajah mereka. Karena hari telah larut malam, maka rombongan itu
disuruh menginap di dalam kraton di puri pesantren. Di tempat peristirahatannya Candra
Kirana mengenakan pakaian wanita karena rindu kepada kekasihnya, ditimang-timangnya
boneka emasnya sambil menyanyikan lagu yang merawankan hati.

Raden Inu Ketapati ingin sekali mengetahui anggota Gambuh Warga Asmara yang
sebenamya, dengan mengintip di tempat peristirahatan mereka. Alangkah terkejutnya ia
setelah melihat seorang putri menimang-nimang boneka emas yang pemah diberikannya
kepada Candra Kirana. Tanpa ragu lagi ia memastikan bahwa sebenamya wanita itulah
Candra Kirana yang sedang dicarinya. Dengan hati yang tak sabar lagi pintu kamar
dibukanya dan bertemulah keduanya melepaskan rasa rindu, kasih, dan mesra yang telah
lama terpendam.

Candra Kirana dibawanya ke istana Kahuripan dan menyampaikan kepada Baginda


apa sebenamya yang telah terjadi. Candra Kirana minta maaf atas kekeliruan yang telah
diperbuatnya. Disiapkanlah segala sesuatu untuk upacara pernikahan resmi antara Raden
Inu Kertapati dengan Galuh Candra Kirana.

Paduka Liku menjadi kecut hatinya tatkala mendengar berita itu. Raja Daha pun tak
mau memperhatikannya lagi. Ia menyuruh adiknya untuk minta guna-guna kepada pertapa
yang pernah diminta pertolongannya dahulu. Tetapi sayang di tengah perjalanan adiknya
itu disambar petir dan meninggal dunia. Paduka Liku putus asa lalu bunuh diri.

1. Jika kamu sudah bisa memahami struktur, dan dapat membedakan cerpen
dan hikayat, coba buat sebuah cerpen sesuai dengan hikayat diatas!

Kunci jawaban:

1. Jawaban disesuaikan dengan keterampilan menulis siswa, dengan kriteria


penilaian yang telah dipersiapkan.
Rubrik Kemampuan Menulis Teks cerpen yang dikembangkan dari hikayat

Aspek Subkompetensi Indikator Ya Tidak


(1) (0)
Keautentikan Memilih ide 1. Apakah ide atau gagasan dipilih
yang orisinil berdasarkan hasil sumbang saran atau
tidak?
2. Apakah ide atau gagasan
dikembangkan berdasarkan referensi?
Keutuhan Mengembangkan 1. Apakah terdapat judul dalam teks
struktur isi secara utuh cerpen yang dibuat?
2. Apakah antara judul dan isi
sesuai?
3. Apakah terdapat bagian struktur
lengkap?
4. Apakah struktur teks saling
berkaitan?
5. Apakah masih terdapai nilai-nilai
yang terkandung di hikayat dalam
cerpen yang dibuat?
Kebahasaan Pemilihan 1. Apakah terdapat penggunaan
bahasa bahasa indonesia yang sesuai?
2. Apakah terdapat satu aluar dalam
cerita?
3. Apakah sudah tidak terdapat kata
arkais?

Skor yang dicapai

Skor maksimum

Skor yang dicapai


Nilai = × 100=¿ Hasil
Skor maksimal

Beber, November 2017

Mengetahui

Guru Bahasa Indonesia, Guru Praktikan,


Rizky Aditya Putri, S.Pd. Resih Diarani

Anda mungkin juga menyukai