(RPP)
Kelas/ Semester : X/ I
A. Kompetensi Inti
KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
tekhnologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan pada kajian bidang yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar Dan Indikator Pencapaian Kompetensi
INDIKATOR PENCAPAIAN
KOMPETENSI DASAR
KOMPETENSI (IPK)
4.8 Mengembangkan cerita rakyat (hikayat) ke 4.8.1 Mengembangkan cerita rakyat
dalam bentuk cerpen dengan (hikayat) kedalam bentuk cerpen.
memerhatikan isi dan nilai-nilai.
C. Tujuan Pembelajaran
4.8.1 Setelah berdiskusi, peserta didik mengembangkan cerita rakyat (hikayat)
kedalam bentuk cerpen yang telah dianalisis dan dibedakan berdasarkan teks
yang disajikan oleh guru dengan rasa ingin tahu, responsif, dan bertanggung
jawab.
D. Materi
a. Materi Fakta :
- Contoh teks hikayat yang berjudul “Hikayat Panji Semirang”
b. Materi Konsep :
Struktur teks hikayat
a. Unsur intrinsik
1. Tema, adalah ide pokok atau gagasan yang mendasari ide cerita. Ide
dasar itulah cerita dibangun oleh pengarangnya dengan memanfaatkan
unsur-unsur intrinsik seperti plot, penokohan, dan latar. Tema merupakan
pangkal tolak pengarang dalam menceritakan dunia rekaan yang
diciptakannya.
2. Tokoh dan penokohan, berkaitan dengan sifat atau karakter tokoh
dalam cerita. Dapat dikatakan pula sebagai cara pengarang
menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita.
Untuk menggambarkan karakter seorang tokoh tersebut, pengarang dapat
menggunakan teknik sebagai berikut.
3. Latar, berkaitan dengan latar tempat, latar waktu dan latar suasana.
Sudut pandang, berkaitan dengan cara pengarang menempatkan diri
dalam cerita. Posisi pengarang ini terdiri atas dua macam:
Hikayat Cerpen
1. Dari segi tema: Biasanya segi tema 1. Dari segi tema: Biasanya dalam
hikayat mengangkat tema mengenai cerpen mengangkat tema yang
kerajaan. ada dalam kehidupan sehari-hari
2. Dari segi Alur: Biasnya alur yang
yang terjadi.
digunakan dalam hikyat adalah alur 2. Dari segi alur: biasanya alur
berbingkai yakni terdapat cerita didalam yang digunakan dalam cerpen
sebuah cerita, bisa juga dikatakan bahwa hanya menggunakan satu alur
terdapat cabang cerita. atau satu peristiwa.
3. Tokoh/penokohan: Biasanya tokoh yang 3. Tokoh/penokohan: biasanya
dipakai dalam hikayat adalah para raja tokoh yang digunakan dalam
atau tokoh yang berhubungan dengan cerpen tidak terbatas, yakni bisa
kerajaan. diambi sesuka sang penulis.
4. Latar tempat: Biasanya tempat dalam 4. Latar tempat: latar tempat yang
cerita hikayat adalah ditempat kerajaan digunakan dalam cerpen
ataupun di hutan, dalam hal ini latar biasanya lebih bebas dan lebih
tempat masih terbatas dalam cerita. umum tidak terbatas.
5. Sudut pandang: biasanya sudut pandang 5. Sudut pandang: sudut pandang
yang digunakan adalah sudut pandang yang digunakan dalam cerpen
orang ketiga pelaku utama, karena bersifat bebas, dalam artian bisa
biasanya dalam hikayat menggunakan menggunakan sudut pandang
nama orang dalam ceritanya. orang pertama, ataupun sudut
6. Gaya bahasa: bahasa yang digunakan
pandang orang ketiga.
dalam hikayat menggunakan bahasa
Tergantung pengarang.
melayu klasik. 6. Gaya bahasa: bahasa yang
7.
digunakan dalam cerpen
biasanya menggunakan bahasa
indonesia atau bisa juga
menggunakan bahas indonesia
namun terdapat kata-kata
populer.
d. Materi Prosedur :
Mengubah isi hikayat kedalam bentuk cerpen:
1. Membaca dengan cermat teks hikayat yang akan dikembangkan
dalam bentuk cerpen.
2. Mengubah alur cerita dari alur berbingkai menjadi alur tungal.
3. Menggunakan kosakata bahasa indonesia saat ini (menganti kata
arkais dengan diksi yang dipakai sekarang)
4. Tetap mempertahankan nilai-nilai yang terkandung di dalam hikayat.
E. Metode, dan Model Pembelajaran
1. Metode
Number Head Together, dalam bukunya Miftahul Huda yaitu Model-model
Pengajaran dan Pembelajaran.
F. Media dan Alat
Media
Contoh teks hikayat yang berjudul “Hikayat Panji Semirang”
Alat
a. Papan tulis
b. Sepidol
c. Penghapus
d. Proyektor
e. Laptop
G. Sumber Belajar
Bahasa Indonesia : SMA/MA/SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2016.
Kosasih, E. Jenis-jenis Teks dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
SMA/MA/SMK: Analisis Fungsi, Struktur, Kaidah, serta Langkah-langkah
Penulisannya. Bandung: Yrama Widya
Dalman. (2016). Keterampilan Menulis. Depok: Rajagrafindo Persada.
Rudi Hermawan, S.S. Referensi Bahan Ajar Bahasa Indonesia. Solo: Putra
Kertonatan.
H. Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan 1 (1 x 45 menit)
I. Penilaian
1. Tekhnik Penilaian
a. Penilaian sikap : Observasi dan pengamatan
b. Penilaian Keterampilan : Unjuk kerja/Praktik
1. Bentuk Instrumen
a. Observasi : Lembar pengamatan aktivitas peserta
didik
b. Unjuk Kerja : Lembar penilaian keaktifan
c. Proyek : Lembar penilaian tugas proyek
2. Instrumen Penilaian Terlampir
a. Remedial
Pembelajaran Remedial dilakukan bagi pesertadidik yang
capaian KDnya belum tuntas.
Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui
remedial teaching (klasikal), atau tutor sebaya, atau tugas dan
diakhiri dengan tes.
Tes remedial, dilakukan sebanyak 3 kali dan apabila setelah
3 kali tes remedial belum mencapai ketuntasan, maka remedial
dilakukan dalam bentuk tugas tanpa tes tertulis kembali.
b. Pengayaan
Siswa yang nilai hanya mencapai nilai KKM, diberikan
materi dalam cakupan KD dengan pendalaman sebgai pengetahuan
tambahan.
Siswa yang melampai nilai KKM, diberikan materi melebihi
cakupan KD dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan.
Lampiran
a. Penilaian Sikap
INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP
Nama Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Beber
Tahun Pelajaran : 2017/2018
Kelas/Semester :X/I
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
INSTRUMEN PENUGASAN
Nama Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Beber
Tahun Pelajaran : 2017/2018
Kelas/Semester :X/I
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar : 4.8 Mengembangkan cerita rakyat (hikayat) ke
dalam bentuk cerpen dengan memerhatikan isi dan
nilai-nilai.
Indikator : 4.8.1 Mengembangkan cerita rakyat (hikayat)
kedalam bentuk cerpen.
Tugas :
Bacalah teks di bawah ini!
Alkisah pada zaman dahulu hiduplah seorang raja di Tanah Jawa yang merupakan
empat bersaudara. Yang tua menjadi raja di Kuripan, yang muda menjadi raja di Daha,
yang tengah menjadi raja di Gegelang, dan yang bungsu menjadi raja di Singasari. Empat
orang bersaudara itu sangat menyayangi satu sama lain. Negeri tempat mereka tinggal
sangat ramai dan termasyur. Banyak pedagang asing yang masuk untuk berniaga di dalam
negeri itu.
Raja Daha mempunyai dua orang putri. Dengan permaisurinya ia berputra seorang
bernama Galuh Candra Kirana, seorang putri yang cantik, dan lemah-lembut tutur katanya
membuat orang tertarik kepadanya. Seorang putri lagi bernama Galuh Ajeng, keturunan
yang diperoleh atas perkawinan dengan selirnya bernama Paduka Liku. Tabiat Salah satu
raja yaitu Raja Daha memiliki dua orang putri, namun putri-putrinya memiliki ibu yang berbeda
Galuh Ajeng tidak baik dan selalu iri hati terhadap kakak tirinya, Galuh Candra
Kirana. Dayang-dayang dan orang-orang istana tidak senang kepadanya.
Dikirimlah utusan ke Daha untuk meminang, dan dengan, senang hati raja dan
rakyat menerima pinangan itu. Paduka Liku sajalah yang tidak senang. Timbul maksud
jahatnya menyingkirkan permaisuri serta Galuh Candra Kirana, agar ia dapat
menggantikan kedudukan sebagai permaisuri dan Galuh Ajeng dapat dijodohkan dengan
Raden Inu Kertapati.
Pada suatu hari dibuat tapai beracun dan disuruhnya seorang dayang memberikan
tapai itu kepada permaisuri. Permaisuri senang hati menerimanya, karena baru pertama kali
itu Paduka Liku mengirimkan makanan untuk dia. Selain itu Paduka Liku menyuruh
adiknya minta azimat (guna-guna) kepada seorang petapa sakti, agar raja sayang
kepadanya.
Ketika sedang duduk santai pada sore, permaisuri teringat kepada tapai pemberian
Paduka Liku. Disuruhnya seorang dayang mengambil tapai itu. Baru saja tapai dimakan,
tiba-tiba badan permaisuri kejang, mata terbelalak dan mulutnya berbusa. Dayang-dayang
menjadi panik, menangis dan Candra Kirana menjerit ketika melihat ibunya dalam keadaan
demikian.
Demikian pula Mahadewi, selir baginda satu lagi sangat merasa sedih atas kematian
permaisuri. Tergopoh-gopoh baginda datang dan sangat marah kepada Paduka Liku atas
bencana yang ditimbulkannya. Namun setelah berhadapan dengan Paduka Liku, baginda
berubah sikap menjadi tenang dan tetap ramah kepadanya.
Betapa heran dan takjub Raden Inu Kertapati memandang Panji Semirang, seorang
raja yang menarik, simpatik, cantik, dan suaranya lembut merdu. Diadakanlah jamuan di
istana Panji Semirang untuk menyambut kedatangan Raden Inu Kertapati. Keesokan
harinya, setelah semua barang dan uang dikembalikan, berangkatlah Raden Inu Kertapati
beserta rombongan meneruskan perjalanan ke Daha menyerahkan uang jujuran (mas
kawin) kepada raja Daha.
Sejak hari pertama pernikahan Raden Inu Kertapati dengan Galuh Ajeng, ia
menjadi pendiam, sedih hati, karena diketahuinya bahwa istrinya itu bukanlah Galuh
Candra Kirana. Ia merasa tertipu oleh Paduka Liku. Betapa ingin hatinya berjumpa dengan
Candra Kirana kekasihnya yang dicintainya. Untuk menghibur hatinya ia memutuskan
berangkat ke kerajaan pamannya di Gagelang. Para pengiringnya mengatakan bahwa di
Gagelang ada rombongan pemain gambuh yang baik penampilannya. Usul itu dipenuhi
karena memang Raden Inu merasa ingin hiburan.
Betapa menarik dan mengharukan permainan gambuh itu dan Inu Kertapati curiga
melihat gerak-gerik para pemain gambuh yang luwes bagai wanita. Bahkan ia merasa telah
pernah melihat wajah-wajah mereka. Karena hari telah larut malam, maka rombongan itu
disuruh menginap di dalam kraton di puri pesantren. Di tempat peristirahatannya Candra
Kirana mengenakan pakaian wanita karena rindu kepada kekasihnya, ditimang-timangnya
boneka emasnya sambil menyanyikan lagu yang merawankan hati.
Raden Inu Ketapati ingin sekali mengetahui anggota Gambuh Warga Asmara yang
sebenamya, dengan mengintip di tempat peristirahatan mereka. Alangkah terkejutnya ia
setelah melihat seorang putri menimang-nimang boneka emas yang pemah diberikannya
kepada Candra Kirana. Tanpa ragu lagi ia memastikan bahwa sebenamya wanita itulah
Candra Kirana yang sedang dicarinya. Dengan hati yang tak sabar lagi pintu kamar
dibukanya dan bertemulah keduanya melepaskan rasa rindu, kasih, dan mesra yang telah
lama terpendam.
Paduka Liku menjadi kecut hatinya tatkala mendengar berita itu. Raja Daha pun tak
mau memperhatikannya lagi. Ia menyuruh adiknya untuk minta guna-guna kepada pertapa
yang pernah diminta pertolongannya dahulu. Tetapi sayang di tengah perjalanan adiknya
itu disambar petir dan meninggal dunia. Paduka Liku putus asa lalu bunuh diri.
1. Jika kamu sudah bisa memahami struktur, dan dapat membedakan cerpen
dan hikayat, coba buat sebuah cerpen sesuai dengan hikayat diatas!
Kunci jawaban:
Skor maksimum
Mengetahui