Anda di halaman 1dari 3

Judul Cerpen : Robohnya Surau Kami

A.   UNSUR INTRINSIK
1.    Tema             : Kehendak Tuhan
2.    Latar 
a.    Tempat    :
-         Surau, kutipannya : Dan diujung jalan nanti akan Tuan temui sebuah surau tua.
-         Desa kecil/kampung, kutipannya : Maka kira0kira sekilometer dari pasar akan
sampailah Tuan di jalan kampungku.
b.    Waktu      :
-         Sekali hari, kutipannya : Sekali hari aku datang pula mengupah Kakek.
-         Beberapa tahun yang lalu, kutipannya : Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan
datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis.
c.    Suasana  :
-         Tegang, kutipannya : Alangkah tercengang Haji Saleh, karena di neraka itu banyak
teman-temannya di dunia terpanggang hangus, merintih kesakitan.
3.    Tokoh dan Watak
a.    Kakek      :
-         Taat, kutipannya : Dan dipelataran kiri surau itu akan Tuan temui seorang tua yang
biasanya duduk disana dengan segala tingkat ketuaannya dan ketaatannya
beribadat.
-         Mudah dipengaruhi, kutipannya : Apakah Ajo Sidi telah membuat bualan tentang
dirinya?
b.    Aku          :
-         Peduli, kutipannya : Tidak pernah aku melihat Kakek begitu durja dan belum pernah
salamku tak disahutinya seperti itu.
-         Ingin tahu, kutipannya : Aku ingin tahu. Lalu aku tanya Kakek lagi, “Apa ceritanya,
Kek?”
c.    Ajo Sidi   :
-         Si pembual, kutipannya : Maka aku ingat Ajo Sidi, si pembual itu.
d.    Haji Saleh                       :
-         Sombong, kutipannya : ketika dilihatnya orang-orang yang masuk neraka, bibirnya
menyunggingkan senyum ejekan.
-         Keras kepala, kutipannya : “Kita harus mengingatkan Tuhan, kalau-kalau Ia silap
memasukkan kita ke neraka ini.”
-         Egois, kutipannya : “....Inilah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis...”
4.    Sudut Pandang  : Orang Pertama (Aku)
5.    Alur                   : Mundur
6.    Gaya bahasa               :
a.    Majas hiperbola : “....Kitab-Mu kami hafal diluar kepala kami..”
b.    Majas sinisme : ”…Dan yang terutama ialah sifat masa bodoh manusia sekarang,
yang tak hendak memelihara apa yang tidak dijaga lagi”
7.    Amanat          :
a.    Jika kita menolong seseorang, kita tidak boleh meminta imbalan atau balasan
apapun.
b.    Kita harus menyeimbangkan antara kehidupan akhirat dan dunia, artinya kita
melakukan ibadah kepada Tuhan, tetapi juga melakukan kewajiban kita sebagai
makhluk sosial yang harus berinteraksi dan memiliki kehidupan dengan dunia luar.
c.    Jangan egois dan jangan cepat marah bila diejek orang lain.
B.   UNSUR EKSTRINSIK
1.    Latar belakang pengarang : Pengarang bermaksud untuk mengkritik robohnya nilai-
nilai agama yang sudah disalah artikan oleh beberapa orang terutama di Indonesia.
2.    Biografi Pengarang :
Nama              : Ali Akbar Navis
TTL                 : Padang Panjang Sumatera Barat, 17 November 1924
Meninggal      : 22 Maret 2003
Karya-karya   : Cerpen Bianglala, hujan panas, kemarau, dan Saraswati
3.    Nilai-nilai :
a.    Nilai sosial : Kita harus saling membantu jika orang lain dalam kesusahan
b.    Nilai moral : Kita sebagai sesama manusia jangan saling mengejek
c.    Nilai agama : kita harus rela dan menerima apa yang telah dikehendaki Allah
d.    Nilai adat/budaya : Kita harus berpegang teguh pada nilai-nilai yang ada di
masyarakat.

C.   KAIDAH BAHASA
Secara keseluruhan, bahasa yang digunakan dalam cerpen “Robohnya Surau
Kami” sudah sesuai dengan ketentuan EYD. Di dalam cerpen ini pengarang
menggunakan kata-kata yang sudah biasa kita dengar dalam bidang keagamaan,
seperti Alhamdulilllah, Masya Allah, Astaghfirullah, Allah subhanahu wata’ala, surga
dan akhirat. Cerpen ini sangat kental dengan bahasa dan adat melayu. Seperti
dalam kalimat berikut ini,”Sekali hari aku datang mengupah Kakek”. Kalimat itu
menggunakan bahasa melayu, namun jika dituliskan dalam bahasa Indonesia yang
baik dan benar adalah “Suatu hari aku datang menemui Kakek”.

D.   SINOPSIS CERPEN
Cerpen “Robohnya Surau Kami” bercerita tentang seorang kakek penjaga
surau yang bunuh diri karena mendengar cerita bualan dari Ajo Sidi. Kakek begitu
muram setelah mendengar cerita Ajo Sidi tersebut.
Dalam cerita Ajo Sidi, Haji Saleh adalah orang yang taat beribadah dan selalu
mengabdi kepada Tuhan, persis seperti yang dilakukan oleh Kakek. Di akhirat,
Tuhan mengumpulkan manusia untuk diperiksa amalan ibadahnya. Saat giliran Haji
Saleh tiba, ia tersenyum dengan bangganya. Dipikirnya ia akan masuk surga.
Namun Tuhan berkata lain. Haji Saleh dimasukkan ke dalam neraka.ia tak mengerti
dnegan keadaan dirinya karena semua orang yang dilihatnya di neraka itu tak
kurang ibadatnya dari dia sendiri. Bahkan ada yang sudah empat belas kali ke
Mekah dan bergelar Syekh pula. Haji Saleh berpikir bahwa Tuhan telah salah
memasukkannya ke neraka. Kemudian ia mengajak teman-temannya di neraka itu
untuk protes kepada Tuhan. Lalu Tuhan menanyakan tempat tinggal mereka
sewaktu di dunia. Haji Saleh dan yang lainnya bergantian menjawab pertanyaan
Tuhan. Fajar kegembiraan telah membayang di wajah mereka ketika Tuhan
mengetahui kondisi negara mereka, negara Indonesia yang tanahnya mahakaya
raya, penuh oleh logam, minyak, dan berbagai bahan tambang lainnya. Lalu Tuhan
kembali bertanya. Dan mereka menjawab bahwa anak cucunya memang melarat,
tapi semuanya pintar mengaji. Lalu Tuhan berkata lagi bahwa mereka telah egois.
Anak cucu mereka teraniaya semua. Sedangkan harta benda mereka dibiarkan
iambil orang lain. Dan mereka lebih suka berkelahi. Mereka dibeeri negeri yang kaya
tapi mereka malas. Padahal Tuhan menyuruh semuanya beramal kalu miskin.lalu
Haji Saleh menanyakan tentang letak kesalahannya. Tuhan pun berkata bahwa
kesahan Haji Saleh adalah karena ia mementingkan dirinya sendiri. Padahal ia hidup
berkaum, bersaudara semuanya, tapi ia tak mempedulikan orang lain sedikitpun.

Dari cerita Ajo Sidi tersebut, mungkin Kakek penjaga surau merasa
tersinggung dan terpukul sehingga marah dan mengakhiri hidupnya dengan
menggoroh lehernya dengan pisau cukur.

Anda mungkin juga menyukai