Anda di halaman 1dari 4

NAMA : DANDI GUSMAR SAPUTRA

KELAS : X TKBB

SINOPSIS Cerpen Robohnya Surau Kami


Judul                : Robohnya Surau Kami
Pengarang       : A.A. Navis

SINOPSIS Cerpen Robohnya Surau Kami


Di sebuah desa, hidup seorang kakek tua yang tinggal di surau desa. Sudah bertahun-
tahun dia tinggal di surau itu sebagai penjaga surau. Karena hidup sebatang kara, dia harus
menggantungkan hidupnya dari upah mengasah pisau.Biasanya masyarakat yang meminta
bantuannya mengasah pisau akan memberinya sambal, rokok, ataupun sedikit uang. Tidak
sedikit juga yang hanya memberinya ucapan terima kasih dan segaris senyuman. Enam bulan
sekali dia mendapatkan ikan hasil pemunggahan dari kolam ikan mas yang ada di depan surau,
selain itu setahun sekali ia mendapatkan fitrah Id dari orang-orang yang tinggal disekitarnya.
Dia memiliki keyakinan bahwa materi bukanlah segala-galanya dan dia berpikir lebih
baik ia memikirkan kehidupan nanti di akhirat dari pada kehidupan sekarang di dunia. Kakek
tersebut taat beribadah sampai-sampai melupakan semua kebutuhan duniawinya. Suatu  hari Ajo
Sidi menemui Kakek di surau. Ajo Sidi dikenal sebagai seorang pembual desa yang sering
menceritakan kisah-kisah yang pelaku-pelaku dalam kisah tersebut adalah orang-orang yang
menurutnya mempunyai kesamaan perilaku dengan tokoh yang ada di dalam kisah karangannya.
Biasanya Ajo Sidi akan menceritakan kisah yang sifatnya menghina orang yang sedang ia ajak
bicara.
Namun kelebihan yang dia miliki adalah, dia merupakan orang yang suka bekerja keras
karena hampir sepanjang waktunya dia habiskan untuk bekerja. Ajo Sidi menceritakan kisah
tentang Haji Saleh, seorang alim yang seumur hidupnya dia habiskan untuk ibadah namun di
akhirat Haji Saleh tetap saja masuk ke neraka. Dalam cerita karangan Ajo Sidi, Tuhan marah
kepada Haji Saleh karena dia terlalu egois sehingga mengabaikan kebutuhan keluarganya di
dunia karena terlalu sibuk mengejar kehidupan indah di surga nantinya. Kakek merasa marah dan
tersinggung karena cerita Ajo Sidi, tidak hanya itu, Kakek juga jadi pendiam dan kelihatan
murung setelah pertemuannya dengan Ajo Sidi.Di Surau yang merupakan tempat tinggalnya itu

Kakek hanya duduk dan termenung memikirkan cerita yang beberapa hari lalu
didengarnya itu. Entah bagaimana Kakek merasa bersalah dan sangat berdosa, hingga pada suatu
hari Kakek ditemukan telah mati bunuh diri di surau. Dia menggorok lehernya menggunakan
pisau yang sebelumnya dia tujukan untuk menggorok leher Ajo Sidi demi melampiaskan
kemarahannya. Ketika Ajo Sidi dicari untuk dimintai pertanggung jawabannya, Ajo Sidi malah
tidak ada di rumahnya karena dia sedang pergi bekerja seperti biasanya. Dia hanya menitipkan
pesan pada istrinya untuk membelikan tujuh lapis kain kafan untuk Kakek.

UNSUR INTRINSIK :

•  Tema            : Tema cerpen ini adalah seorang kepala keluarga yang lalai menghidupi
keluarganya.
•  Amanat        : 1) jangan cepat marah kalau diejek orang,
2) jangan cepat bangga kalau berbuat baik,
3) jangan terpesona oleh gelar dan nama besar,
4) jangan menyia-nyiakan yang kamu miliki, dan
5) jangan egois.
•   Latar
-Latar Tempat 
kota, dekat pasar, di surau, dan sebagainya
-Latar Waktu
Beberapa tahun yang lalu.

•  Alur (plot)
Alur cerpen ini adalah alur mundur karena ceritanya mengisahkan peristiwa yang telah
berlalu yaitu sebab-sebab kematian kakek Garin.

•  Penokohan
Tokoh-tokoh penting dalam cerpen ini ada empat orang, yaitu tokoh Aku, Ajo Sidi,
Kakek, dan Haji Soleh

(a) Tokoh Aku berwatak selalu ingin tahu urusan orang lain.
(b) Ajo Sidi adalah orang yang suka membual
(c) Kakek adalah orang yang egois dan lalai, mudah dipengaruhi dan mempercayai orang lain.
(d) Haji Soleh yaitu orang yang telah mementingkan diri sendiri. 

•  Sudut Pandang
Di dalam cerpen ini pengarang memposisikan dirinya dalam cerita ini sebagi tokoh utama
atau akuan sertaan sebab secara langsung pengarang terlibat di dalam cerita dan ini terasa pada
bagian awal cerita. Selain itu pengarang pun berperan sebagai tokoh bawahan ketika si kakek
bercerita tentang Haji Soleh di depan tokoh aku.

• Gaya bahasa
Di dalam cerpen ini pengarang benar-benar memanfaatkan kata-kata. Gaya bahasanya
sulit di pahami, gaya bahasanya menarik dan pemilihan katanya pun dapat memperkaya kosa
kata siswa dalam hal bidang keagaman.

UNSUR EKSTRINSIK :

    Nilai sosial
Kita harus saling membantu jika orang lain dalam kesusahan seperti dalam cerpen tersebut karena pada hakekatnya
kita adalah makhluk sosial.

         Nilai Moral :
Kita sebagai sesama manusia hendaknya jangan saling mengejek atau menghina orang lain tetapi harus saling
menghormati.
         Nilai Agama :
Kita harus selau malakukan kehendak Allah dan jangan melakukan hal yang dilarang oleh-Nya seperti bunuh diri,
mencemooh dan berbohong.
         Nilai Pendidkan :
Kita tidak boleh putus asa dalam menghadapi kesulitan tetapi harus selalu berusaha dengan sekuat tenaga dan selalu
berdoa.
         Nilai Adat :
Kita harus menjalankan segala perintah Tuhan dan memegang teguh nilai- nilai dalam masyarakat.

Sinopsis Novel “Kemarau” – A.A Navis


Pada sebuah desa telah terjadi musim kemarau yang panjang. Tanah, pertanian dan ladang menjadi
retak-retak. Air juga susah didapatkan oleh penduduk. 
Para petaui semakin merasa berputus asa atas musim kemarau panjang yang sedang menimpa negeri
ini. Sawah dan ladang mereka sangat kering dan cuaca panas sangat menyengat tubuh. Keadaan itu
membuat mereka tidak lagi mau menggarap sawah atau mengairi sawah mereka. Mereka hanya
bermalas-malasan dan bermain kartu saja.

Namun, ada seorang petani yang tidak ikut bermalas-malasan. Ia adalah Sutan Duano. Dalam
keadaan kemarau panjang ini, ia tetap mengairi sawahnya dengan rnengangkat air dari danau yang
ada di sekitar desa mereka sehingga padinya tetap tumbuh. Ia tidak menghiraukan panas matahari
yang membakar tubuhnya. la berharap agar para petani di desanya mengikuti perbuatan yang ia
lakukan. Ia juga berusaha memberikan ceramah kepada ibu-ibu yang ikut dalam pengajian di surau
desa mereka. Namun, tak satu pun petani yang menghiraukan ceramahnya apalagi mengikuti
langkah-langkah yang dilakukannya. Tampaknya, keputusasaan penduduk desa telah sampai pada
puncaknya.

Suatu hari ada seorang bocah kecil bernama Acin yang membantunya mengairi sawah sehingga
keduanya saling bergantian mengambil air di danau dan mengairi sawah mereka. Penduduk desa
yang melihat kerja sama antara keduanya bukannya mencontoh apa yang mereka lakukan, melainkan
mempergunjingkan dan menyebar fitnah, bahwa sutan Duano mencoba mencari perhatian Gundam,
ibu si bocah itu, yang memang seorang janda. Bahkan, seorang janda yang menaruh hati pada Sutan
Duano pun kemudian mempercayai gunjingan itu.

Gunjingan itu semakin memanaskan telinga Sutan Duano, tetapi ia tidak menanggapinya dan tetap
bersikap tenang. Suatu hari ia menerima telegram dari Masri, anaknya yang sudah dua puluh tahun
disia-siakannya. Anak itu memintanya pergi ke Surabaya. Dalam hatinya, ia ingin bertemu dengan
anak semata wayangnya itu, namun ia tidak mau rneninggalkan si bocah kecil yang masih
memerlukan bimbingannya. Setelah mempertimbangkan masak-masak, ia pun memutuskan pergi ke
Surabaya. Sementara itu, para penduduk desa merasa kehilangan atas kepergiannya. Apalagi setelah
mereka membuktikan bahwa semua saran yang diberikan oleh Sutan Duano membuahkan hasil.
Mereka menyesal telah salah sangka terhadapnya.

Sementara itu, sesampainya Sutan Duano di Surabaya, hatinya menjadi hancur ketika ia bertemu
dengan rnertua anaknya. Ternyata mertua anaknya adalah Iyah, mantan istrinya. Ia marah kepada
Iyah karena telah menikahkan dua orang yang bersaudara. Karena marahnya itu, Sutan Duano
mengancam akan memberitahukan kepada Masri dan Arni. Namun, Iyah berusaha menghalanginya
dengan memukul kepala mantan suaminya itu dengan sepotong kayu. Kalau saja Arni tidak
menghalanginya, kemungkinan besar Sutan Duano tidak akan selamat. Melihat mantan suaminya
bersimbah darah, Iyah rnerasa menyesal kemudian ia memberitahukan kepada Arni bahwa Sutan
Duano adalah mantan suaminya. Betapa terkejutnya Arni mendengarnya. Ia kemudian menceritakan
hal itu kepada Masri, sehingga mereka sepakat berpisah. Tak lama kemudian, Iyah meninggal dunia,
sedangkan Sutan Duano pulang ke kampung halamannya dan menikah dengan Gundam, yaitu ibu
dari Acin.

Anda mungkin juga menyukai