Anda di halaman 1dari 7

Judul Cerpen : Robohnya Surau Kami

Pengarang : AA. Navis

Sipnosis :

Dalam cerpen ini menceritakan tentang seorang kakek bernama Garin, penjaga surau (Takmir). Menjadi
seorang penjaga surau dia tidak mendapatkan honor atau gaji apa pun. Dia hidup mengandalkan dari
sedekah, yang hanya sekali pada hari Jumat. Pekerjaan sambilannya yaitu menjadi pengasah pisau dan
gunting. Apabila yang meminta tolong perempuan biasanya dia diberi sambal. Berbeda lagi, apabila yang
meminta tolong itu laki-laki, ia diberikan rokok kadang juga uang sebagai imbalannya. Tidak sedikit juga
yang hanya memberikan ucapan terima kasih dan senyuman.

Suatu ketika, kakek terlihat murung, sedih, kesal dan bermuram durja. Ia duduk termenung di serambil
surau dengan ditemani beberapa peralatan asahan dan pisau cukur tua berada disekitar kaki kakek.
Ternyata ia baru saja bertemu dan berbicara dengan Ajo Sidi, si pembual atau ahli pembuat cerita.
Cerita-ceritanya aneh, unik, yang membuat cerita dengan menganalogikan lawan bicara dengan sesuatu.
Hari itu kakek yang dijadikan bualan ceritanya, yang pada intinya menjadi pemeo atau semacam cerita
yang menyindir pendengar.

Ajo Sidi, si pembohong itu menceritakan seseorang bernama Haji Shaleh, yang dulunya di dunia selalu
beribadah kepadaNya, taat menjalankan perintahNya dan selalu takwa kepada-Nya. Namun, di akhirat
Haji Shaleh, malah dimasukkan ke dalam neraka, bahkan ditempatkan pada keraknya neraka. Dia
memang tak pernah mengingat anak dan istrinya, dia pun tak memikirkan hidupnya sendiri. Segala
kehidupannya lahir batin diserahkan kepadaNya. Dia tak berusaha mengusahakan orang lain. Bahkan dia
tak pernah membunuh seekor lalat pun. Padahal dia hidup berkaum, bersaudara namun sedikitpun tak
memperdulikannya. Dia selalu bersujud, memuji dan berdoa kepadaNya.

Setelah mendengar cerita dari Ajo Sidi, kakek hanya merenung dan memikirkannya Seolah ia merasakan
apa yang dirasakan Haji Shaleh. Keesokan harinya, kakek mengakhiri hidupnya dengan menggorok
lehernya sendiri dengan pisau cukur. Berita kematian kakek sudah tersebar ke seluruh kampung, semua
warga kampung mengurus jenazah kakek. Semua warga mengantar kepergian jenazah kakek ke makam.
Namun Ajo Sidi yang bisa dikatakan menjadi penyebab kematian kakek, malah tetap pergi bekerja. Dan
sebelum pergi bekerja, Ajo Sidi berpesan kepada istrinya agar membelikan kain kafan untuk mengafani
jenazah kakek.

Nilai-nilai:

a. Nilai sosial

Sesama manusia harus saling membantu jika orang lain berada dalam kesusahan sebab kita adalah
makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri.
b. Nilai Moral

Saling menghormati antarsesama dan jangan saling mengejek atau menghina.

c. Nilai Agama
Melakukan yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi yang dilarang oleh-Nya, seperti mencemooh,
berbohong dan lain-lain.

d. Nilai Pendidikan

Tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan tetapi harus selalu berusaha.

e. Nilai Budaya

Memegang teguh adat istiadat atau kebiasaan di suatu masyarakat.

Adakah Kemungkinan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari:

• Nilai-nilai yang dapat diterapkan adalah nilai sosial, nilai moral, nilai pendidikan, nilai agama,
dan nilai budaya.

• Masyarakat sebagai sumber utama yang dapat mengembangkan ragam nilai-nilai kehidupan jika
setiap anggota masyarakat mampu untuk mengubah kebiasaan lama dengan kebiasaan yang baru.

MENGAMATI NILAI-NILAI DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

Luluk Mukaromah :

A. Nilai yang berkembang dari cerpen Robohnya surau kami, menurut saya adalah Nilai sosial, sesama
manusia harus saling membantu jika orang lain berada dalam kesusahan. Yaitu seperti pekerjaan
sambilan kakek pengasah pisau dan gunting. Apabila ada yang meminta tolong mengasah pisau atau
gunting terkadang hanya memberikan ucapan terima kasih dan senyuman. Ada juga yang memberikan
sambal dan rokok sebagai upah nya.

B. Nilai yang bertentangan dari cerpen Robohnya surau kami, menurut saya adalah Ajo Sidi si
pembohong menceritakan seseorang yang dulunya di dunia selalu beribadah kepada-Nya, taat
menjalankan perintahNya dan selalu takwa kepada-Nya. Namun, malah dimasukkan ke dalam neraka,
bahkan ditempatkan pada keraknya neraka. Dia memang tak pernah mengingat anak dan istri nya, itu
lah yang menyebabkan kakek Garim bunuh diri akibat cerita bohong Ajo Sidi. Dan seharusnya Ajo Sidi
saat mengetahui kabar kakek alangkah baiknya menunda pekerjaan nya untuk mengurus jenazah kakek.

Putri Marlina :

A. Nilai yg berkembang dalam cerpen Robohnya surau kami adalah nilai budaya dalam hubungan
manusia dengan masyarakat yaitu tolong - menolong

“... Karena ia begitu mahir dengan pekerjaannya itu. Orang-orang suka minta tolong kepadanya, sedang
ia tak pernah minta imbalan apa-apa. Orang-orang perempuan yang minta tolong mengasahkan pisau
atau gunting, memberinya sambal sebagai imbalan. Orang laki-laki yang minta tolong, memberinya
imbalan rokok, kadang-kadang uang. Tapi yang paling sering diterimanya ialah ucapan terima kasih dan
sedikit senyum.”

B. Nilai yg bertentangan dari cerpen Robohnya surau kami, menurut saya Mengenai sikap Ajo Sidi saat
mengetahui kabar kakek yang wafat

"Dan sekarang," tanyaku kehilangan akal sungguh mendengar segala peristiwa oleh perbuatan Ajo Sidi
yang tidak sedikitpun bertanggung jawab, "dan sekarang kemana dia?"

"Kerja.

"Kerja?" tanyaku mengulang hampa.

"Ya, dia pergi kerja."

Afifah Putri :

Ditha Ieffela Riani:

Lia sapitri;
Nurmawati:

Judul cerpen :“SAHABAT SEJATI”

KARYA : NANA TEDJA

Sinopsis:

Dulu, waktu usiaku beranjak 17 tahun, aku mempunyai beberapa sahabat salah satunya Icha. Aku
bersahabat dengan Icha sudah cukup lama. Kami berkenalan sewaktu kami sama-sama mendaftar di
salah satu SMP favorit di Jakarta. Persahabatan kami berlanjut hingga kami menamatkan study kami di
SMP. Setelah itu, aku dan Icha memutuskan untuk melanjutkan SMA di sekolah yang sama.

Pada hari pertama ospek, aku melihat seorang cowok yang sangat perfeck saat aku dan Icha sedang di
kantin. Semenjak aku melihat cowok itu, rasanya aku mulai jatuh cinta. Aku mulai mencari tau siapa
sebenarnya cowok itu. Dari beberapa orang yang aku tanya mengatakan bahwa dia adalah Radit, ketua
osis di sini.

Seiring berjalannya waktu, aku dan kak Radit semakin akrab. Tak pernah ku duga bahwa kak Radit naksir
dengan Icha. Dan yang lebih membuatku kecewa adalah Icha menerima kak Radit sebagai kekasihnya.
Padahal dia tahu, kalau aku suka dengan kak Radit. Semenjak itu juga persahabatan ku dan Icha semakin
renggang.
Tak terasa tahun pun berganti. Akhir-akhir ini aku melihat Icha tampak murung, tak seperti biasnya yang
selalu nampak ceria. Dari berita yang beredar bahwa Icha mengidap penyakit tumor di perutnya. Sejak
itu, Icha menjadi anak yang pemurung dan pendiam. Aku mendengar berita bahwa Icha diputus oleh kak
Radit karna perutnya semakin membesar. Aku sedih sekali, namun gimana lagi dia pernah menghianati
persahabatan yang telah lama kita bangun.

Kondisi Icha semakin menurun, akhirnya Icha dirawat di Rumah sakit Haji Pondok Gede. Aku dan teman-
teman menjenguknya untuk memberikan semangat dan dukungan padanya. Hanya sampai disitu saja
kabar yang aku dengar tentang Icha, karna aku juga harus mempersiapkan untuk Ujian Nasional.

Pada suatu pagi, aku sedang melamun memikirkan bagaimana keadaan Icha sekarang. Tiba-tiba mama
Icha menelfonku, memberitahukan bahwa Icha telah tiada. Aku menangis dan menyesal atas semua
yang telah terjadi.

Aku segera datang ke rumah Icha untuk melihat dia yang terakhir kalinya dan mengucapkan bela
sungkawa pada keluarga Icha. Setibanya di sana, mama Icha memberikanku sebuah surat yang dibuat
Icha khusus untukku.

Keesokan harinya aku baru sadar bahwa Icha hari ini berulang tahun yang ke-17. Aku mengikuti
pemakaman Icha. Setelah pemakaman selesai dan semua orang pulang, aku sendiri di makam itu. Aku
menangis disamping nisan Icha, walau tersendat-sendat dan terbata saat aku menyanyikan lagu happy
birthday buat Icha, dan memandangi nisan yang ada dihadapanku saat ini, makam yang sunyi, aku masih
menangis sendiri di makam itu, sebelum pulang aku meninggalkan secarik kertas balasan surat Icha,
walau mungkin tak akan pernah dibaca olehnya, tapi itulah kenangan terakhirku buat Icha

Nilai-nilai :

A. Nilai sosial

kita harus peduli dengan sesama. Karena manusia itu makhluk sosial

B. Nilai moral

kita harus bisa memaafkan kesalahan orang lain.

C. Nilai pendidikan

jangan mudah menyerah. kita harus tegar dalam menghadapi setiap cobaan.

Nilai kehidupan dalam cerpen yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari:

- kita harus peduli dengan sesama. Sebagai seorang sahabat yang baik kita harus setia kawan.
- kita harus jujur.

- kita harus tegar dalam menghadapi setiap cobaan.

- kita harus bisa memaafkan kesalahan orang lain. walau bagaimanapun kita harus peduli dengan
sesama. Walu kita pernah merasa tersakiti

- Kita pasti merasa sedih apabila seseorang atau sahabat kita tidak jujur disatu sisi orang yang menyakiti
kita, sahabat kita sendiri sedang berjuang untuk melawan penyakit yang mematikan.

MENGAMATI NILAI-NILAI DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

Luluk Mukaromah :

A. Nilai yang berkembang dari cerpen Sahabat sejati, menurut saya adalah Nilai sosial, sesama manusia
harus saling membantu jika orang lain berada dalam kesusahan. Sebagai sahabat yang baik harus setia
kawan dan harus memaafkan kesalahan orang lain. Yaitu saat tokoh aku tak bisa berbuat apa-apa, dan
aku juga sempat kecewa pada Icha karena dia menerima kak Radit menjadi kekasihnya, Icha kan tau
kalau aku suka sama kak Radit tapi kenapa dia tega padaku.

B. Nilai yang bertentangan menurut saya, adalah saat tokoh aku merasa hidupnya icha tidak akan lama
lagi, dan merasa bersalah atas semua yang telah terjadi. Tokoh aku menangis dan menyesal setelah
mengetahui bahwa sahabatnya sudah meninggal.

Afifah putri :

Ditha:

Lia sapitri
Nurma

Pute

Anda mungkin juga menyukai