Anda di halaman 1dari 2

CONTOH RESENSI

Identitas Buku
Judul                       : Robohnya Surau Kami
Pengarang               : A. A. Navis
Penerbit                   : PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman        :147 halaman
Tahun terbit              : 1986
Nomor edisi             : ISBN 979-40-046-5

Sinopsis
Di suatu tempat ada sebuah surau tua yang nyaris ambruk. Hanya karena seseorang yang
datang ke sana dengan keikhlasan hatinya dan izin dari masyarakat setempat, surau itu hingga
kini masih tegak berdiri. Orang itulah yang merawat dan menjaganya. Kelak orang ini disebut
sebagai Garin. Meskipun orang ini dapat hidup karena sedekah orang lain, tetapi ada yang paling
pokok yang membuatnya bisa bertahan, yaitu dia masih mau bekerja sebagai pengasah pisau.
Dari pekerjaannya inilah dia dapat mengais rejeki, apakah itu berupa uang, makanan, kue-kue
atau rokok. Kehidupan orang ini agaknya monoton. Dia hanya mengasah pisau, menerima
imbalan, membersihkan dan merawat surau, beribadah di surau dan bekerja hanya untuk
keperluannya sendiri. Dia tidak ngotot bekerja karena dia hidup sendiri. Hasil kerjanya tidak
untuk orang lain, apalagi untuk anak dan istrinya yang tidak pernah terpikirkan. Suatu ketika
datanglah Ajo Sidi untuk berbincang-bincang dengan penjaga surau itu. Lalu, keduanya terlibat
perbincangan yang mengasyikan. Akan tetapi, sepulangnya Ajo Sidi, penjaga surau itu murung,
sedih, dan kesal. Karena dia merasakan, apa yang diceritakan Ajo Sidi itu sebuah ejekan dan
sindiran untuk dirinya. Dia memang tak pernah mengingat anak dan istrinya tetapi dia pun tak
memikirkan hidupnya sendiri sebab dia memang tak ingin kaya atau bikin rumah. Segala
kehidupannya lahir batin diserahkannya kepada Tuhannya. Dia tak berusaha mengusahakan
orang lain atau membunuh seekor lalat pun. Dia senantiasa bersujud, bersyukur, memuji, dan
berdoa kepada Tuhannya. Apakah semua ini yang dikerjakannya semuanya salah dan dibenci
Tuhan ? Atau dia ini sama seperti Haji Saleh yang di mata manusia tampak taat tetapi dimata
Tuhan dia itu lalai. Akhirnya, kelak ia dimasukkan ke dalam neraka.
Penjaga surau itu begitu memikirkan hal ini dengan segala perasaannya. Akhirnya, dia
tak kuat memikirkan hal itu. Kemudian dia memilih jalan pintas untuk menjemput kematiannya
dengan cara menggorok lehernya dengan pisau cukur. Kematiannya sungguh mengejutkan
masyarakat di sana. Semua orang berusaha mengurus mayatnya dan menguburnya. Kecuali satu
orang saja yang tidak begitu peduli atas kematiannya. Dialah Ajo Sidi, yang pada saat semua
orang mengantar jenazah penjaga surau dia tetap pergi bekerja.

Kepengarangan
Haji Ali Akbar Navis (lahir di Kampung Jawa, Padang Panjang, Sumatra's Westkust, 17
November 1924 – meninggal di Padang, Sumatra Barat, 22 Maret 2003 pada umur 78 tahun)
adalah seorang sastrawan dan budayawan terkemuka di Indonesia yang lebih dikenal dengan
nama A.A. Navis. Karyanya yang terkenal adalah cerita pendek Robohnya Surau Kami. Ia juga
pernah menjadi anggota DPRD Sumatra Barat dua periode (1972–1982).

Kelebihan
            Kelebihan kumpulan cerpen ini ialah pada setiap cerpen mengandung nasihat-nasihat atau
hikmah dalam kehidupan. Contohnya pada cerpen Robohnya Surau Kami mengandung nasihat
bahwa sebagai manusia kita tidak hanya dituntut untuk beribadah kepada Tuhan saja. Akan
tetapi, kita juga perlu peka terhadap lingkungan sekitar kita dan kita harus menjalankan apa yang
menjadi hak dan kewajiban kita sebagai manusia dan makhluk Tuhan.

Kekurangan
            Kekurangan dari kumpulan cerpen ialah bahasa yang digunakan dalam buku ini terlalu
tinggi. Sehingga pembaca sulit memahami apa yang ditulis oleh pengarang. pada buku ini juga
terdapat kata-kata asing dan jugakata dialek.Contohnya : kata garing (Robohnya Surau
Kami)  ,opseter dan bede (Topi Helm), aur dan etek(Pembotakan Terakhir), dan
sebagainya. Buku ini cocok  dibaca oleh semua kalangan, terutama untuk para remaja karena
didalamnya mengandung berbagai nasihat kehidupan. 

Anda mungkin juga menyukai