Anda di halaman 1dari 3

Judul : Robohnya surau kami

Pengarang : A.A Navis


Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : November , 1986
Cetakan : I (Pertama)
Tebal : 139 halaman

Di suatu tempat ada sebuah surau tua yang nyaris ambruk. Hanya
karena seseorang yang datang ke sana dengan keikhlasan hatinya dan
izin dari masyarakat setempat, surau itu hingga kini masih tegak berdiri.
Orang itulah yang merawat dan menjaganya. Kelak orang ini disebut
sebagai Garin.Meskipun orang ini dapat hidup karena sedekah orang
lain, tetapi ada yang paling pokok yang membuatnya bisa bertahan,
yaitu dia masih mau bekerja sebagai pengasah pisau. Dari pekerjaannya
inilah dia dapat mengais rejeki, apakah itu berupa uang, makanan, kue-
kue atau rokok. Kehidupan orang ini hanya mengasah pisau, menerima
imbalan, membersihkan dan merawat surau, beribadah di surau dan
bekerja hanya untuk keperluannya sendiri. Dia tidak ngotot bekerja
karena dia hidup sendiri. Hasil kerjanya tidak untuk orang lain, apalagi
untuk anak dan istrinya yang tidak pernah terpikirkan. Suatu ketika
datanglah Ajo Sidi untuk berbincang-bincang dengan penjaga surau itu

.Lalu, keduanya terlibat perbincangan. Akan tetapi, sepulangnya Ajo


Sidi, penjaga surau yang kerap disapa Kakek itu murung, sedih, dan
kesal. Karena dia merasakan, apa yang diceritakan Ajo Sidi itu sebuah
ejekan dan sindiran untuk dirinya. Ajo Sidi bercerita sebuah kisah
tentang Haji saleh. Haji saleh adalah orang yang rajin beribadah
menyembah Tuhan. Ia begitu yakin ia akan masuk ke surga. Namun
Tuhan Maha Tau dan Maha Adil, Haji Saleh yang begitu rajin beribadah
di masukan ke dalamma neraka. Kesalahan terbesarnya adalah ia
terlalu mementingkan dirinya sendiri. Ia takut masuk neraka, karena itu
ia bersembahyang. Tapi ia melupakan kehidupan kaumnya, melupakan
kehidupan anak isterinya, sehingga mereka kocar-kacir selamanya. Ia
terlalu egoistis. Padahal di dunia ini kita berkaum, bersaudara
semuanya, tapi ia tidak memperdulikan itu sedikit pun.

Crita ini yang membuat kakek tersindir dan merasa dirinya


murung. Kakek memang tak pernah mengingat anak dan istrinya tetapi
dia pun tak memikirkan hidupnya sendiri sebab dia memang tak ingin
kaya atau membuat rumah. Segala kehidupannya lahir batin
diserahkannya kepada Tuhannya. Dia tak berusaha mengusahakan
orang lain atau membunuh seekor lalat pun. Dia senantiasa bersujud,
bersyukur, memuji, dan berdoa kepada Tuhannya. Apakah semua ini
yang dikerjakannya semuanya salah dan dibenci Tuhan ? Atau dia ini
sama seperti Haji Saleh yang di mata manusia tampak taat tetapi
dimata Tuhan dia itu lalai. Akhirnya, kelak ia dimasukkan ke dalam
neraka.

Penjaga surau itu begitu memikirkan hal ini dengan segala perasaannya.
Akhirnya, dia tak kuat memikirkan hal itu. Kemudian dia memilih jalan
pintas untuk menjemput kematiannya dengan cara menggorok
lehernya dengan pisau cukur. Kematiannya sungguh mengejutkan
masyarakat di sana. Semua orang berusaha mengurus mayatnya dan
menguburnya. Kecuali satu orang saja yang tidak begitu peduli atas
kematiannya. Dialah Ajo Sidi, yang pada saat semua orang mengantar
jenazah penjaga surau dia tetap pergi bekerja.
1)Kelemahan dan Kelebihan
Keunggulan dari cerita robohnya surau kami terletak pada bagaimana
A.A. Navis mengakhiri cerita dengan kejadian yang tak terduga, lalu
pada teknik penceritaan A.A.Navis yang tidak biasa pada saat itu. Tidak
biasanya karena Navis menceritakan suatu peristiwa yang terjadi di
alam lain. Bahkan di sana terjadi dialog antara tokoh manusia dengan
Sang Maha Pencipta

Kelemahannya terletak pada gaya bahasa yang terlalu tinggi, sehingga


sulit untuk dibaca.
Unsur perkampungan juga memberi latar yang pas dalam penceritaan.
Pembaca dibawa menelusuri latar perkampungan yang masih kental.
Dimana anak-anak bermain di surau, ataupun ibu-ibu yang suka
mencopoti papan pada malam hari untuk kayu bakar.

2)Kesimpulan/Rangkuman

Cerpen “Robohnya Surau Kami” karya A.A. Navis ini memang sebuah
sastra (cerpen) yang menarik dan baik. Hal ini dapat dilihat dari unsur-
unsur intrinsik dan kesesuaiannya sebagai bahan pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, maka cerpen “Robohnya Surau Kami” juga
sangat cocok dan layak jika dijadikan bahan ajar dalam pembelajaran
karena bahasa yang digunakannya bisa dipahami. Tokoh-tokohnya pun
tidak terlalu sulit untuk dipelajari, selain itu konflik-konflik psikologis
yang dimunculkan masih sesuai dengan perkembangan psikologis dan
latar budaya yang ditampilkannya pun masih tampak umum

Anda mungkin juga menyukai