Anda di halaman 1dari 3

MERESENSI NOVEL

“ROBOHNYA SURAU KAMI”

DOSEN PENGAMPU

Evensius Dimas Hendro Riberu, M.Pd

OLEH:

Vivi febriyanti

NIM: 2112062067

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH

DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

SEKOLAH TINGGI DAN KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)

STKIP PERSADA KHATULISTIWA SINTANG

2022/2023
Meresensi novel “ Robohnya surau kami”

Judul buku : Robohnya surau kami

Penulis : A.A. Navis

Penerbit : PT. Gramedia ppustaka utama

Tahun penerbit : Cetakan ke 7-12 (1996-2005)

Tebal buku : 147 halaman

Penokohan : aku, ajo sidi, kakek dan Haji soleh

SINOPSIS

Disuatu tempat ada sebuah surau tua yang nyaris ambruk. Hanya karena seseorang yang datang ke sana
dengan keiklasan hatinya dan izin dari masyarakat setempat,surau itu hingga kini masih tegak berdiri.
Orang itulah yang merawat dan menjaganya. Kelak orang ini disebut sebagai Garin. Meskipun orang ini
dapat hidup karena sedekah orang lain, tetapi ada yang paling pokok yang membuatnya bisa bertahan,
yaitu dia masih mau bekerja seagai pengasah pisau. Dari pekerjaannya inilah dia dapat mengais rejeki,
apakah itu berupa uang, makanan kue-kue atau rokok. Kehidupan orang ini agaknya monoton. Dia
hanya mengasah pisau, menerima imbalan, membersihkan dan merawat surau, beribadah disurau dan
bekerja hanya untuk keperluannya sendiri. Dia tidak ngotot bekerja karena dia hidup sendiri. Hasil
kerjanya tidak untuk orang lain, apalagi utuk anak dan istrinya yang tidak pernah terpikirkan. Suatu
ketika datanglah ajo sidi untuk berbincang bincang dengan penjaga surau itu. Lalu, keduanya terlibat
perbincangan yang mengasikan. Akan tetapi, sepulangnya ajo sidi, penjaga surau itu murung, sedih, dan
kesal. Karena dia merasakan, apa yang diceritakan ajo sidi itu sebuah ejekan atau sindiran untuk dirinya.
Dia memang tak pernah mengingat anak dan istrinya tetapi dia pun tak memikirkan hidupnya sendiri
sebab dia memang tak ingin kaya atau bikin rumah. Segala kehidupannya lahir batin diserahkannya
kepada tuhannya. Dia tak berusaha mengusahakan orang lain atau membunuh seekor lalat pun. Dia
senantiasa bersujud, bersyukur, memuji, dan berdoa kepada tuhannya. Apakah semua ini yang
dikerjakannya semuanya salah dan dibenci tuhan? Atau dia ini sama seperti haji saleh yang dimata
manusia tampak taat tetapi dimata tuhan dia itu lalai. Akhirnya, kelak ia dimasukkan kedalam neraka.
Penjaga surau itu begitu memikirkan hal ini dengan segala perasannya. Akhirnya, dia tak kuat
memikirkan hal itu. Kemudian dia memilih jalan pintas untuk menjemput kematiannya dengan cara
menggorok lehernya dengan pisau cukur. Kematiannya sungguh mengejutkan masyarakat disana. Semua
orang berusaha mengurus mayatnya dan menguburnya.kecuali satu orang saja yang tidak begitu peduli
atas kematiannya. Dialah Ajo sidi, yang pada saat semua orang mengantar jenazah penjaga surau dia
tetap pergi bekerja.
Gaya bahasa : Di dalam cerpen ini ternyata pengarang menggunakan
kata-kata yang biasa digunakan dalam bidang keagamaan (Islam), seperti garin, Allah Subhanau
Wataala, Alhamdulillah, Gaya bahasanya sulit di pahami.

Kelebihan buku : Keunggulan dari cerita robohnya surau kami A. A. Navis


mengakhiri cerita dengan kejadian yang tak terduga, lalu pada teknik penceritaan A. A. Navis yang
tidak masuk akal. Tidak masuk akalnya karena A. A. Navis menceritakan suatu peristiwa yang terjadi
pada alam lain.

Kekurangan buku : Kelemahannya terletak pada gaya bahasa yang sangat


tinggi sehingga sulit untuk di pahami.

Penutup

Demikian telah selesai saya meresensi Robohnya Surau Kami, atas kekurangan dan kelebihannya
tolong berikan masukan, teguran dan kritikan. Atas tanggapannya saya ucapkan terima kasih

Anda mungkin juga menyukai