Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

INOVASI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DALAM IPS

MATA KULIAH : INOVASI PEMBELAJARAN IPS SD

DOSEN: Eliana Yunitha Seran, M.Pd

DISUSUN OLEH:

1. MAKSIMA VALENA

(2112062051)

2. SANTI WULANDARI

(2112062061)

3. VIVI FEBRIYANTI

(2112062067)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)

STKIP PERSADA KHATULISTIWA SINTANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“makalah inovasi penggunaan model pembelajaran dalam ips sd” ini dengan baik Adapun
menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah INOVASI
PEMBELAJARAN IPS SD.

Dalam penyusunan makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai
dengan kemampuan penulis, namun sebagai manusia biasa, penyusun tidak luput dari
kesalahan dan kekhilafan baik dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi
walaupun demikian, penyusun berusaha sebisa mungkin menyelesaikan makalah meskipun
tersusun sangat sederhana.

Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan para pembaca
pada umumnya. Penyusun mengharapkan saran serta kritik dari berbagai pihak yang bersifat
membangun.

Sintang, 18 April 2023

penulis

3
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR………………………………………………...............…..3

DAFTAR ISI…………………………………………………………....….….......4

BAB I PENDAHULUAN…

1. Latar Belakang ……………………………………………….…........................5

2. Rumusan Masalah…………………………………………….…........................5

3. Tujuan Makalah...................………………………………...…..........................6

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Model Pembelajaran ……………………………………..................7

2. jenis- jenis model pembelajaran ……………………………………...................7

3. inovasi pengembangan model pembelajaran dalam IPS........................................13

BAB III

1. Kesimpulan…………………………………………………..............................15

2. Saran………………………………………………………………................... 15

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................16

4
BAB 1

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Model pembelajaran akan menjelaskan makna kegiatan-kegiatan pembelajaran yang


dilakukan oleh pendidik selama proses pembelajaran berlangsung. Setiap model
pembelajaran mengarahkan pendidik ke dalam mendesain pembelajaran dan menggunakan
strategi pembelajaran yang tepat untuk membantu peserta didik belajar, sehingga
kompetensi dan tujuan belajarnya tercapai. Model pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan materi pelajaran akan menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas,
sehingga tercapai kompetensi yang ditentukan.

Efektif tidaknya pendidik mengajar akan tergantung pada bagaimana pendidik mampu
melaksanakan aktivitas mengajar secara baik. Oleh karena itu, pendidik dan tenaga
kependidikan perlu memperkaya pemahamannya mengenai model pembelajaran. Jadi
model pembelajaran dirancang untuk membelajarkan peserta didik dan memudahkan guru
menggunakan strategi, metode, teknik, pengajaran sesuai dengan mata pelajaran yang
menjadi tanggung jawab pendidik.Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya
merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara
individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta
prinsip secara holistik dan otentik. Melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat
memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima,
menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan
demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang
dipelajari secara holistik, bermakna, otentik, dan aktif.

Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh


terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik. Pengalaman belajar lebih
menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih
efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian yang relevan akan
membentuk skema (konsep), sehingga peserta didik akan memperoleh keutuhan dan
kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar, pengetahuan, serta kebulatan
pandangan tentang kehidupan dan dunia nyata hanya dapat direfleksikan melalui
pembelajaran terpadu.

2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian model pembelajaran?


2. Apa saja jenis-jenis model pembelajaran?
3. Bagaimana inovasi pengembangan model pembelajaran IPS?

5
3. Tujuan Makalah

1. Mendeskripsi pengertian model pembelajaran


2. Menyebutkan jenis model pembelajaran IPS
3. Menjelaskan inovasi pengembangan model pada pembelajaran IPS

6
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Model Pembelajaran IPS

Secara khusus, model diartikan sebagai karangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Setiap model pembelajaran mempunyai
keunggulan dan kelemahan dibandingkan dengan yang lain. Tidak ada model pembelajaran
yang paling efektif untuk semua mata pelajaran atau untuk semua materi. Sebagai seorang
guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu
dalam memilih model pembelajaran yang diterapkan di kelas harus mempertimbangkan
beberapa hal, yaitu: tujuan pembelajaran, sifat materi pembelajaran yang akan diajarkan,
ketersediaan fasilitas dan media, sumber-sumber belajar, kondisi peserta didik atau tingkat
kemampuan peserta didik, dan alokasi waktu yang tersedia agar penggunaan model
pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan peserta didik dapat
juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran sehingga
proses belajar mengajar akan lebih menarik dan siswa belajar akan lebih antusias dan mampu
mengubah persepsi siswa terhadap mata pelajaran IPS akan lebih positif dan akan lebih
menyenangkan.

2. Model-Model Pembelajaran IPS


Berikut diberikan beberapa contoh model pembelajaran yang memiliki kecenderungan
berlandaskan paradigm konstruktivistik yaitu:

1. Model Reasoning and Problem Solving


Reasoning merupakan bagian berpikir yang berada di atas level memanggil (retensi), yang
meliputi basic thinking, critical thinking, dan kreative thinking. Selanjutnya, Johnson (1992)
merangkum beberapa definisi critical thinking dari beberpa ahli, seperti Ennis (1987,1989),
Lipman (1988), Siegel (1988), Paul (1989), dan McPeck (1981), yang disebut juga “the
Group of Five”. Ia menyimpulan bahwa ada tiga persetujuan substansi dari kemampuan
berpikir kritik. Pertama, berpikir kritis memerlukan sejumlah kemampuan kognitif; kedua,
berpikir kritis memerlukan sejumlah informasi dan pengetahuan; dan ketiga, berpikir kritis
mencangkup dimensi afektif yang semuanya menjelaskan dan menekankan secara berbeda-
beda. Tujuan berpikir kritis adalah untuk menilai suatu pemikiran, menaksir nilai bahkan
mengevaluasi pelaksaan atau praktik dari suatu pemikiran dan nilai tersebut.
Dan problem solving adalah upaya individu atau kelompok untuk menemukan jawaban
berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya. Jadi,
kemampuan pemecahan masalah dapat diwujudkan melalui kemampuan reasoning.
 

Model reasoning and problem solving dalam pembelajaran memiliki lima langkah


pembelajaran, yaitu:
 Membaca dan berpikir (mengidentifikasi fakta dan masalah, memvisualisasikan
situasi, mendeskripsikan seting pemecahan.
 Mengeksplorasi dan merencanakan (pengorganisasian informasi, melukiskan diagram
pemecahan, membuat tabel, grafik, atau gambar).
 Penyeleksi strategi (menetapkan pola, menguji pola, simulasi atau eksperimen,
reduksi atau ekspansi, dedukasi logis, menulis persamaan).

7
 Menemukan jawaban (mengestimasi, menggunakan keterampilan komputasi, aljabar,
dan geometri).
 Refleksi atau perluasan (mengoreksi jawaban, menemukan alternative pemecahan,
memperluas konsep dan generalisasi, mendiskusikan pemecahan, memformulasikan
masalah-masalah variatif yang orsinil).
Pada model pembelajaran ini guru berperan sebagai konselor, konsultan, sumber kritik yang
konstruktif, fasilitator, pemikir tingkat tinggi. Metode pemecahan masalah (problem solving)
adalah sebuah metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih peserta didik
menghadapi berbagai masalah baik pribadi atau perorangan maupun kelompok untuk
dipecahkan sendiri atau bersama-sama. Ada empat tahap proses pemecahan masalah menurut
Savage dan Amstrong sebagai berikut:
 Mengenal adanya masalah;
 Mempertimbangkan pendekatan-pendekatan untuk pemecahannya;
 Memilih dan menerapkan pendekatan-pendekatan tersebut; dan
 Mencapai solusi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Adapun keunggulan metode problem solving, sebagai berikut:
1. Melatih peserta didik untuk mendesain suatu penemuan.
2. Berpikir dan bertindak kreatif.
3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.
4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6. Merangsang perkembangan kemajuan berpikir peserta didik untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi dengan tepat.
7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan khususnya.
Kelemahan metode problem solving, adalah sebagai berikut:
1. Beberapa pokok pembahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini.
2. Memerlukan advokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode
pembelajaran yang lain.

2. Model Inquiri Training
Secara umum, istilah “inquiri” berkaitan dengan masalah dan penelitian untuk menjawab
suatu masalah. Rogers (1969), misalnya menyatakan bahwa inkuiri merupakan suatu proses
untuk mengajukan pertayaan dan mendorong semangat belajar para siswa pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.

Sebagai sebuah metode mengajar yang berorientasi pada latihan meneliti dan
mempertanyakan, istilah ini sejajar dengan metode pemecahan masalah, berpikir reflektif dan
atau ‘discovery’ (Hagen, 1969). Namun, Beyer (1971) mengatakan bahwa inkuiri lebih dari
sekedar bertanya. Inkuiri adalah suatu proses mempertanyakan makna atau arti tertentu yang
menuntut seseorang menampilkan kemampuan intelektual agar ide atau pemikirannya dapat
dipahami.

Pengunaan pendekatan ini memiliki keunggulan terutama untuk mengembangkan


kemampuan berpikir maupun pengetahuan. Sikap dan nilai pada peserta didik dibanding
dengan pendekatan klasikal atau tradisional. Menurut para ahli, pendekatan inkuiri
merupakan upaya yang dimaksudkan untuk mengatasi masalah kebosanan siswa dalam
belajar di kelas. Pendekatan ini cukup ampuh karena proses belajar lebih terpusat kepada
siswa (student-centred instruction) daripada kepada guru (teacher-centred instruction).
Model inquiry training memiliki lima langkah pembelajaran, yaitu:

8
1. Menghadapkan masalah (menjelaskan prosedur penelitian, menyajikan situasi yang
saling bertentangan.
2. Menemukan masalah (memeriksa hakikat obyek dan kondisi yang dihadapi,
memeriksa tampilnya masalah).
3. Mengkaji data dan mengeksprimentasi (mengisolasi variabel yang sesuai,
merumuskan hipotesis).
4. Mengorganisasikan, merumuskan dan menjelaskan.
5. Menganalisis proses penelitian untuk memperoleh prosedur yang lebih efektif.
Sarana pembelajaran yang diperlukan adalah berupa materi konfrontatif yang mampu
membangkitkan proses intelektual, strategi penelitian, dan masalah yang menantang peserta
didik untuk melakukan penelitian. Sebagai dampak pembelajaran dalam model ini adalah
strategi penelitian dan semangat kreatif. Langkah-langkahinquiry adalah sebagai berikut:
1. Langkah pertama adalah orientasi, peserta didik mengidentifikasi masalah, dengan
pengarahan dari guru terutama yang berkaitan dengan situasi kehidupan sehari-hari.
2. Langkah kedua hipotesis, yaitu menyusun sebuah hipotesis yang dirumuskan sejelas
mungkin sebagai antiseden dan konsekuensi dari penjelasan yang telah diajukan.
3. Langkah ketiga definition, yaitu mengklarifikasi hipotesis yang telah diajukan.
4. Langkah keempat exploration, pada tahap ini hipotesis diperluas kajiannya dalam
pengertian implikasinya dengan asumsi yang dikembangkan dari hipotesis tersebut.
5. Langkah kelima evidencing, fakta dan bukti dikumpulkan untuk mencari dukungan
atau pengujian bagi hipotesis tersebut.
6. Langkah keenam generalization, pada taraf ini inquiry sudah sampai pada tahap
mengambil kesimpulan pemecahan masalah.
 
 
3. Model Problem-Based Intruction
          Problem-Based Intruction adalah model pembelajaran yang berandaskan paham
konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan peserta didik dalam belajar dan
pemecahan masalah otentik.
Model Problem-Based Intruction memiliki lima langkah pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1. Guru mendefinisikan atau mempresentasikan masalah atau isu yang berkaitan
(masalah bisa untuk satu unit pelajaran atau lebih, bisa untuk pertemuan satu, dua atau
tiga pertemuan, bisa berawal dari seleksi guru atau eksplorasi peserta didik.
2. Guru membantu peserta didik mengklarifikasi masalah dan menentukan bagaimana
masalah itu diinvestigasi (investigasi melibatkan sumber-sumber belajar, informasi,
dan data yang variatif, melakukan survei dan pengukuran).
3. Guru membantu peserta didik menciptakan makna terkait dengan hasil pemecahan
masalah yang akan dilaporkan (bagaimana mereka memecahkan masalah dan apa
rasionalnya).
4. Pengorganisasian laporan (makalah,laporan lisan, model, program, computer, dll.).
5. Presentasi (dalam kelas melibatkan semua peserta didik, guru, bila perlu melibatkan
administrator dan anggota masyarakat.

4. Model Pembelajaran Perubahan Koseptual


Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk memasukkan
prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Oleh karena itu, untuk memecahkan masalah,
seorang peserta didik harus mematuhi aturan-aturan antara yang selaras dan aturan-aturan ini
didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya. Perubahan konseptual terjadi ketika
peserta didik memutuskan pada pilihan yang ketiga. Agar terjadi proses perubahan

9
konseptual, belajar melibatkan pembangkitan dan restrukturisasi konsepsi-konsepsi yang
dibawa oleh pesera didik sebelum pembelajaran.

Model pembelajaran perubahan konseptual memiliki enam langkah pembelajaran, yaitu


sebagai berikut:

1. Sajian masalah konseptual dan kontekstual.


2. Konfrontasi miskonsepsi terkait dengan masalah-masalah tersebut.
3. Konfrontasi sangkalan berikut strategi-strategi demonstrasi, analogi, atau contoh-
contoh tandingan.
4. Konfrontasi pembuktian konsep dan prinsip secara alamiah.
5. Konfrontasi materi dan contoh-contoh kontekstual.
6. Konfrontasi pertanyaan-pertanyaan untuk memperluas pemahaman dan penerapan
pengetahuan secara bermakna.
Sarana pendukung model pembelajaran ini adalah lembaran kerja peserta didik, bahan ajar,
panduan bahan ajar untuk peserta didik, dan untuk guru, peralatan demonstransi yang sesuai,
model analogi, meja dan kursi yang mudah dimobilisasi atau ruangan kelas yang mudah
ditata untuk itu. Dampak pembelajaran model ini adalah sikap positif terhadap belajar,
pemahaman secara mendalam, keterampilan penerapan pengetahuan yang variatif.

5. Model Group Investigation
Pemikiran Dewey yang utama tentang pendidikan yang utama, adalah: peserta didik
hendaknya aktif (learning by doing), belajar hendaknya didasari motivasi intrinsic,
pengetahuan berkembang tidak bersifat tetap, kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan
kebutuhan dan minat peserta didik, pendidikan harus mencangkup kegiatan belajar dengan
prinsip saling memahami dan saling menghormati satu sama lain artinya prosedur demokratis
sangat penting, kegiatan belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata. Gagasan
Dewey akhirnya diwujudkan dalam model group investigation.Model group
investigation memiliki enam langkah pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1. Grouping (menetapkan jumlah anggota kelompok, menentukan sumber, memilih
topic, merumuskan permasalahan.
2. Planning (menetapkan apa yang akan dipelajari, bagaimana mempelajarinya, siapa
melakukan apa, apa tujuannya).
3. Investigation(saling tukar informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi, mengumpulkan
informasi, menganalisis datam membuat referensi).
4. Organizing(anggota kelompok menulis laporan, merencanakan presentasi laporan,
penentuan penyaji, moderator, dan notulen).
5. Presenting (salah satu kelompok menyajikan, kelompok lain mengamati,
mengevaluasi, mengklarifikasi, mengajukan pertanyaan atau tanggapan).
6. Evaluating(masing-masing peserta didik melakukan koreksi terhadap laporan masing-
masing berdasarkan hasil diskusi kelas, peserta didik dan guru berkolaborasi
mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan, melakukan penilaian hasil belajar yang
difokuskan pada pencapaian pemahaman.
Sistem sosial yang berkembang adalah minimnya arahan guru. Sarana pendudkung model
pembelajaran ini adalah lembaran kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar untuk peserta
didik dan guru, peralatan penelitian yang sesuai, meja dan kursi yang mudah dimobilisasi
atau ruangan kelas yang mudah ditata untuk itu. Sebagai dampak pembelajaran adalah
pandangan konstruktivistik tentang pengetahuan, penelituan yang berdisiplin, proses
pembelajaran yang efektif, pemahaman yang mendalam.

10
6. Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique)
Teknik Mengklarifikasi Nilai (Value Clarification Technique) atau sering disebut VCT
merupakan teknik pembelajaran untuk membantu peserta didik dalam mencari dan
menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam mengahadapi persoalan melalui proses
menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri peserta didik.Tujuan
menggunakan VCT yaitu:
1. Mengetahui dan mengukur tingkat kesadaran peserta didik tentang suatu nilai,
sehingga dapat dijadikan sebagai dasar pijak menentukan target nilai yang akan
dicapai.
2. Menanamkan kesadaran peserta didik tentang nilai-nilai yang dimiliki baik tingkat
maupun sifat yang positif maupun yang negative untuk selanjutnya ditanamkan
kearah peningkatan dan pencapaian target nilai.
3. Menanamkan nilai-nilai tertentu kepada pesera didik melalui cara yang rasional
(logis) dan diterima peserta didik, sehingga pada akhirnya nilai tersebut akan menjadi
milik peserta didik sebagai proses kesadaran moral bukan kewajiban moral.
4. Melatih peserta didik dalam menerima-menilai nilai dirinya dan posisi nilai orang
lain, menerima serta mengambil keputusan terhadap suatu persolan yang berhubungan
dengan pergaulannya dan kehidupan sehari-hari.

7. Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (S-T-M)


Pendekatan S-T-S dikembangkan sebagai sebuah pendekatan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang berkaitan langsung dengan lingkungan nyata dengan cara melibatkan
peran aktif peserta didik dalam mencari informasi untuk memecahkan masalah yang
ditemukan dalam kehidupan sehariannya. Perkembangan sains dan teknologi sering kali
menimbulkan dampak dalam proses perubahan masyarakat.Dengan digunakannya S-T-S
dalam pembelajaran IPS akan dibangun suatu dimensi baru dalam pembaharuan pendidikan
IPS terutama dapat menekankan segi pragmatis yaitu mengungkapkan hal-hal yang berguna
dan berhubungan langsung dengan aspek kehidupan peserta didik.

Program-program S-T-S pada umumnya memiliki karakteristik atau ciri-ciri sebagai berikut:

1. Identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki kepentingan dan dampak.


2. Perpanjangan belajar di luar kelas dan sekolah.
3. Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap peserta didik.
4. Identifikasi bagaimana sains teknologi berdampak di masa depan.
5. Kebebasan atau otonomi dalam proses belajar dll.

8. Model Portofolio
Teori belajar yang mendasari pembelajaran portofolio adalah teori belajar konstruktivisme,
yang ada prinsipnya menggambarkan bahwa peserta didik membentuk atau membangun
pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Portofolio sebagai model
pembelajaran merupakan usaha guru agar peserta didik memiliki kemampuan untuk
mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai individu maupun kelompok.
Pembelajaran berbasis portofolio memungkinkan peserta didik untuk :

1. Berlatih memadukan antara konsep yang diperoleh dari penjelasan guru atau dari
buku/bacaan dengan penerapannnya dalam kehidupan sehari-hari.

11
2. Peserta didik diberi kesempatan untuk mencari informasi di luar kelas baik informasi
yang sifatnya benda/bacaan, penglihatan (objek langsung, TV/radio/internet) maupun
orang/pakar/tokoh.
3. Membuat alternatif untuk mengatasi topic/objek yang dibahas.
4. Membuat suatu keputusan (sesuai kemampuannya) yang berkaitan dengan konsep
yang telah dipelajarinya, dengan mempertimbangkan nilai-nilai yang ada
dimasyarakat.
5. Merumuskan langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah dan mencegah
timbulnya masalah yang berkaitan dengan topik yang dibahas.

9. Pembelajaran Kontekstual
Penerapan pembelajaran kontekstual di kelas melibatkan tujuh utama pembelajaran efektif,
yaitu konstruktivisme (Constructivism), bertanya (questioning), menemukan (Inquiry),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan
penilaian sebenarnya (authentic assessment).

Tahap-tahap dalam pelaksanaan pembelajaran kontekstual pada tingkat sekolah adalah


sebagai berikut:

1. Mengkaji materi yang akan diajarkan pada peserta didik dengan memilih yang
kontekstual dan dapat dikaitkan dengan hal-hal yang aktual.
2. Mengkaji konteks kehidupan peserta didik sehari-hari dengan cermat sebagai upaya
untuk memahami konteks kehidupan peserta didik.
3. Memilih materi pelajaran yang dapat dikaitkan dengan konteks kehidupan peserta
didik.
4. Menyusun persiapan kegiatan pembelajaran yang telah memasukkan konteks
kehidupan di dalam materi yang akan diajarkan.
5. Melaksanakan kegiatan pembelajaran kontekstual dengan mendorong peserta didik
untuk mengaitkan materi yang dipelajari dengan pengetahuan atau pengalaman yang
telah dimiliki sebelumnya.
6. Melakukan pemilaian sebenarnya terhadap hasil belajar peserta didik, di mana hasil
penilaian tersebut digunakan untuk bahan perbaikan atau penyempurnaan persiapan
dan melaksanakan kegiatan pembelajaran selanjutnya.

10. Model Inkuiri Sosial


Model menghubungkan istilah inkuiri dengan pengembangan kemampuan peserta didik
untuk menemukan dan merefleksikan sifat kehidupan sosial, terutama sebagai latihan hidup
sendiri dan langsung dalam masyarakat. Guru berperan sebagai reflector dan pembimbing
yaitu memberikan bantuan kepada peserta didik dalam menjelaskan kedudukan mereka dalam
proses belajarnya. Terdapat tiga cirri pokok dalam model pembelajaran iinkuiri sosial, yaitu:

1. Adanya aspek-aspek sosial dalam kelas yang dapat menumbuhkan tercipatanya suatu
diskusi kelas.
2. Adanya penetapan hipotesis sebagai arah dalam pemecahan masalah.
3. Mempergunakan fakta sebagai pengujian hipotesis.

11. Model Pembelajaran Pengambilan Keputusan


Pada uraian berikut ini, akan dibahas model desain pembelajaran pengambilan keputusan
(decision making) yang dikhususkan untuk pembelajaran IPS.

12
Apa dan mengapa model pembelajaran pengambilan keputusan?

Makna konsep pengambilan keputusan (decision making) berkaitan dengan kemampuan


berpikir tentang alternatif pilihan yang tersedia, menimbang fakta dan bukti yang ada,
mempertimbangkan tentang nilai pribadi dan masyarakat. Apabila seseorang dihadapkan
pada pilihan-pilihan tersebut maka kemungkinan jawaban yang muncul adalah pilihan yang
tepat atau tidak tepat.
Banks mengatakan bahwa kemampuan seseorang dalam pengambilan keputusan tidaklah
muncul dengan sendirinya. Pengambilan keputusan adalah suatu keterampilan yang harus
dibina dan dilatihkan. Bertitik tolak dari asumsi bahwa keterampilan pengambilan keputusan
(decision-making-skills) dapat dibina dan dilatihkan pada siswa maka model pembelajaran ini
merupaka alternatif bagi para guru dan calon guru untuk membina profresionalisme dalam
proses belajar-mengajar. Savage dan Armstrong (1996) mengemukakan langkah-langkah
proses pengambilan keputusan sebagai alternatif model pembelajaran dalam IPS sebagai
berikut:
 Mengidentifikasi persoalan dasar atau masalah;
 Mengemukakan jawaban-jawaban alternatif;
 Menggambarkan bukti yang mendukung setiap alternatif;
 Mengidentifikasi nilai-nilai yang dinyatakan dalam setiap alternatif;
 Menggambarkan kemungkinan akibat setiap pilihan alternatif;
 Membuat pilihan dari berbagai alternatif;
 Menggambarkan bukti dan nilai yang dipertimbangkan dalam membuat pilihan.
Selain Savage dan Armstrong, Banks (1990) mengemukakan pula urutan langkah atau
prosedur dalam pengembangan keterampilan pengambilan keputusan dengan komponen
esensial sebagai syaratnya. Menurut Banks, sedikitnya ada dua syarat untuk melaksanakan
model pembelajaran pengambilan keputusan: (1) pengetahuan sosial; dan (2) metode atau
cara mencapai pengetahuan.

Demikian sejumlah model pembelajaran IPS yang dapat diterapkan oleh para guru di kelas.
Namun untuk melaksanakannya, guru dapat memodifikasi model-model tersebut setelah ada
penyesuaian konteks lingkungan dan kondisi serta kebutuhan peserta didik.

3. inovasi pengembangan model pembelajaran dalam IPS

Pengembangan model pembelajaran dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan hal
yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di sekolah. Berikut
adalah beberapa inovasi pengembangan model pembelajaran dalam IPS:

-Pembelajaran Kolaboratif

Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok dan
saling berbagi pengetahuan dan pengalaman. Dalam pembelajaran IPS, model ini dapat
membantu siswa untuk memahami konsep sosial dan politik melalui diskusi dan refleksi
kelompok.

-Pembelajaran Berbasis Proyek

13
Model pembelajaran ini menekankan pada kegiatan praktik yang diarahkan pada
pengembangan keterampilan dan pemahaman siswa tentang konsep-konsep IPS. Misalnya,
siswa dapat membuat proyek tentang peta politik, sejarah budaya, atau hasil penelitian
tentang isu sosial yang sedang terjadi.

-Pembelajaran Berbasis Masalah

Model pembelajaran ini menekankan pada penggunaan masalah sosial sebagai titik awal
untuk membangun pemahaman dan keterampilan siswa dalam IPS. Dalam pembelajaran ini,
siswa akan belajar melalui penyelesaian masalah-masalah nyata dan mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif.

-Pembelajaran Berbasis Teknologi

Model pembelajaran ini memanfaatkan teknologi sebagai alat untuk meningkatkan interaksi
antara siswa dan materi pembelajaran. Beberapa contoh teknologi yang dapat digunakan
dalam pembelajaran IPS antara lain, aplikasi pembelajaran, video edukasi, media sosial, atau
game interaktif.

-Pembelajaran Berbasis Keterampilan

Model pembelajaran ini menekankan pada pengembangan keterampilan siswa seperti


keterampilan berpikir kritis, keterampilan berkomunikasi, keterampilan kolaborasi, dan
keterampilan memecahkan masalah. Dalam pembelajaran IPS, model ini akan membantu
siswa untuk dapat memahami dan menganalisis permasalahan sosial yang kompleks.

-Pembelajaran Berbasis Pendidikan Kewarganegaraan

Model pembelajaran ini menekankan pada pengembangan pemahaman dan keterampilan


siswa tentang hak-hak dan kewajiban sebagai warga negara yang baik. Dalam pembelajaran
IPS, model ini akan membantu siswa untuk memahami konsep-konsep seperti demokrasi, hak
asasi manusia, keadilan sosial, dan pluralisme.

Demikianlah beberapa inovasi pengembangan model pembelajaran dalam IPS yang dapat
diadopsi oleh guru dan sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS

14
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Model pembelajaran diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur


sistematis dalam pengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman untuk para perancang pembelajaran
dan para pendidik dalam merencanakan atau melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model
pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran IPS adalah model pembelajaran yang
berlandaskan pendekatan paradigma konstruktivisme yaitu pembelajaran yang berdasarkan
pada partisipasi aktif peserta didik dalam memecahkan masalah dan berpikir kritis. Model-
model pembelajaran IPS berlandaskan paradigm konstruktivisme diantaranya yaitu:
Model Reasoning and Problem Solving, ModelInquiry Training, Model Problem-Based
Instruction, Model Pembelajaran Perubahan Konseptual, Model Group Investigation, Model
Pembelajaran VCT, Pendekatan S-T-M atau S-T-S, Model Portofolio, Pembelajaran
Kontekstual, Model Inkuiri Sosial.

2. SARAN

Sebagai calon tenaga pendidik terutama bagi guru pemula maka akan dibuat bingung
mengenai strategi dan model pembelajaran efektif untuk dipakai peserta didik. Maka dari itu
tugas seorang guru harus mempunyai keterampilan dalam memilih model pembelajaran yang
tepat bagi peserta didik. sehingga proses belajar mengajar akan lebih menarik dan siswa
belajar akan lebih antusias, tidak merasa bosan dan mampu mengubah persepsi siswa
terhadap mata pelajaran IPS akan lebih positif dan akan lebih menyenangkan karena minat
merupakan modal utama untuk keberhasilan pembelajaran IPS.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Huriah Rachmah, M.Pd. (2014). Pengembangan Profesi Pendidikan IPS. Bandung: Alfabeta.Dr.
Sapriya, M.Ed. (2009). Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.Dr. Rudy Gunawan, M.Pd.
(2011). Pendidikan IPS filosofi, Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Alfabeta.

[1] Depdiknas, 2006, hal. 35.


[2] Fajar, 2009, hal. 108.
[3] Budimansyah, Suparlan, & Meirawan, 2010, hal. 6.
[4] Hermawan, 2006, hal. 3.
[5] Sumiati & Asra, 2007, hal. 92.
[6] Sudjana, 2000, hal. 85-86.
[7] Rosalin, 2008a, hal. 78.
[8] Hermawan, 2006, hal. 27.
[9] Menurut Sanjaya dalam (Taniredja, Faridli, & Harmianto, 2011, hal. 87)
[10] Taniredja, Faridli, & Harmianto, 2011, hal. 88.
[11] Fajar, 2009, hal. 34.
[12] Fajar, 2009, hal. 45.
[13] Sumiati & Asra, 2007, hal. 14.

Anderson, L. W., Krathwohl, D. R., Airasian, P. W., Cruikshank, K. A., Mayer, R. E.,
Pintrich, P. R., Raths, J., & Wittrock, M. C. (Eds.). (2001). A taxonomy for learning,
teaching, and assessing: A revision of Bloom's taxonomy of educational objectives. Longman

16

Anda mungkin juga menyukai