DISUSUN OLEH:
1. MAKSIMA VALENA
(2112062051)
2. SANTI WULANDARI
(2112062061)
3. VIVI FEBRIYANTI
(2112062067)
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“makalah inovasi penggunaan model pembelajaran dalam ips sd” ini dengan baik Adapun
menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah INOVASI
PEMBELAJARAN IPS SD.
Dalam penyusunan makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai
dengan kemampuan penulis, namun sebagai manusia biasa, penyusun tidak luput dari
kesalahan dan kekhilafan baik dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi
walaupun demikian, penyusun berusaha sebisa mungkin menyelesaikan makalah meskipun
tersusun sangat sederhana.
Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan para pembaca
pada umumnya. Penyusun mengharapkan saran serta kritik dari berbagai pihak yang bersifat
membangun.
penulis
3
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR………………………………………………...............…..3
DAFTAR ISI…………………………………………………………....….….......4
BAB I PENDAHULUAN…
2. Rumusan Masalah…………………………………………….…........................5
3. Tujuan Makalah...................………………………………...…..........................6
BAB II PEMBAHASAN
BAB III
1. Kesimpulan…………………………………………………..............................15
2. Saran………………………………………………………………................... 15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................16
4
BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Efektif tidaknya pendidik mengajar akan tergantung pada bagaimana pendidik mampu
melaksanakan aktivitas mengajar secara baik. Oleh karena itu, pendidik dan tenaga
kependidikan perlu memperkaya pemahamannya mengenai model pembelajaran. Jadi
model pembelajaran dirancang untuk membelajarkan peserta didik dan memudahkan guru
menggunakan strategi, metode, teknik, pengajaran sesuai dengan mata pelajaran yang
menjadi tanggung jawab pendidik.Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya
merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara
individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta
prinsip secara holistik dan otentik. Melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat
memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima,
menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan
demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang
dipelajari secara holistik, bermakna, otentik, dan aktif.
2. Rumusan Masalah
5
3. Tujuan Makalah
6
BAB II
PEMBAHASAN
Secara khusus, model diartikan sebagai karangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Setiap model pembelajaran mempunyai
keunggulan dan kelemahan dibandingkan dengan yang lain. Tidak ada model pembelajaran
yang paling efektif untuk semua mata pelajaran atau untuk semua materi. Sebagai seorang
guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu
dalam memilih model pembelajaran yang diterapkan di kelas harus mempertimbangkan
beberapa hal, yaitu: tujuan pembelajaran, sifat materi pembelajaran yang akan diajarkan,
ketersediaan fasilitas dan media, sumber-sumber belajar, kondisi peserta didik atau tingkat
kemampuan peserta didik, dan alokasi waktu yang tersedia agar penggunaan model
pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan peserta didik dapat
juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran sehingga
proses belajar mengajar akan lebih menarik dan siswa belajar akan lebih antusias dan mampu
mengubah persepsi siswa terhadap mata pelajaran IPS akan lebih positif dan akan lebih
menyenangkan.
7
Menemukan jawaban (mengestimasi, menggunakan keterampilan komputasi, aljabar,
dan geometri).
Refleksi atau perluasan (mengoreksi jawaban, menemukan alternative pemecahan,
memperluas konsep dan generalisasi, mendiskusikan pemecahan, memformulasikan
masalah-masalah variatif yang orsinil).
Pada model pembelajaran ini guru berperan sebagai konselor, konsultan, sumber kritik yang
konstruktif, fasilitator, pemikir tingkat tinggi. Metode pemecahan masalah (problem solving)
adalah sebuah metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih peserta didik
menghadapi berbagai masalah baik pribadi atau perorangan maupun kelompok untuk
dipecahkan sendiri atau bersama-sama. Ada empat tahap proses pemecahan masalah menurut
Savage dan Amstrong sebagai berikut:
Mengenal adanya masalah;
Mempertimbangkan pendekatan-pendekatan untuk pemecahannya;
Memilih dan menerapkan pendekatan-pendekatan tersebut; dan
Mencapai solusi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Adapun keunggulan metode problem solving, sebagai berikut:
1. Melatih peserta didik untuk mendesain suatu penemuan.
2. Berpikir dan bertindak kreatif.
3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.
4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6. Merangsang perkembangan kemajuan berpikir peserta didik untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi dengan tepat.
7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan khususnya.
Kelemahan metode problem solving, adalah sebagai berikut:
1. Beberapa pokok pembahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini.
2. Memerlukan advokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode
pembelajaran yang lain.
2. Model Inquiri Training
Secara umum, istilah “inquiri” berkaitan dengan masalah dan penelitian untuk menjawab
suatu masalah. Rogers (1969), misalnya menyatakan bahwa inkuiri merupakan suatu proses
untuk mengajukan pertayaan dan mendorong semangat belajar para siswa pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
Sebagai sebuah metode mengajar yang berorientasi pada latihan meneliti dan
mempertanyakan, istilah ini sejajar dengan metode pemecahan masalah, berpikir reflektif dan
atau ‘discovery’ (Hagen, 1969). Namun, Beyer (1971) mengatakan bahwa inkuiri lebih dari
sekedar bertanya. Inkuiri adalah suatu proses mempertanyakan makna atau arti tertentu yang
menuntut seseorang menampilkan kemampuan intelektual agar ide atau pemikirannya dapat
dipahami.
8
1. Menghadapkan masalah (menjelaskan prosedur penelitian, menyajikan situasi yang
saling bertentangan.
2. Menemukan masalah (memeriksa hakikat obyek dan kondisi yang dihadapi,
memeriksa tampilnya masalah).
3. Mengkaji data dan mengeksprimentasi (mengisolasi variabel yang sesuai,
merumuskan hipotesis).
4. Mengorganisasikan, merumuskan dan menjelaskan.
5. Menganalisis proses penelitian untuk memperoleh prosedur yang lebih efektif.
Sarana pembelajaran yang diperlukan adalah berupa materi konfrontatif yang mampu
membangkitkan proses intelektual, strategi penelitian, dan masalah yang menantang peserta
didik untuk melakukan penelitian. Sebagai dampak pembelajaran dalam model ini adalah
strategi penelitian dan semangat kreatif. Langkah-langkahinquiry adalah sebagai berikut:
1. Langkah pertama adalah orientasi, peserta didik mengidentifikasi masalah, dengan
pengarahan dari guru terutama yang berkaitan dengan situasi kehidupan sehari-hari.
2. Langkah kedua hipotesis, yaitu menyusun sebuah hipotesis yang dirumuskan sejelas
mungkin sebagai antiseden dan konsekuensi dari penjelasan yang telah diajukan.
3. Langkah ketiga definition, yaitu mengklarifikasi hipotesis yang telah diajukan.
4. Langkah keempat exploration, pada tahap ini hipotesis diperluas kajiannya dalam
pengertian implikasinya dengan asumsi yang dikembangkan dari hipotesis tersebut.
5. Langkah kelima evidencing, fakta dan bukti dikumpulkan untuk mencari dukungan
atau pengujian bagi hipotesis tersebut.
6. Langkah keenam generalization, pada taraf ini inquiry sudah sampai pada tahap
mengambil kesimpulan pemecahan masalah.
3. Model Problem-Based Intruction
Problem-Based Intruction adalah model pembelajaran yang berandaskan paham
konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan peserta didik dalam belajar dan
pemecahan masalah otentik.
Model Problem-Based Intruction memiliki lima langkah pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1. Guru mendefinisikan atau mempresentasikan masalah atau isu yang berkaitan
(masalah bisa untuk satu unit pelajaran atau lebih, bisa untuk pertemuan satu, dua atau
tiga pertemuan, bisa berawal dari seleksi guru atau eksplorasi peserta didik.
2. Guru membantu peserta didik mengklarifikasi masalah dan menentukan bagaimana
masalah itu diinvestigasi (investigasi melibatkan sumber-sumber belajar, informasi,
dan data yang variatif, melakukan survei dan pengukuran).
3. Guru membantu peserta didik menciptakan makna terkait dengan hasil pemecahan
masalah yang akan dilaporkan (bagaimana mereka memecahkan masalah dan apa
rasionalnya).
4. Pengorganisasian laporan (makalah,laporan lisan, model, program, computer, dll.).
5. Presentasi (dalam kelas melibatkan semua peserta didik, guru, bila perlu melibatkan
administrator dan anggota masyarakat.
9
konseptual, belajar melibatkan pembangkitan dan restrukturisasi konsepsi-konsepsi yang
dibawa oleh pesera didik sebelum pembelajaran.
5. Model Group Investigation
Pemikiran Dewey yang utama tentang pendidikan yang utama, adalah: peserta didik
hendaknya aktif (learning by doing), belajar hendaknya didasari motivasi intrinsic,
pengetahuan berkembang tidak bersifat tetap, kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan
kebutuhan dan minat peserta didik, pendidikan harus mencangkup kegiatan belajar dengan
prinsip saling memahami dan saling menghormati satu sama lain artinya prosedur demokratis
sangat penting, kegiatan belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata. Gagasan
Dewey akhirnya diwujudkan dalam model group investigation.Model group
investigation memiliki enam langkah pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1. Grouping (menetapkan jumlah anggota kelompok, menentukan sumber, memilih
topic, merumuskan permasalahan.
2. Planning (menetapkan apa yang akan dipelajari, bagaimana mempelajarinya, siapa
melakukan apa, apa tujuannya).
3. Investigation(saling tukar informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi, mengumpulkan
informasi, menganalisis datam membuat referensi).
4. Organizing(anggota kelompok menulis laporan, merencanakan presentasi laporan,
penentuan penyaji, moderator, dan notulen).
5. Presenting (salah satu kelompok menyajikan, kelompok lain mengamati,
mengevaluasi, mengklarifikasi, mengajukan pertanyaan atau tanggapan).
6. Evaluating(masing-masing peserta didik melakukan koreksi terhadap laporan masing-
masing berdasarkan hasil diskusi kelas, peserta didik dan guru berkolaborasi
mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan, melakukan penilaian hasil belajar yang
difokuskan pada pencapaian pemahaman.
Sistem sosial yang berkembang adalah minimnya arahan guru. Sarana pendudkung model
pembelajaran ini adalah lembaran kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar untuk peserta
didik dan guru, peralatan penelitian yang sesuai, meja dan kursi yang mudah dimobilisasi
atau ruangan kelas yang mudah ditata untuk itu. Sebagai dampak pembelajaran adalah
pandangan konstruktivistik tentang pengetahuan, penelituan yang berdisiplin, proses
pembelajaran yang efektif, pemahaman yang mendalam.
10
6. Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique)
Teknik Mengklarifikasi Nilai (Value Clarification Technique) atau sering disebut VCT
merupakan teknik pembelajaran untuk membantu peserta didik dalam mencari dan
menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam mengahadapi persoalan melalui proses
menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri peserta didik.Tujuan
menggunakan VCT yaitu:
1. Mengetahui dan mengukur tingkat kesadaran peserta didik tentang suatu nilai,
sehingga dapat dijadikan sebagai dasar pijak menentukan target nilai yang akan
dicapai.
2. Menanamkan kesadaran peserta didik tentang nilai-nilai yang dimiliki baik tingkat
maupun sifat yang positif maupun yang negative untuk selanjutnya ditanamkan
kearah peningkatan dan pencapaian target nilai.
3. Menanamkan nilai-nilai tertentu kepada pesera didik melalui cara yang rasional
(logis) dan diterima peserta didik, sehingga pada akhirnya nilai tersebut akan menjadi
milik peserta didik sebagai proses kesadaran moral bukan kewajiban moral.
4. Melatih peserta didik dalam menerima-menilai nilai dirinya dan posisi nilai orang
lain, menerima serta mengambil keputusan terhadap suatu persolan yang berhubungan
dengan pergaulannya dan kehidupan sehari-hari.
Program-program S-T-S pada umumnya memiliki karakteristik atau ciri-ciri sebagai berikut:
8. Model Portofolio
Teori belajar yang mendasari pembelajaran portofolio adalah teori belajar konstruktivisme,
yang ada prinsipnya menggambarkan bahwa peserta didik membentuk atau membangun
pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Portofolio sebagai model
pembelajaran merupakan usaha guru agar peserta didik memiliki kemampuan untuk
mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai individu maupun kelompok.
Pembelajaran berbasis portofolio memungkinkan peserta didik untuk :
1. Berlatih memadukan antara konsep yang diperoleh dari penjelasan guru atau dari
buku/bacaan dengan penerapannnya dalam kehidupan sehari-hari.
11
2. Peserta didik diberi kesempatan untuk mencari informasi di luar kelas baik informasi
yang sifatnya benda/bacaan, penglihatan (objek langsung, TV/radio/internet) maupun
orang/pakar/tokoh.
3. Membuat alternatif untuk mengatasi topic/objek yang dibahas.
4. Membuat suatu keputusan (sesuai kemampuannya) yang berkaitan dengan konsep
yang telah dipelajarinya, dengan mempertimbangkan nilai-nilai yang ada
dimasyarakat.
5. Merumuskan langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah dan mencegah
timbulnya masalah yang berkaitan dengan topik yang dibahas.
9. Pembelajaran Kontekstual
Penerapan pembelajaran kontekstual di kelas melibatkan tujuh utama pembelajaran efektif,
yaitu konstruktivisme (Constructivism), bertanya (questioning), menemukan (Inquiry),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan
penilaian sebenarnya (authentic assessment).
1. Mengkaji materi yang akan diajarkan pada peserta didik dengan memilih yang
kontekstual dan dapat dikaitkan dengan hal-hal yang aktual.
2. Mengkaji konteks kehidupan peserta didik sehari-hari dengan cermat sebagai upaya
untuk memahami konteks kehidupan peserta didik.
3. Memilih materi pelajaran yang dapat dikaitkan dengan konteks kehidupan peserta
didik.
4. Menyusun persiapan kegiatan pembelajaran yang telah memasukkan konteks
kehidupan di dalam materi yang akan diajarkan.
5. Melaksanakan kegiatan pembelajaran kontekstual dengan mendorong peserta didik
untuk mengaitkan materi yang dipelajari dengan pengetahuan atau pengalaman yang
telah dimiliki sebelumnya.
6. Melakukan pemilaian sebenarnya terhadap hasil belajar peserta didik, di mana hasil
penilaian tersebut digunakan untuk bahan perbaikan atau penyempurnaan persiapan
dan melaksanakan kegiatan pembelajaran selanjutnya.
1. Adanya aspek-aspek sosial dalam kelas yang dapat menumbuhkan tercipatanya suatu
diskusi kelas.
2. Adanya penetapan hipotesis sebagai arah dalam pemecahan masalah.
3. Mempergunakan fakta sebagai pengujian hipotesis.
12
Apa dan mengapa model pembelajaran pengambilan keputusan?
Demikian sejumlah model pembelajaran IPS yang dapat diterapkan oleh para guru di kelas.
Namun untuk melaksanakannya, guru dapat memodifikasi model-model tersebut setelah ada
penyesuaian konteks lingkungan dan kondisi serta kebutuhan peserta didik.
Pengembangan model pembelajaran dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan hal
yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di sekolah. Berikut
adalah beberapa inovasi pengembangan model pembelajaran dalam IPS:
-Pembelajaran Kolaboratif
Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok dan
saling berbagi pengetahuan dan pengalaman. Dalam pembelajaran IPS, model ini dapat
membantu siswa untuk memahami konsep sosial dan politik melalui diskusi dan refleksi
kelompok.
13
Model pembelajaran ini menekankan pada kegiatan praktik yang diarahkan pada
pengembangan keterampilan dan pemahaman siswa tentang konsep-konsep IPS. Misalnya,
siswa dapat membuat proyek tentang peta politik, sejarah budaya, atau hasil penelitian
tentang isu sosial yang sedang terjadi.
Model pembelajaran ini menekankan pada penggunaan masalah sosial sebagai titik awal
untuk membangun pemahaman dan keterampilan siswa dalam IPS. Dalam pembelajaran ini,
siswa akan belajar melalui penyelesaian masalah-masalah nyata dan mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
Model pembelajaran ini memanfaatkan teknologi sebagai alat untuk meningkatkan interaksi
antara siswa dan materi pembelajaran. Beberapa contoh teknologi yang dapat digunakan
dalam pembelajaran IPS antara lain, aplikasi pembelajaran, video edukasi, media sosial, atau
game interaktif.
Demikianlah beberapa inovasi pengembangan model pembelajaran dalam IPS yang dapat
diadopsi oleh guru dan sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS
14
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
2. SARAN
Sebagai calon tenaga pendidik terutama bagi guru pemula maka akan dibuat bingung
mengenai strategi dan model pembelajaran efektif untuk dipakai peserta didik. Maka dari itu
tugas seorang guru harus mempunyai keterampilan dalam memilih model pembelajaran yang
tepat bagi peserta didik. sehingga proses belajar mengajar akan lebih menarik dan siswa
belajar akan lebih antusias, tidak merasa bosan dan mampu mengubah persepsi siswa
terhadap mata pelajaran IPS akan lebih positif dan akan lebih menyenangkan karena minat
merupakan modal utama untuk keberhasilan pembelajaran IPS.
15
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Huriah Rachmah, M.Pd. (2014). Pengembangan Profesi Pendidikan IPS. Bandung: Alfabeta.Dr.
Sapriya, M.Ed. (2009). Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.Dr. Rudy Gunawan, M.Pd.
(2011). Pendidikan IPS filosofi, Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Alfabeta.
Anderson, L. W., Krathwohl, D. R., Airasian, P. W., Cruikshank, K. A., Mayer, R. E.,
Pintrich, P. R., Raths, J., & Wittrock, M. C. (Eds.). (2001). A taxonomy for learning,
teaching, and assessing: A revision of Bloom's taxonomy of educational objectives. Longman
16