Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH TUJUAN, SUBJEK, OBJEK, LINGKUNGAN,

SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN

Disusun Oleh :
1. Panca Diana Nurwani
2. Tarisa Nabila

Dosen Pengampu : Aprilia Kartikasari, M.Pd

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


STKIP MUHAMMADIYAH OKU TIMUR
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmad-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tujuan, Subjek,
Objek, Lingkungan, Sarana dan Prasarana Pendidikan” ini tepat pada waktunya.
Tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu
Ibu Aprilia Kartikasari, M.Pd yang telah memberikan bimbingan dan arahan
dalam penyusunan makalah ini, dan juga kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini dari awal hingga akhir.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada kita
semua. Kami sangat berharap semoga pembaca dapat memberikan kritik dan
sarannya terhadap makalah ini agar kami dapat memperbaikinya pada makalah-
makalah berikutnya.

Belitang, November 2022


Penulis,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 2
C. Tujuan......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Tujuan Pendidikan..................................................................................... 3
B. Subjek Pendidikan..................................................................................... 7
C. Objek Pendidikan....................................................................................... 8
D. Lingkungan Pendidikan............................................................................. 12
E. Sarana dan Prasarana Pendidikan.............................................................. 20

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................. 28
B. Saran........................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 29

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan,
sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat, di mana ia
hidup. Pengembangan kemampuan sosial dan individual, sikap dan tingkah laku
tidak akan dapat terwujud jika anda subjek dan obyek dalam pendidikan tersebut.
Jadi, subyek dan obyek pendidikan merupakan inti dari pendidikan sebagai
proses. Perlu dibedakan pengertian pendidikan arti luas atau arti umum yang
terkait dengan tindakan mendidik dan pendidikan dalam arti yang khusus atau
terbatas yang terkait dengan tindakan mengajar. Dengan demikian dalam
kaitannya dengan subyek dan obyek pendidikan juga perlu dibedakan adanya
subyek dan obyek pendidikan, dan subyek dan obyek pengajaran.
Pada dasarnya baik pendidikan maupun pengajaran merupakan proses atau
pergaulan yang melibatkan dua variabel yaitu pendidik (pengajar, pembelajar) dan
si terdidik (siswa, murid, si belajar, pebelajar). Antara dua variabel tersebut terjadi
hubungan pengaruh dari orang dewasa terhadap anak muda atau dari pembelajar
terhadap pebelajar, yang disebut kewibawaan. Dengan demikian dapat ditemukan
dengan adanya subyek dan obyek pendidikan. Istimewanya dalam hal ini, si
terdidik karena hakikatnya sebagai pribadi, bukan sekedar barang atau
benda,walaupun menjadi sasaran dalam tindakan mendidik, tidak hanya dapat
disebut sebagai obyek, melainkan juga subyek. Si terdidik adalah sasaran,
pelengkap penderita atau obyek, tetapi juga sebagai subyek yang menentukan
dirinya sendiri. Dengan demikian subyek pendidikan adalah pendidik sedang
objek pendidikan adalah si terdidik sekaligus juga sebagai subyek pendidikan.
Agar sarana pendidikan dapat difungsikan dengan baik, maka diperlukan
manajemen sarana dan prasarana pendidikan. Dengan adanya manajemen sarana
dan prasaran pendidikan, maka sekolah akan mampu mengelolah sarana dan
prasarana pendidikan secarah lebih konsep dan terarah.

1
Dari paparan di atas penulis akan membahas mengenai tujuan, subjek,
objek, linkungan, sarana dan prasarana Pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan tujuan Pendidikan?
2. Jelaskan subjek Pendidikan?
3. Jelaskan objek Pendidikan?
4. Bagaimana lingkungan Pendidikan?
5. Jelaskan sarana dan prasarana Pendidikan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tujuan Pendidikan.
2. Untuk mengetahui subjek Pendidikan.
3. Untuk mengetahui objek Pendidikan.
4. Untuk mengetahui lingkungan Pendidikan.
5. Untuk mengetahui sarana dan prasarana Pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tujuan Pendidikan
Menurut sejarah bangsa Yunani, tujuan pendidikannya ialah ketentraman.
Sedangkan menurut Islam, tujuan pendidikan ialah membentuk manusia supaya
sehat, cerdas, patuh, dan tunduk kepada perintah Tuhan serta menjauhi larangan-
larangan-Nya (Ahmadi,1991:99).
Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang dicapai oleh
peserta didik setelah diselenggarakan kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan
pendidikan, yakni bimbingan pengajaran atau latihan, diarahkan untuk mencapai
tujuan pendidikan itu. Dalam konteks ini tujuan pendidikan merupakan komponen
dari sistem pendidikan yang menempati kedudukan dan fungsi sentral. Itu
sebabnya setiap tenaga pendidikan perlu memahami dengan baik tujuan
pendidikan (Suardi, 2010:7).
Dalam Suwarno (1992) terdapat beberapa pengertian tujuan pendidikan
menurut beberapa tokoh, diantaranya :
1. Ki Hadjar Dewantoro
Tujuan pendidikan adalah mendidik anak agar menjadi manusia yang
sempurna hidupnya, yaitu kehidupan dan penghidupan manusia yang selaras
dengan alamnya (kodratnya) dan masyarakatnya.
2. Johan Amos Comenius (Austria, 1592 – 1670, tokoh aliran realism
pendidikan)
Tujuan pendidikan adalah membentuk manusia yang mempunyai
pengetahuan kesusilaan dan kasalehan sebagai persiapan untuk kehidupan di
akherat.
3. John Locke (Inggris, 1632 – 1704, tokoh aliran Empirisme dalam pendidikan)
Tujuan pendidikan adalah membentuk “Gentlemen”.
4. J.J. Rousseau (Perancis, 1712 – 1778, tokoh aliran Naturalisme)
Tujuan pendidikan adalah mempertahankan kebaikan yang ada pada manusia
membentuk anak menjadi anggota masyarakat yang natural.

3
5. John Heinrich Pestalozzi ( Swiss, 1746 – 1827, tokoh pendidikan sosial)
Tujuan pendidikan adalah mempertinggi derajat rakyat (social regeneration)
dengan mengembangkan potensi jiwa anak secara wajar.
6. Friedrich Frobel (Jerman, 1782 – 1852, tokoh pendidikan anak-anak)
Tujuan pendidikan adalah membentuk anak menjadi makhluk aktif dan
kreatif.
7. Herbert Spencer (Inggris, 1820 – 1903, tokoh gerakan ilmiah dalam
pendidikan)
Tujuan pendidikan adalah mengilmiahkan usaha-usaha pendidikan, serta
membentuk manusia ilmiah.
8. John Dewey (Amerika, 1859 – 1952, tokoh pendidikan sosial)
Tujuan pendidikan adalah membentuk anak menjadi anggota masyarakat
yang baik, yaitu anggota masyarakat yang mempunyai kecakapan praktis dan
dapat memecahkan problem sosial sehari-hari dengan baik.
9. George Kerchensteiner (Jerman, 1855 – 1932, tokoh pendidikan
kewarganegaraan)
Tujuan pendidikan adalah mendidik anak menjadi warga negara yang baik.
10. Maria Montessori (Italia, 1870 – 1952, tokoh pendidikan kanak-kanak)
Tujuan pendidikan adalah perkembangan anak secara bebas.
11. Helen Parkhurst (Amerika, 1887 – 1900, tokoh pendidikan individual)
Tujuan pendidikan adalah membentuk anak menjadi warga negara yang baik.
Karena pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan
manusia menuju ke arah cita-cita tertentu, maka masalah pokok bagi pendidikan
ialah memilih arah atau tujuan.
Tujuan pendidikan sebagai arah pendidikan
Tujuan itu menunjukkan arah dari suatu usaha, sedangkan arah tadi
menunjukkan jalan yang harus ditempuh dari situasi sekarang ke situasi
berikutnya. Dalam meninjau tujuan sebagai arah ini, tidak ditekankan pada
masalah ke jurusan mana garis yang telah memberi arah pada usaha tersebut,
tetapi ditekankan kepada soal garis manakah yang harus kita ambil dalam
melaksanakan usaha tersebut, atau garis manakah yang harus ditempuh dalam

4
keadaan “sekarang” dan “disini”. Misalnya guru yang bertujuan membentuk anak
didiknya menjadi manusia yang cerdas, maka arah dari usahanya ialah
menciptakan situasi belajar yang dapat mengembangkan kecerdasan.
Tujuan sebagai titik akhir
Tujuan di samping dapat dipandang dari segi titik tolaknya, juga dapat
dipandang dari segi titik akhir yang akan dicapainya. Di sini perhatian pada hal
yang akan dicapai atau dituju yang terletak pada jangkauan masa datang, dan
bukan pada situasi sekarang atau pada jalan yang harus diambil dalam situasi tadi.
Misalnya seorang pendidik yang bertujuan agar anak didiknya menjadi manusia
susila, maka tekanannya di sini ialah gambaran tentang pribadi susila yang
menjadi idamannya tadi.
Tujuan pendidikan nasional dalam Pembukaan UUD 1945 adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa. Kecerdasan yang dimaksud disini bukan
semata-mata kecerdasan yang hanya berorientasi pada kecerdasan intelektual saja,
melainkan kecerdasan meyeluruh yang mengandung makna lebih luas.
Tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU No.20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 berbunyi :
”…bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Dalam Suwarno (1992), ada beberapa macam tujuan pendidikan,


diantaranya sebagai berikut :
1. Tujuan umum
Tujuan umum ialah tujuan yang menjiwai pekerjaan mendidik dalam segala
waktu dan keadaan. Tujuan umum ini dirumuskan dengan memperhatikan
hakekat kemanusiaan yang universal. Menurut Lavengeld, tujuan umum
pendidikan adalah kedewasaan.
2. Tujuan khusus

5
Tujuan khusus yaitu pengkhususan dari tujuan umum atas dasar beberapa hal
antara lain :
a. Perbedaan individual pada si terdidik
b. Perbedaan lingkungan keluarga atau masyarakat
c. Perbedaan yang berhubungan dengan tugas lembaga pendidikan
d. Perbedaan yang berhubungan dengan pandangan atau falsafah hidup
suatu bangsa
3. Tujuan tak lengkap atau tak sempurna
Tujuan tak lengkap ialah tujuan yang hanya mencakup salah satu daripada
aspek saja. Misalnya : tujuan khusus pembentukan kecerdasan saja.
4. Tujuan sementara
Tujuan sementara ialah tujuan yang dicapai pada tiap tingkat perjalanan
menuju tujuan akhir. Misalnya menyelesaikan belajar di sekolah dasar
merupakan tujuan sementara untuk selanjutnya menuju ke SMP, SMA, dan
selanjutnya.
5. Tujuan insidentil
Tujuan insidentil ialah tujuan yang timbul karena adanya situasi yang terjadi
secara kebetulan.
6. Tujuan intermediair
Tujuan intermediair ialah tujuan yang merupakan alat atau perantara untuk
mencapai tujuan yang lain.
Selanjutnya dalam hubungan dengan hierarki tujuan pendidikan,
dibedakan macam-macam tujuan pendidikan yaitu :
1. Tujuan nasional
Tujuan nasional ialah tujuan umum pendidikan nasional yang mengandung
rumusan kualifikasi umum yang diharapkan akan dimiliki oleh setiap warga
negara setelah mengikuti dan menyelesaikan program pendidikan nasional
tertentu (Suwarno, 1992:52).
2. Tujuan institusional
Tujuan institusional adalah tujuan yang hendak dicapai oleh lembaga
pendidikan atau satuan pendidikan tertentu. Tiap lembaga pendidikan

6
memiliki tujuannya masing-masing yang berbeda satu sama dengan yang
lainnya dan yang sesuai dengan karakteristik lembaga tersebut (Suardi,
2010:7).
3. Tujuan kurikulum
Tujuan kurikulum adalah tujuan yang hendak dicapai oleh program studi,
bidang studi, dan mata pelajaran tertentu yang disusun berdasarkan tujuan
institusional. Perumusan tujuan kurikulum berpedoman pada kategorisasi
tujuan pendidikan atau taksonomi tujuan, yang dikaitkan dengan bidang studi
bersangkutan (Suardi, 2010:7).
4. Tujuan instruksional
Tujuan ini dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan instruksional umum dan
tujuan instruksional khusus. Tujuan instruksional umum berisi kualifikasi
yang merupakan pernyataan hasil belajar yang diharapkan dimiliki oleh si
terdidik setelah mengikuti pelajaran dalam pokok bahasan tertentu. Tujuan
instruksional khusus merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan
instruksional umum, dinyatakan dalam rumusan sekhusus-khususnya,
sehingga tujuan tersebut mudah dinilai dan tidak menimbulkan salah tafsir
(Suwarno, 1992:53).

B. Subjek Pendidikan
Subyek pendidikan adalah pendidik (pengajar, pembelajar). Dalam
pendidikan arti umum, yang disebut pendidik adalah orang dewasa yang susila
atau manusia yang telah menjadi pribadi seutuhnya atau manusia yang telah
berbudaya. Hal ini sejalan dengan definisi pendidikan yang mengatakan bahwa
pendidikan adalah proses pendewasaan anak muda yang belum dewasa
(Langeveld), atau definisi pendidikan oleh Drijarkara, yaitu memanusiakan
manusia (homininasi) lewat pembudayaan (humanisasi). Hanya manusia dewasa
yang susila, pribadi yang utuh dan berbudaya yang mampu melakukan tindakan
mendidik, sebagai subyek pendidikan. Orang yang belum dewasa, tidak susila,
bukan pribadi yang utuh dan berbudaya tidak mungkin menjadi pendidik.
Mendidik adalah memberikan apa yang dimiliki, mentransfer (transmisi dan

7
transformasi) nilai-nilai,yaitu nilai kedewasaan, kesusilaan, kepribadian atau
kemanusiaan, dan kebudayaan. Hanya orang yang memiliki nilai-nilai sebagai
tindakan mendidik. Siapakah pendidik itu? Ia adalah orang tua!
                  Orang tua adalah pendidik pertama dan utama. Orang tua memperoleh
otoritas mendidik langsung dari Allah sendiri, sebagai hak dasar atau hak asasi
manusia. Hal ini sebagai konsekuensi dari anak yang mereka lahirkan. Anak
adalah anugerah Allah, ciptaan Allah lewat orang tua, yang dipercayakan Allah
kepada orangtua. Maka orang tua wajib mendidik anak sebagai wujud
kebaktian/ibadah kepada Allah, sebagai wujud dari iman. Karena orang tua tidak
mungkin melakukuan pendidikan seutuhnya kepada anak demi memenuhi
kebutuhan hidupnya secara wajar sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman
(IPTEKS), maka orang tua menyerahkan sebagian otoritas mendidik anaknya
kepada pihak lain, yaitu masyarakat, bangsa atau negara. Sesuai dengan
kodratnya, peran orang tua dalam pendidikan tak tergantikan.
                  Dalam pendidikan arti khusus atau terbatas, yaitu pendidikan yang
terjadi di sekolah seperti pembelajaran atau pengajaran, pendidik adalah orang
dewasa yang memiliki pengetahuan dan pembelajaran yang di sebut dengan guru.
Dalam hal ini guru bertugas untuk mengambil alih tugas mendidik orang tua, atau
membantu orang tua melakukan tindakan mendidik secara praktis, yaitu mengajar,
memberi intruksi, nasihat, melatih motivasi sehingga anak menjadi terpelajar.

C. Obyek Pendidikan
            Obyek pendidikan adalah anak didik (siswa, murid). Anak didik adalah
mereka yang sedang mengalami proses dididik. Meraka adalah manusia muda
yang belum dewasa, dalam proses menuju kedewasaan, manusia yang dalam
proses memanusiakan dirinya menjadi manusia seutuhnya, manusia yang sedang
dalam proses pembudayaan atau membudayakan dirinya menuju manusia yang
beradad. Menurut Drost  mereka itulah manusia yang perlu dibentuk:  kanak-
kanak , anak,  remaja, pemuda, usia antara 0 sampai 20 tahun. Ia menegaskan
bahwa kalau sesudah usia 20 tahun masih harus di didik artinya pendidikan gagal.
Dalam arti umum, anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari

8
seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Dalam
arti sempit, anak didik adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan
kepada tanggungjawab pendidik.
Anak didik sebagai objek sekaligus subjek
            Dilihat dari posisinya sebagai manusia yang dididik , anak didik adalah
objek pendidikan karena ia menjadi sasaran, arah dari tindakan pendidik.
Walaupun demikian, anak didik bukanlah benda mati yang pasif, yang dapat
dimanipulasi oleh pendidik sesuai keinginan pendidik, melainkan dia adalah
pribadi, orang yang memiliki potensi diri untuk tumbuh dan berkembang, bersifat
aktif, mampu memilih dan menentukan sendiri secara bebas. Pengaruh anak didik
atas seorang murid diberikan oleh dirinya sendiri bersama orang tua, para teman
sebaya, guru, tetangga, artis di televisi, penyiar radio dan sebagainya. Dengan
demikian, anak didik juga sebagai subjek, yang menentukan dirinya sendiri dan
menjadi pokok, fokus dalam proses pendidikan.

Karakteristik, tanggungjawab, dan peranan anak didik


1.    Karakteritik anak didik
            Karakteristik, ciri-ciri, atau sifat-sifat karakteristik anak didik dapat
ditelusuri dengan membalikkan karakteristik dari pendidik. Karakteristik anak
didik  adalah ia memang belum dewasa, tetapi sedang tumbuh dan berkembang
menjadi dewasa. Ia belum susila, tetapi sedang tumbuh dan berkembang sebagai
makhluk susila. Ia belum sebagai manusia yang utuh, tetapi sedang tumbuh dan
berkembang menjadi manusia seutuhnya. Ia belum berjatidiri, berintegritas,
bermartabat, tetapi ia sedang tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang
berjatidiri, berintegritas dan bermartabat. Ia belum  bertanggungjawab, berbudaya,
mandiri, tetapi ia sedang tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang
bertanggungjawab, berbudaya, mandiri. Dengan kata lain, secara filsafati, anak
didik dalam kondisi potensial menuju aktual. Secara psikologis dapat dikatakan
bahwa anak didik dalam proses melaksanakan tugas  perkembangan
mengaktualisasikan potensi-potensinya.
2.    Tanggungjawab anak didik

9
            Dalam mengaktualisasikan potensi dirinya anak didik memerlukan
bantuan pendidik. Tanpa itu semua tidak akan mungkin berjalan baik dan wajar.
Itulah yang disebut dengan sifat ketergantungan anak didik kepada pendidik.
Karena masih bersifat ketergantungan, maka anak didik juga belum mampu
bertanggungjawab sendiri, memilih dan mengambil keputusan sendiri secara
bebas, maka menyerahkan tanggungjawab dan kebebasanya tersebut sementara
kepada pendidik.
            Ketergantungan dan kebebasan serta tanggungjawab yang diserahkan
kepada pendidik itu akan ditarik kembali secara berangsur-angsur seirama dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Makin dewasa ketergantungannya
makin berkurang dan tanggungjawabnya makin besar. Dan pada saatnya anak
didik akan melepas ketergantungannya dan bertanggungjawab sepenuhnya pada
dirinya sendiri. Itulah yang disebut sebagai manusia terdidik.
3.    Peranan anak didik
            Peran anak didik ditentukan oleh lingkungan kehidupan dimana proses
pendidikan berlangsung. Lingkungan pendidikan adalah keluarga (pendidikan
informal), masyarakat (pendidikan nonformal, pendidikan luar sekolah), dan
sekolah (pengajan formal). Peran anak didik juga ditentukan oleh bentuk atau
upaya pendidikannya yaitu besar dan proporsi peran serta tergantung pendekatan
atau asumsi terhadap pendidikan.
            Dalam keluarga, terlaksana lebih dalam bentuk serta upaya pembiasaan
dan peneladanan karena didalam pendidikan keluarga, anak didik berperan
sebagai orang yang berlatih untuk membiasakan diri dengan norma-norma dan
meniru atau meneladani tindakan-tindakan orang yang lebih tua. Orang tua
menginternalisasikan nilai-nilai seperti membiasakan anak berlaku sopan,
bersikap sosial, hormat pada yang lebih tua dan sebagainya.
           Dalam masyarakat anak didik berperan sebagai anggota masyarakat. Dalam
masyarakat ada berbagai lembaga, seperti lembaga agama, sosial, politik, dan
sebagainya. Serta setiap anggota memiliki norma-norma yang harus dipatuhi oleh
setiap anggotanya. Dalam kaitannya dengan pendidikan  lembaga-lembaga di
masyarakat lebih menitikberatkan upayanya pada peneladanan dan pembelajaran.

10
Peran anak didik dalam lembaga masyarakat tersebut lebih sebagai pengambil
teladan walau juga terjadi peran meniru dan belajar. Sebagai konsekuensinya,
masyarakat lebih dituntut untuk memberi teladan dalam kaitannya dengan upaya
pendidikan.
            Di sekolah, anak didik lebih dominan dalam kegiatan belajar. Mengajar
dan pengajaran di sekolah telah dikembangkan menjadi pembelajaran, oleh karena
itu peran anak didik adalah belajar. Serta diupayakan pembelajaran yang aktif,
kreatif, efektif,  inovatif dan menyenangkan.
            Proporsi peran pendidik tergantung dari dua pendekatan; pertama,
pendekatan mekanistik: yang berasumsi bahwa anak adalah seperti botol kosong
yang harus diisi dengan materi intelektual sehingga anak didik akan dibatasi
hingga bersifat pasif dalam mendengarkan guru, menerima informasi, dan dalam
meniru contoh dari guru. Kedua, pendekatan organik: berasumsi bahwa anak didik
sedang berkembang, mencari temuan-temuan sehingga anak didik akan lebih
besar dalam proses pendidikan.
            Dalam analogi metafora hortikultural, mengamsusikan bahwa anak
tumbuh atau berkembang menjadi dewasa seperti tanaman. Peran pendidik seperti
tukang tanaman. Tukang tanaman hanya dapat memperhatikan proses
pertumbuhan tanaman, dapat mempercepat tetapi tidak dapat terlibat didalamnya,
tanaman harus tumbuh dalam dirinya sendiri. Seperti pendidik mungkin bisa
mempercepat anak didik dan mengarahkannya tetapi tidak dapat mengajar anak
didik tumbuh dan berkembang, yang dapat dilakukan hanyalah membantu anak
belajar.
            Namun, teori tersebut tidak sepenuhnya benar bila dianalogikan dengan
pendidikan. Dalam hal ini pendidik hanya mengawasi, menjaga, dan mengelola
lingkungan. Tetapi tujuan akhir pendidikan bukan hanya manusia yang tumbuh
subur, melainkan seorang yang terdidik, terpelajar dan terlatih. Dan bukan sekedar
mengelola lingkungan melainkan harus mengetahui pembentukan pemikiran anak
didik, sesuai dengan kemampuan anak didik. Serta dalam pendidikan harus
melibatkan peran serta anak didik dan pendidik dan terdapat komitmen antara
keduanya.

11
            Dari paparan diatas dapat disimpulkan tentang perlunya pendidikan
holistik. Pendidikan holistik antara lain mengaplikasiakan prinsip saling
keterkaitan. Beberapa konsep penting, antara lain: pertama, konsep interdepensi
adalah saling ketergantungan. Antara pendidik dan anak didik ada saling
ketergantungan karena tanpa unsur yang lain tidak akan dapat berkembang dengan
baik dan wajar. Kedua, konsep interrelasi adalah saling terkait, saling hubungan,
atau terjadi interaksi antar unsur pendidikan. Terjadi interaksi antara pendidik dan
anak didik juga sebaliknya bahkan interaksi sebagai manusia. Dan ketiga, konsep
partisipasi adalah keterlibatan, peran serta, atau ikut ambil bagian dalam  proses
pendidikan. Dalam hal pendidikan anak didik dapat berkembang bila berperan
aktif dalam proses pendidikan. Pendidik mendidik anak didik dengan berperan
dalam proses pendidikan, yaitu memiliki otoritas yang diakui, diterima, dipercaya,
ditaati oleh anak didik sehingga menimbulkan kewibawaan. (Suparno, 2004:03).

D. Lingkungan Pendidikan
1. Pengertian Lingkungan Pendidikan
Kegiatan pendidikan selalu berlangsung di dalam suatu lingkungan. Dalam
konteks pendidikan, lingkungan dapat diartikan, sebagai segala sesuatu yang
berada di luar diri anak. Lingkungan dapat berupa hal-hal nyata, seperti
tumbuhan, orang, keadaan, politik, sosial-ekonomi, binatang, kebudayaan,
kepercayaan, dan upaya lain yang dilakukan oleh manusia termasuk di dalamnya
pendidikan. 
Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia,
baik berupa benda mati, makhluk hidup, ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi
termasuk kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat
kepada individu. Seperti lingkungan tempat pendidikan berlangsung dan
lingkungan tempat anak bergaul. Lingkungan ini kemudian secara khusus disebut
sebagai lembaga pendidikan sesuai dengan jenis dan tanggungjawab yang secara
khusus menjadi bagian dari karakter lembaga tersebut.
Dalam memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak, lingkungan
ada yang sengaja diadakan (usaha sadar) ada yang tidak usha sadar dari orang

12
dewasa yang normatif disebut pendidikan, sedang ynag lain disebut pengaruh.
Lingkunga yang dengan sengaja diciptakan untuk mempengaruhi anak ada tiga,
yaitu : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Ketiga lingkunga ini disebut lembaga pendidikan atau satuan pendidikan.
Lembaga pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia yang
Karena satu dan lain hal memikul tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan.
Badan pendidikan itu bertugas memberi pendidikan kepada si terdidik
(Marimba,1980). Secara umum fungsi lembaga pendidikan adalah menciptakan
situasi yang memungkinkan proses pendidikan dapat berlangsung.
   Menurut Hasbullah (2003) lingkungan pendidikan mencakup :
- Tempat (lingkungan fisik), keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam.
- Kebudayaan (lingkungan budaya) dengan warisan budaya tertentu seperti
bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup, dan pandangan
keagamaan.
- Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga,
kelompok bermain, desa, perkumpulan dan lainnya.
Lingkungan serta lembaga pendidikan bersifat positif apabila memberikan
pengaruh sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan. Lingkungan bersifat negatif
apabila berpengaruh secara kontradiktif dengan arah dan tujuan pendidikan. Maka
intensitas pengaruh lingkungan terhadap peserta didik tergantung sejauh mana
anak dapat menyerap rangsangan yang diberikan lingkungannya dan sejauh mana
lingkungan mampu memahami dan memberikan fasilitas terhadap kebutuhan
pendidikan peserta didik.

2. Fungsi Lingkungan Pendidikan


Diantara fungsi lingkungan pendidikan adalah sebagai berikut.
a. Lingkungan pendidikan dapat menjamin kehidupan emosional peserta didik
untuk tumbuh dan berkembang. Kehidupan emosional ini sangat penting
dalam pembentukan pribadi anak.
b. Lingkungan pendidikan membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan
berbagai lingkungan sekitarnya baik lingkungan fisik, sosial, maupun budaya,

13
terutama berbagai sumberdaya pendidikan yang tersedia agar dapat dicapai
tujuan pendidikan secara optimal.
c. Lingkungan pendidikan berfungsi sebagai wahana yang amat besar bagi
perkembangan individu dan masyarakat dalam memperluas dan mempercepat
usaha mencerdaskan kehidupan bangsa.
d. Mengajarkan tingkah laku umum dan untuk menyeleksi serta mempersiapkan
peranan-peranan tertentu dalam masyarakat.
e. Di dalam lingkungan pendidikan dapat mengembangkan kemampuan-
kemampuan yang dimiliki peserta didik baik dalam bentuk karier, akademik,
kehidupan beragama, kehidupan sosial budaya, maupun keterampilan lainnya. 
3. Ragam Bentuk Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan adalah tempat seseorang memperoleh pendidikan
secara langsung dan tidak langsung. Oleh karena itu, lingkungan pendidikan ada
yang bersifat sosial dan material. Lingkungan pendidikan secara garis besarnya
oleh Ki Hajar Dewantoro dibagi menjadi tiga yang disebut denga Tri Pusat
Pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.
a. Lingkungan Keluarga
Manusia ketika dilahirkan di dunia dalam keadaan lemah. Tanpa
pertolongan orang lain, terutama orang tuanya, ia tidak bisa berbuat banyak. Di
balik keadaannya yang lemah itu ia memiliki potensi baik yang bersifat jasmani
maupun rohani.
Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak, di lingkungan
keluarga pertama-tama anak mendapatkan pengaruh sadar. Karena itu keluaraga
merupaka kelompok primer yang terdiri dari sejumlah keluarga kecil karena
hubungan sedarah yang bersifat informal dan kodrati dan menjadi lembaga
pendidikan tertua. Keluarga bisa berbentuk keluarga inti (nucleus family : ayah,
ibu, dan anak), ataupun keluarga yang diperluas (di samping inti, ada orang lain
seperti kakek, nenek, ipar dan lain sebagainya).
Anak dalam menjalani pendidikan di lingkungan keluarga biasanya
menghadapi hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan tersebut antara lain
sebagai berikut.

14
1) Anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orangtua.
2) Pigur orangtua yang tidak mampu memberikan keteladanan pada anak.
3) Sosial ekonomi keluaraga yang kurang atau sebaliknya yang tidak bisa
menunjang belajar.
4) Kasih sayang orangtua yang berlebihan sehingga cenderung untuk
memanjakan anak.
5) Orangtua yang tidak bisa memberikan rasa aman kepada anak, tuntutan
orangtua yang terlalu tinggi.
6) Orangtua yang tidak bisa memberikan kepercayaan kepada anak.
7) Orangtua yang tidak bisa membangkitkan inisiatif dan kretifitas kepada anak.
Keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama sangat penting
dalam membentuk pola kepribadian anak. Karena di dalam keluarga, anak
pertama kali berkenalan dengan nilai dan norma. Keluarga didasarkan pada cinta
kasih yang sangat natural, sehingga suasana pendidikan yang berlangsung di
dalamnya berdasarkan kepada suasana yang tanpa memikirkan hak.
Pendidikan keluarga memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar,
agama, dan nilai moral, norma sosial dan pandangan hidup yang diperlukan
peserta didik untuk dapat berperan dalam keluarga dan dalam masyarakat.
Dasar-dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan anaknya,
meliputi hal-hal berikut.
1) Dorongan/motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dengan
anak. Cinta kasih ini mendorong sikap dan tindakan rela menerima
tanggungjawab, dan mengabdikan dirinya untuk sang anak.
2) Dorongan/motifasi kewajiban moral, sebagai konsekuensi kedudukan
orangtua terhadap keturunannya. Tanggungjawab moral ini meliputi nilai-nilai
religius spiritual yang dijiwai ketuhanan Yang Maha Esa dan agama masing-
masing di samping didorong oleh kesadaran memelihara martabat dan
kehormatan keluarga.
3) Tanggungjawab sosial sebagai bagian dari keluarga, yang pada gilirannya juga
menjadi bagian dari masyarakat, bangsa dan negaranya, bahkan kemanusiaan.

15
Di sisi lain tanggungjawab  pendidikan yang menjadi beban orangtua
sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam rangka hal-hal berikut.
1) Memelihara dan membesarkan anak.
2) Melindungi dan menjamin kesamaan baik jasmaniah maupun rohaniah sesuai
dengan falsafah hidup dan agama yang dianutnya.
3) Member pengajarandalam arti yang luas.
4) Membahagiakan anak baik di dunia dan akhirat.
Dasar-dasar pendidikan yang diberikan kepada anak dari orangtua meliputi
tujuh hal, yaitu dasar pendidikan budi pekerti, dasar pendidikan sosial, dasar
pendidikan intelek, dasar pembentukan kebiasaan pembinaan kepribadian yang
baik dan wajar, dasar pendidikan kekeluargaan, dasar pendidikan nasionalisme,
dan dasar pendidikan agama.
Lingkungan keluarga berpengaruh kepada anak dari sisi perlakuan,
keluarga terhadap anak, kedudukan anak dalam keluarga, keadaan ekonomi
keluarga, keadaan pendidikan keluarga, dan pekerjaan orangtua.
Dari lingkungan keluarga yang harmonis mampu memancarkan
keteladanan kepada anak-anaknya, karena dikatakan pendidikan pertama pada
bayi atau anak itu berkenalan dengan lingkungan serta mendapat pembinaan pada
keluarga.
b. Lingkungan Sekolah
Sebagai akibat dari perkembangan ilmu dan teknologi dan terbatasnya
orangtua dalam kedua hal tersebut, orangtua sangat penting dalam menyiapkan
anak-anak untuk kehidupan mansyarakat. Sekolah memegang peranan penting
dalam pendidikan karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak. Karena itu di
samping keluagra sebagai pusat untuk pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi
sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan kepribadian anak.
Pendidikan di sekolah mencakup pendidikan umum dalam mempersiapkan
peserta didik menguasai kemampuan dasar untuk melanjutkan pendidikan atau
memasuki lapangan kerja. Pendidikan sekolah biasanya disebut sebagai
pendidikan formal karena ia adalah pendidikan yang mempunyai dasar, tujuan, isi,
metode, alat-alatnya yang disusun secara eksplisit, sistematis, dan

16
distandarisasikan. Penjabaran fungsi sekolah sebagai pusat pendidikan formal,
terlihat pada tujuan instruksional, yaitu tujuan kelembagaan pada masing-masing
jenis da tingkatan sekolah.
  Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menerima fungsi pendidikan
berdasarkan asas-asas tanggungjawab berikut ini.
1) Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang
ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku yaitu undang-undang
pendidikan.
2) Tanggungjawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tujuan dan tingkat
pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat dan negara.
3) Tanggungjawab fungsional ialah tanggungjawab profesional pengelola dan
pelaksana pendidikan.
Sekolah sebagai pendidikan formal dirancang sedemikian rupa agar lebih
efektif dan efisien, yaitu bersifat klasikal dan berjenjang. System klasikal
memungkinkan sejumlah anak belajar bersama dan dipimpin oleh seorang atau
beberapa orang guru sebagai fasilitator. Sekolah memiliki cirri jenjang dapat
dijelaskan sebagi berikut.
1) Jenjang lembaga, sekolah dirancang dengan berbagai tingkatan, dari Taman
Kanak-Kanak (TK) sampai perguruan tinggi (PT). sebagian dikelola oleh
Departemen Pendidikan Nasional dan sebagian lainnya dikelola oleh
Departemen Agama.
2) Jenjang kelas, berjenjang menurut tingkatan kelas, murid hanya bisa
mengikuti pendidikan pada kelas yang lebih tinggi apabila ia telah mampu
menyelesaikan pendidikan di tingkat sebelumnya. Jenjang kelas ini
bervariasi, yaitu di tingkat SD/MI terdiri dari enam kelas, SMP/MTs terdiri
dari tiga kelas, SMA/MA/sederajat terdiri dari tiga kelas, sedangkan di
Perguruaan Tinggi tidak ditentukan dengan jenjang kelas.
Sekolah dianggap sebagai suatu lingkungan yang paling
bertanggungjawab terhadap pendidikan murid-muridnya, lebih-lebih bila
dikaitkan dengan pengabdian sumber daya manusia yang berkualitas untuk dapat

17
bersaing secara global. Maka pembangunan sekolah dianggap sebagai investasi
yang prosfektif demi menyongsong kemajuan bangsa.

c. Lingkungan Masyarakat
Pendidikan dalam lingkungan masyarakat tampaknya sudah lebih maju
dibandingankan dengan pendidikan dalam lingkungan keluarga dan lingkungan
sekolah. Karena masyarakat adalah salah satu lingkungan pendidikan yang besar
pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi seseorang. Pandangan hidup, cita-
cita bangsa, sosial budaya, dan perkembangan ilmu pengetahuan akan mewarnai
keadaan masyarakat tersebut.
 Masyarakat turut serta memikul tanggungjawab pendidikan. Pendidika
kemasyarakatan merupakan wahana yang amat besar artinya bagi perkembangan
individu dan masyarakat sebagai gerakan yang memperluas dan mempercepat
usaha mencerdaskan bangsa.
Dalam menjalani pendidikan di lingkungan masyarakat biasanya akan
mengalami kesulitan-kesulitan, antara lain :
1) Lingkungan fisik dan nonfisik yang kurang menguntungkan. Lingkungan yang
demikian akan banyak menghambat anak dalam belajar.
2) Tugas yang diberikan lembaga terlalu berat/banyak, sehingga anak tidak dapat
menyelesaikan tugas tersebut dengan baik. Terlalu banyaknya kegiatan yang
diikuti dalam waktu yang terbatas, bisa menjadi penyebab kegiatan tersebut
tidak dilaksanakan dengan baik dan akan mengalami kesulitan, yang akhirnya
hasilnya akan kurang.
3) Apabila nilai dikembangkan oleh anak berbeda/bertentangan dengan nilai/adat
yang ada di masyarakat maka akan timbul konflik nilai. Kalau terjadi hal
demikian biasanya anak akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan
dalam diri terhadap lingkungan tersebut. Keadaan yang demikian biasanya
akan berpengaruh terhadap upaya belajar anak.
Setiap masyarakat mempunyai mempunyai cita-cita, peraturan-peraturan
dan sistem kekuasaan tertentu. Pendidikan dalam Lingkungan kehidupan.

18
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat
meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan pembentukan
pengetahuan sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
Pendidikan dalam pergaulan masyarakat terutama banyak sekali lembaga-
lembaga pendidikan seperti masjid, surau atau langgar, musholla, madrasah,
pondok pesantren, pengajian, kursus, dan badan-badan pembinaan rohani.

4. Peranan Lingkungan Pendidikan


Dalam memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak, lingkungan
pendidikan sangat berperan penting dalam memberikan penraguh tersebut.
Diantara peranan lingkungan pendidikan adalah sebagai berikut.
a. Peranan Lingkungan Keluarga
Sangat besar peranan kelurga dalam pendidikan, karena keluarga adalah
lingkungan pertama yang memberikan pendidikan kepada anak. Peranan keluarga
tersebut diantaranya adalah :
1) Sebagai pembentuk pola pikir anak, karena di dalam keluarga, anak pertama
kali berkenalan dengan nilai dan norma.
2) Sebagai pengalaman pertama bagi masa kanak-kanak, pengalaman ini
merupakan factor yang sangat penting bagi perkembangan berikutnya,
khususnya dalam perkembangan pribadinya.
3) Sebagai lingkungan pendidikan yang memberikan keteladanan, karena
keteladanan orangtua akan menjadi tolat ukur dan menjadi wahana pendidikan
moral.
4) Sebagai lingkungan pendidikan yang berperan dalam meletakkan dasar-dasar
pendidikan agama.
b. Peranan Lingkungan Sekolah
Tugas sekolah sangat penting dalam menyiapkan anak-anak untuk
kehidupan masyarakat. Maka dari itu, sekolah memegang peranan penting dalam
pendidikan. Karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak dan sekolah pun
berperan dalam pembentukan kepribadian anak. Diantara peranan sekolah dalam
pendidikan adalah sebagai berikut.

19
1) Sebagai pendidikan formal yang menumbuhkembangkan dalam ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik agar anak mampu menolong dirinya sendiri
dalam hidup sebagai makhluk individu dan makhluk sosial melalui
pembekalan dalam semua bidang studi.
2) Sebagai lingkungan pendidikan yang perlu memberikan pemahaman tentang
pendidikan pancasila, agama, dan pembinaan watak sesuai dengan nilai dan
norma yang hidup dan berkembang di masyarakat.
3) Sebagai lingkungan pendidikan yang haru mewujudkan cita-cita bangsa dalam
hal mencerdaskan kehidupan bangsa.
c. Peranan Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat mempunyai andil yang besar dalam upaya
mencapai tujuan pendidikan nasional, dalam peranannya antara lain :
1) Pendidikan manusia sebagai makhluk individu, lingkungan masyarakat
berperan dalam membantu pembentukan manusia yang cerdas, sesuai dengan
kondisi dan fungsi dari masing-masing pendidikan tersebut.
2) Pendidikan manusia sebagai makhluk susila (kemasyarakatan), yang berkaitan
dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila sebagai falsafah hidup
bangsa, dan pancasila sebagai dasar negara.
3) Pendidikan manusia sebagai makhluk sosial, lingkungan masyarakat baik
secara langsung maupun tidak langsung memang ditumbuhkembangkan
sebagai makhluk individu dan susila, yang secara bersama-sama mampu
menciptakan kehidupan bersama secara bertanggungjawab, untuk mencapai
kesejahteraan sosial yang dinamis dengan sikap makaryanya.
4) Pendidikan manusia sebagai makhluk religious, maka lingkungan masyarakat
banyak memberikan andil dalam pembekalan yang berhubungan dengan
masalah keagamaan.

E. Sarana dan Prasarana Pendidikan


1. Pengertian Sarana Prasarana Pendidikan
Prasarana pendidikan adalah segala sesuatu yang merupakan
penunjang terselanggaranya proses transformasi dalam pendidikan. Bentuk

20
prasarana tersebut berupa benda atau barang, seperti tanah, bangunan sekolah,
jalan, dan transportasi yang menghubungkan masyarakat dengan sekolah,
lapangan olahraga dan sebagainya.1 Sedangkan sarana pendidikan adalah
semua perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung
digunakan dalam proses pendidikan disekolah, seperti buku, papan tulis, kursi
meja dan sebagainya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bagaimanapun dalam
meningkatkan kualitas pendidikan diperlukan sarana dan prasarana untuk
mencapai untuk mencapai tujuan dan target pendidikan yang ingin dicapai,
baik dalam tataran mata pelajaran ataupun pendidikan secara nasional.
Sarana terbagi menjadi dua yaitu sarana fisik pendidkan dan sarana
non-fisik pendidikan.
a. Sarana Fisik Pendidikan
Di bawah ini pembagian sarana fisik pendidikan:
1) Lembaga pendidikan atau badan pendidikan
Lembaga pendidikan atau badan pendidikan adalah organisasi atau
kelompok manusiayang memikul tanggung jwab atas terlaksananaya
pendidikan. Lembaga pendidikan ini berhak untuk mengembangkan
pendidikannya sesuai dengan tujuan dan target yang akan dicapai
sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku.
2) Alat atau media pendidikan
Untuk mencapai tujuan pendidikan memerlukan bebagai alat dan
metode. Isitilah lain lain dari alat pendidikan yang dikenal hingga saat
ini adalah media pendidikan, Audio Visual Aids (AVA), alat peraga,
sarana dan prasarana pendidikan dan sebagainya.
Definisi yang dikemukakan tentang alat pendidikan adalah sebagai
berikut:
Roestiyah Nk. Dkk.:”media pendidikan adalah alat, metode dan teknik
yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektif komunikasi dan

1
Moh. Haitami salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam, Ar-Ruz
Media, Jogjakarta, 2015,hlm.188.

21
interaksi edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan
pengajaran di sekolah.2
Beberapa alat pendidikan yang sangat penting dalam pendidikan
adalah sebagai berikut:
 Pendidik, merupakan alat pendidikan karena tanpa pendidik,
pendidikan tidak akan berjalan dengan baik;
 Lembaga pendidikan, tempat untuk dilaksanakannya pendidikan
formal atau informal;
 Anak didik, sasaran pendidikan yang menjadi objek para pendidik
sekaligus pendidikan itu sendiri.
 Sarana dan prasarana pendidikan, yang membantu lancarnya
pelaksanaan pendidikan, terutama dalam proses pembelajaran;
 Perpustakaan, yakni buku-buku yang memberikan informasi ilmu
pengetahuan kepada para pendidik dan anak didik.
 Kecakapan atau kompetensi pendidik untuk memberikan pengajaran
yang profesional dan sesuai dengan kepabilitasnya.
 Metodologi pendidikan dan pendekatan sistem pengajaran yang
digunakan, misalnya menggunakan metode ceramah, diskusi, tanya
jawab, penugasan, atau pengajaran dengan pola tekreatif;
 Manajemen pendidikan yang mengolah pelaksanaan pendidikan
merupakan alat yang amat penting dalam pendidikan, seperti
pengaturan jadwal mata pelajaran, penempatan pendidik dalam mata
pejaran tertentu, pengaturan lama belajar, pemenuhan gaji atau honor
pendidik, penentuan rapar-rapat pendidik, dan sebagainya.
 Strategi pembelajaran yang disesuai dengan tujuan belajar siswa
dalam lembaga pendidikan tertentu karena setiap lembaga pedidikan
memiliki visi dan misi serta maksud dantujuan berbeda-beda.
 Evaluasi pendidikan dan evaluasi belajar.3

2
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam,Bumi Aksara,Jakarta,1992,hlm.80.
3
Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam,CV Pustaka Setia, Bandung,2009,hlm.139.

22
b. Sarana Non-Fisik pendidikan
Sarana non-fisik pendidikan adalah alat pendidikan yang tidak berupa
bangunn, tetapi berupa materi atau pokok-pokok pikiran yang membantu
kelancaran proses pendidikan. Sarana ini dibagi menjadi tujuh yang terdiri
dari perincian berikut.
 Landasan Dasar
Mengenai landasan dasar pelaksanaan pendidikan islam selama ini
mengacu pada Al-Qur’an dan Hadis.akan tetapi, secara konstitusional
pendidikan yang berlaku dinegaranya.
 Kurikulum
Kurikulum merupakan deperangkat rencana dan penagturan
pendidikan/pengajaran dan hasil pendidikan/pengajaran yang harus
dicapai oleh anak didik, kegiatan belajar mengajar pemberdayaan
sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum itu sendiri.
 Metode
Dapat diartikan sebagai cara mengajar untuk mencapai tujuan.
Pemakaian metode ini dapat berfungsi sebagai penjelas ataupun
pelancar kegiatan proses belajar-mengajar.
 Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran, penilaian, dan evaluasi merupakan yang
bersifat hierarki.artinya, ketiga kegiatan tersebutdalam kaitannya
dengan proses belajar mengajartidak dapat dipisahkan satu sama lain
dan dalam pelaksanaanya harus dilaksanakannya secara berurutan.
 Manajemen
Manajemen dalam pendidikan butuh keseriusan yang tinggi salah
dalam pengelolaan ataupun perencanaan pendidikan akan berakibat
pada amburadulnya pelaksanaan proses pendidikan.
 Mutu Pelajaran

23
Terkadang mutu pelajaran rerabaikan, hanya karena memikirkan
pembiayaan sekolahyang didalamnya temasuk gaji pendidik. Maka,
dalam meningkatkan mutu pelajaran harus diimbangi dengan
peningkatan mutu guru dalam penyampaian/proses pembelajaran.
 Keuangan
Pengelolaan keuangan sekolah harus diiringi dengan manajemen
sekolah yang sehat, sehingga dapat memberikan kontribusi pada
kelancaran kegiatan sekolah. Maka pada akhirnya, dengan
pengololaan keuangan yang baik dapat memaksimalkan tujuan dan
target pengembangan sekolah secara umum.

2. Peran Penting Sarana Prasara Pendidikan


Dalam pendidikan alat atau media jelas diperlukan. Sebab alat atau media
pengajaran mempunyai peran yang besar dan berpengaruh terhadap pencapaian
tujuan pendidikan yang diinginkan.terdapat beberapa ahli pendidikan mengenai
manfaat atau kegunaan dari alat atau media dalam pendidikan. Yusuf hadi Miarso
dkk, umpamanya menyatakan bahwa alat/media berupan benda dalampendidikan
mempunyai nilai-nilai praktis edukatif yang meliputi (1) membuat konsep abstrak
menjadi konkret; (2) membawa objek yang sukar didapat kedalam lingkungan
belajar peserta didik; (3) menampilkan objek yang terlalu besar; (4) menampilkan
objek yang tak dapat diamati dengan mata telanjang; (5) mengamati gerakan yang
terlalu cepat; (6) memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi
pengalaman belajar siswa; (7) mengembangkan motivasi belajar; (8) menyajikan
informasi belajar seara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan. Sementara
alat berupan nonbenda karena sifatnta abstrak, ia berperan dalam pemahaman
nilai dan penilaian akhlak4.

3. Pengelolaan Sarana Prasarana Pendidikan


a. Perencanaan sarana Prasarana Pendidikan

4
Moh. Haitami salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam, Ar-ruzz
Media, Jogjakarta, 2012, hlm.190-191.

24
Penentuan kebutuhan merupakan perencanaan pengadaan sarana
prasarana pendidikan yang diperlukan dalam penyelenggaraan
pendidikan.sebelum mengadakan alat-alat tertentu ataua fasilitas terlebih
dahulu harus melalui prosedur yang benar,yaitu melihay dan memeriksa
kembali keadaan dan kekayaan yang telah ada,agar tidak terjadi sarana
pendidikan yang mubajir,seperti pengadaan sarana yang masi memadai
dari segi kuantitas maupun kualitas atau pengadaan alat-alat yang tidak
diperlukan dalam penyelenggaraan pendidikan. Setelah mela;ui
prosedur,baru bisa ditentukan jenis saran yang diperlikan berdasarkan
kepentingan pendidikan disekolah yang bersangkutan.janes
mendeskripsiskan langkah-langka perencanaan pengadaan perlengkapan
sekolah sbb:
 Menganalisis kebutuhan pendidikan suatu masyarkat dan menetapakan
program sebagai dasar untuk mengevaluasi keberadaan fasilitas dan
membuat model perencanaan perlengkapan akan datang.
 Memilih kebutuhan utama berdasarkan hasil survey.
 Mengembnangkan edukasional specipication untuk setiap proyek yang
terpisah-terpisah dalam usaha master plan.
 Merancang setiap proyek yang terpisah-terpisahsesuai dengan
pendidikan yang diusulkan.
 Mengembangkan dan menguatkan tawaran atau kontrak pelaksnaaan
sesuai yang diusulkan.
 Melengkapi dan meletakananya sehingga sip untuk digunakan.
b. Penyimpanan sarana prasarana pendidikan
Penyimpanan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menampung hasil
pengadaan dan umumnya barang tersebut adalah milik negara pada
wadah/tempat yang telah disediakan5.

5
Hamas Abthal, Makalah sarana Prasarana
Pendidikan,http://hamasbinsyukri.blogspot.com/2017/08/makalah-sarana-dan-prasarana-
pendidikan (di akses pada 02 Januari 2019, pukul 20.55)

25
Aspek fisik dalam penyimpanan adalah wadah yang diperlukan untuk
menampung barang milik negara bearasal dari pengadaan. Aspek ini
biasa disebut gudang, yang dapat dibedakan menjadi:
 Gudang pusat, yaitu gudang yang diperlukan untuk menampung
barang hasil pengadaan yang terletak pada unit. Biasanya gudang
pusat juga digunakan untuk menyimpan barang yang akan dijadikan
stok/persediaan.
 Gudang penyalur, yaitu gudang yang digunakan untuk menyimpan
barang sementara sebelum disalurkan ke unit atau satuan kerja yang
membutuhkan.
 Gudang transit, yaitu gudang yang digunakan untuk menyimpan
barang sementara sebelum disalurkan ke unit atau satuan kerja yang
membutuhkan.
 Gudang pemakai, yaitu gudang yang digunakan untuk menyimpan
barang-barang yang akan dan telah digunakan dalam pelaksanaan
kegiatan.

4. Sarana Prasarana dalam Proses belajar mengajar


Zahara Idris dan Lisma jamal membedakan alat pendidikan sebagai berikut6:
a. Alat Pendidikan yang bersifat Rohaniah (normatif) berfungsi preventif
(pencegahan) dan represif (reaksi setelah ada perbuatan). Keduanya dapat
bersifat positif dan negatif.
Alat pendidikan yang preventif dan positif, yakni keteladanan, anjuran,
ajakan, suruhan, pengarahan, dan pembiasaan.
1) Alat pendidikan yang bersifat kebendaan, disebut juga sebagai sarana
pendidikan atau sarana belajar mengajar, ataupun alat pelajaran. Alat
pendidikan sebagai alat pengajaran. Alat pendidikan sebagai alat
pengajaran diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Berdasarkan pemakaiannya, dibedakan atas alat individual,
misalnya; buku pelajaran klasikal lainnya seperti papan tulis.
6
Ali Muhron, Ilmu Pendidikan Islam, Aura Pustaka, Yogyakarta, 2013, hlm.109-111.

26
b) Berdasarkan sifat keperagaan atau pengalaman. Dibedakan atas
alat pengajaran atau peraga langsung (bedanya sendiri atau
keadaan/ peristiwa yang nyata) dan alat-alat pngajaran tidak
langsung, misalnya model dan gambar.
c) Berdasarkan cara penyampaian pesan atau pengajaran, dibedakan
atas alat atau media cetak, misalnya buku pelajaran, dan media
elektronik (kaset dan film) dan alat media lainnya (wayang
boneka)
d) Brdasarkan fungsi dalam proses belajar, terdiri dari
(1) Alat untuk peragaan seperti gambar-gambar.
(2) Alat untuk memberi pengertian seperti alat untuk percobaan
fisika.
(3) Alat untuk latihan seperti buku latihan dan alat olahraga.
(4) Alat ekspresi seperti alat musik dan gambar untuk membuat
karangan.
(5) Alat untuk belajar sendiri seperti modul atau komputer.
2) Fungsi Sarana Dan prasarana Pendidikan
Media/alat pendidikan dewasa ini memiliki fungsi sebagai berikut:7
a) Membantu memudahkan belajar siswa dan memudahkan pengajar
bagi guru.
b) Memberikan pengalaman lebih nyata (abstrak menjadi konkret)
c) Menarik perhatian siswa lebih belajar, sehingga siswa lebih
antusias untuk mengikuti pelajaran
d) Semua panca indra yang dimiliki masing-masing murid dapat
diaktifkan.
e) Dapat membangkitkan dunia teori dengan realitanya.

7
Ibid,hlm.112

27
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang dicapai oleh
peserta didik setelah diselenggarakan kegiatan pendidikan
2. Subyek pendidikan adalah pendidik.
3. Obyek pendidikan adalah anak didik.
4. Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia,
baik berupa benda mati, makhluk hidup, ataupun peristiwa-peristiwa yang
terjadi termasuk kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan
pengaruh kuat kepada individu
5. Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan dan perabot
yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan disekolah,
seperti buku, papan tulis, kursi meja dan sebagainya. Sedangkan Prasarana
pendidikan adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang
terselanggaranya proses transformasi dalam pendidikan.

B. Saran
1. Sebagai pendidik yang profesionl harus mampu memberikan, mentransfer
ilmu-ilmu yang dimiliki kepada anak didiknya.
2. Sebagai anak didik yang baik harus selalu menjalankan tugas utama kita
yaitu belajar.
3. Untuk menghasilkan kualitas anak didik yang unggul, pendidik harus
senantiasa memberikan pengajaran yang berkompeten.

28
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. dan Nur Uhbiyati. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto. (2015). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Basri, Hasan.2009. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia

Daradjat, Zakiah dkk.2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: BumiAksara.

Mufron, Ali.2013. Ilmu Pendidikan Islam,Yogyakarta: Aura Pustaka.

Salim, Haitami dan Syamsul Kurniawan.2012. Studi Ilmu Pendidikan Islam.


Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Suardi, M. 2010. Pengantar pendidikan teori dan aplikasi. Jakarta : PT Indeks.

Sudharso. dkk. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang : FIP IKIP PGRI


SEMARANG. Halaman 81-99.

Suwarno. 1992. Pengantar Umum Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

29

Anda mungkin juga menyukai