Anda di halaman 1dari 18

MERANCANG DAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA

MATA KULIAH ILMU UKUR TANAH DENGAN TEMA


PENGGUKURAN BEDA TINGGI MENGGUNAKAN ALAT PESAWAT
PENYIPAT DATAR (PPD)

Disusun oleh:

Ilham Fakhrul Fajar

180521629088

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


MALANG
2019

0
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses pembelajaran yang sering dijumpai di kelas adalah


menggunakan pembelajaran tatap muka (face-toface) hal ini yang membuat
sebagian mahasiswa merasa bosan karena tidak ada ketertarikan dalam
mengikutinya. Terlebih di era saat ini perkembangan teknologi yang pesat
membuat mahasiswa berpikir proses pembelajaran tidak diharus di kelas.
Mereka berpikir dengan memanfaatkan teknologi yang ada, proses
pembelajaran juga dapat berlangsung. Proses pemanfaatan teknologi pada
pembelajaran biasa disebut dengan pembelajaran elektronik atau e-learning.
Akan tetapi proses pembelajaran yang hanya memanfaatkan teknologi saja
atau yang hanya menerapkan e-learning tidak dapat sepenuhnya berhasil.
Hal tersebut dikarenakan gaya belajar masing-masing siswa berbeda-beda.
Hal tersebut menyebabkan hasil yang diharapkan tidak sesuai
dengan rancangan proses pembelajaran yang di rencanakan. Maka dari itu
diperlukan metode pembelajaran dan pengembangan media belajar yang
lebih efektif dan sesuai untuk tenaga pengajar dan mahasiswa.
Pengembangan media belajar merupakan suatu produk hasil
penyempurnaan dari media sebelumnya dengan cara menyesuaikan
kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem penyampaian secara sistematis.
Berdasarkan analisis yang dilakukan, diperlukan suatu pembelajaran agar
mahasiswa lebih mudah dalam memahami materi. Pengembangan Media
merupakan alat pendukung dalam kegiatan pembelajaran. Pemilihan media
pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik materi (Nugroho, 2016).
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari
cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk
berbagai keperluan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif pada
daerah yang relatif sempit sehingga unsur kelengkungan buminya dapat
diabaikan. Adapun yang akan dibahas pada makalah ini adalah perhitungan
pada survey permukaan tanah datar (plane surveying). Survey permukaan

1
tanah datar (plane surveying) meliputi pengukuran dalam areal yang
terbatas sehingga efek kelengkungan permukaan bumi dapat diabaikan dan
perhitungannya dapat langsung dideferensikan pada bidang datar. Salah
satu alat ukur yang biasa digunakan untuk kegiatan ukur tanah atau
pemetaan adalah Pesawat Penyipat Datar (PPD), alat ini berfungsi untuk
menghitung atau mengukur beda tinggi antara dua titik atau lebih dengan
garis bidik mendatar/horizontal yang diarahkan pada rambu-rambu yang
berdiri tegak atau vertikal (Basuki, 2016)
Dalam makalah ini akan membahas pengembangan metode dan
media pembelajaran yang dirancang untuk mata kuliah Ilmu Ukur Tanah
dan Praktek dengan bab pengukuran beda tinggi dengan menggunakan alat
pesawat penyipat datar (PPD), yang diawali dengan menganalisis
kebutuhan mahasiswa, karakteristik materi, menentukan tujuan
pembelajaran, mengembangkan bahan dan aktivitas pembelajaran.

2
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa metode pembelajaran dan pengembangan sumber belajar yang
cocok digunakan untuk proses pembelajaran?
1.2.2 Bagaimana penerapan pengembangan media belajar yang sesuai
dengan materi pengukuran beda tinggi dengan alat PPD dan juga
cocok digunakan dalam lingkungan perkuliahan?
1.2.3 Media apa saja yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan
rancangan pembelajaran?

3
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Metode Pembelajaran dan Pengembangan Sumber Belajar


Metode pembalajaran menurut (Trianto, 2010) menyebutkan bahwa
metode pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran tutorial. Metode pembelajaran mengacu pada pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Sedangkan metode pembelajaran menurut (Djamarah, 2006) ”suatu
cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan’.
Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru agar
penggunaanya bervariasi sesuai yang ingin dicapai setelah pengajaran
berakhir.
Konsep pembelajaran menurut Corey (Sagala, 2010) adalah ”suatu
proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-
kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu,
pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan”. Lingkungan
belajar hendaknya dikelola dengan baik karena pembelajaran memiliki
peranan penting dalam pendidikan. Sejalan dengan pendapat Sagala (2010:
61) bahwa pembelajaran adalah ”membelajarkan siswa menggunakan asas
pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan
pendidikan”.
Dari konsep pembelajaran, dapat didefinisikan bahwa metode
pembelajaran adalah cara atau tahapan yang digunakan dalam interaksi
antara peserta didik dan pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan sesuai dengan materi dan metode pembelajaran. Namun
pada saat ini metode pembelajaran yang di harapkan kurang tersampaikan
terhadap mahasiswa atau peserta didik.

4
Metode pembelajaran yang dianggap efektif saat ini dalam
pembelajaran adalah metode tatap muka Metode tatap muka masih menjadi
cara terbaik untuk kegiatan pembelajaran. Kelebihan utamanya adalah
kuatnya interaksi antara guru dan peserta didik yang dapat menghadirkan
lingkungan ideal untuk belajar. Kelemahannya adalah tidak setiap individu
memiliki gaya dan kecepatan serta kebutuhan belajar yang sama.
Di sisi lain, selain metode tatap muka banyak juga menerapkan
pembelajaran secara Online. Pembelajaran Online memiliki kelebihan
dalam kekayaan sumber belajar yang diberikan, di mana guru dan peserta
didik dapat mencapai sumber-sumber belajar yang sangat luas.
Pembelajaran ini juga memiliki kelemahan yaitu tidak adanya interaksi
langsung antara guru dan siswa. Hal ini menyebabkan unsur-unsur non
verbal dalam interaksi tidak tersampaikan secara sempurna (Graham, dan
Ure, 2005).
Penyajian materi dengan sistem online kurang interaktif, orang
merasa sedang sendiri dan dia perlu orang lain. Meskipun buat seorang
pembelajar sejati itu bukanlah alasan. Namun fakta menunjukkan, orang
tidak bisa bertahan lama belajar di depan komputer tanpa interaksi. Oleh
karena itu dalam pendidikan pada masa ini membutuhkan pembelajaran
yang aktif, interaktif, dan mudah di terima oleh pendidik maupun
mahasiswa atau peserta didik.
Bagaimanapun belajar merupakan proses dua arah. Peserta
memerlukan feedback dari pengajar dan sebaliknya sang pengajar juga
memerlukan feedback dari pesertanya. Dengan cara ini akan didapat hasil
belajar yang lebih efektif, tepat sasaran. Orang butuh teman dan butuh
feedback langsung, seperti yang kita rasakan dalam training konvensional
di ruang kelas. Blanded Learning menghilangkan kesan kesendirian,
sehingga termotivasi untuk melanjutkan pembelajarannya. Menurut
(Istiningsih, Hasbullah, dkk., 2015).
Dari jurnal dan pendapat yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran dan pengembangan media belajar dengan metode

5
campuran atau Blanded Learning adalah penerapan sistem belajar yang baik
dan dapat di terima khususnya untuk pendidikan di Indonesia.

2.1.1 Metode pembelajaran yang digunakan


Blended learning merupakan proses mempersatukan beragam
metode belajar yang dapat dicapai dengan penggabungan sumber-sumber
virtual dan fisik. (Driscool & Carliner, 2005) mendefinisikan bahwa
“blended learning integrates –or blends-learning programs in different
formats to achieve a common goal. artinya blended learning
mengintegrasikan –atau menggabungkan- program belajar dalam format
yang berbeda dalam mencapai tujuan umum. Blended learning merupakan
sebuah kombinasi dan berbagai strategi di dalam pembelajaran. Sehingga
dapat dikatakan bahwa blended learning adalah metode belajar yang
menggabungkan dua atau lebih metode dan strategi dalam pembelajaran
untuk mencapai tujuan dari proses pembelajaran tersebut.
Sedangkan “Blended learning is a mixture of the various learning
strategies and delivery methods that will optimize the learning experience
of the user” (Kurtus, 2004) Hal tersebut menyatakan bahwa blended
learning adalah campuran dari berbagai strategi pembelajaran dan metode
penyampaian yang akan mengoptimalkan pengalaman belajar bagi
penggunanya. Pelaksanaan strategi ini memungkinkan penggunaan sumber
belajar online, terutama yang berbasis web/blog, tanpa meninggalkan
kegiatan tatap muka.
Dari definisi para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
blended learning adalah pencampuran dua atau lebih strategi atau metode
pembelajaran untuk mendapatkan hasil belajar yang diharapkan dan dapat
dikembangkan menjadi pembelajaran yang mempersatukan beragam
metode belajar yang dapat dicapai dengan penggabungan sumber-sumber
visual dan fisik atau praktik.
Berdasarkan pengertian menurut para ahli mengenai blended
learning, maka blended learning mempunyai 3 komponen pembelajaran
yang dicampur menjadi satu bentuk pembelajaran belnded learning.

6
Komponen-komponen itu terdiri dari : online learning, pembelajaran tatap
muka, dan belajar mandiri. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
a. Online learning
Menurut (Dabbagh, 2005) online learning adalah “Online learning
is an open and distributed learning environment that uses pedagogical
tools, enable by internet and web based technologies, to facilitate learning
and knowledge building through meaningful action and interaction”. Dari
definisi yang dikemukakan oleh Dabbagh di atas dapat disimpulkan bahwa
online learning merupakan lingkungan belajar terbuka dengan
mempertimbangkan aspek-aspek pembelajaran dan mungkin menggunakan
teknologi internet dan berbasis web untuk memfasilitasi proses belajar dan
membangun pengetahuan yang berarti.
Sedangkan menurut (Carliner 1999) online learning adalah “online
learning as educational material that is presented on a compute”.
Berdasarkan definisi Carliner, online learning merupakan materi pendidikan
yang ditayangkan dengan memanfaatkan komputer.
Dari definisi para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
online learning adalah lingkungan pembelajaran yang mempergunakan
teknologi intranet dan berbasis web dalam mengakses materi pembelajaran
dan memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran antara sesama peserta
didik atau dengan pengajar dimana saja dan kapan saja.
Online learning merupakan salah satu dari komponen blended
learning, dimana online learning memanfaatkan internet sebagai salah satu
sumber belajar. Online learning mempergunakan teknologi Internet,
intranet, dan berbasis web dalam mengakses materi pembelajaran dan
memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran
` b. Pembelajaran Tatap muka ( Face to Face Learning)
Pembelajaran tatap muka merupakan model pembelajaran yang
sampai saat ini masih terus dilakukan dan sangat sering digunakan dalam
proses pembelajaran. Pembelajaran tatap muka merupakan salah satu
bentuk model pembelajaran konvensional, yang berupaya untuk
menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik. Pembelajaran tatap muka

7
mempertemukan guru dengan murid dalam satu ruangan untuk belajar.
Pembelajaran tatap muka memiliki karakteristik yaitu terencana,
berorientasi pada tempat (place-based) dan interaksi sosial (Bonk, Graham,
2006). Pembelajaran tatap muka biasanya dilakukan di kelas dimana
terdapat model komunikasi synchronous, dan terdapat interaksi aktif antara
sesama mahasiswa, mahasiswa dengan dosen, dan lain sebagainya. Dalam
pembelajaran tatap muka guru atau pemelajar akan menggunakan berbagai
macam metode dalam proses pembelajarannya untuk membuat proses
belajar lebih aktif dan menarik.
Berbagai macam bentuk metode pembelajaran yang biasanya
digunakan dalam pembelajaran tatap muka adalah: Metode ceramah,
Metode penugasan, Metode tanya jawab, Metode Demonstrasi. (Rusyan,
1990).
Pembelajaran tatap muka merupakan salah satu komponen dalam
blended learning, pembelajaran tatap muka siswa dapat lebih memperdalam
apa yang telah dipelajari melalui online learning, ataupun sebaliknya online
learning untuk lebih memperdalam materi yang diajarkan melalui tatap
muka.
c. Belajar Mandiri (Individualizad Learning)
Salah satu bentuk aktivitas model pembelajaran pada blended
learning adalah Individualized learning yaitu peseta didik dapat belajar
mandiri dengan cara mengakses informasi atau materi pelajaran secara
online via Internet.
Ada beberapa istilah yang mengacu pada istilah belajar mandiri
seperti independent learning, self direct learning, dan autonomous learning.
Belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri, karena orang kadang
seringkali salah arti mengenai belajar mandiri sebagai belajar sendiri.
Belajar mandiri berarti belajar secara berinisiatif, dengan ataupun tanpa
bantuan orang lain dalam belajar.
Menurut (Wedemeyer, 1973) belajar mandiri sebagai pembelajaran
yang merubah perilaku, dihasilkan dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh pebelajar dalam tempat dan waktu berbeda serta lingkungan belajar

8
yang berbeda dengan sekolah. Peserta didik yang belajar secara mandiri
mempunyai kebebasan untuk belajar tanpa harus menghadiri pelajaran yang
diberikan pengajarnya di kelas. Peserta didik mempunyai otonomi yang luas
dalam belajar.
Kemandirian itu perlu diberikan kepada peserta didik supaya mereka
mempunyai tanggung jawab dalam mengatur dan mendisplinkan dirinya
dalam mengembangkan kemampuan belajar atas kemauannya sendiri.
Sikap-sikap seperti itu perlu dimiliki oleh peserta didik karena hal tersebut
merupakan ciri kedewasaan orang terpelajar.
Proses belajar mandiri mengubah peran guru atau instruktur menjadi
fasilitator atau perancang proses belajar dan sebagai fasilitator, seorang guru
atau instruktur membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar, atau
dapat menjadi mitra belajar untuk materi tertentu pada program tutorial.
Tugas perancang proses belajar mengharuskan guru untuk mengubah materi
ke dalam format yang sesuai dengan pola belajar mandiri.
Berdasarkan definisi para ahli di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa belajar mandiri adalah proses belajar diaman peserta didik
memegang kendali atas pengambilan keputusan terhadap kebutuhan
belajarnya dengan sedikit memperoleh bantuan dari guru atau instruktur.
Belajar mandiri mrupakan salah satu komponen dalam blended
learning, karena dalam online learning didalamnya terjadi proses belajar
mandiri, karena peseta didik dapat belajar mandiri melalui online learning.

2.1.2 Media yang Digunakan dalam Pembelajaran


Media yang digunakan dalam pembelajaran menggunakan metode
campuran atau Blended learning adalah :
a. Laptop
b. LCD proyektor
c. Internet
d. Software Presentasi
f. Handphone
g. Theodolite

9
h. Rambu ukur
i. Paku
j. Tripod
k. Rollmeter
l. Kompas

2.1.3 Sumber Belajar


Sumber belajar yang di maksud adalah buku materi yang digunakan
untuk penunjang pembelajaran, buku yang di gunakan untuk materi ilmu
ukur tanah pada bab ini adalah :
a. Ilmu Ukur Tanah (Edisi Revisi) - Slamet Basuki.
b. Teori dan Praktik Ukur Tanah 1 – D. Hidayat, Muchidin Noor.
c. Ilmu Ukur Tanah I (Buku Penunjang Perkuliahan) – Drs. Priyono Bagus
Susanto.

2.1.4 Lingkungan Belajar


Lingkungan belajar peserta didik antara lain dapat berasal dari
komunikasi antar mahasiswa dan dosen, komunikasi antar teman sesama
mahasiswa, pekerja bidang pemetaan pada proyek konstruksi, pada saat
praktik industri mahasiswa, dan lain sebagainya.

2.2 Penerapan Pengembangan Media Belajar


Penerapan pengembangan media belajar dilakukan dengan
menggunakan beberapa tahapan dan mengacu pada metode pembelajaran
seperti pada pembahasan diatas yaitu menggunakan metode campuran atau
Blended learning, yang di terapkan pada mata kuliah Ilmu Ukur Tanah
dengan materi pengukuran beda tinggi dengan menggunakan alat PPD.
Dalam penerapan pengembangan media belajar menggunakan metode
campuran atau Blended Learning adalah:
a. Peserta didik diharapkan mempunyai persiapan yang lebih terhadap
pembelajaran, sebelum mereka menerima pelajaran dengan menggunakan
media.

10
b. Media pembelajaran dikembangkan penggunaannya untuk keefektifan
dan efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran. Dan adapun media yang
dapat diterapkan ialah alam sekitar atau lingkungan, media audio, media
visual, dan sebagainya.
c. Peserta didik dapat belajar dengan memanfaatkan media pembelajaran
dan dapat mengevaluasi proses pembelajaran dengan teman, ataupun tenaga
pendidik.
Tahapan yang di lakukan pada saat pembelajaran dibagi menjadi 2,
antara lain tahapan Persiapan Pembelajaran dan Praktik Lapangan. Adapun
penjabarannya adalah sebagai berikut:

2.2.1 Persiapan Pembelajaran


Dalam rencana Persiapan Pembelajaran dibagi menjadi 2 tahapan
yaitu:
1. Pengenalan awal dan pemberian modul (offline)
Pada tahapan ini tugas dari pengajar adalah memberikan pengenalan
awal tentang alat ukur PPD dan juga materi awal tentang pengukuran beda
tinggi, sehingga peserta didik di tuntut untuk mampu mengenali dan
memahami teori awal tentang penggunaan dan bagian bagian alat ukur
PPD.
2. Video tutorial & evaluasi pembelajaran (online)
Pada tahapan ini tujuan dari pegiriman vidio tutorial seacara online
adalah agar peserta didik dapat mengulang pembelajaran yang dilakukan,
dengan demikian peserta didik diharapkan dapat lebih memahami
pembelajaran yang telah di ajarkan dan juga dapat diakses kapanpun dan
dimanapun. Adapun evaluasi pembelajaran yang dilakukan adalah
diharapkan siswa dapat bertanya kepada pendidik jika ada materi yang
belum dipahami pada saat pembelajaran berlangsung.

11
2.2.2 Praktik Lapangan
Praktik lapangan yang di sampaikan pada metode ini diharapkan
peserta didik memperoleh keterampilan atau soft skill terhadap materi yang
diajarkan yaitu pengukuran beda tinggi menggunakan alat PPD.
Praktik Pengukuran Beda Tinggi Dengan Alat Pesawat Penyipat Datar
(PPD)
a. Syarat dan alat ukur :
- Syarat :
1. Garis bidik sejajar garis arah nivo.
2. Garis arah nivo tegak lurus sumbu I (satu)
3. Benang diafragma tegak lurus sumbu I (satu)
- Alat Ukur :
 Pesawat Penyipat Datar
Bagian-bagian dan fungsi dari alat PPD adalah sebagai berikut
:

- Cermin nivo : untuk memantulkan bayangan nivo


- Nivo : untuk mengetahui kedataran alat
- visir bidikan : untuk mengarahkan arah bidikan
- Teropong Sekrup fokus benang : untuk memfokuskan
benang bidikan
- Lensa bidik : untuk melihat bidikan
- Sekrup penggerak horisontal : untuk menggerakan secara
halus arah bidikan horisontal teropong
- Sekrup leveling : untuk me-level-kan(mendatarkan) alat

12
- Plat dasar: untuk landasan alat ke tripot
- Body teropong : badan teropong
- Sekrup fokus obyek : untuk memfokuskan obyek bidikan
- Rumah lensa depan : untuk tempat lensa depan
- Skala gerakan sudut horisontal : untuk mengetahui besar
gerakan sudut horisontal
- No seri alat : nomor seri untuk identifikasi alat
 Tripod
 Rambu Ukur
 Roll meter
 Unting unting
 Paku payung
 Payung
 Pilox

b. Syarat pengukuran dengan alat PPD :


1. Sebelum melakukan pengukuran perlu pengecekan dan pastikan garis
bidik benar.
2. PPD harus dipasang pada tanah dasar yang keras.
3. Pembacaan selalu didahulukan ke rambu “belakang” baru kemudian
rambu “muka/depan”.
4. Yang dibaca atau diamati pada saat pembidikan adalah ketiga benang
diafragma, yaitu :
- ba = benang atas
- bt = benang tengah
- bb = benang bawah
ba + bb
jadi, 𝑏𝑡 = .
2

5. Sebelumnya rambu ukur dilengkapi dengan nivo kotak dan dipasang


tegak/vertikal/stabil (posisi rabu harus vertikal).
6. Jarak optis (jarak antara titik letak pesawat dengan titik pada rambu
ukur yang dibidik) : 𝑑 = (𝑏𝑎 − 𝑏𝑏) 𝑥 100

13
7. Bacaan benang diafragma yang dipakai dengan perhitungan beda tinggi
adalah bacaan benang tengah (bt).

c. Pengukuran Beda Tinggi :


Contoh soal :

Gambar pengukuran beda tinggi

Data Pengukuran :
- PPD baca rambu ukur di titik A (arah belakang)
P -> A ba = 2,764
bt = 2,636
bb = 2,508

- PPD baca rambu ukur di titik B (arah muka/depan)


P -> B ba = 1,576
bt = 1,246
bb = 0.965
*NB: Tinggi Titik A = +100
*hitung beda tinggi AB, tinggi titik B dan jarak AB.

Penyelesaian :
(I) Beda tinggi A - B = ∆hAB
∆hAB = bt1 – bt2
= 2,636 – 1,246
= +1,39 m (naik)

14
(II) Tinggi titik B
Tinggi titik B = Tinggi titik A + ∆hAB
= +100 + 1,39
= +101,39 m
(III) Jarak AB = Jarak P -> A + Jarak P -> B
Jarak AB = (2,764 – 2,508)+100 + (1,527 – 0.965)+100
= 101,39 m

2.2.3 Evaluasi Pembelajaran


Evaluasi pembelajaran dalam penerapan pengembangan media
belajar menggunakan metode campuran atau Blended Learning adalah
peserta didik diharapkan mempunyai persiapan yang lebih terhadap
pembelajaran sebelum mereka menerima pelajaran dengan memanfaatkan
media yang ada ada pada saat ini. Dengan menggunakan media
pembelajaran dengan metode blended learning yang pengaplikasiannya
dikembangkan penggunaannya untuk keefektifan dan efisiensi pencapaian
tujuan pembelajaran. Dan adapun media yang dapat diterapkan ialah alam
sekitar atau lingkungan, media audio, media visual, dan sebagainya. Dan
nantinya diharapkan peserta didik dapat belajar dengan memanfaatkan
media pembelajaran dan dapat mengevaluasi proses pembelajaran dengan
teman, ataupun tenaga pendidik.

15
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengembangan media belajar dengan menggunakan metode


pembelajaran blended learning yang di terapkan pada mata kuliah Ilmu
Ukur Tanah pada bab pengukuran beda tinggi menggunakan alat Pesawat
Penyipat Datar (PPD) sangat baik untuk di gunakan, dikarenakan pada bab
tersebut dibutuhkan penguasaan materi yang cukup dan juga keaktifan
peserta didik sangat dibutuhkan, karena menggunakan metode ini
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi pada saat ini sehingga materi
dapat disampaikan dengan cepat dan juga mudah dipahami oleh peserta
didik.

3.2 Saran

Mengingat ketersediaan fasilitas teknologi informasi dan


komunikasi yang cukup memadai di Indonesia khususnya pada kota-kota
besar maka penerapan strategi blended learning merupakan salah satu
alternatif strategi pembelajaran masa depan untuk meningkatkan hasil
belajar . Penerapan strategi blended learning sangat cocok untuk di terapkan
pada kalangan mahasiswa

16
DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Slamet. (2016). Ilmu Ukur Tanah, Yogyakarta. Gajah Mada University Press.
Chaeruman, U, A. (2007). Suatu Model Pendidikn Dengan Sistem Belajar Mandiri.
Jurnal Teknodik n0. 21/XI/Teknodik/Agustus.
Degeng, I Nyoman Sudana. (1989). Ilmu Pengajaran : Taksonomi Variabel. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Elliott, M. (2002). Blended Learning: The Magic Is In The Mix. In A. Rossett
(Ed.). The ASTD e-learning handbook (pp. 58-63). New York: McGraw-
Hill.
Graham, C., Allen, S., & Ure, D. (2005). Benefits And Challenges Of Blended
Learning Environments. In M. Khosrow-Pour (Ed.). Encyclopedia of
information science and technology I-V. Hershey, PA: Idea Group Inc.
Husamah. (2014). PEMBELAJARAN BAURAN (BLENDED LEARNING) Terampil
Memadukan Keunggulan Pembelajaran Face-To-Face, E-learning Offline-
Online, dan Mobile Learning. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Istiningsih, Siti & Hasbullah. (2015). BLENDED LEARNING, TREND
STRATEGI PEMBELAJARAN MASA DEPAN. Jurnal Elemen Vol. 1
No. 1/Januari. 2015.
Kurtus, R. (2004). Blended Learning. Available at http://www.school-
forchampions.com/elearning/blended.htm [diakses 15-05-2013]
Noor, Muchidin & Hidayat, D. Teori dan Praktik Ukur Tanah 1, Jakarta. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Nugroho, Rizky Adi. (2016). Pengembangan Media Pembelajaran Mata Kuliah
Ilmu Ukur Tanah Dan Praktek Kajian Mengoperasikan Total Station
Topcon GTS 235N Series.
Sudirman N,Tabrani Rusyan, dkk. (1990). Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Susanto, Priyono Bagus. (1990). Ilmu Ukur Tanah I. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang.
Wardani, Deklara Nanindya, Anselmus J.E. Toenlioe, Agus Wedi. (2018). Daya Tarik
Pembelajaran Di Era 21 Dengan Blended Learning. Jurnal JKTP Vol. 1, No.
1/April.

17

Anda mungkin juga menyukai