Anda di halaman 1dari 7

PROBLEMATIKA KURIKULUM SMK TIDAK SESUAI DENGAN

KEBUTUHAN INDUSTRI

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan Menengah Kejuruan (SMK), sebagai salah satu sub-
sistem dari sistem pendidikan nasional, sesuai dengan ketentuan pada
Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, yang
mempunyai tujuan utama menyiapkan tamatannya memasuki dunia kerja.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMK dirancang
untuk memberi kesempatan berkembangnya kompetensi kerja yang relevan
dengan perkembangan permintaan pasar kerja, serta. memberi ruang gerak
pada diri peserta didik untuk mengembangkan dan melakukan berbagai
aktivitas yang dapat memberi kontribusi terhadap kecakapan hidup di
lingkungan masyarakatnya.
Pembelajaran pada SMK dirancang dengan pendekatan
pembelajaran berbasis kompetensi (Competency-based Training) dan
pendekatan pembelajaran berbasis produksi (Production-based Training).
Pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi menekankan pada
pembekalan penguasaan kompetensi kepada peserta didik yang mencakup
aspek sikap, pengetahuan, keterampilan, dan tata nilai secara tuntas dan
utuh. Sementara pembelajaran berbasis produksi, selain menekankan pada
pencapaian kompetensi yang harus dikuasai, juga menekankan pada
pemberian pengalaman belajar yang lebih bermakna melalui proses kerja
yang sesungguhnya dan menghasilkan produk barang atau jasa sesuai
dengan standar pasar, sehingga layak jual.
Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) menyebut kurikulum SMK
belum sesuai dengan dunia industri. Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan
dan Produktivitas Kemnaker Bambang Satrio Lalono menjelaskan
kurikulum BLK lebih fleksibel menyesuaikan kebutuhan industri.
Sementara, kurikulum SMK tidak bisa cepat merespon kebutuhan industri,
karena memiliki regulasi yang panjang, padahal kurikulum di SMK
seharusnya mempersiapkan siswa untuk siap kerja.
Melihat fakta diatas, pemerintah Indonesia perlu melakukan suatu
usaha yang dirasa mampu mengejar ketertinggalan pendidikan dengan
negara-negara lain. Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan
mutu pendidikan melalui pengembangan kurikulum agar kelak SDMnya
mampu ikut bersaing dalam pasar ekonomi bebas. Apalagi untuk Sekolah
Menengah Kejuruan yang lulusannya dirancang agar siap kerja dan mampu
memenuhi kebutuhan tenaga kerja di Industri. Kurikulum yang tepat
menjadi kunci agar kelak lulusan SMK mampu ikut bersaing dalam pasar
bebas. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas tentang
kurikulum di SMK kurang sesuai dengan kebutuhan Industri.

0
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang
dapat diambil yaitu.
1. Bagaimana keterkaitan antara kurikulum SMK dengan dunia industri?
2. Apa upaya yang dilakukan untuk mengatasi kurikulum SMK agar sesuai
dengan kebutuhan industri?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan yang dapat di ambil
yaitu.
1. Untuk mengetahui keterkaitan antara kurikulum SMK dengan dunia
industri.
2. Untuk mengetahui cara untuk mengetahui masalah kurikulum SMK agar
sesuai dengan kebutuhan industri.

1
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Keterkaitan Kurikulum SMK dengan Industri

Sekolah menengah kejuruan menghadapi tantangan untuk terus


meng-evaluasi program, isi, pelaksanaan, dalam memperbarui kurikulum.
Sekolah menengah kejuruan perlu mengintegrasikan materi teori atau
praktik kejuruan dengan kompetensi yang ada di industri. Pendidikan
kejuruan harus mampu mengajarkan kompetensi yang memenuhi
kebutuhan masa depan lulusan dengan melihat realitas tempat kerja dan
teknologi yang berkembang.
Banyaknya siswa yang tidak dapat langsung bekerja atau
menganggur dimung-kinkan disebabkan dari kurang sesuainya kompetensi
siswa SMK dengan kebutuhan industri. Hal lain disebabkan banyak dalam
pembuatan kurikulum yang dibuat pada tahun sebelumnya dipakai secara
terus menerus tanpa konsolidasi dengan dunia industri, dan tanpa
mengalami perubahan kurikulum yang disesuaikan dengan kemajuan
industri.
Pembenahan kurikulum, merupakan salah satu yang harus menjadi
fokus dalam rangka perbaikan lulusan SMK. Namun, pembenahan ini harus
juga melibatkan semua unsur terkait sehingga hasilnya bisa signi-fikan.
Apalagi mengingat kebijakan peme-rintah yang akan terus meningkatkan
proporsi pendidikan kejuruan (SMK) ini hingga 70:30 dibandingkan dengan
pendidikan menengah (SMA). Keinginan kuat pemerintah ini harus
diimbangi dengan pembenahan kurikulum SMK. Salah satu upaya dalam
hal pengem-bangan SMK adalah melalui pengembangan program keahlian
yang relevan dengan ke-butuhan industri. Kompetensi keahlian inilah yang
menjadi ujung tombak menciptakan link and match SMK dengan dunia
kerja.
Pada spektrum SMK 2008 terdapat 6 bidang ke-ahlian 40 program
keahlian yang dibagi lagi menjadi 121 kompetensi keahlian. Direktorat
Pembinaan SMK selalu melaksanakan eva-luasi dan penataan kembali
kompetensi ke-ahlian SMK. Tujuannya adalah untuk me-ningkatkan
relevansi kompetensi keahlian di SMK dengan kebutuhan dunia kerja, baik
dalam hal kualitas maupun kuantitas. Ke-bijakan ini adalah salah satu
bentuk nyata dari perencanaan pendidikan kejuruan dengan pendekatan
terhadap kebutuhan industri. Di sisi lain keberadaan kompetensi keahlian
yang disediakan oleh SMK harus proporsional dan sesuai dengan ke-
butuhan dunia kerja. Keadaan yang ironis, ketika lulusan sudah dididik di
sekolah dengan guru yang berkompeten, sudah mempunyai fasilitas baik,
dan sudah melaksanakan praktik industri namun pengangguran masih relatif

2
belum berkurang. Dari uraian di atas menunjukkan bahwa barangkali tidak
terserapnya lulusan SMK pada dunia industri disebabkan kurang relevannya
kurikulum SMK dengan kompe-tensi yang dibutuhkan di dunia kerja.

2.2 Solusi Permasalahan Kurikulum SMK Agar Sesuai Dengan Kebutuhan


Industri

Substansi/materi pendidikan yang dipelajari di SMK pada dasarnya


berupa kompetensi-kompetensi yang dinilai penting dan perlu bagi peserta
didik dalam menjalani kehidupan, sesuai dengan jamannya. Kompetensi
dimaksud meliputi kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk menjadi
manusia yang bermoral, berakhlak, berbudi pekerti, berpengetahuan,
berketrampilan, berseni, dan berprilaku sehat.
Kompetensi sebagai substansi/materi pendidikan dan pelatihan
(Diklat) diorganisasi dan dikelompokkan menjadi berbagai mata
Diklat/substansi/ materi Diklat. Jenis mata Diklat yang telah dirumuskan,
dalam pelaksanaannya dipilah menjadi program normatif, adaptif dan
produktif.
a. Program normatif
Kelompok mata Diklat yang berfungsi membentuk peserta didik sebagai
pribadi yang utuh, pribadi yang memiliki norma-norma sebagai makhluk
individu maupun makhluk sosial (anggota masyarakat), sebagai warga negara
Indonesia maupun sebagai warga dunia. Program normatif memuat
kompetensi-kompetensi tentang norma, sikap, dan perilaku yang harus
diajarkan dan dilatihkan pada peserta didik.
b. Program adaptif
Kelompok mata Diklat yang berfungsi membentuk peserta didik sebagai
individu agar memiliki dasar yang kuat untuk berkembang dan mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan.
Program adaptif diberikan agar peserta didik tidak hanya memahami dan
menguasai “apa” dan “bagaimana” suatu pekerjaan dilakukan, tetapi memberi
juga pemahaman dan penguasaan tentang “mengapa” hal tersebut harus
dilakukan.
c. Program produktif
Kelompok mata Diklat yang berfungsi membekali peserta didik agar
memiliki kompetensi standar atau kemampuan produktif pada suatu
pekerjaan/keahlian tertentu yang relevan dengan tuntutan dan permintaan
pasar kerja.
Pembelajaran pada SMK dirancang dengan pendekatan
pembelajaran berbasis kompetensi (Competency-based Training) dan
pendekatan pembelajaran berbasis produksi (Production-based Training).
Pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi menekankan pada
pembekalan penguasaan kompetensi kepada peserta didik yang mencakup
aspek sikap, pengetahuan, keterampilan, dan tata nilai secara tuntas dan utuh.
Sementara pembelajaran berbasis produksi, selain menekankan pada
pencapaian kompetensi yang harus dikuasai, juga menekankan pada
pemberian pengalaman belajar yang lebih bermakna melalui proses kerja

3
yang sesungguhnya dan menghasilkan produk barang atau jasa sesuai dengan
standar pasar, sehingga layak jual.
Pembelajaran pada SMK dilakukan dengan menggunakan beberapa
strategi. Pembelajaran dengan pendekatan berbasis produksi dan kompetensi
menuntut ketuntasan, untuk itu dikembangkan beberapa strategi belajar:
(1) mastery learning (belajar tuntas, yakni peserta didik diberikan waktu yang
cukup untuk menguasai setiap kompetensi yang dipelajari);
(2) learning by doing (belajar melalui aktivitas-aktivitas yang dapat
memberikan pengalaman belajar bermakna);
(3) individualized learning (belajar dengan memperhatikan keunikan setiap
individu);
(4) group learning (belajar secara berkelompok);
(5) belajar dengan sistem modular (menggunakan paket pembelajaran atau
modul).
Implikasi bagi guru SMK dalam melaksanakan pelayanan pembelajaran di
kelas, di bengkel kerja dan industri, dituntut mampu menerapkan strategi
yang efektif an efisien sesuai dengan potensi masing-masing sekolah.
Selain itu, bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian yang yang
dilaksanakan dalam SMK adalah dengan cara menerapkan keahlian
kejuruan/keahliannya secara langsung didunia usaha/industri dalam waktu
tertentu untuk mencapai tingkat keahlian tertentu. Inti dari pelaksanaan
praktik industri ini untuk mensinkronkan kurikulum yang terdapat disekolah
dan kompetensi yang diharapkan oleh industri. Sinkronisasi dapat terjalin
apabila kerjasama antara pihak sekolah dengan pihak industri berjalan dengan
baik. Konsep ini bertujuan supaya siswa ketika disekolah sudah tebiasa
dengan lingkungan yang terdapat di industri (Rizki, 2013).
Penerapan ini merupakan bagian dan implementasi konsep link and
match. Dengan PSG yang perancangan kurikulum, proses pembelajaran, dan
penyelenggaraan evaluasinya didesain dan dilaksanakan bersama-sama
antara pihak sekolah dan industry, diharapkan dapat dihasilkan lulusan SMK
yang mumpuni. Siswa-siswa tidak hanya dibekali pengetahuan-pengetahuan
dasar tentang dunia industri, tetapi langsung bersentuhan dengan pengalaman
kemampuan praktik di dunia kerja nyata pengalaman kerja sebagai bagian
dari proses pendidikan.

4
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengan masih banyaknya problematika kurikulum di SMK
pemerintah Indonesia perlu melakukan suatu usaha yang dirasa mampu
mengejar ketertinggalan pendidikan dengan negara-negara lain. Salah satu
cara yang dilakukan adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan melalui
pengembangan kurikulum agar kelak SDMnya mampu ikut bersaing dalam
pasar ekonomi bebas serta siswa SMK setelah lulus nantinya lebih siap
untuk menghadapi dunia kerja, dikarenakan Sekolah Menengah Kejuruan
lulusannya dirancang agar siap kerja dan mampu memenuhi kebutuhan
tenaga kerja di Industri. Kurikulum yang tepat menjadi kunci agar kelak
lulusan SMK mampu ikut bersaing dalam pasar bebas.

3.2 Saran
Dengan melihat kenyataan kurikulum SMK yang ada pada saat ini,
diharapkan pemerintah dapat memperbaiki kurikulum SMK, agar mampu
mengatasi berbagai masalah yang sering terjadi karena ketidak sesuaikan
kurikulum yang ada di SMK dengan kebutuhan industri, yang
mengakibatkan siswa SMK tidak mendapatkan gambaran yang cukup
tentang dunia industri, sehingga mengakibatkan tidak siapnya lulusan SMK
untuk bekerja setelah lulus dari sekolah yang berdampak pengangguran bagi
lulusan SMK.

5
DAFTAR PUSTAKA

Disas, E. P. (2018). Link and Match sebagai Kebijakan Pendidikan Kejuruan Link
and Match as a Vocational Education Policy, 231–242.

Dokumen Standar Isi; Standar Kelulusan.(2005). Badan Standar Pendidikan Nasional


(BSNP).

Rizki, A. (2013). kurikulum praktik kerja insdustri di sekolah, 1–7.

Anda mungkin juga menyukai