Anda di halaman 1dari 11

KUNCI SUKSES KURIKULUM 2013

Kurikulum 2013 menjanjikan lahirnya generasi penerus bangsa yang produktif, kreatif,
inovatif, dan berkarakter. Dengan kreatifitas, anak-anak bangsa mampu berinovasi secara
produktif untuk menjawab tantangan masa depan yang semakin rumit dan kompleks. Meskipun
demikian, keberhasilan Kurikulum 2013 dalam menghasilkan insan yang produktif, kreatif dan
inovatif, serta dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional untuk membentuk watak dan
peradapan bangsa yang bermatabat sangat ditentukan oleh berbagai faktor ( Kunci sukses ).
Kunci sukses tersebut antara lain berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah, kreatifitas
guru, aktivitas peserta didik, sosialisasi, fasilitas dan sumber belajar, lingkungan yang kondusif
akademik dan partisipasi warga sekolah.

A. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kunci sukses pertama yang menentukan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013
adalah kepemimpinan kepala sekolah, terutama dalam mengkoordinasikan, menggerakkan dan
menyelaraskan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah
merupakan salah satu factor penentu yang dapat menggerakkan semua sumber daya sekolah
untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah melalui program-program yang
dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Oleh karena itu, dalam menyukseskan implementasi
Kurikulum 2013 diperlukan kepala sekolah yang mandiri dan professional dengan kemampuan
manajemen serta kepemimpinan yang tangguh, agar mampu mengambil keputusan dan prakarsa
untuk meningkatkan mutu sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah diperlukan, terutama untuk
memobilisasi sumber daya sekolah dalam kaitannya dengan perencanaan dan evaluasi program
sekolah, pembelajran pengelolaan ketenagaan, sarana dan sumber belajar, keuangan, pelayanan
siswa, serta hubungan sekolah dengan masyarakat.
Keberhasilan Kurikulum 2013, menurut kepala sekolah yang demokratis professional,
sehingga mampu menumbuhkan iklim demokratis di sekolah, yang akan mendorong terciptanya
iklim yang kondusif bagi terciptanya kualitas pendidikan dan pembelajran yang optimal untuk
mengembangkan seluruh potensi peserta didik.
Kepala sekolah yang mandiri, demokratis dan professional harus berusaha menanamkan,
memajukan dan meningkatkan sediktnya empat macam nilai, yakni pembinaan mental, moral,
fisik dan artistik.
1. Pembinaan mental ; yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang
berkaitan dengan sikap batin dan watak. Dalam hal ini, kepala sekolah harus
menciptakan iklim yang kondusif agar setiap tenga kependidikan dapat melaksanakan
tugas yang baik, secara professional dan proposional. Untuk itu, kepala sekolah harus
berusaha melengkapi sarana, prasarana dan sumber belajar agar dapat member
kemudahan kepada para guru dalam melaksanakan tugas utamanaya mengajar. Untuk
kepentingan tersebut, kepala sekolah bias bekerja sama dengan komite sekolah dalam
menggandeng masyarakat untuk ikut memikirkan pendidikan di sekolah, terutama
yang menyangkut masalah pendanaan ( dana ).
2. Pembinaan moral ; yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang
berkaitan dengan ajaran baik buruk mengenai suatu perbuatan, sikap dan kewajiban
sesuai dengan tugas masing-masing tenga kependidkan. Kepala sekolah harus
berusaha memberikan nasihat kepada seluruh warga sekolah, misalnya pada setiap
upacara bendera atau pertemuan rutin.
3. Pembinaan fisik ; yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang
berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan, kesehatan dan penampilan mereka
secara lahiriah. Kepala sekolah harus mampu memberikan dorongan agar para tenag
kependidikan terlibat secara aktif dan kreatif dalam berbagai kegiatan olah raga, baik
yang diprogramkan di sekolah maupun yang diselenggarakan oleh masyarakat sekitar
sekolah.
4. Pembinaan artistik ; yaitu membina tenaga kependidikan tentang hal-hal yang
berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap seni dan keindahan. Hal ini biasanya
dilakukan melalui kegiatan karya wisata yang bias dilaksanakan setiap akhir tahun
ajaran. Dalam hal ini, kepala sekolah dibantu oleh para pembantunya harus
merencanakan berbagai program pembinaan artistic, seperti karyawisata, agar dalam
pelaksanaannya tidak mengganggu kegiatan pembelajaran. Lebih dari itu, pembinaan
artistik harus terkait atau merupakan pengayaan dari pembelajaran yang telah
dilaksanakan.

Untuk mepersiapkan diri menjadi kepala sekolah professional, Anda bias membaca buku
Menjadi Kepala Sekolah Profesional atau Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah.

B. Kreativitas Guru

Kunci sukses kedua yang menentukan kebehasilan implementasi Kurikulum 2013 adalah
kreatifitas guru, karena guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya, bahkan sangat
menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar. Kurikulum 2013 akan sulit
dilaksanakan di berbagai daerah karena sebagian besar guru belum siap. Ketidaksiapan guru itu
tidak hanya terkait dengan urusan kompetensinya, tetapi berkaitan dengan masalah
kreativitasnya, yang juga disebabkan oleh rumusan kurikulum yang lambat disosialisasikan oleh
Pemerintah. Dalam hal ini, guru-guru yang bertugas di daerah dan di pedalaman akan sulit
mengikuti hal-hal baru dalam waktu singkat, apalagi dengan pendekatan tematik integrative yang
memerlukan waktu untuk memahaminya.
Kurikulum 2013 karakter dan kompetensi , antara lain ingin mengubah pola pendidikan
dari orientasi terhadap hasil dan materi ke pendidikan sebagai proses, melalui pendekatantematik
integratif dengan dengan contextual teaching and learning ( CTL ). Oleh karena itu,
pembelajaran harus sebanyak mungkin melibatkan peserta didik agar mampu bereksplorasi untuk
membentuk kompetensi dengan menggali berbgai potensi dan kebenaran secara ilmiah. Dalam
rangka inilah perlunya kreatifitas guru, agar mereka mampu menjadi fasilitator dan mitra belajar
bagi peserta didik. Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi
harus kreatif memberikan layanan dan kemudahan belajar ( facilitate learning ) kepada seluruh
peserta didik, agar dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat,
tidak cemas dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Rasa gembira, penuh semangat,
tidak cemas dan berani mengemukakan pendapat merupakan modal dasar bagi peserta didik
untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang siap beradaptasi, menghadapi berbagai
kemungkinan dan memasuki era globalisasi yang penuh berbagai tantangan.
Guru sebabgai fasilitator sedikitnya harus memiliki 7 ( tujuh ) sikap seperti yang
diidentifikasikan Rogers ( dalam Mulyasa, 2002 ) sebagai berikut :
1. Tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinannya.
2. Dapat mendengarkan aspirasi dan perasaan peserta didik.
3. Mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif dan kreatif.
4. Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta didik.
5. Dapat menerima balikan ( feedback ), baik yang sifatnya positif maupun negative.
6. Toleransi terhadap kesalahan yang diperbuat peserta didik selama proses pembelajaran.
7. Menghargai prestasi peserta didik.
Adapun karakteristik guru yang berhasil mengmbangkan pembelajaran secara efektif dapat
diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Respek dan memahami dirinya, serta dapat mengontrol dirinya.
2. Antusias dan begairah terhadap bahan, kelas dan seluruh kegiatan pembelajaran.
3. Bebicara dengan jelas dan komunikatif.
4. Memperhatikan perbedaan individual peserta didik.
5. Memiliki banyak pengetahuan, inisiatif, kreatif dan banyak akal.
Dalam rangka menyukseskan implementasi Kurikulum 2013 dan menyiapkan guru yang
siap menjadi fasilitator pembelajaran sebagaimana diuraikan di atas, hendaknya diadakan
musyawarah antara kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, pengawas sekolah dan komite
sekolah. Musyawarah tersebut diperlukan, terutama untuk menganalisis, mendiskusikan dan
memahami buku pedoman dan berbagai hal yang terkait dengan implementasi Kurikulum 2013,
antara lain sebagai berikut :
1. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum.
2. Pedoman Implementasi Kurikulum 2013.
3. Pedoman Pengelolaan
4. Pedoman Evaluasi Kurikulum.
5. Standart kompetensi Kelulusan
6. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
7. Buku Guru
8. Buku Siswa
9. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
10. Standart Proses dan Model Pembelajaran
11. Dokumen Standart Penilaian
12. Pedoman Penilaian dan Rapor
13. Buku Pedoman Bimbingan dan Konseling
Buku pedoman dan dokumen-dokumen tersebut, bagi guru yang sudah ikut pelatihan
(diklat ), mungkin tidak terlalu masalah, karena sudah ada sedikit pencerahan, tetapi bagi guru
yang belum ikut diklat merupakan masalah besar dan akan menjadi batu sandungan dalam
implementasi Kurikulum 2013. Oleh karena itu, alangkah bijaknya seandainya guru-guru yang
sudah mengikuti diklat, berinisiatif secara kreatif untuk memahamkan guru-guru lain di
sekolahnya, sehingga semuanya siap mendukung keberhasilan implementasi Kurikulum 2013.

C. Aktifitas Peserta Didik

Kunci sukses ketiga yang menetukan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 adalah
aktifitas peserta didik. Dalam rangka mendorong dan mengembangkan aktifitas peserta didik,
guru harus mendisiplinkan peserta didik, terutama disiplin diri ( self-disciplin ). Guru harus
mampu membantu peserta didik mengembangkan pola perilakunya, meningkatkan standar
perilakunya dan melaksanakan aturan sebagai alat untuk menegakkan disiplin dalam setiap
aktifitasnya. Untuk mendisiplinkan peserta didik perlu dimulai dengan prinsip yang sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional, yakni sikap demokratis, sehingga peraturan disiplin perlu
berpedoman pada hal tersebut yakni dari, oleh dan untuk peserta didik sedangkan guru tut wuri
handayani. Dalam hal ini, guru harus mampu memerankan diri sebagai pengemban ketertiban,
yang patut digugu, ditiru dan diteladani, tetapi tidak bersikap otoriter.
Memperhatikan pendapat Reisman and Payne ( 1987: 239-241 ), dapat dikemukakan 9
( Sembilan ) strategi untuk mendisiplinkan peserta didik, sebagai berikut :
1. Konsep diri ( self-concept ) ; strategi ini menekankan bahwa konsep-konsep diri masing-
masing individu merupakan factor penting dari perilaku.
2. Keterampilan berkomunikasi ( communication skills ) ; guru harus memiliki keterampilan
komunikasi yang efektif agar mampu menerima semua perasaan dan mendorong
timbulnya kepatutan peserta didik.
3. Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami ( natural and logical consequences ) ; perilaku-
perilaku yang salah karena peserta didik telah mengmbangkan kepercayaan yang salah
terhadap dirinya.
4. Klarifikasi nilai ( values clarification ) ; strategi ini dilakukan untuk membantu peserta
didik dalam menjawab pertanyaan sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem
nilainya sendiri.
5. Analisis transaksional ( transactional analysis ) ; disarankan agar guru belajar sebagai
orang dewasa, terutama apabila berhadapan dengan peserta didik yang menghadapi
masalah.
6. Terapi realitas ( reality therapy ) ; sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan
meningkatkan keterlibatan. Dalam hal ini guru harus bersikap positif dan bertanggung
jawab.
7. Disiplin yang terintegrasi ( assertive discipline ) ; metode ini menekankan penegendalian
penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan.
8. Modifikasi perilaku ( behavior modification ) ; perilaku salah disebabkan oleh lingkungan,
sebagai tindakan remidiasi. Sehubungan dengan hal ini, dalam pembelajaran perlu
diciptakan lingkungan yang kondusif.
9. Tantangan bagi disiplin ( dare to discipline ) ; guru diharapkan cekatan, sangat
terorganisasi dan dalam pengendalian yang tegas.
Untuk mendisiplinkan peserta didik dengan 9 ( sembilan ) strategi tersebut, harus
mempertimbangkan berbagai situasi dan memahami factor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh
karena itu, disarankan kepada guru untuk melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Mempelajari nama-nama peserta didik secara langsung.
2. Memberikan tugas yang jelas, dapat dipahami, sederhana dan tidak bertele-tele.
3. Menyiapkan kegitan sehari-hari secara efektif dan maksimal.
4. Bergairah dan semagat dalam melakukan pembelajaran.
5. Berbuat sesuatu yang berbeda dan bervariasi.
Melalui berbagai upaya tersebut diharapkan tercipta iklim yang kondusif bagi
implementasi Kurikulum 2013, sehingga peserta didik dapat menguasai berbagai kompetensi
sesuai dengan tujuan.

D. Sosialisasi Kurukulum 2013
Kunci sukses yang yang keempat ialah Sosialisasi. Sosialisasi dalam implementasi
kurikulum sangat penting dilakukan, agar semua pihak yang terlibat dalam implementasi di
lapangan paham dengan perubahan yang harus dilakukan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya masing-masing, sehingga mereka memberikan dukungan terhadap perubahan
kurikulum yang dilakukan.
Sosialisasi kurikulum perlu dilakukan terhadap berbagi pihak yang terkait dalam
implementasinya, serta terhadap seluruh warga sekolah, bahkan terhadap masyarakat dan orang
tua peserta didik. Sosialisasi ini penting, terutama agar seluruh warga sekolah mengenal dan
memahami visi dan misi sekolah, serta kurikulum yang akan diimplementasikan. Sosialisasi bias
dilakukan oleh jajaran pendidikan di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang bergerak
dalam bidang pendidikan ( Dinas Pendidikan dan Kebudayaan ) secara proposional dan
professional.
Sosialisasi perlu dilakukan secara matang kepada berbagai pihak agar kurikulum baru
yang ditawarkan dapat dipahami dan diterapkan secara optimal, karena sosialisasi merupakan
langkah penting akan menunjang dan menentukan keberhasilan perubahan kurikulum. Setelah
sosialisasi, kemudian mengadakan musyawarah antara kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan dan komite sekolah untuk mendapatkan persetujuan dan pengesahan dari berbagai
pihak dalam rangka menyuseskan implementasi Kurikulum 2013.

E. Fasilitas dan Sumber Belajar
Kunci sukses kelima adalah fasilitas dan sumber belajar yang memadai, agar kurikulum
yang sudah dirancang dapat dilaksanakan secara optimal. Fasilitas dan sumber belajar yang perlu
dikembangkan dalam mendukung suksesnya implementasi kurikulum antara lain : laboratorium,
pusat sumber belajar dan perpustakaan serta tenaga pengelola dan peningkatan kemampuan
pengelolaannya yang dilakukan secara optimal dan maksimal serta dipelihara dan disimpan
sebaik-baiknya. Dalam hal ini guru juga dituntut agar memiliki kreatifitas, improvisasi, inisiatif,
dan inovatif yang dimilikinya.
Dalam pengembangan fasilitas dan sumber belajar, guru disamping harus mampu
membuat sendiri alat pembelajaran dan alat peraga, juga harus berinisiatif mendayagunakan
lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar, misalnya memanfaatkan batu-batuan, tanah,
tumbuh-tumbuhan, keadaan alam, pasar, kondisi social, ekonomi dan budaya kehidupan yang
berkembang dimasyarakat.
Secara umum fasilitas dan sumber belajar terdiri dari dua kelompok besar, yakni fasilitas
dan sumber belajar yang direncanakan ( by design ) dan yang dimanfaatkan ( by utilization ).
Kedua jenis fasilitas dan sumber belajar tersebut dapat didayagunakan secara efektif dalam
menyukseskan implementasi Kurikulum 2013.
Pendayagunaan fasilitas dan sumber belajar perlu dikaitkan dengan kompetensi yang
ingin dicapai dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, fasilitas dan sumber belajar dipilih
dan digunakan dalam proses belajar apabila sesuai dan menunjang tercapainya kompetensi.
Dalam menyukseskan implementasi Kurikulum 2013 , fasilitas dan sumber belajar memiliki
kegunaan sebagai berikut : Merupakan pembuka jalan dan pengembangan wawasan terhadap
proses pembelajaran yang akan ditempuh, Merupakan pemandu secara teknis dan langkah-
langkah operasional, Memberikan berbagai macam ilustrasi dan contoh-contoh yang berkaitan
dengan kompetensi dasar yang akan dikembangkan, dan Menginformasikan sejumlah penemuan
baru yang pernah diperoleh orang lain yang berhubungan dengan mata pelajaran tertentu.
Fasilitas dan sumber belajar sudah sewajarnya dikembangkan oleh sekolah sesuai dengan
apa yang digariskan dalam Standar Nasional Pendidikan ( SNP/PP.19?2005 ), mulai dari
pengadaan, pemeliharaan dan perbaikan. Hal ini didasarkan oleh kenyataan bahwa sekolahlah
yang paling mengetahui kebutuhan fasilitas dan sumber belajar, baik kecukupan, kesesuaian
maupun kemutakhirannnya, terutama sumber-sumber belajar yang dirancang ( by design ) secara
khusus untuk kepentingan pembelajaran.
F. Lingkungan yang Kondusif Akademik

Kunci sukses keenam yang menentukan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013
adalah lingkungan yang kundusif-akademik, baik secara fisik maupun non fisik. Lingkungan
sekolah yang aman, nyaman dan tertib, optimism dan harapan yang tinggi dari seluruh warga
sekolah, kesehatan sekolah serta kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta didik ( student-
centered activities ) merupakan iklim yang dapat membangkitkan nafsuh, gairah dan semangat
belajar. Iklim belajar yang kondusif merupakan tulang punggung dan faktor pendorong yang
dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses belajar, sebaliknya iklim belajar yang kurang
menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan.
Iklim belajar yang kondusif-akademik harus ditunjang oleh berbagai fasilitas belajar yang
menyenangkan : seperti sarana, laboratorium, pengaturan lingkungan, penampilan dan sikap
guru, hubungan yang harmonis antara peserta didik itu sendiri, serta penantaan organisasi dan
bahan pembelajaran secara tepat, sesuai dengan kemampuandan perkembangan peserta didik.
Iklim belajar yang menyenangkan akan membangkitkan semangat dan menumbuhkan aktifitas
serta kreatifitas peserta didik. Hal ini diakui oleh Soedomo ( dalam mulyasa 2004 ).
Semakin menyenangkan tatanan lingkungan fisik, akan memberikan dampak positif bagi
proses belajar. Para pakar psikologis aliran ekologik telah mendapatkan temuan-temuan
penelitian bahwa tata warna secara langsung mempengaruhi suasana jiwa, warna-warna
cerah scenderung menyiratkan kecerian dan suasana jiwa yang optimistic, sedangkan
penggunaan warna-warna suram akan menberikan pengaruh yang sebaliknya.
Kutipan tersebut menunjukkan betapa pentingnya menciptakan suasana serta iklim belajar
dan pembelajaran yang kondusif. Implementasi Kurikulum 2013 memerlukan ruangan yang
fleksibel, serta mudah disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan guru dalam berkreasi.
Luas ruangan dengan jumlah dengan jumlah peserta didik juga perlu diperhatikan, bila
pembelajaran dilakukan di ruang tertutup, sedangkan di tempat terbuka perlu diperhatikan
gangguan-gangguan yang datang dari lingkungan sekitar. Sarana dan media pembelajaran juga
perlu diatur dan ditata sedemikian rupa, demikian halnya dengan penerangan jangan sampai
mengganggu pandangan peserta didik. Penciptaan dan pengkodisian iklim sekolah merupakan
kewenangan sekolah dan kepala sekolah bertanggung jawab untuk melakukan berbagai upaya
yang lebih intensif dan ekstentif.
Dengan pelayanan yang demikian, diharapkan tercipta iklim belajar dan pembelajaran
yang nyaman, aman, tenang dan menyenangkan ( joyfull teaching and learning ), yang mampu
menumbuhkan semangat, gairah dan nafsu belajar peserta didik, sehingga dapat mengembangkan
dirinya secara optimal.

G. Partisipasi Warga Sekolah

Kunci sukses ketujuh yang turut menentukan keberhasilan Kurikulum 2013 adalah
partisipasi warga sekolah, khususnya tenaga kependidikan. Keberhasilan pendidikan di sekolah
sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam memperdayakan seluruh warga
sekolah, khususnya tenaga kependidikan yang tersedia. Dalam hal ini, peningkatan produktifitas
dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan perilaku tenaga kependidikan di
sekolah melalui aplikasi berbagai konsep dan teknik mananjemen personalia modern.
Manajemen tenaga kependidikan di sekolah harus ditunjukkan untuk memperdayakan
tenaga-tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil optimal, namun tetap
dalam kondisi yang menyenangkan. Sehubungan dengan itu, fungsi manajemen tenaga
kependidikan di sekolah yang harus dilaksanakan kepala sekolah adalah menarik,
mengembangkan, menggaji dan memotivasi tenaga kependidikan guna mencapai tujuan
pendidikan secara optimal, membantu tenaga kependidkan mencapai posisi dan standar perilaku,
memaksimalkan perkembangan karier serta menyelaraskan tujuan individu, kelompok dan
lembaga. Pelaksanaan manajemen tenaga kependidikan di Indonesia sedikitnya mencakup tujuh
kegiatan utama yaitu perencanaan tenaga kependidikan, pengadaan tenaga kependidikan,
pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan, promosi dan mutasi, pemberhentian tenaga
kependidikan, kompensasi dan penilaian tenaga kependidikan. Semua itu perlu dilakukan dengan
baik dan benar agar yang apa diharapkan tercapai, yakni tersedianya tenaga-tenaga kependidikan
yang diperlukan dengan kualifikasi dan kemampuan yang sesuai, serta dapat melaksanakan
pekerjaan dengan baik dan berkuailitas.
Dalam rangka menyukseskan implementasi kurikulum 2013 secara utuh dan menyeluruh,
hendaknya setiap sekolah mampu mengembangkan berbagai potensi peserta didik secara
optimal, terutama dalam kaitannya dengan pengembangan karakter, akhlak dan moral peserta
didik. Dalam hal ini, Mendikbud mengungkapkan tiga hal yang tidak boleh lepas dari Kurikulum
2013, yakni pengembangan skill, attitude dan knowledge. Lebih lanjut dikatakan bahwa desain
Kurikulum 2013 tidak hanya menekankan pada aspek ilmiah saja. Justru kurikulum baru ini akan
lebih kaya dengan nilai-nilai seni budaya dan moral. Hal ini penting karena There is no
excellent performance without high morale. No Morale, no excellence. Excellence can be
experienced at every level and in every serios kind of education ( Gardener ).

Anda mungkin juga menyukai