UNIVERSITAS HAMZANWADI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Makalah “Tata Tertib Ta’lim” ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak
lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Ta’lim. Kami ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Makalah “Tata Tertib
Ta’lim” ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet
yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan
serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-
baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah “Tata Tertin
Ta’lim” ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Struktur Sosial ini dapat bermanfaat bagi kita
semuanya.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang……………………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………
C. Tujuan……………………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan…………………………………………………………………….
B. Saran…………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….……
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat guru berdiri dalam kelas dan memulai bercerita kepada murid-murid tentang mata
pelajaran,tentunya guru berharap murid antusias dengan pelajaran yang diterangkannya.
Guru menatap mata siswa satu persatu dan memperkirakan kemampuan mereka dalam
menangkap bahan pelajaran yang diberikan.Kegiatan tersebut merupakan salah satu
pemberian motivasi kepada siswanya.
Motivasi memegang peranan yang penting dalam proses belajar. Apabila guru dan orang
tua dapat memberikan motivasi yang baik pada siswa atau anaknya, maka dalam diri siswa
atau anak akan timbul dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. Memberikan motivasi
yang baik dan sesuai, maka anakdapat menyadari akan manfaat belajar dan tujuan yang
hendak dicapai dengan belajar tersebut. Motivasi belajar juga diharapkan mampu menggugah
semangat belajar, terutama bagi para siswa yang malas belajar sebagai akibat pengaruh
negative dari luar diri siswa. Selanjutnya dapat membentuk kebiasaansiswa senang belajar,
sehingga prestasi belajarnya pun dapat meningkat.
Pada hakekatnya inti dari pendidikan di sekolah adalah proses belajar mengajar. Semua
pihak yangtersangkut di dalamnya, baik kepala sekolah, guru, konselor, siswa, petugas
lainnya maupun orang tuasiswa sangat mengharpkan terjadinya proses belajar mengajar yang
optimal. Terjadinya proses belajaryang optimal, diharapkan siswa akan mampu meraih
prestasi yang tinggi. Untuk itu, selain senantiasamenyempurnakan sistem pengajarannya,
disekolah juga mengupayakan terjadinya motivasi belajar.
PEMBAHASAN
Dalam proses menuntut ilmu, kita harus paham mengenai kaidah dasar ilmu. Barangsiapa
yang tidak menguasai kaidah dasar ilmu, maka dia tidak akan sampai kepada ilmu tersebut.
Begitu pula jika kita mendengarkan terlalu banyak ilmu maka akan menyesatkan
pemahaman. Maka dari itu, harus ada peletakan dasar dan fondasi yang kuat pada setiap
cabang ilmu yang kita cari, dengan cara menghafal kaidah dasar dan ringkasannya kepada
guru yang ahli, bukan dengan cara autodidak, tetapi hendaknya menjalani proses belajar
dengan bertahap.
“dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kamimenurunkannya bagian demi
bagian.” (QS. Al-Isra‟: 106).
1. Niat Belajar
Seorang muslim wajib memiliki niat belajar, karena niat merupakan dasar dari semua
perbuatan. Berapa banyak amalah yang terlihat sebagai amalah dunia, lalu menjadi amal
akhirat karena niat yang baik. Dan berapa banyak amalan yang terlihat sebagai amalah
akhirat, lalu menjadi amalan dunia karena niat yang buruk. Semestinya seorang pelajar
berniat menuntut ilmu karena mencari ridha Allah dan kehidupan akhirat, serta menghapus
kebodohan dari dirinya dan dari segenap orang-orang bodoh, menghidupkan agama, dan
melanggengkan Islam. Sebab,kelanggengan Islam adalah dengan ilmu.
Muhammad bil al-Hasan berkata yang dikutip dari kitab Ta‟lim Muta‟alimkarangan Az-
Zarnuji, “Andai semua manusia adalah budakku, niscaya aku merdekakan mereka semua,
dan aku bebaskan hak wala‟-ku terhadap mereka. Siapapun yang telah merasakan manisnya
ilmu dan amal, tidak mungkin ia menginginkan apa yang dimiliki manusia.” Kecuali jika ia
mengharapkan kekuasaan atau kedudukan untuk amar makruf dan nahi munkar, memberikan
hak kepada yang berhak, untuk meluhurkan agama bukan untuk kepentingannya sendiri dan
hawa nafsu, maka hal itu diperbolehkansebatas ia dapat menegakkan amar makruf dan nahi
munkar.
Niat sebagai prinsip dasar dalam pendidikan tidak dapat diberi penekanan secara
berlebihan sebab komponen keikhlasan, kejujuran dan kesabaran juga penting dalam Islam.
Wan Daud mengatakan bahwa keikhlasan merupakan salah satu komponen etika disamping
kebenaran dan kesabaran. Oleh karena sejak dinimungkin peserta didik harus terlebih dahulu
mengenal prinsip dasar ini dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-harinya
sehingga kualitas imannya lebih kuat dan kukuh, di samping perbuatannya yang lurus dan
ikhlas.
Kesabaran juga tidak dapat dipisahkan dari kejujuran dalam membentuk ilmu, bagi Syed
Muhammad Naqiub al-Attas dimensi spiritual sangat penting bagi peserta didik dan guru,
sebab merupakan sifat mendasar dalam pendidikan. Tidak jarang kegagalan terjadi juka
pendidikan hanya didasari oleh tujuan duniawi.
Ada beberapa perkara yang harus diperhatikan dalam setiap cabang ilmuyang dicari,
antaranya :
Salah satu pendapat Ibnul Arabi al-Maliki, hendaknya penuntut ilmu tidak
mencampurkan dua cabang ilmu dalam proses belajarnya. Hendaknya mendahulukan
belajar bahasa Arab, syair dan ilmu hitung, kemudian setelah itu mempelajari Al-Qur‟an.
Akan tetapi, Ibnu Kaldun mengkritik pendapat tersebut, bahwa berdasarkan pengalaman
yang sudah-sudah, hal seperti itu tidakmembantu. Hendaknya mendahulukan belajar Al-
Qur‟an al-Karim dan menghafalnya, karena seorang anak selama masih dalam
pengasuhan orang tua akan patuh kepada hukum. Adapun ketika sudah baligh akan sulit
memaksanya.
Adapun soal mengkombinasikan antara dua cabang ilmu atau lebih dalam proses
belajar, maka masing-masing penuntut ilmu berbeda-beda tergantung tingkat pemahaman
dan kegigihan mereka. Perbedaan kondisi antara satu pelajar dan pelajar lainnya
tergantung dari lemahnya bakat, serta tajam dan lemahnya daya nalar kecerdasannya.
Sehingga dari masing-masing pelajar atau penuntutilmu akan bisa menarik kesimpulan
yang berbeda pula. Sehingga jika tidak memahami kaidah yang sesuai makan penuntut
ilmu tersebut akan kurang tepat dalam pemahamannya bahkan bisa keliru.
Prinsip atau kaidah dasar dari menuntut ilmu adalah dengan menerima ilmu secara
lisan dan bertemu langsung dengan para guru, duduk bersama para syaikdan mengambil
langsung dari lisan-lisan perawi. Bukan dari lembaran-lembaran dan halaman halaman
kitab. Jika diibaratkan seperti bernasab, cara yang pertama bernasab kepada seorang yang
bisa berbicara, yaitu guru. Sedangkan cara yang kedua bernasab dengan kitab, yang
termasuk benda mati.
2. Memilih Guru
Adapun dalam memilih guru, seyogyanya seorang penuntut ilmu memilih yang paling
berilmu, paling wara‟, dan paling tua, sebagaimana Abu Hanifah memilih Hammad bin
Sulaiman setelah merenung dan memikirkannya. Ia berkata, “Aku mendapatinya
(Hammad) sudah tua, berwibawa, murah hati, dan penyabar.” Begitulah seharusnya
seseorang meminta pertimbangan dalam segala urusan, karena Allah Ta‟ala telah
memerintahkanRasulNya untuk لمIIه وسIIلى هللا عليII صbermusyawarah dalam segala urusan
padahal tidak ada orang yang melebihi kecerdasan beliau.Namun begitu, beliau tetap
diperintahkan untuk bermusyawarah. Beliau meminta pendapat dari sahabat-sahabatnya
dalam segala urusan, hingga dalam urusan kebutuhan rumah tangga sekalipun.
B. Mudzakarah
1. Pengertian Mudzakarah
Mudzakarah bermakna dari asal kata TADZKIROH Mudzakarah adalah bahasa arab
dari kata Dzakara-Yudzakiru-Mudzakara yang berarti mengingatkan, belajar bersama
tanpa guru. Muzakarah maksudnya ingat-mengingat diambil dari perkataan. Adapun
dalil yang menjelaskan arti dari mudzakarah yaitu terdapat dalam (QS Al Haqqoh, 69 :
48) yang artinya
Maka pokok bahasan dalam mudzakarah ini adalah kebenaran mutlak yang berasal dari
Allah SWT, yaitu Al Qur-an. Sedangkan menurut Imron Arifin, metode mudzakarah
merupakan suatu pertemuan ilmiah yang secara spesifik membahas masalah diniah
seperti ibadah, akidah serta masalah agama pada umumnya.Dengan demikian mudakarah
adalah suatu forum ilmiah untuk membahas permasalahan, sedangkan metode
mudzakarah merupakan suatu cara yang digunakan dalam pembelajaran dengan cara
diskusi ilmiah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dari beberapa pengertian yang telah
ditulis di atas, dapat dilihat pada dasarnya metode mudzakarah adalah suatu metode
pembelajaran dengan jalan diskusi-diskusi ilmiah untuk membahas tentang
permasalahan-permasalahan agama, mulai dari aspek akidah, ibadah, hadits, dan aspek-
aspek lainya.
2. Macam-Macam Mudzakarah
1) Mudzakarah sendiri
Mudazkarah sendiri yaitu engkau duduk sendiri lalu mengingat salah satu
pembahasan, atau pembahasan yang pernah engkau lewati. Kemudian engkau
berusaha untuk menyebutkan pendapat-pendapat yang ada dan tarjih (menguatkan)
salah satu pendapat dalam setiap permasalahan. Hal ini mudah untuk dilakukan oleh
seorang penuntut ilmu, dan membantu untuk melakukan diskusi yang lalu.
C. Munadharah
1. Pengertian Munadharah
Bicara berbelit-belit dan membuat alasan itu tidak diperkenankan, selama musuh
bicaranya tidak sekedar mencari kemenangan dan masih dalam mencari kebenaran.
Pernah ditanyakan kepada Syaikh Muhammad bin Yahya diajukan suatu kemuskilan
yang beliau sendiri belum menemukan pemecahannya, maka ia katakan : “pertanyaan
anda saya catat dahulu untuk kucari pemecahannya. Diatas orang berilmu, masih ada
yang lebih banyak ilmunya.”
D. Muthararahah
1. Pengertian Mutharahah
Metode ini dapat dikatakan metode soal jawab antar sesama pelajar. Pelajar yang satu
menyampaikan soal-soal kepada yang lain yang maksudnya membangkitkan ingatan
terhadap pelajaran-pelajaran yang sudah diterima.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kerunutan menununtut ilmu diperlukan niat belajar, memilih guru dan bersunguh-
sungguh dalam menuntut ilmu. Adapun metode metode menuntut ilmu yaitu mudzakarah,
munadharah, dan mutharahah. Seorang pelajar seharusnya melakukan Mudzakarah (forum
saling mengingatkan), munadharah (forum saling mengadu pandangan), dan mutharahah
(diskusi).
Hal ini dilakukan atas dasar keinsyafan (kesadaran), tenang dan penghayatan serta
menyingkiri hal-hal yang berakibat negatif. Munadharah dan mudzakarah adalah cara dalam
melakukan musyawarah, sedang permusyawaratan itu sendiri dimaksudkan guna mencari
kebenaran. Karena itu, harus dilakukan dengan penghayatan, tenang dan penuh keinsyafan.
Dan tidak akan berhasil, bila dilaksanakan dengan cara kekerasan dan berlatar belakang yang
tidak baik.
B. Saran
Penulis menyadari makalah ini terbatas, dan banyak kekurangan untuk dijadikan landasan
kajian ilmu, maka kepada para pembaca agar melihat referensi lain yang terkait dengan
pembahasan makalah ini demi relevansi kajian ilmu yang akurat. Maka dari itu kritik dan
saran dibutuhkan.
Daftar Pustaka
Isa, Syaikh ‘Abdul Qadir; penerjemah, khairul Amru Harahap dan Afrizal lubis;
penyunting, Taufik Damas. 2005. Hakekat Tasawuf. Jakarta: Qisthi Press.
http://guruinformatika.blogspot.com/2014/03/ajaran-tasawuf-mudzakarah-
mujahadah.html
tasbihkita.wordpress.com/2008/02/27/mujaharah/