MAKALAH
OLEH KELOMPOK 4 :
MARTAPURA
FAKULTAS TARBIYAH
PRODI PGMI
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
A. Kesimpulan ................................................................................................ 13
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran membaca menulis permulaan merupakan bagian dari bidang
pengajaran Bahasa Indonesia. Keterampilan membaca dan menulis tidak akan
dapat dikuasai dengan baik jika siswa tidak mau mempelajarinya dengan
sungguh-sungguh karena keterampilan tersebut sangat rumit dan unik.
Pembelajaran membaca permulaan merupakan dasar untuk menguasai berbagai
bidang studi. Seorang anak jika belum memiliki kemampuan membaca dengan
baik, ia akan mengalami banyak kesulitan untuk mempelajari berbagai ilmu di
jenjang kelas selanjutnya. Selain kemampuan membaca, Heru Subrata (2009)
mengungkapkan bahwa keterampilan menulis juga sangat dibutuhkan untuk
menunjang terlaksananya proses studi. Keterampilan menulis akan membantu
siswa dalam menyalin, mencatat, dan menyelesaikan tugas sekolah. Demikian
juga untuk pembelajaran menulis, tanpa memiliki kemampuan menulis, siswa
akan mengalami kesulitan dalam mencatat dan menyalin, dan menyelesaikan
tugas sekolah.
Pembelajaran membaca yang diperoleh pada saat membaca permulaan akan
sangat berpengaruh terhadap pembelajaran membaca lanjut di jenjang kelas
yang lebih tinggi. Pembelajaran membaca permulaan merupakan dasar untuk
mempelajari berbagai bidang ilmu lain. Jika dasar tersebut tidak dikuasai
dengan baik, siswa akan kesulitan untuk melanjutkan pembelajaran ke tahap
yang lebih tinggi. Oleh karena itu, pembelajaran membaca permulaan harus
benar-benar mendapat perhatian yang lebih, baik dari guru, siswa, maupun
orang tua. Sebab, jika dasar tersebut tidak kuat, pada tahap selanjutnya siswa
akan mengalami kesulitan untuk mempelajari berbagai bidang ilmu lainnya.
Begitu juga dengan pembelajaran menulis permulaan. Menulis merupakan salah
satu pembelajaran bahasa yang bersifat produktif. Dengan keterampilan
menulis, siswa dapat menghasilkan suatu karya yang berbentuk tulisan. Banyak
hal yang terlibat.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Metode Eja?
2. Apa yang dimaksud Metode suku kata?
3. Apa yang dimaksud metode kata?
4. Apa yang dimaksud Metode Global?
5. Apa yang dimaksud Metode SAS?
6. Apa yang dimaksud Metode PAIKEM?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Metode Eja.
2. Mengetahui pengertian Metode Suku Kata.
3. Mengetahui pengertian Metode Kata.
4. Mengetahui pengertian Metode Global.
5. Mengetahui pengertian Metode SAS.
6. Mengetahui pengertian Metode PAIKEM.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode Eja
Metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi
huruf. Siswa mulai diperkenalkan dengan lambang-lambang huruf.
Pembelajaran metode eja terdiri dari pengenalan huruf atau abjad A sampai
dengan Z.
Pembelajaran membaca dan menulis permulaan (MMP) dengan metode eja
memulai pengajarannya dengan memperkenalkan huruf-huruf secara Alpabetis.
Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan murid sesuai dengan bunyinya
menurut abjad. Sebagai contoh A a, B b, C c, D d, E e, F f, dan seterusnya.
Dilafalkan sebagai a, be, ce, de, e, ef, dan seterusnya. Kegiatan ini diikuti
dengan →latihan menulis lambing tulisan, seperti a, b, c, d, dan seterusnya atau
dengan huruf rangkai, a, b, c, d, dan seterusnya.
Setelah melalui tahapan ini, para murid diajarkan untuk perkenalan dengan
suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya.
Misalnya :
b, a → ba (dibaca be. a → ba )
d, u → du ( dibaca de, u → du )
ba-du dilafalkan Badu
b, u, k, u menjadi b, u → bu (dibaca be, u → bu )
k, u → ku (dibaca ka, u → ku )
Proses ini sama dengan menulis permulaan, setelah murid-murid dapat
menulis huruf-huruf lepas, kemudian dilanjuutkan dengan belajar menulis
rangkai huruf yang berupa suku kata. Sebagai contoh, ambillah kata” badu”tadi.
Selanjutnya, murid diminta menulis seperti : ba - du → badu.
Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat
sederhana, misalnya huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata
menjadi kalimat yang diupayakan mengikuti prinsip pendekatan spiral,
pendekatan komunikatif, dan pendekatan pengalaman berbahasa. Artinya
pemilihan bahan ajar untuk pembelajaran MMP hendaknya dimulai dari hal-hal
yang konkret menuju pada hal yang abstrak, yaitu dari hal-hal yang mudah,
3
akrab, familiar dengan kehidupan peserta didik menuju hal-hal yang sulit, dan
mungkin merupakan sesuatu yang baru bagi peserta didik. 1
1
https://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-metode-eja.html
2
https://www.e-jurnal.com/2013/12/metode-suku-kata.html
4
Bo – bi Cu - ci Da - di Ka - ki
Bi – bu Ca - ci Du - da Ku - ku
Bi – bi Ci - ca Da - du Ka - ku
Ba – ca Ka - ca Du - ka Ku - da
Ka – ki Ku - da
Ba – ca Bu – ku
Cu – ci Ka – ki
C. Metode Kata
Proses pembelajaran MMP pada metode ini diawali dengan pengenalan
sebuah kata tertentu. Kata ini kemudian dijadikan kata lembaga sebagai dasar
untuk pengenalan suku kata dan huruf. Artinya, kata dimaksud diuraikan
(dikupas) menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf-huruf. Selanjutnya,
dilakukan perangkaian huruf menjadi suku kata dan suku kata menjadi kata.
Dengan kata lain, hasil pengupasan tadi dikembalikan lagi kebentuk asal
sebagai kata lembaga (kata semula). Metode ini dikenal juga sebagai Metode
Kupas-Rangkai.4
3
https://www.pengetahuanku13.net/2018/01/metode-membaca-dan-menulis-permulaan.html
4
Ibid
5
D. Metode Globe
Metode global memulai pengajaran membaca dan menulis permulaan
dengan membaca kalimat secara utuh yang ada di bawah gambar. Menguraikan
kalimat dengan kata-kata, menguraikan katakata menjadi suku kata
(dikemukakan oleh Djauzak dalam Wiwin Puji Astutik, 2006 ). Purwanto
(dalam Tarmidzi Ramadhan, 2009) berpendapat metode global adalah metode
yang melihat segala sesuatu sebagai keseluruhan. Penemu metode ini ialah
seorang ahli ilmu jiwa dan ahli pendidikan bangsa Belgia yang bernama
Decroly. Selanjutnya, Depdiknas (dalam Tarmidzi Ramadhan, 2009)
mendefinisikan bahwa metode global adalah cara belajar membaca kalimat
secara utuh.
Metode global ini didasarkan pada pendekatan kalimat. Caranya ialah
guru mengajarkan membaca dan menulis dengan menampilkan kalimat di
bawah gambar. Metode global dapat juga diterapkan dengan kalimat tanpa
bantuan gambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat menjadi kata,
menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku kata menjadi
huruf. Endang Puspita (2009) berpendapat bahwa cara menerapkan metode
global ialah guru mengajarkan membaca dan menulis dengan menampilkan
kalimat di bawah gambar. Metode global dapat juga diterapkan dengan kalimat
tanpa bantuan gambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat menjadi kata,
menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku kata menjadi
huruf.5
5
Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk SD (Pendekatan dan Teknis) disusun oleh Apri Damai
Sagita Krissandi, B. Widharyanto, dan Rishe Purnama Dewi. Jakarta: Penerbit Media Maxima
2017.
6
2. Analitik yaitu melakukan proses penguraian, anak diajak untuk megenal
konsep kata dan mulai menganalisis kalimat menjadi kata, kata menjadi
suku kata dan suku kata menjadi huruf.
3. Sintetik yaitu melakukan penggabungan kembali kepada bentuk
struktural semula, setelah kalimat diuraikan dari huruf dirangkai
menjadi suku kata, suku kata menjadi kata dan kata menjadi kalimat
semula.
6
https://www.pengetahuanku13.net/2018/01/metode-membaca-dan-menulis-permulaan.html
7
F. Metode PAIKEM
PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses
pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa
aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam
membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima
kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka
pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.
Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi
yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan
orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar
yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga
siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu
curah perhatiannya (“time on task”) tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya
waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan
menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu
tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran
berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang
harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak
efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
8
Ketiga, proses Refleksi, (siswa memikirkan kembali tentang
kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari, dan apa yang mereka
telah lakukan).
Keempat, proses Eksplorasi (siswa mengalami langsung dengan
melibatkan semua indera mereka melalui pengamatan, percobaan,
penyelidikan dan/atau wawancara).
9
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAIKEM
1. Student-Centered
Berpusat pada peserta didik agar mencapai kompetensi yang
diharapkan. Peserta didik menjadi subjek pembelajaran sehingga
keterlibatan aktivitasnya dalam pembelajaran tinggi. Tugas guru adalah
mendesain kegiatan pembelajaran agar tersedia ruang dan waktu bagi
peserta didik belajar secara aktif dalam mencapai kompetensinya.
2. Integral
Integral agar kompetensi yang dirumuskan dalam KD dan SK
tercapai secara utuh. Aspek kompetensi yang terdiri dari sikap,
pengetahuan, dan keterampilan terintegrasi menjadi satu kesatuan.
3. Every student is unique
Pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang adanya keunikan
individual setiap peserta didik. Peserta didik memiliki karakteristik,
potensi, dan kecepatan belajar yang beragam. Oleh karena itu dalam
kelas dengan jumlah tertentu, guru perlu memberikan layanan individual
agar dapat mengenal dan mengembangkan peserta didiknya.
10
4. Continue
Pembelajaran dilakukan secara bertahap dan terus menerus
menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) sehingga
mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Peserta didik yang belum tuntas
diberikan layanan remedial, sedangkan yang sudah tuntas diberikan
layanan pengayaan atau melanjutkan pada kompetensi berikutnya.
5. Problem Solving
Pembelajaran dihadapkan pada situasi pemecahan masalah, sehingga
peserta didik menjadi pembelajar yang kritis, kreatif, dan mampu
memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu guru perlu
mendesain pembelajaran yang berkaitan dengan permasalahan
kehidupan atau konteks kehidupan peserta didik dan lingkungan.
Berpikir kritis adalah kecakapan nalar secara teratur, kecakapan
sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan,
memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah.
Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan
kemurnian (originality) dan ketajaman pemahaman (insight) dalam
mengembangkan sesuatu (generating). Kemampuan memecahkan
masalah (problem solving) adalah kemampuan tahap tinggi siswa dalam
mengatasi hambatan, kesulitan maupun ancaman. Metode problem
solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode
mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam
problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai
dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
6. Optimalisasi multimedia.
Pembelajaran dilakukan dengan multi strategi dan multimedia
sehingga memberikan pengalaman belajaran beragam bagi perserta
didik.
11
kemandirian siswa, serta konteks kehidupan dan lingkungan ini memiliki 4 ciri
yaitu: mengalami, komunikasi, interaksi dan refleksi.
Melakukan penyelidikan.
Melakukan wawancara.
Siswa belajar banyak melalui berbuat
Pengalaman langsung mengaktifkan banyak indera.
Mengalami (pengalaman belajar) antara lain:
- Melakukan pengamatan.
- Melakukan percobaan.
7
https://adifunlearning.blogspot.com/2019/06/model-pembelajaran-PAIKEM.html
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi
huruf. Siswa mulai diperkenalkan dengan lambang-lambang huruf.
Pembelajaran metode eja terdiri dari pengenalan huruf atau abjad A sampai
dengan Z.
Metode suku kata adalah suatu metode yang memulai pengajaran membaca
permulaan dengan menyajikan kata-kata yang sudah di rangkai menjadi suku
kata, kemudian suku-suku kata itu di rangkai menjadi kata yang terakhir
merangkai kata menjadi kalimat.
Metode kata diawali dengan pengenalan sebuah kata tertentu. Kata ini
kemudian dijadikan kata lembaga sebagai dasar untuk pengenalan suku kata dan
huruf.
Metode global memulai pengajaran membaca dan menulis permulaan
dengan membaca kalimat secara utuh yang ada di bawah gambar. Menguraikan
kalimat dengan kata-kata, menguraikan katakata menjadi suku kata.
Metode SAS Merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan
proses pembelajaran MMP bagi siswa pemula.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://adifunlearning.blogspot.com/2019/06/model-pembelajaran-PAIKEM.html
https://www.pengetahuanku13.net/2018/01/metode-membaca-dan-menulis-
permulaan.html
https://www.e-jurnal.com/2013/12/metode-suku-kata.html
https://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-metode-eja.html
Apri Damai Sagita Krissandi, B. Widharyanto, dan Rishe Purnama Dewi.
Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk SD (Pendekatan dan Teknis)Jakarta:
Penerbit Media Maxima 2017.
14