Anda di halaman 1dari 15

PENGEMBANGAN MATERI AJAR IPS

Mata Kuliah “Konsep Dasar IPS”

Dosen Pengampu : Muhammad Kaulan Karima, M.Pd.

disusun oleh Kelompok 4:


PGMI III/ II

NAMA NIM

Amir Hamzah Harahap 0306182156

Nurhaliza 0306181023

Riska Arila 0306183232

Seprina Ritonga 0306182116

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
TA 2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. makalah ini dibuat dalam rangka melengkapi tugas Konsep
Dasar IPS yang ditugaskan oleh Bapak Muhammad Kaulan Karima, M.Pd.

Selain untuk melengkapi tugas makalah ini bertujuan memperdalam pemahaman tentang
“pengembangan materi ajar IPS”. Dalam proses pengerjaan makalah ini, tentunya tidak
terlepas atas bimbingan,arahan dan saran, untuk itu kami berterima kasih,kami sampaikan
kepada Bapak Bapak Muhammad Kaulan Karima, M.Pd dosen mata kuliah Konsep Dasar
IPS.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih banyak dan luas kepada para
pembaca. Kami masih menyadari masih banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini.
Mohon sekiranya dimaafkan.maka kritik dan saran pembangun sangat kami perlukan untuk
perbaikan.

Medan,11 Mei 2019

kelompok 4

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN...........................................................................................

A. Latar Belakang masalah..........................................................................


B. Rumusan masalah...................................................................................
C. Tujuan ....................................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN ...........................................................................................

A. Materi IPS...............................................................................................
B. Pengorganisasian Materi IPS..................................................................
C. Stuktur IPS..............................................................................................

BAB III : PENUTUP....................................................................................................

A. Kesimpulan.............................................................................................
B. Saran.......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap Ingin menyampaikan materi seorang guru harus tahu bagaimana mengembangkan
materi yang asik dan dan menarik, sehingga semua siswa dengan mudah menerima
pelajaran yang telah diberikan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, keceerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No.20 Tahun 2003 Pasal 1).

Pendidikan mengandung pengertian suatu perbuatan yang disengaja untuk menjadikan


manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
mengerti menjadi mengerti, dan sebagainya. Pendidikan IPS pada tingkat sekolah dasar
menggunakan pendekatan secara terpadu / fusi. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik
tingkat perkembangan usia siswa SD yang masih pada taraf berfikir abstrak.

Pengembangan pendidikan IPS tidak hanya diarahkan pada pengembangan kompetensi


yang berkaitan dengan aspek intelektual saja. Keterampilan sosial menjadi salah satu
faktor yang dikembangkan sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam
pendidikan IPS. Keterampilan mencari, memilih, mengolah dan menggunakan informasi
untuk memberdayakan diri serta keterampilan bekerjasama dengan kelompok yang
majemuk nampaknya merupakan aspek yang sangat penting dimiliki oleh peserta didik
yang kelak akan menjadi warga negara dewasa dan berpartisipasi aktif di era global.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud Materi IPS ?
2. Bagaimana Pengorganisasian Materi IPS?
3. Bagaimana Struktur IPS ?

C. TUJUAN

Tujuan dibuat makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui apa saja materi IPS.


2. Untuk mengetahui bagaimana pengeorganisasian materi IPS.
3. Untuk mengetahui Struktur IPS.

BAB II

1
PEMBAHASAN

A. MATERI IPS

Materi Pendidikan ialah yang dipelajari siswa untuk mencapai pendidikan, Materi
Pendidikan yang diajarkan kepada siswa bertujuan untuk mengembangkan nilai, sikap,
dan moral siswa, oleh karena itu realistas kehidupan masyarakat,bangsa dan negara
hendaknya dijadikan materi dasar dalam materi IPS dan dikembangkan untuk berbagai
aspek.1

Materi ialah apa yang dipelajari oleh siswa berdasarkan tujuan yang akan dicapai.
pemilihan materi IPS di jenjang persekolahan berorientasi kepada kepentingan
pendidikan bukan pada keilmuan semata. Materi IPS dikembangkan dari disiplin-disiplin
ilmu sosial, kemudian disintesiskan dengan ilmu pendidikan dan disajikan berdasarkan
tujuan yang pendidikan tertentu. Pengembangan pendidikan IPS di Indonesia biasanya
terdiri dari displin ilmu ekonomi, sejarah, geografi, sosiologi, politik dan pendidikan
kewarganegaraan. Materi IPS terdiri dari substansi, proses dan sikap, nilai dan moral.2

1. Materi Substansi

Materi subtansi IPS juga berasal dari substansi ilmu-ilmu sosial, terdiri dari fakta, konsep,
generalisasi dan teori. Fakta ialah suatu objek, peristiwa, atau kejadian yang pernah
terjadi pada saat ini, atau suatu jejak-jejak peristiwa yang pernah terjadi atau pernah ada
pada masa lalu. Fakta dihasilkan dari data yang diperoleh di lapangan atau tempat
penelitian dengan menggunakan penglihatan dan pendengaran, kemudian data diolah
dengan prosedur tertentu, sehingga dihasilkanlah fakta.3

Fakta yang sama bisa menghasilkan makna yang berbeda, karena setiap manusia memiliki
persepsi sendiri. Fakta disiplin ilmu sejarah: nama pelaku, tempat peristiwa, tanggal,
bulan, dan tahun kejadian. Fakta geografi: nama daerah, letak daerah, pantai, datar atau
daerah pegunungan, bagaimana tingkat kesuburan tanahnya, dan lain-lain. Fakta
diperlukan untuk menentukan mana yang masuk atribut, dari atribut-atribut tersebut akan
membentuk konsep. konsep menunjuk pda suatu abstraksi, penggambaran dari sesuatu
yang konkret maupun abstrak dapat berbetuk pengertian, definisi ataupun gambaran
mental, atribut esensial dari suatu kategori yang memiliki ciri-ciri esensial yang relatif
sama.4

Hasil dari pengabtrasian itu kita sederhanakan dengan cara menyebutnya dengan memberi
nama “nama konsep”. Konsep dirangkai dalam suatu hipotesis, dikembangkan menjadi
generalisasi. Generalisasi ialah pernyataan tentang hubungan antara konsep-konsep dan
berfungsi untuk membantu dalam memudahkan pemahaman suatu maksud pernyataan itu,
berfungsi mengidentifikasi penyebab da pengaruhnya, bahkan dapat digunakan untuk

1 M.Kaulan Karimah, dkk, Ilmu Pengetahuan Sosial,(Medan: Perdana Publishing, 2019)hal.137


2Siti Fatimah, Pembelajaran IPS.(Padang: UNP Press, 2015 )hal 48.
3 Dadang Supardan. 2009. Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendektan Struktural. Jakarta: Bumi Aksara,
hal.49.
4Ibid, hal. 52.

2
memprediksi suatu kejadian yang berhubungan dengn pernyataan yag ada dalam
generalisasi tersebut.5

Bentuk pernyataan generalisasi ini dapat berupa prinsip, hukum, dalil, dan pendapat.
Konsep generalisasi dapat berkembang menjadi suatu teori yaitu prinsip umum yang
menjelaskan hakikat gejala atau hubungan gejala berupa rumus, aturan, kaidah dan
sebagainya. Teori merupakan rangkaian fakta-fakta, konsep-konsep, dn generalisasi-
generalisasi, serta perkiraan tentang implikasi (akibat) dari rangkaian fakta-fakta, konsep-
konsep dan generalisasi-generlisasi tersebut yang satu sama lainnya sangat berhubungan.6

Keterhubungan antara preposisi atau generalisasi tersebut sudah diuji kebenarannya


secara empirik dan dianggap berlaku secara universal. Melalui teori para ilmuwan dapat
menjelaskan fenomena sosial yang ada. Dengan menggunakan teori dalam materi
kurikulum, maka siswa akan diajak untuk mengembangkan keterampilan-ketarampilan
sedemikian rupa sehingga terjadi transfer of training belajar sesuatu yang lain
berdasarkan apa yang sudah diketahui atau dikuasai.

Materi IPS juga terdiri dari fakta, konsep, generalisasi dan teori yang dikembangkan dari
disiplin ilmu sosial dan dipilih berdasarkan keterkaitannya dengan tujuan yang akan
dicapai. Semakin kuat keterkaitannya, maka semakin besar kemungkinan materi itu akan
dipilih sebagai materi kurikulum. Setiap disiplin ilmu sosial akan memberikan
kontribusinya terhadap pengembangan materi kurikulum. Kontribusi itu tergantung dari
pendekatan pengembangan kurikulum yang dipakai. Apakah memakai pendekatan
pengembangan disiplin mandiri/terpisah atau korelatif/ Integratif.

2. Materi Proses

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Proses adalah runtunan perubahan (peristiwa)
dalam perkembangan sesuatu.7 Proses adalah berbagai prosedur, cara kerja, metode kerja
tertentu dalam materi kurikulum pendidikan ilmu-ilmu sosial yang harus dilaksanakan
siswa di dalam kelas, dalam ruang tertentu, atau bahkan di luar lingkungan sekolah.8

Materi proses adalah materi kurikulum ilmu-ilmu sosial yang berkenaan dengan berbagai
prosedur, cara kerja, metode kerja tertentu yang harus dilakukan siswa di dalam proses
pembelajaran. Proses dapat digunakan untuk mengembangkan wawasan, keterampilan,
dan berbagai kemampuan berpikir. Materi proses misalnya cara melihat permasalahan,
pemilihan masalah, operasionalisasi masalah dari yang abstrak menjadi sesuatu yang
konkret, pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah, teknik yang digunakan
dalam mengumpulkan data, cara pengolahan informasi.

Materi proses yang bukan dari ilmu-ilmu sosial tetapi mendukung materi IPS antara lain
keterampilan berkomunikasi baik melalui tulisan maupun melalui alat komunikasi
lainnya. Setelah materi pokok di identifikasi berdasarkan fakta, konsep, generalisasi,
teori, dan materi dalam kajian proses selanjutnya materi tersebut diurutkan (sekuensi) dan

5 Ibid, hal. 57.


6 Ibid, hal. 62.
7 Kamus Besar Bahasa Indonesia
8M. Kaulan Karima, dkk, , op.cit.hal.138

3
ditentukan ruang lingkupnya (scope) berdasarkan tingkat perkembanga siswa. Dengan
kemampuan, wawasan, keterampilan berpikir dan pelaksanaan teknis, apa yang dipelajari
siswa bukan hanya sekedar mengetahui dan memahami saja tetapi melatih siswa bekerja
berdasarkan apa yang dikemukakan dalam materi tersebut.9

3. Materi Sikap, Nilai dan Moral

Pendidikan IPS perlu mengembangkan aspek sikap, nilai dan moral, sebab:

a. Dalam setiap disiplin ilmu ketiga unsur itu ada, tidak ada disiplin ilmu yang bebas
dari ketiga unsur tadi.
b. Berhubungan dengan pendidikan IPS sebagai wahana untuk menarik perhatian
generasi muda sehingga mereka mau belajar dan melanjutan pendidikannya di
jejang yang lebih tinggi dalam ilmu-ilmu sosial.
c. IPS memiliki tugas mengembangkan kepribadian siswa yang utuh dan sesuai
dengan tuntutan masyarakat, sehingga nilai dan moral yang ada di masyarakat
menjadi bagian dari diri siswa.10

Sikap adalah kecenderungan psikologis seseorang terhadap benda, sifat, keadaan, pekerjaan,
pendapat dan sebagainya. Sikap bisa muncul dalam bentuk pernyataan setuju, tidak setuju,
senang atau tidak senang dan lain-lain. Nilai ialah sesuatu yang menjadi kriteria apakah suatu
tindakan, pendapat, atau hasil kerja itu baik/ positif atau jelek/ negatif. 11Secara umum, nilai
memengaruhi sikap dan perilaku.

Secara umum, pengertian moral adalah suatu hukum perilaku yang diterapkan kepada setiap
individu dalam bersosialisasi dengan sesamanya sehingga terjalin rasa hormat dan
menghormati antar sesama.

Moral adalah produk yang dihasilkan oleh budaya dan agama yang mengatur cara
berinteraksi (perbuatan, perilaku, dan ucapan) antar sesama manusia. Dengan kata lain, istilah
moral merujuk pada tindakan, perilaku seseorang yang memiliki nilai positif sesuai dengan
norma yang ada di suatu masyarakat.

Secara umum, tujuan dan fungsi moral adalah untuk mewujudkan harkat dan martabat
kepribadian manusia melalui pengamalan nilai-nilai dan norma.

Adapun beberapa macam moral adalah sebagai berikut:

9 Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Hal. 204

10Siti Fatimah, op.cit., hal. 75.


11M.Kaulan Karima, dkk, op.cit.hal.139

4
1. Moral Ketuhanan

Moral Ketuhanan adalah semua hal yang berhubungan dengan keagamaan/ religius
berdasarkan ajaran agama tertentu dan pengaruhnya terhadap diri seseorang.

Wujud moral ketuhanan, misalnya melaksanakan ajaran agama yang dianut dengan sebaik-
baiknya. Contoh; menghargai sesama manusia, menghargai agama lain, dan hidup rukun
dengan yang berbeda agama.

2. Moral Ideologi dan Filsafat

Moral ideologi dan filsafat adalah semua hal yang berhubungan dengan semangat
kebangsaan, loyalitas kepada cita-cita bangsa dan negara.

Wujud moral ideologi dan filsafat, misalnya menjunjung tinggi dasar negara Indonesia yaitu
Pancasila. Contoh; menolak ideologi asing yang ingin mengubah dasar negara Indonesia.

3. Moral Etika dan Kesusilaan

Moral Etika dan Kesusilaan adalah semua hal yang berkaitan dengan etika dan kesusilaan
yang dijunjung oleh suatu masyarakat, bangsa, dan negara secara budaya dan tradisi.

Wujud moral etika dan kesusilaan, misalnya menghargai orang lain yang berbeda pendapat,
baik dalam perkataan maupun perbuatan. Contoh; mengucapkan salam kepada orang lain
ketika bertemu atau berpapasan.

4. Moral Disiplin dan Hukum

Moral Disiplin dan Hukum adalah segala hal yang berhubungan dengan kode etika
profesional dan hukum yang berlaku di masyarakat dan negara.

Wujud moral disiplin dan hukum, misalnya melakukan suatu aktivitas sesuai dengan aturan
yang berlaku. Contoh; selalu menggunakan perlengkapan yang diharuskan dan mematuhi
rambu-rambu lalu lintas ketika berkendara di jalan raya.

Moral selalu berhubungan dengan nilai tetapi tidak semua nilai adalah nilai moral. Moral
berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah yang lebih bersifat
dengan tingkah laku kehidupan sehari-hari.

Macam-macam Nilai

Macam-macam nilai menurut kriteria antara lain..

1). Nilai Budaya berkaitan dengan pemikiran, kebiasaan, dan hasil karya cipta manusia

2). Nilai moral berkaitan dengan perbuatan baik dan buruk yang menjadi dasar kehidupan
manusia dan masyarakat.

3). Nilai agama berkaitan dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan allah dan utusan-
utusannya

5
4). Nilai politik berkaitan dengan cara manusia dalam meraih kemenangan

B. PENGORGANISASIAN MATERI IPS

Pengorganisasian Pembelajaran adalah suatu konsep dimana organisasi dianggap mampu


untuk terus menerus melakukan proses pembelajaran mandiri (self learning) sehingga
organisasi tersebut memiliki ‘kecepatan berpikir dan bertindak’ dalam merespon beragam
perubahan yang muncul. Pedler, Boydell dan Burgoyne mendefinisikan bahwa organisasi
pembelajaran adalah “Sebuah organisasi yang memfasilitasi pembelajaran dari seluruh
anggotanya dan secara terus menerus mentransformasikan diri”. Menurut Lundberg (Dale,
2003) menyatakan bahwa pembelajaran adalah “suatu kegiatan bertujuan yang diarahkan
pada pemerolehan dan pengembangan keterampilan dan pengetahuan serta aplikasinya”.
Menurut Sandra Kerka (1995) yang paling konseptual dari learning organization adalah
asumsi bahwa ‘belajar itu penting’, berkelanjutan, dan lebih efektif ketika dibagikan dan
bahwa setiap pengalaman adalah suatu kesempatan untuk belajar.12

Materi IPS yang dikembangkan dari disiplin-disiplin ilmu sosial tersebut diorganisasikan atau
diatur sedemikian rupa sehingga materi yang disajikan tersebut menjadi satu kesatuan yang
utuh dan disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan siswa. Pengorganisasian
materi IPS dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu pengorganisasian terpisah,
pengorganisasian korelatif, dan pengorganisasian terpadu.13

1. Pengorganisasian Terpisah

Setiap disiplin ilmu sosial diajarkan secara terpisah. Disiplin ilmu sosial yang diajarkan
membawa karakteristiknya masing-masing.Contohnya:sejarah diajaran terlepas dari geografi,
ekonomi, sosiologi, antropologi atau politik. Keuntungannya ialah pertama, Siswa belajar
bisa fokus pada satu disiplin ilmu sosial. Contoh: jika siswa belajar sejarah maka konsep,
masalah dan solusi dari permasalahan terfokus pada ilmu sejarah saja; kedua, Pengembangan
tujuan dan materi menjadi lebih mudah bagi guru. Guru yang mendalami bidang sejarah
hanya akan memikirkan tujuan dan materi sejarah bagi kelas yang mejadi tanggung
jawabnya. Kelemahannya yaitu pertama, dikarenakan terpisahnya pengorganisasian materi,
masing-masing disiplin ilmu hanya memikirkan bagiannya saja dan faktor anak didik dan
kenyataan kehidupan riil tidak menjadi pertimbangan; kedua, siswa tidak diajak untuk
melihat masalah sosial yang menjadi objek kajian disiplin ilmu-ilmu sosial sebagai satu
kesatuan utuh, akibatnya fenomena itu dapat dikaji dengan baik secara akademik, tetapi tidak
cukup kuat sebagai dasar untuk memecahkan masalah sosial. Idealnya pengorganisasian
materi seperti ini untuk jenjang perguruan tinggi.14

2. Pengorganisasian Korelatif

12 Siti Humairah, “Pengembangan Materi IPS dalam Kurikulum SD dan Penngembangan Materi
Pembelajaran IPS” ( http://humairabisa.blogspot.com/2016/05/pengorganisasian-materi-ips-dalam.html, diakses
2016)
13 Siti Fatimah, op.cit., hal. 75.
14 M. Kaulan Karima, dkk, op.cit.Hal.142

6
Pengorganisasian ini tidak menghilangkan ciri dari disiplin ilmu yang bersangkutan.
Pengorganisasian ini hanya mencoba mencari keterkaitan pembahasan antara satu pokok
bahasan dengan pokok bahasan lainnya. Melalui keterkaitan itu siswa belajar mengenai satu
pokok bahasan dari suatu disiplin ilmu berhubungan dengan pokok bahasan lain dari disiplin
ilmu lainnya. Pokok bahasan yang dibicarakan pada hari yang sama memang berbeda, tapi
memperlihatkan hubungan yang jelas. Contoh: Sejarah membicarakan peristiwa
rengasdengklok, maka geografi membahas mengenai profinsi jawa barat, antroplogi
membahas nilai yang berlaku dalam hubungan antara orang yang dianggap tua dan muda,
sehingga siswa akan memahami bagaimana hubungan antara tokoh soekarno hatta yang
dianggap tua dengan golongan muda pada saat menjelang proklamasi kemerdekaan.

Pendeketan ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Pendekatan antar disiplin

Misalkan dari geografi dikembangkan materi kajian utama mengenai kependudukan,


sedangkan materi disiplin ilmu sosial lainnya sebagai materi perluasan dan pendalaman,
misalnya dari sejarah dibicarakan perkembangan penduduk dari masa sebelumnya, dari
sosiologi dibicarakan pertambahan penduduk berdasarkan status sosialnya, sedangkan dari
ekonomi dibahas mengenai konsekuensi dari pertambahan penduduk yang dihubungankan
dengan penyedian lapangan kerja, produksi, konsumsi serta pendapatan nasional. Pokok
bahasan dari disiplin penunjang dikembangkan berdasarkan keperluan metari pokok bahasan
tertentu. Sekuensi materi pokok bahasan tidak berdasarkan tata urutan keilmuwannya, tetapi
ia mengikuti tata urutan materi disiplin utama. Materi disiplin lain dikembangkan sebagai
dukungan pendalaman terhadap materi utama. Kedudukan disiplin geografi dalam contoh di
atas adalah sebagai disiplin utama. Disiplin lain bersifat membantu dan kedudukannya adalah
menyumbang terhadap apa yang diperlukan disiplin utama. Kedudukan yang dibicarakan di
sini adalah kedudukan disiplin ilmu yang bersangkutan terhadap masalah. Suatu disiplin
dikatakan memiliki kedudukan utama jika ia langsung berhubungan dengan masalah dibahas
sedangkan dalam kedudukan yang menyumbang, maka suatu disiplin tidak langsung
berkaitan dengan masalah tetapi ia menjadi penyumbang bagi disiplin utama dalam
melakukan kajian terhadap masalah. 15

b. Pendekatan berbagai disiplin (multidisiplin)

Dalam pendekatan ini materi pelajaran untuk satu kali pertemuan dikembangkan sedemikian
rupa sehinga siswa belajar satu pokok bahsan dalam berbagai disiplin ilmu. Perbedaannya
dari pendekatan antardisiplin ialah dalam pendekatan multidisiplin pokok bahasan utama
tidak ada dan disiplin utama untuk pokok bahsan juga tidak ada. Setiap disiplin ilmu
memiliki kedudukan sejajar dan pokok bahasan yang dibicarakan ialah pokok bahasan utama.
Kedua pendekatan ini menggunakan lebih dari satu disiplin ilmu tetapi dalam pendekatan
antardisiplin, ada satu disiplin ilmu yang dijadikan sumber materi utama sedangkan disiplin
ilmu lainnya dijadikan sebagai sumber untuk menambah kedalam dan keluasan materi tadi.

15 1Henni Endayani, “PENGEMBANGAN MATERI AJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL” IJTIMAIYAH,


Edisi 1, Januari-Juni 2017 Hal.16

7
3. Pengorganisasian Terpadu atau Fusi

Ciri dalam disiplin ilmu sudah tidak nampak, sehingga dalam materi tidak bisa dikatakan
bahwa ini bahasan geografi, ekonomi atau sosiologi. Seolah-olah ada kesan muncul sesuatu
yang baru dari disiplin yang ada. Peleburan dilakukan untuk kepentingan pendidikan
(kepentingan siswa) bukan untuk pertimbangan keilmuwan. Materi yang dikembangkan tidak
diidentifikasi dari suatu disiplin ilmu, tapi materi yang menjadi pokok bahasan dikembangkan
dari fenomena sosial yang ada atau mengidentifikasi berbagai teori, generalisasi, konsep,
prosedur yang berlaku untuk berbagai disiplin ilmu yang ada. Konsep sering kali kaku dan
keberlakuannya terbatas pada sautu disiplin ilmu tertentu. Pengorganisasi materi dengan fusi
ini meminta disiplin ilmu untuk tidak menonjolkan dirinya. Sebagai contoh apabila pokok
bahasan yang diidetifikasi dan akan diajarkan adalah penduduk, maka konsep-konsep penting
digunakan untuk membahas pokok bahasan tersebut tanpa mengidentfikasi disiplin ilmu asal
konsep tersebut. Oleh karena itu, konsep distribusi penduduk dilihat dari distribusi geografis,
distribusi sosiologis ataupun distribusi antropologis. Pengorganisasi ini banyak
menghilangkan karakteristik disiplin ilmu. Siswa dapat berpikir dalam alur berpikir logis
yang sifatnya umum dan tidak terbatas pada logika keilmuan disiplin tertentu. Dalam
keyataan kurikulum yang ada di sekolah sekarang, kurikulum IPS SD dan SMP dimaksudkan
sebagai organisasi fusi sedangkan pengembangan materi oendidikan ilmu sosial di SMA
menggunakan pendekatan terpisah.

C. STRUKTUR IPS

8
Materi pembelajaran IPS di sekolah bersumber dari ilmu-ilmu sosial, dikembangkan dalam
desain kurikulum tertentu yang akan dipelajari oleh siswa. Materi kurikulum yang
dikembangkan dari disiplin ilmu-ilmu sosial dipilih berdasarkan keterkaitannya dengan
tujuan yang akan dicapai. Semakin kuat keterkaitannya semakin besar kemungkinan materi
tersebut akan dipilih sebagai materi kurikulum.
Pada saat memilih materi kurikulum perlu dibekali suatu kerangka pikir dalam
subtansinya masing-masing yaitu substansi dari pandangan, tema, fenomena, fakta, peristiwa,
prosedur, konsep, generalisasi, dan teori. Menurut Hasan (1995: 124), setiap kali orang
berbicara mengenai kurikulum maka yang dimaksud adalah hal yang berhubungan dengan
pokok-pokok bahasan yang berisikan pandangan, tema, fenomena, fakta, konsep, generalisasi,
dan teori. Berikut akan di bahas beberapa materi substansi materi kurikulum yang terkait
dengan fakta, konsep, generalisasi, teori, dan proses.16

1. Fakta
Fakta merupakan dasar bagi berkembangnya suatu ilmu. Fakta menjadi bahan untuk menguji
hipotesis, mengembangkan konsep, generalisasi, dan teori. Tanpa fakta suatu disiplin ilmu
tidak akan berkembang. Fakta bukan sesuatu yang kasat mata. Lahirnya suatu fakta diperoleh
dari hasil mengumpulkan data dan informasi, selanjutnya diolah melalui prosedur tertentu
hingga melahirkan fakta. Dengan demikian, fakta tidak pernah tersedia begitu saja di
lapangan bahkan tidak juga dapat dikumpulkan langsung dari lapangan. Data atau informasi
yang diperoleh oleh sejumlah peneliti dengan latar belakang keilmuannya akan berbeda fakta
yang akan didapatkannya. Dari suatu bencana semburan Lumpur Lapindo di Jawa Timur,
bagi seorang geograf (ahli geografi)akan memperoleh fakta bahwa material lumpur yang
disemburkan mengandung unsur gas metana, debit aliran sekian meter kubik per detik, dan
lain-lain. Bagi seorang sejarah akan mencatat bahwa akan banyak tersimpan
fosil yangtertimbun dan akan ditemukan di masa yang akan datang. Bagi seorang ahli
ekonomi akan berpikir, berapa kerugian yang diderita oleh masyarakat, dan seterusnya.

2. Konsep
Konsep adalah abstraksi kesamaan atau keterhubungan dari sekelompok benda atau
sifat (Hasan, 1995; 129). Kesamaan adalah adanya unsur-unsur yang sama, baik dalam
bentuk konkrit maupu dalam bentuk abstrak. Sedangkan keterhubungan diartikan sebagai
adanya hubungan antara berbagai benda atau sifat, baik yang sifatnya konkret maupun yang
sifatnya abstrak dan terjadi hanya atas dasar pemikiran abstrak tertentu pula.
Selanjutnya Hasan menyebutkan bahwa suatu konsep memiliki bagian yang dinamakan
atribut. Atribut adalah karakteristik yang dimiliki suatu konsep. Atribut atau gabungan dari
beberapa atribut menjadi suatu pembeda antara satu konsep dengan konsep lainnya. Misalnya
konsep sungai, di dalamnya terdapat atribut panjang, lebar, kedalaman, arah aliran, dan isi
sungai. Dengan adanya atribut, konsep sungai berbeda dengan konsep parit atau selokan.
Jumlah atribut dalam setiap konsep berbeda-beda. Semakin banyak atribut yang dimiliki
suatu konsep, semakin sedikit benda atau sifat yang dapat menjadi anggotanya. Sebaliknya,
semakin sedikit atribut yang melekat pada suatu konsep semakin banyak anggotanya.
Misalnya, Konsep “hewan”, maka semua makhluk hidup selain manusia dan tumbuhan
dinamakan hewan seperti gajah, ular, belalang, kambing, dan lain-lain. Tetapi jika
dimunculkan konsep “kambing” maka akan muncul atribut yang lebih banyak seperti bentuk,
makanan, bau, cara hidup, ekor, kaki, janggut, dan lain-lain. Antar atribut dalam suatu konsep

16 Sardjiyo. 2013. Pendidikan IPS Di SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka

9
memiliki pola keterhubungan tertentu. Pola keterhubungannya akan menentukan jenis
konsep.
Dalam disiplin ilmu-ilmu sosial dikenal adanya tiga jenis konsep sebagai akibat dari
pola keterhubungan atribut-atributnya, yaitu konsep konjungtif, konsep disjungtif, dan konsep
relasional. Konsep konjungtif merupakan konsep paling rendah yaitu dengan jumlah atribut
yang banyak. Konsep ini mengarah pada benda atau sesuatu yang spesifik dan mudah
dipahami. Contohnya konsep matahari, bulan, masjid, ramadhan, idul fitri, dan lain-lain.
Konsep disjungtif adalah konsep dengan atribut yang terbatas sehingga banyak sekali
anggotanya,seperti konsep hewan, alat kantor, harta warisan, pasar, gunung, dan lain-lain,
sedangkan konsep relasional adalah konsep yang atributnya berdasarkan kriteria abtrak dan
selalu dalam hubungan dengan kriteria tertentu (relasional) di luar konsep lain , seperti
konsep interaksi, akulturasi, perubahan, dan lain-lain.

3. Generalisasi
Generalisasi menggambarkan keterhubungan antara dua atau lebih konsep
danmerupakan hasil yang sudah teruji secara empirik. Generalisasi diperoleh sebagai suatu
kesimpulan yang bersifat umum dari suatu penelitian yang menggunakan sampel. Atas dasar
kebenaran yang ditemukan dari sampel itu maka ditariklah kesimpulan mengenai kebenaran
yang sama terhadap polulasi.

4. Teori
Teori adalah komposisi yang dihasilkan dari pengembangan sejumlah proposisi
atau generalisasi yang dianggap memiliki keterhubungan secara sistematis. Selain sistematis,
keterhubungan antara proposisi atau pun generalisasi tersebut sudah harus teruji
kebenarannya secara empiris dan dianggap berlaku universal. Kebenaran yang menjadi
idaman disiplin ilmu tercermin dalam kebenaran dan kekuatan teori yang dianutnya. Goetz
dan LeCompte (dalam Hasan, 1995; 126) membagi teori atas empat jenis yaitu: grand theory
(teori besar), theoriticalmodels (model teoritis), formal and middle-range theory (teori formal
dan tingkat menengah), substantive theory (teori substantif).
a. Teori besar adalah sistem yang secara ketat mengkaitkan preposisi-preposisi dan
konsep-konsep yang abstrak sehingga dapat digunakan menguraikan,
menjelaskan, dan memprediksi secara komprehensif sejumlah fenomena besar
secara non-probabilitas. Contoh teori besar adalah teori challenge dan response
yang dikembangkan oleh Toynbee.
b. Model teori adalah teori yang di definisikan sebagai keterhubungan yang longgar
antara sejumlah asumsi, konsep, dan preposisi yang membentuk pandangan
ilmuan tentang dunia. Model teori banyak digunakan sebagai pendekatan dalam
melihat, mengembangkan dan memecahkan berbagai persoalan. Contohnya teori
fungsional, teori konflik, teori evolusi, dan lain-lainnya.
c. Teori formal dan menengah didefinisikan sebagai preposisi yang berhubungan
yang dikembangkan untuk menjelaskan beberapa kelompok tingkah laku manusia
yang abstrak. Teori formal masih dekat dengan generalisasi yang
masih keterkaitan dengan data empiris masih kuat.
d. Teori substantif yaitu teori yang paling rendah tingkatan abtraksi dan sangat
terbatas dalam keumuman generalisasinya. Teori yang dikembangkan berisi
preposisi atau konsep yang hanya berlaku untuk kelompok populasi, lingkungan,
atau waktu tertentu. Contohnya teori hubungan ras di suatu tempat, kejahatan
remaja, dan lain-lain.
BAB III

10
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengorganisasian Pembelajaran adalah suatu konsep dimana organisasi dianggap mampu


untuk terus menerus melakukan proses pembelajaran mandiri (self learning) sehingga
organisasi tersebut memiliki “ kecepatan berpikir dan bertindak” dalam merespon beragam
perubahan yang muncul.

Materi proses adalah materi kurikulum ilmu-ilmu sosial yang berkenaan dengan
berbagai prosedur, cara kerja, metode kerja tertentu yang harus dilakukan siswa di dalam
proses pembelajaran. Sekuensi materi adalah tata urutan antara pokok bahasan dengan
pokok bahasan lain atau dalam konteks kurikulum, sekuensi dapat berkenaan dengan
tataurutan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Dan pendekatan logis
adalah pendekatan berdasarkan pemikiran logis suatu disiplin ilmu.Maka, dalam rangka
mengorganisasi materi pembelajaran IPS ada empat strategi yaitu terpisah (separated),
korelatif (correlated ), antardisiplin (interdiciplinary), danfusi (integrated).

Tugas seorang guru IPS ialah untuk mengetahui dan mengembangkan kemampuan anak didik
sedemikian rupa, dan mempersiapkan peserta didik sebagai warga negara yang baik. Warga
negara yang baik harus menguasai pengetahuan (knowledge), sikap dan nilai (attitudes and
values) dan keterampilan (skill) yang membantunya untuk memahami lingkungan sosialnya
dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah pribadi dan masalah sosial, mampu
mengambil keputusan serta berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

B. SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu punulis mengharapkan kritik dan saran pembangun, guna untuk memperbaiki
kesalahan yang terdapat didalam makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

11
Fatimah, Siti. 2015. Pembelajaran IPS. Padang: UNP.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Kaulan, M Karimah, dkk.2019. Ilmu Pengetahuan Sosial. Medan: Perdana Publishing

Sardjiyo. 2013. Pendidikan IPS Di SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka

Supardan, Dadang. 2009. Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendektan Struktural.

Jakarta: Bumi Aksara.

Siti Humairah, “Pengembangan Materi IPS dalam Kurikulum SD dan Penngembangan Materi
Pembelajaran IPS” ( http://humairabisa.blogspot.com/2016/05/pengorganisasian-materi-ips-
dalam.html, diakses 2016)

12

Anda mungkin juga menyukai