Anda di halaman 1dari 6

1.

Apakah terdapat kelemahan dari teori Deanes dan solusi apa yang dapat dipraktikkan secara langsung
untuk mengatasi kelemahan dari teori tersebut?

Jawab :

Teori pembelajaran Dienes, atau sering disebut sebagai teori matematika konstruktivis, dikembangkan
oleh seorang matematikawan bernama Zoltán Dienes. Teori ini menekankan pentingnya membangun
pemahaman matematika yang mendalam melalui manipulasi benda-benda fisik dan representasi visual.

Namun, seperti halnya dengan teori pembelajaran lainnya, teori Dienes juga memiliki kelemahan-
kelemahan yang perlu dipertimbangkan:

Membutuhkan Sumber Daya Fisik: Implementasi teori Dienes sering kali membutuhkan manipulatif atau
benda-benda fisik yang dapat digunakan untuk mengajarkan konsep matematika. Hal ini mungkin
menjadi kendala jika sekolah atau guru tidak memiliki akses atau anggaran untuk menyediakan sumber
daya ini.

Waktu yang Dibutuhkan: Pembelajaran menggunakan manipulatif mungkin memakan waktu lebih lama
dibandingkan dengan metode pengajaran konvensional. Hal ini karena siswa akan menghabiskan waktu
untuk memanipulasi objek-objek fisik sebelum dapat menggeneralisasikan konsep secara abstrak.

Keterbatasan pada Materi Abstrak: Beberapa konsep matematika yang sangat abstrak atau kompleks
sulit untuk diwakili menggunakan manipulatif atau representasi visual. Misalnya, konsep matematika
tingkat lanjut seperti aljabar abstrak mungkin sulit untuk diajarkan hanya dengan bantuan manipulatif.

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, beberapa solusi dapat dipraktikkan:

Kreativitas dalam Penggunaan Sumber Daya: Guru dapat mencoba untuk menjadi kreatif dalam
menggunakan sumber daya fisik yang tersedia. Kadang-kadang, benda-benda sehari-hari dapat diubah
menjadi alat pembelajaran yang efektif.

Integrasi Teknologi: Teknologi dapat digunakan sebagai alat bantu dalam mengatasi keterbatasan
sumber daya fisik. Misalnya, menggunakan aplikasi atau perangkat lunak simulasi matematika untuk
memberikan pengalaman visual yang mendalam.

Pembatasan Waktu: Sementara metode Dienes penting untuk membangun pemahaman yang kuat, guru
juga perlu memastikan bahwa siswa memiliki cukup waktu untuk mengasimilasi konsep secara lebih
abstrak.

Pemilihan Manipulatif yang Tepat: Guru perlu memilih manipulatif dengan bijak, memastikan bahwa
mereka sesuai dengan konsep yang diajarkan dan dapat membantu siswa dalam memahami materi.

Keterlibatan Siswa dalam Desain Pembelajaran: Mengajak siswa untuk terlibat dalam proses desain
pembelajaran dapat membantu mengidentifikasi solusi yang paling efektif dan memotivasi siswa untuk
terlibat aktif dalam pembelajaran.
Setiap kelemahan dari suatu teori pembelajaran dapat diatasi dengan berbagai metode dan strategi.
Yang paling penting adalah memahami kebutuhan dan karakteristik siswa serta memilih pendekatan
yang paling tepat untuk situasi pembelajaran yang spesifik.

2. Dalam teori Pembelajaran Matematika Realistik (PMR), siswa dituntut untuk memberikan gagasan
untuk pemecahan masalah atau konsep. Tetapi dalam suatu kelas itu terdiri dari berbagai macam siswa
dengan berbagai karakternya. Ada yang memang sudah berani untuk mengutarakan pendapat. Ada yang
terlalu malu mengutarakan pendapat dan kadang malah tidak nyaman dan takut di kondisi dimana siswa
harus dituntut untuk berbicara di depan umum sehingga malah siswa tidak konsentrasi dengan
pembelajaran dan lebih fokus takut bagaimana jika dia harus memberikan gagasan di depan umum. Lalu
bagaimana solusi agar teori ini tetap berjalan sesuai dengan tujuan awalnya jika terdapat siswa yang
tidak nyaman dan takut seperti itu ketika melakukan pembelajaran menggunakan teori ini?

Jawab :

Penting untuk diakui bahwa setiap siswa memiliki gaya belajar dan tingkat kenyamanan yang berbeda
dalam hal berpartisipasi dalam pembelajaran aktif, terutama dalam konteks berbicara di depan umum
seperti yang diharapkan dalam Teori Pembelajaran Matematika Realistik (PMR). Untuk mengakomodasi
keberagaman ini, berikut adalah beberapa solusi yang dapat diterapkan:

Atur Kelompok Kecil: Sisihkan waktu untuk kegiatan kelompok kecil di mana siswa dapat berdiskusi dan
berbagi ide dalam lingkungan yang lebih intim dan terkendali. Hal ini dapat membantu siswa yang lebih
pemalu atau tidak nyaman dalam berbicara di depan umum untuk lebih mudah berpartisipasi.

Buat Suasana yang Dukung: Ciptakan lingkungan kelas yang mendukung, di mana siswa merasa aman
untuk berbagi pendapat dan gagasan mereka tanpa takut dicemooh atau dihakimi oleh teman-teman
mereka.

Beri Waktu untuk Refleksi: Berikan waktu bagi siswa untuk memikirkan dan merumuskan pendapat
mereka sebelum diminta untuk berbicara di depan umum. Ini dapat membantu membangun
kepercayaan diri mereka dan mempersiapkan mereka untuk berpartisipasi lebih aktif.

Variasi Cara Berpartisipasi: Berikan berbagai opsi untuk berpartisipasi selain dari berbicara di depan
umum. Misalnya, siswa dapat menulis ide mereka di kertas atau menggunakan teknologi untuk berbagi
pemikiran mereka.

Dukungan Individual: Berikan perhatian ekstra kepada siswa yang lebih pemalu atau kurang percaya diri,
dan bantu mereka secara individual untuk mengatasi ketidaknyamanan mereka. Beri pujian dan
penguatan positif untuk setiap upaya yang mereka lakukan.

Modelkan dan Latih: Tunjukkan kepada siswa bagaimana cara berbicara di depan umum dengan baik
dan efektif. Lakukan latihan peran atau simulasi untuk membantu siswa merasa lebih nyaman dengan
proses ini.
Evaluasi Secara Formatif: Gunakan penilaian formatif untuk memantau kemajuan siswa dalam
berpartisipasi dan memberikan umpan balik yang konstruktif. Ini dapat membantu siswa memperbaiki
keterampilan mereka dalam berkomunikasi.

Beri Pilihan: Beri siswa pilihan dalam cara mereka ingin berpartisipasi. Beberapa siswa mungkin lebih
suka berbagi ide secara lisan, sementara yang lain lebih suka menulis atau menggunakan media lain.

Dorong Diskusi Terbuka: Ciptakan suasana di kelas di mana siswa merasa nyaman untuk berdiskusi dan
bertukar pendapat. Jadikan klarifikasi dan pertanyaan sebagai bagian alami dari proses pembelajaran.

Dengan mempertimbangkan kebutuhan dan preferensi individu siswa, Anda dapat membantu
memastikan bahwa Teori Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) tetap dapat memberikan manfaat
yang signifikan bagi seluruh kelas, termasuk siswa yang mungkin merasa tidak nyaman dengan aspek
berbicara di depan umum.

3. Bagaimana Van Hiele mengatasi kritik bahwa teorinya hanya berlaku untuk pemahaman konsep
geometri, dan apakah ia sudah meneliti teori belajarnya dapat diterapkan pada materi matematika
lainnya, serta dapat berlaku untuk semua jenjang sekolah?

Jawab :

Van Hiele merespons kritik terhadap teorinya yang awalnya dikembangkan untuk pemahaman konsep
geometri dengan menjelaskan bahwa prinsip-prinsip dasar teorinya juga dapat diterapkan pada materi
matematika lainnya. Ia berpendapat bahwa konsep tingkat pemahaman yang berjenjang yang diajukan
dalam teorinya relevan tidak hanya untuk geometri, tetapi juga untuk berbagai aspek matematika.

Dalam upaya menerapkan teorinya pada materi matematika lain, Van Hiele dan istrinya, Dina Van Hiele-
Geldof, melakukan penelitian terutama di bidang aljabar. Mereka berhasil menunjukkan bahwa prinsip-
prinsip teorinya dapat diterapkan dalam pemahaman konsep aljabar dan memandu pengembangan
kurikulum yang lebih efektif dalam mata pelajaran matematika tersebut.

Jadi, meskipun teorinya pertama kali dikembangkan untuk geometri, Van Hiele menyatakan bahwa
prinsip-prinsipnya memiliki aplikabilitas yang lebih luas dalam konteks matematika, dan pengembangan
kurikulum berdasarkan teori tersebut dapat membantu siswa memahami berbagai konsep matematika.

Teori Van Hiele tentang tingkat pemahaman matematika sebagian besar berfokus pada perkembangan
pemahaman konsep matematika dalam konteks geometri. Namun, konsep ini juga dapat diterapkan
untuk merancang kurikulum matematika yang berlaku untuk berbagai tingkatan sekolah. Berikut adalah
cara konsep ini dapat diterapkan pada tingkatan jenjang sekolah:

1. Tingkat Pra-sekolah dan Sekolah Dasar: Pada tingkat ini, siswa dapat fokus pada tingkat 0 (Visualisasi)
dan 1 (Analisis) dalam pemahaman konsep matematika. Mereka dapat mulai memahami konsep dasar
geometri, seperti bentuk, ukuran, dan pola.
2. SMP (Sekolah Menengah Pertama): Di tingkat ini, pemahaman geometri siswa dapat berkembang ke
tingkat 2 (Abstraksi) dengan pemahaman yang lebih dalam tentang konsep matematika seperti
perbandingan, proporsi, dan hubungan matematika lainnya.

3. SMA (Sekolah Menengah Atas): Siswa di tingkat SMA dapat mencapai tingkat 3 (Deduksi) dalam
pemahaman konsep matematika, di mana mereka dapat mulai menggunakan pemikiran deduktif dan
menerapkan berbagai teorema matematika.

4. Perguruan Tinggi: Pada tingkat ini, siswa dapat mencapai tingkat 4 (Rigor), di mana mereka
mengembangkan pemahaman yang sangat mendalam tentang konsep matematika dan mampu
menerapkannya dalam kerangka aksiomatik.

Perlu diingat bahwa penerapan teori Van Hiele pada jenjang sekolah dapat bervariasi tergantung pada
kurikulum dan pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam setiap negara dan lembaga pendidikan.
Tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa siswa membangun pemahaman matematika yang
kokoh dan berkelanjutan selama berbagai tahap pendidikan.

4. Dalam teori belajar Vygotsky apakah ada bukti empiris yang kuat mendukung scaffolding ini akan
berjalan secara efektif, bagaimana implementasinya dalam pembelajaran matematika sendiri dan
bagaimana cara mengukur keberhasilan scaffolding ini?

Jawab :

Bukti empiris yang mendukung efektivitas scaffolding dalam pembelajaran matematika dan metode
pengukuran keberhasilannya telah menjadi fokus penelitian dalam bidang pendidikan. Beberapa poin
penting yang dapat Anda pertimbangkan adalah:

1. Penelitian Empiris: Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas scaffolding
dalam konteks pendidikan matematika. Studi-studi ini mencakup pemantauan dan analisis terhadap
bagaimana siswa merespons bantuan yang diberikan dan apakah mereka mampu menginternalisasi
konsep matematika dengan sukses.

2. Kriteria Keberhasilan: Keberhasilan scaffolding dalam pembelajaran matematika biasanya diukur


dengan peningkatan pemahaman konsep matematika oleh siswa, kemampuan mereka untuk
memecahkan masalah matematika, dan kemampuan mereka untuk melakukan tugas matematika secara
mandiri setelah bantuan dikurangi. Ini juga bisa mencakup peningkatan dalam kinerja tes matematika.

3. Metode Pengukuran: Pengukuran keberhasilan scaffolding dapat melibatkan tes sebelum dan setelah
pembelajaran untuk melihat peningkatan pemahaman, observasi terhadap kemampuan siswa saat
diberikan tugas matematika yang semakin kompleks, atau evaluasi proyek atau tugas yang
membutuhkan penerapan konsep matematika.
4. Evaluasi Proses Scaffolding: Selain hanya mengukur hasil akhir, penting untuk mengevaluasi proses
scaffolding itu sendiri. Bagaimana guru atau fasilitator membimbing siswa, sejauh mana siswa terlibat
dalam pemecahan masalah, dan bagaimana mereka berinteraksi dengan bantuan yang diberikan adalah
faktor-faktor yang perlu dievaluasi.

5. Pemahaman Konteks: Efektivitas scaffolding juga bisa bergantung pada konteks pembelajaran dan
karakteristik siswa. Oleh karena itu, penelitian tersebut juga mempertimbangkan aspek-aspek
kontekstual dan individu dalam menilai keberhasilan scaffolding.

Hasil penelitian yang kuat dan konsisten adalah kunci untuk mendukung efektivitas scaffolding dalam
pembelajaran matematika, dan evaluasi harus berfokus pada pemahaman konsep, kemampuan
pemecahan masalah, dan kemandirian siswa dalam mengaplikasikan matematika.

5. Mengapa teori belajar Van Hiele sangat sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran
geometri?

Jawab:

Teori Van Hiele jika digunakan dalam pembelajaran geometri memungkinkan siswa untuk
mengetahui serta memahami apa yang mereka pelajari, aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran, menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari tanpa harus selalu
bergantung pada guru (guru hanya mengarahkan siswa), siswa saling berbagi persepsi
mengenai konsep yang ditemukan, bekerjasama dengan siswa lain, dan berani untuk
mengemukakan pendapat melalui proses pembelajaran yang disajikan serta disusun urut oleh
guru. Sedangkan dalam pembelajaran dengan pembelajaran konvensional memungkinkan
materi tersampaikan secara utuh, namun hanya akan memunculkan pembelajaran yang
menjadikan siswa sebagai individu yang pasif dalam menerima materi pembelajaran. Dengan
demikian, hasil belajar siswa dalam pembelajaran geometri yang dibelajarkan dengan teori Van
Hiele akan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran
konvensional.

6. Salah satu prinsip teori Vygotsky yaitu social learning yg dimana dalam social learning itu
pendekatan pembelajaran siswa melalui interaksi dengan teman atau orang dewasa,
pertanyaan saya bagaimana cara menerapkan prinsip social learning didalam diri anak yang
introvert?
Jawab:

Cara menerapkan yaitu dengan memberikan kesempatan untuk bersosialisasi dan terlibat
dalam aktivitas pembelajaran bersama teman-temannya. Hal tersebut dapat membantu anak
introvert mengembangkan keterampilan sosialnya. Dorong anak tersebut supaya terbiasa untuk
terbuka dan percaya diri. Dan sebagai pendidik juga harus memahami karakter setiap anak, dari
memahami karakter setiap anak kita jadi tahu bagaimana cara belajar mereka, Berikan
bimbingan yang sesuai dengan tingkat kemampuan mereka, namun tantang mereka untuk
berkembang lebih jauh. Anak-anak mungkin memerlukan waktu sendiri untuk merenungkan
dan memahami pengalaman mereka. Beri mereka banyak privasi dan ruang pribadi. Apalagi
karakter anak introvert seringkali menyendiri dan tidak menyukai kebisingan dan keramaian
yang dilakukan sekitar. Mereka lebih memilih merangkai imajinasi mereka sendiri dari pada
mlakukan hal-hal dengan orang-orang yang dirasa bukan sepertinya. Anak yang berkomunikasi
lebih percaya diri dalam situasi sosial. Dorong mereka untuk menekuni minat dan hobinya, yang
dapat meningkatkan rasa percaya diri dan membuat mereka bersinar di bidangnya. Dalam
semua hubungan dengan anak-anak dilingkungan sekolah, penting untuk bersabar, memahami,
dan menyadari kebutuhan dan preferensi mereka.

Anda mungkin juga menyukai