Anda di halaman 1dari 13

Nama : Awal Septian Hadi

Kelas : 1A
NIM : 2186206062
Matkul : Psikologi Pendidikan
Dosen Pebimbing :
Mawardi,S.S.I., M.Pd

Tugas : resume materi bab 1 - 6

BAB I
Konsep Dasar Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan adalah ilmu yang mempelajari serta memproses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, dan cara mendidik.
Ilmu pendidikan adalah dua kata yang dipadukan, yakni pedadogi yang berarti (ilmu
pendidikan) dan pedagogia yang artinya (ilmu pendidikan).

UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN
Unsur Tujuan Pendidikan
Unsur Guru (Pendidikan)
Unsur Siswa (Peserta Didik)
Unsur Lingkungan
Unsur Alat Pendidikan
Kepemimpinan Sekolah

LANDASAN ILMU PENDIDIKAN


Landasan filosofis pendidikan
Landasan Hukum/Yuridis Pendidikan
Landasan ilmiah Pendidikan
BAB II
HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA
A. Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk yang pandai bertanya bahkan ia mempertanyakan dirinya
sendiri , keberadaannya dan dunia seluruhnya , binatangg tidak mampu berbuat
demikian dan itulah salah satunya alasan mengapa manusia menjulang tinggi diatas
binatang. Drijarkara (1969:7) mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang
berhadapan dengan dirinya sendiri, tidak hanya berhadapan tetapi menghadapi,
dalam arti mirip dengan menghadapi soal, dan menghadapi kesukaran.
Manusia dalam arti filosofi
Pembahasan makna dari siapa manusia sebenarnya telah lama berlangsung, namun
sampai sekarang pun tidak ada satu kesatuan dan kesepakatan pandangan berbagai
teori dan aliran pemikiran mengenai manusia ini sendiri.
B. Manusia Dalam Pandangan Islam
Al-Qur’an memperkenalkan tiga istilah kunci (key term yang digunakan untuk
menunjukan arti pokok manusia, yaitu al-insan, basyar dan Bani Adam
1) Kata al-insan dalam Al-Quran sebanyak 65 kali dipakai untuk manusia yang tunggal,
seperti ins. Sedangkan untuk jamaknya dipakai kata an-naas, anasi, insiya, anasi. Kata
al-insan dipakai untuk menyebut manusia dalam konteks kedudukan manusia
sebagai makhluk yang mempunyai . Kelebihan-kelebihan.
2) Kata basyar dipakai untuk menyebut semua makhluk baik laki-laki ataupun
perempuan, baik satu ataupun banyak. Kata ini memberikan referensi kepada
manusia sebagai makhluk biologis yang mempunyai bentuk tubuh yang mengalami
pertumbuhan dan perkembangan jasmani.
3) Kata Al-Nas. Kata ini mengacu kepada manusia sebagai makhluk sosial. Manusia
dalam arti al-nas ini paling banyak disebut dalam Al-Qur’an yaitu 240 kali

C. Wujud Sifat Dan Dimensi Manuisa

A. Kemampuan Menyendiri
B. Kemampuan bereksistensi
C. Kata hati ( geweten atau conscience)
D. Moralitas
E. Tanggung jawab
F. Rasa kebebasan
G. Kewajiban dan hak
H. Kemampuan mengahayati
D. Implikasi dalam Dunia Pendidikan

Pendidikan berperan dalam pilihan-pilihan manusia, yaitu kehancuran atau


pengembangan kemanusiaan, yang merusak atau membangun, yang mematikan atau
yang memberi kehidupan, yang mencipta atau menghancurkan. Jika
pendidikanberorientasi pada persiapan masa depan dan bukan pada kemanusiaan
manusia maka pendidikan menjauhkan manusia dari kemanusiaannya. Peran
pendidikan harus dikembalikan pada hakikatnya, yaitu bukan untuk mempersiapkan
masa depan saja tetapi untuk membuat manusia dapat hidup dan melakukan tugas
kemanusiaannya yaitu menemukan, mengembangkan dan menunjukan
kesempurnaannya sebagai manusia. Secara teknis, implikasinya terhadap penyidikan
(formal) kita demi mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dan ditetapkan
secara nasional adalah: Perlu adanya pemahaman yang komrehensiv dari para stek
holder penyelidikan (guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, orang tua, masyarakat
, dan pemerintah) tentang hakikat manusia, sehingga dengan bekal pemahaman yang
komprehensiv, mereka tidak akan salah arah dalam melaksanakan tugasnya dalam
menyelenggarakan proses pendidikan yang diharapkan.

BAB III
ALIRAN-ALIRAN DALAM PENDIDIKAN
◦ A. Aliran empirisme
Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan simulasi
ekternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak
tergantung pada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan.
Menurut john locke:
 Aliran empirisme mengutamakan perkembangan manusia dari segi empiric yang
secara eksternal dapat diamati.
 Dan mengabaikan pembawaan sebagai sisi internal manusia.
 Pengalaman adalah sumber pengetahuan.
 Pemmbawaan berupa bakat tidak diakui.
 Manusia dilahirkan dalam keadaan kosong, sehingga pengalaman dan Pendidikan
memiliki peran penting yang dapat menentukan perkembangan manusia.

B. Aliran Navitisme
Tokoh aliran ini adalah Arthur schoupenhauer Aliran Navitisme bertolak dari Leibnitzian
Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan,
termasuk faktor Pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak.
 Nativisme berasal dari Bahasa latin, asal katanya “natives” berarti terlahir
 Menurut sckophenhauer, dia berpendapat bahwa “Pendidikan ialah membiarkan
seseorang bertumbuh berdasarkan pembawaannya.

C. Aliran Naturalisme
Tokoh alisan ini adalah J.J.Rousseaun seorang filsuf prancis 1712-1778. Neturalisme
mempunyai pandangan bahwa setiap anak yang lahir di dunia mempunyai pembawaan baik,
namun pembawaan tersebut akan menjadi rusak karena pengaruh lingkungan, sehingga
aliran naturalisme sering disebut Negativisme, karena berpendapat bahwa Pendidikan wajib
membiarkan pertumbuhan anak pada alam. Naturalisme memiliki 3 prinsip tentang proses
pembeljaran:
 Anak didik belajar melalui pengalaman nya sendiri.
 Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan.
 Program Pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat yang
berorientasi pada pola belajar anak didik.

D. Aliran konvergensi
Perintis aliran ini adalah William Stern (1871-1939) seorang ahli pendidik jerman.
Aliran ini merupakan kombinasi dari aliran nativisme dan empirisme. Para penganut aliran
ini berpendapat bahwa:
 Bakat pembawaan dan lingkungan (pengalaman) yang akan menentukan
pembentukan pribadi manusia.
 Pendidikan dijadikan sebagai penolong kepada anak untuk mengembangkan
potensinya.
 Yang membatasi hasil Pendidikan anak aadalam pembawaan dan lingkungannya.
 Aliran konveregensi dianggap lebih realistis, sehingga dianggap banyak diikuti oleh
pakar Pendidikan.

◦ D. Aliran konvergensi
Perintis aliran ini adalah William Stern (1871-1939) seorang ahli pendidik jerman.
Aliran ini merupakan kombinasi dari aliran nativisme dan empirisme. Para penganut aliran
ini berpendapat bahwa:
 Bakat pembawaan dan lingkungan (pengalaman) yang akan menentukan
pembentukan pribadi manusia.
 Pendidikan dijadikan sebagai penolong kepada anak untuk mengembangkan
potensinya.
 Yang membatasi hasil Pendidikan anak aadalam pembawaan dan lingkungannya.
 Aliran konveregensi dianggap lebih realistis, sehingga dianggap banyak diikuti oleh
pakar Pendidikan.

F. Aliran Esensialisme
Latar belakang aliran esensialisme
Muncul pada tahun 1930, dengan beberapa orang pelopor seperti wiliam c Bagley, Thomas
Brigss, Fredrick Breed, dan isac I, mereka membentuk suatu Lembaga yang disebut “The
Esesialist Commite for the Advancment of American education” ia yakin bahwa fungsi utama
sekolah adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah kepada generasi muda.
 Aliran ini disebut “education as cultural conservation”, Pendidikan sebagai
pemelihara kebudayaan.
 Esensialisme dianggap para ahli “conservative Road to Culture” yakni aliran ini ingin
Kembali ke kebudayaan lama, warisan sejarah yang telah membuktikan kebaikan-
kebaikannya bagi kehidupan manusia.
 Esensialisme percaya bahwa Pendidikan itu harus di dasarkan kepada nilai-nilai
kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.

◦ G. Aliran Perenialisme
Tokoh aliran perenialisme adalah plato, Aris Toteles, dan Thomas Aquino.
Perenialisme memandang Education as cultural regression
 Perenialisme menganggap Pendidikan adalah proses mengembalikan keadaan
sekarang kepada keadaan masa lampau.
 Perenialisme mengupayakan kesatuan bukan menceraiberaikan, menemukan
persamaan bukan perbedaan, memahami isi bukan bagian luar berbagai aliran
pemikiran
 Aliran perenialisme merupakan aliran dalam filsafat Pendidikan yang memandang
bahwa kepercayaan aksiomatis zaman kuno dan abad pertengahan perlu dijadikan
dasar Pendidikan sekarang

Ki Hajar Dewantara bernama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat, lahir di Pakualaman, 2
Mei 1989. Ki Hajar Dewantara adalah sosok revolusi pendidikan di Indonesia, sehingga
dijuluki sebagai Bapak Pendidikan Nasional.
Kiprah sebagai aktivis kemerdekaan
Beliau masuk dalam aktivitas sosial dan politik bersama Budi Utomo.Dalam organisasi
tersebut, Ki Hajar Dewantara mengisi seksi propaganda untuk mensosialisasi dan
menyadarkan masyarakat Indonesia tentang persatuan dan kesatuan.
Ditangkap karena kritis
Pada tahun 1913, pemerintah hindia belanda mengumpulkan sumbangan dari warga untuk
merayakan kemerdekaan Belanda dari Prancis.
Hal itu dengan keras di kritisi oleh kaum nasionalis termasuk Ki Hajar Dewantara. Ia menulis
karya berjudul "Seandainya Aku Seorang Belanda".
Tulisan yang kritis nan pedas ini membuat Gubernur Jendral Idenburg memerintahkan untuk
menangkap Ki Hajar Dewantara, untuk diasingkan ke Pulau Bangka.
Kembali ke Indonesia
Setelah 6 tahun di Belanda, Ki Hajar Dewantara kembali ke Indonesia pada tahun 1916.
Selepas pulang ia mengajar di sekolah binaan saudaranya.
Berbekal pengalaman pendidikan yang tinggi, ia mendirikan sekolah pada 3 Juli 1922
bernama, Perguruan Nasional Tamansiswa.
Saat usianya 40 tahun, ia mengganti namanya dari RM Suwardi Suryaningrat menjadi Ki Hajar
Dewantara. Ia melepas gelar kebangsawanannya agar bisa dekat dengan rakyat
Pengabdian untuk Indonesia
Beliau pernah diangkat menjadi Menteri Pengajaran oleh Presiden Sukarno dalam masa
jabatan 2 September 1945 hingga 14 November 1945.
Dan mendapat gelar Maha Guru pada Sekolah Polisi Republik Indonesia, yang ditetapkan oleh
Presiden Sukarno di hari kemerdekaan pertama Indonesia, 17 Agustus 1946.
Beliau juga mendapat gelar doktor kehormatan atau doktor honoris causa dari Universitas
Gajah Mada di tahun 1957. Beliau wafat pada 26 April 1959.

BAB IV
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
A. PENGERTIAN SISTEM
SISTEM MERUPAKAN ISTILAH YANG MEMILIKI MAKNA SANGAT LUAS DAN DAPAT
DIGUNAKAN SEBAGAI SEBUTAN YANG MELEKAT PADA SESUATU. BEGITU SETERUSNYA
BAHWA SETIAP JENIS ORGANISASI APAUPUN BENTUKNYA DISEBUT SISTEM
ISTILAH SISTEM BERASAL DARI BAHASA YUNANI”SIYTEMA” YANG BERARTI SEHIMPUNAN
BAGIAN ATAU KOMPONEN YANG SALING BERHUBUNGAN SECARA TERATUR DAN
MERUPAKAN SUATU KESERULUHAN
SISTEM DAPAT PULA DIARTIKAN SEBAGAI SUATU HIMPUNAN ATAU PERPADUAN HAL-HAL
ATAU BAGIAN-BAGIAN YANG MEMBENTUK ATAU KEBETULAN/KESELURUHAN YANG
KOMPLEKS ATAU UTUH (amirin:1992) Mc.ashan (1983)
CIRI-CIRI UMUM SUATU SISTEM SEBAGAI BERIKUT:
1. SISTEM MERUPAKAN SATU KESATUAN YANG HOLISTIK
2. SISTEM MEMILIKI BAGIAN-BAGIAN YANG TERSUSUN SISTEMATIS
3. BAGIAN-BAGIAN SISTEM ITU BERELASI ANTARA SATU DENGAN LAINNYA
4. TIAP-TIAP BAGIAN SISTEM KONSEP/PERDULI TERHADAP KONTEKS LINGKUNGANNYA

CIRI CIRI UMUM SUATU SISTEM SEBAGAI BERIKUT:


1. SISTEM MERUPAKAN SUATU KESATUAN YANG HOLISTIK
2. SISTEM MEMILIKI BAGIAN-BAGIAN YANG TERSUSUN SISTEMATIS
3. BAGIAN-BAGIAN SISTEM ITU BERELASI ANTARA SATU DENGAN LAINNYA
4. TIAP-TIAP BAGIAN SISTEM KONSEN/PEDULI TERHADAP KONTEKS LINGKUNGANNYA
B. PENDIDIKAN SEBAGAI SUATU SISTEM
secara mikro Pendidikan dapat dilihat dari hubungan elemen-elemen peserta didik,
pendidik, dan interaksi keduanya dalam pendidikan. Sedangkan secara makro menjangkau
elemen- elemen yang lebih luas.
Menurut H.A.R. tilaar (2002) mengingatkan bahwa sistem pendidikan itu juga kaku. Sistem
yang kaku serta mematikan partisipasi masyarakat, inisiatif dan kreatifitas peserta didik
tidak mungkin melahirkan iklim atau proses pedidikan yang demokratis. Berjalannya sebuah
sistem adakala nya berhubungan dengan supra sistemnya dan adakalanya tidak
berhubungan dengan supra sistemnya. Apabila berjalannya sebuah sistem berhubungan
dengan supra sistemnya makasistem tersebut dinamakan sistem terbuka. Contohnya
sekolah, pasar, rumah sakit, manusia dan tanaman.
C. Landasan yuridis pendidikan nasional
Dalam pasal satu ayat satu undang-undang R.I NO. 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa : “
pendidikan suatu dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara “.

D. Sistem pendidikan sekolah dasar

A. Konsep sekolah dasar


Suparlan suhartono (2008: 46) menyatakan bahwa menurut pendekatan dari sudut
pandang sempit, pendidikan merupakqn seluruh kegiatan yang di rencanakan serta
dilaksanakan secara teratur dan terarah di Lembaga pendidikan sekolah. Harmon
dan jones menyatakan sekolah dasar biasanya terdiri atas anak-anak antara usia 5-11
tahun, atau TK sampai kelas 6.
B. TUJUAN SEKOLAH DASAR
suharop (2006:8) mengemukakan tujuan pendidikan sekolah dasar sebagai berikut:
1. Menuntun pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani.
2. Memberikan bekal pengetahuan
3. Membentuk warga negara yang baik.
4. Melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan di SLTP
5. 5. Memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar bekerja di masyarakat
6. 6. Terampil untuk dimasyarakat dan dapat mengembangkan diri sesuai
asas pendidikan seumur hidup

C. Karakteristik sekolah dasar


Masa sekolah dasar berlangsung antara usia 6-12 tahun masa ini juga disebut sebagai masa
sekolah. Dilihat dari karakteristik anak pertumbuhan fisik dan psikologinya anak mengalami
pertumbuhan jasmaniah maupun kejiwaannya. Pada fase ini pertumbuhan fisik anak tetap
berlangsung, anak menjadi tinggi, lebih berat, lebih kuat dan lebih banyak belajar.

BAB V
PENDIDIKAN ABAD 21
A.GLOBALISASI DAN PENDIDIKAN

Globalisasi berawal dari niat negara-negara industri maju untuk menghasilkan produk-
produk yang memiliki nilai tambah tinggi dengan muatan ilmu dan teknologi mutakhir.
Mereka berusaha mendapatkan peluang untuk memenangkan pasar dengan keunggulan
kompetitif nya.
Globalisasi yang bermakna suatu era menyatunya bagian-bagian dunia secara utuh, baik
secara geografis, sosial, budaya, ekonomi maupun politik yang didukung oleh tumbuh
kembang nya teknologi komunikasi dan informasi.
Keterbukaan terhadap informasi yang menyangkut perkembangan ilmu pengetahuan dan
penyelenggaraan pendidikan secara menyeluruh. Hal ini berimplikasi terhadap lingkungan
dan masyarakat Berbagai perkembangan dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi seperti kemajuan teknologi komunikasi, informasi dan unsur budaya lainnya akan
mudah diketahui oleh masyarakat.
B.PARADIGMA DAN TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL DI ABAD -21
Saat ini, pendidikan berada di masa pengetahuan (knowledge age) dengan percepatan
peningkatan pengetahuan yang luar biasa. Sejak internet diperkenalkan di dunia komersial
pada awal tahun 1970 an, informasi menjadi semakin cepat terdistribusi ke seluruh penjuru
dunia.Di abad ke 21, pendidikan menjadi semakin penting untuk menjamin peserta didik
memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan teknologi dan
media informasi, serta dapat bekerja, dan bertahan dengan menggunakan keterampilan
untuk hidup (life skills). Tiga konsep pendidikan abad 21 telah diadaptasi oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk mengembangkan kurikulum baru
untuk Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas,
(SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
A.Konsep pertama, keterampilan Abad 21 (21st Century Skills)
Keterampilan abad 21 adalah (1) life and career skills, (2) learning and innovation skills, dan
(3) Information media and technology skills.
Ketiga keterampilan tersebut dirangkum dalam sebuah skema yang disebut dengan pelangi
keterampilan- pengetahuan abad 21/21st century knowledge-skills rainbow (Trilling dan
Fadel, 2009), Skema tersebut diadaptasi oleh organisasi nirlaba p21 yang mengembangkan
kerangka kerja (framework) pendidikan abad 21 ke seluruh dunia melalui situs www.p21.org
yang berbasis di negara tuscon Amerika.
B) Konsep kedua pendekatan saintifik ( scientific Approach )
Pendekatannya yaitu dari konsep inovator’secara DNA ( Dyer, et al.. 2009 ) menyatakan
bahwa memiliki karakteristik sebagai inovator jika memiliki kemampuan untuk
mengalokasikan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya yaitu :
a) Associating, kemampuan untuk menghubungkan peristiwq sesuatu dengan yang lainnya(
mengamati)
b)Quedtioning, kemampuan untuk bertanya tentang sesuatu hal yang berkaitan banyak
masalah relevan dengan desain. ( menanya)
c) Observing, Melakukan pengamatan lingkungan sekelilingnya diantaranya teman, keluarga,
lingkungan, dan masyarakat. ( menalar )
d) Networking membuat jajaran untuk memperoleh hasil yang lebih baik. ( membuat jejaring)
e)Experimenting, inovator secara konstan mencoba danbmengimplementasikan gagasan
baru.( mencoba )
C). Konsep ketiga, pendidikan Autentik ( Authentic Assesment)
Penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar
peserta didik untuk ramah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Penilaian autentik terdiri
dari berbagai teknik Penilaian. 1. Pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang
berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidik seperti kesuksesan di tempat kerja.
2. Penilaian atas tugas – tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang
kompleks.
3. Analisis proses. Penilaian autentik tidak lagi menggunakan alat – alat dan tugas
tradisional, tetapi memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan
kemampuan dan pencapaiannya

Empat pilar pendidikan menurut UNESCO


UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organizational) merupakan
agensi dunia dibawah naungan perserikatan bangsa-bangsa ( PBB) atau dalam bahasa
Inggris United Nations ( UN) yang didirikan pada tanggal 4 November 1946 yang dibentuk
oleh 43 negara.
Peran UNESCO adalah mengkampanyekan kedamaian dan keamanan dengan
mempromosikan kerja sama antar negara melalui pendidikan, sains, dan budaya dalam
rangka meningkatkan rasa hormat universal kepada keadilan, peraturan hukum, dan HAM
dan kebebasan dasar. Keberhasilan pendidikan abad 21 diukur dari hasil empat pilar
pengalaman belajar atau empat pilar pendidikan dalam rangka pelaksanaan pendidikan
untuk masa sekarang dan masa depan yang diorientasikan pada pencapaian. ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik, yakni belajar mengetahui (fearning to know), belajar berbuat
(learning to do), belajar menjadi seseorang (learning to be) dan belajar hidup bersama
(learning to live together) (Soedjiarto, 2015:5)

BAB VI
Pendidikan Nilai

A. Hakikat Nilai dan Makna NIlai


Hakikat Nilai
Pembahasan Tentang NIlai merupakan Kajian filsafat yang disebut Aksiologi. Menurut para
Ahli haikat memliki banyak arti Contohnya menurut Soenarjati Meohadji dan Cholisin Bahwa
nilai pada dasarnya disebut sebagai standar penuntun dalam menentukan sesuatu itu
baik,indah,berharga dan tidak.
Menurut Achmadi secara Aksiologis nilai dibagi menjadi
-Nilai mutlak
-Nilai relative
-Nilai instrinsik
-Nilai Instrumental
Makna Nilai
Nilai adalah alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa "cara pelaksanaan atau keadaan
akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir
yang berlawanan.Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide seorang
individu mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan
Max Sheller membagi nilai menjadi empat tingkat
-Nilai kenikmatan
-Nilai hidup
-Nilai Kejiwaan
-Nilai Kerohanian

B. Proses dan Pendekatan dalam Pendidikan Nilai


Pendidikan adalah tubuh sedangkan NIlai-nilai adalah darahnya. Darah itu harus ada disetiap
tubuh, dan ia senantiasa mengalir dalam tubuh membawa sari-sari makanan yang
diperlukan organ-organ tubuh lainnya dan mengluarkan zat-zat yang tidak dibutuhkan Oleh
karna itu Pendidikan Nilai harus ada pada seluruh mata pelajaran yang diprogramkan oleh
lembaga pendidikan
Dalam setiap pelajaran seharunya bukan hanya memberikan pengetahuan saja tetapi yang
paling penting adalah pemenuhan terhadap aspek-aspek berupa nilai yang dibutuhkan dan
berpengaruh terhadap penentuan perilaku dan kepribadian seseorang. dalam pembelajara
guru dapat melakukan pendekatan yaitu
Pendekatan Penanaman Nilai
-Pendekatan Perkembangan Kognitif
-Pendekatan analisis nilai
-Pendekatan Klarifikasi nilai
-Pendekatan pembelajaran berbuat
Disamping pendekatan-pendekatan nilai dalam proses pembelajaran ada pun proses
pembentukan nilai pada anak yang terdiri dari 5 tahap
-Tahap receving
-Tahap responding
-Tahap valuing
-Tahap mengorganisasikan nilai
-Tahap karaterisasi nilai
C. Pendidikan Nilai di Indonesia
Pendidikan itu memanusiakan Manusia. Ini berarti pendidikan adalah membumikan nilai
yang mengarah pada pemanusiaan manusia yang akan menumbuhkan kesadaran Kaidah
emas (golden rule
Pada awalnya, tujuan pendidikan Indonesia yang bercorak pragmatis merupakan hal yang
baik dengan menekankan disektor ekonomi lnegara hendak meningkatkan kesejaterahan
dan
kemakmuran seluruh bangsa indonesia dan dari situ akan dicapai keadilan sosial. Namun
Pendidikan di Indonesia saat ini telah kehilangan makna dan nilai, Hal ini terjadi karna
pelaku pendidikan lebih mementingkan unsur skill bukan knowlegde padahal yang penting
adalah wisdom(kearifan)
Pendidikan baik formal dan non formal merupakan proses mencerdasakan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia yang beriman dan bertqwa kepada tuhan yang Maha
Esa, bernilai luhur kepribadian yang mantap, mandiri dan bertanggung jawab
Bila melihat undang-undang yang pernah dihadirkan negeri ini pada tahun 1950 yaitu tujuan
pendidikan ialah membentuk manusia yang cakap dan warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyaratakat dan tanah air dan ada pun UU
Sisdinas No.20 tahun 2003 pasal 4 ayat 1
Pancasila telah ditetapkan sebagai dasar dan falsafah hidup berbangsa, bernegara dan
memuat Nilai-nilai luhur yang harus menjadi dasar dalam menyelengarakan negara
termasuk dalam bidang pendidikan

Anda mungkin juga menyukai