Disusun Oleh :
KELAS 1B
IAIN SALATIGA
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmatnya
akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan.
Dalam makalah ini, kami akan sedikit menjelaskan tentang “IDENTITAS NASONAL”
dengan segala permasalahannya.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan disusun dalam
berbagai keterbatasan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat
membangun, sehingga mendorong kami untuk bisa memperbaikinya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
Kami berharap makalah ini bermanfaat, khususnya bagi penulis, dan umumnya bagi
siapa saja yang membacanya. Aamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beribu pulau dari Sabang
sampai Merauke. Indonesia juga memiliki keberagaman suku, ras, budaya, dan agama, maka
dari itu diperlukan sesuatu yang dapat mempersatukan keragaman yang ada.
Identitas nasional Indonesia adalah sifat yang khas yang dimiliki bangsa Indonesia
yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Indonesia memiliki Pancasila
sebagai dasar negara yang merupakan idelogi yang dibentuk oleh bangsa Indonesia sendiri,
dan tidak dimiliki oleh bangsa lain.namun, banyak masyarakat Indonesia itu sendiri belum
memahami betul makna identitas nasional dan bagaimana penerapannya ke dalam kehidupan
bermasyarakat.
Maka dari itu, Identitas Nasional sangatlah penting untuk dipelajari dan diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Dan pemahaman nasionalisme sangat penting bagi setiap warga
Indonesia agar bangsa Indonesia tidak kehilangan identitas nasionalnya.
1.3. Tujuan
1
1.4. Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
Identitas nasional dibentuk oleh dua kata dasar, ialah “identitas” dan “nasional”.
Identitas berasal dari bahasa Inggris “identity” yang secara harfiah berarti jati diri, ciri-ciri,
atau tanda-tanda yang melekat pada seseorang atau sesuatu sehingga mampu
membedakannya dengan yang lain. Kata nasional sendiri berasal dari bahasa inggris “national”
yang merupakan identitas yang melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar yang
diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti budaya, agama, bahasa, maupun non fisik,
seperti keinginan, cita-cita, dan tujuan. Istilah identitas nasional atau identitas bangsa
melahirkan tindakan kelompok (collective action yang diberi atribut nasional) yang
diwujudkan dalam bentuk-bentuk organisasi atau pergerakan-pergerakan yang diberi atribut-
atribut nasional (ICCE, 2005:25).
Identitas nasional sebagai suatu kesatuan ini biasanya dikaitkan dengan nilai
keterikatan dengan tanah air (ibu pertiwi), yang terwujud identitas atau jati diri bangsa dan
biasanya menampilkan karakteristik tertentu yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain, yang
pada umumnya dikenal dengan istilah kebangsaan atau nasionalisme. Rakya dalam konteks
kebangsaan tidak mengacu sekadar kepada mereka yang berada pada status sosial yang
rendah akan tetapi mencakup seluruh stuktur sosial yang ada. Semua terikat untuk berpikir
dan merasa bahwa mereka adalah satu. Dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa hakikat
identitas nasional kita sebagai bangsa di dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara
adalah Pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam berbagai penataan kehidupan kita
dalam arti luas, misalnya dalam Pembukaan UUD 1945, sistem pemerintahan yang
diterapkan, nilai-nilai etik, moral, tradisi, serta mitos, ideologi, dan lain sebagainya yang
secara normatif diterapkan di dalam pergaulan baik dalam tataran nasional maupun
internasional dan lain sebagainya.
Identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki ole suatu bangsa
yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Berdasarkan hakikat
pengertian “identitas nasional” sebagaimana dijelaskan maka identitas nasional suatu bangsa
tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau yang lebih popular disebut sebagai
kepribadian suatu bangsa.
3
2.2. Sejarah Kelahiran Faham Nasionalisme Indonesia
Secara historis, khususnya pada tahap embrionik, identitas nasional Indonesia ditandai
ketika munculnya kesadaran rakyat Indonesia sebagai bangsa yang sedang dijajah oleh
bangsa asing pada tahun 1908 yang dikenal dengan masa Kebangkitan Nasional (Bangsa).
Pada diri sebagai manusia yang tidak wajar karena dalam kondisi terjajah. Pada saat
itu muncullah kesadaran untuk bangkit membentuk sebuah bangsa. Kesadaran ini muncul
karena pengaruh dari hasil pendidikan yang diterima sebagai dampak dari politik etis (Etiche
Politiek). Pembentukan identitas nasional melalui pengembangan kebudayaan Indonesia telah
dilakukan jauh sebelum kemerdekaan.
Puncaknya para pemuda yang berasal dari organisasi kedaerahan berkumpul dalam
Kongres Pemuda ke-2 di Jakarta dan mengumandangkan Sumpah Pemuda. Pada saat itulah
dinyatakan identitas nasional yang lebih tegas bahwa “Bangsa Indonesia mengaku bertanah
air yang satu, tanah air Indonesia, berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan menjunjung
bahasa persatuan, bahasa Indonesia.” Identitas nasional menunjuk pada identitas-identitas
yang sifatnya nasional.
Seara sosiologis, identitas nasional telah terbentuk dalam proses interaksi, komunikasi,
dan persinggungan budaya secara alamiah baik melalui perjalanan panjang menuju Indonesia
merdeka maupun melalui pembentukan intensif pasca kemerdekaan. Identitas nasional pasca
4
kemerdekaan dilakukan secara terencana oleh Pemerintah dan organisasi kemasyarakatan
melalui berbagai kegiatan seperti upacara kenegaraan dan proses pendidikan dalam lembaga
pendidikan formal atau non formal. Dalam kegiatan tersebut terjadi interaksi antaretnis,
antarbudaya, antarbahasa, antargolongan yang terus menerus dan akhirnya menyatu
berafiliasi dan memperkokoh NKRI.
Ada banyak faktor-faktor yang membentuk identitas nasional suatu bangsa. Faktor-faktor
tersebut meliputi :
1. Faktor Objektif
Faktor objektif ini meliputi faktor geografis dan demografis. Kondisi geografi
yang membentuk Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki iklim tropis.
Indonesia juga terletak di wilayah Asia Tenggara, hal ini memengaruhi adanya
perkembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya bangsa Indonesia.
2. Faktor Subjektif
Faktor subjektif ini meliputi faktor sosial, politik, kebudayaan, dan juga
sejarah yang dimiliki bangsa Indonesia. Faktor-faktor ini sagat memengaruhi proses
terbentuknya masyarakat Indonesia dan juga identitas bangsa Indonesia.
3. Faktor Primer
Faktor primer ini meliputi etnis, teritorial, bahasa, dan juga agama. Indonesia
sendiri memiliki berbagai macam budaya, bahasa, dan agama. Meskipun unsur-unsur
tersebut berbeda-beda dan memiliki ciri khas masing-masing, namun hal tersebut bisa
menyatukan masyarakat menjadi bangsa Indonesia.
Persatuan yang terjadi itu tidak serta merta menghilangkan keanekaragaman
yang memang sudah ada di dalam masyarakat Indonesia, maka dari itu lahirlah istilah
Bhineka Tunggal Ika, yang memiliki arti berbeda-beda tapi tetap satu jua.
4. Faktor Pendorong
Faktor ini meliputi komunikasi dan teknologi, seperti lahirnya angkatan
bersenjata dalam kehidupan negara. Dalam hubungan ini, ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam suatu bangsa merupakan identitas nasional yang dinamis.
Maka dari itu, pembentukan identitas nasional yang dinamis ini sangat
dipengaruhi oleh kemampuan dan prestasi masyarakat Indonesia. Semuanya
tergantung apakah bangsa Indonesia mau dan mampu membangun bangsa untuk
memajukan bangsa dan negara Indonesia.
5
5. Faktor Penarik
Faktor penarik ini meliputi bahasa, birokrasi yang tumbuh dan sistem
pendidikan. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang sudah ditetapkan menjadi
bahasa nasional dan kesatuan nasional. Masing-masing suku yang ada di Indonesia
masih tetap menggunakan bahasa dari daerahnya masing-masing.
6. Faktor Reaktif
Faktor reaktif ini meliputi dominasi, pencarian identitas dan juga penindasan.
Seperti yang sudah diketahui bahwa bangsa Indonesia pernah dijajah beratus-ratus
tahun oleh bangsa asing. Hal ini mewujudkan memori bagi bangsa Indonesia. Memori
akan perjuangan, penderitaan, dan semangat yang hadir dalam masyarakat untuk
memperjuangkan kemerdekaan.
Identitas nasional merupakan jati diri bangsa yang bersifat dinamis dan memiliki ciri
khas sendiri. Identitas nasional menjadi pandangan hidup dalam mencapai cita-cita dan tujuan
hidup.
Dalam era globalisasi saat ini, bangsa sedang dihadapkan oleh tantangan dari
kekuatan internasional, seperti di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Oleh karena itu,
identitas nasional sangat dibutuhkan dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut, dan
bersifat mutlak.
6
2.5. Hubungan Antara Identitas Nasional Dengan Karakter Bangsa
Identitas kebangsaan (political unity) merujuk pada bangsa dalam pengertian politik,
yaitu bangsa negara. Bisa saja dalam negara hanya ada satu bangsa (homogen), tetapi
umumnya terdiri dari banyak bangsa (heterogen). Karena itu negara perlu menciptakan
identitas kebangsaan atau identitas nasional, yang merupakan kesepakatan dari banyak
bangsa di dalamnya.
Identitas nasional dapat berasal dari identitas satu bangsa yang kemudian disepakati
oleh bangsa-bangsa lainnya yang ada dalam negara itu atau juga dari identitas beberapa
bangsa-negara. Para pendiri negara Indonesia (the founding fathers) menyadari bahwa negara
Indonesia yang hendak didirikan haruslah mampu berada di atas semua kelompok dan
golongan yang beragam. Hal yang diharapkan adalah keinginan hidup bersatu sebagai satu
keluarga bangsa karena adanya persamaan nasib, cita-cita, dan karena berasal dalam ikatan
wilayah atau wilayah yang sama. Kesadaran demikian melahirkan paham nasionalisme,
paham kebangsaan, yang pada gilirannya melahirkan semangat untuk melepaskan diri dari
belenggu penjajahan. Selanjutnya nasionalisme memunculkan semangat untuk mendirikan
negara bangsa dalam merealisasikan cita-cita, yaitu merdeka dan tercapainya masyarakat
yang adil dan makmur.
1. Terjadinya negara tidak sekadar dimulai dari proklamasi, tetapi adanya pengakuan
akan hak setiap bangsa untuk memerdekakan dirinya. Bangsa Indonesia memiliki
tekad kuat untuk menghapus segala penindasan dan penjajahan suatu bangsa atas
bangsa lain. Inilah yang menjadi sumber motivasi perjuangan (Alinea I Pembukaan
UUD 1945).
2. Adanya perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan. Perjuangan panjang
bangsa Indonesia menghasilkan proklamasi. Proklamasi barulah mengantarkan ke
pintu gerbang kemerdekaan. Jadi, dengan proklamasi tidaklah selesai kita bernegara.
Negara yang kita cita-citakan adalah menuju pada keadaan merdeka, bersatu,
berdaulat, adil, dan makmur (Alinea II Pembukaan UUD 1945).
7
3. Terjadinya negara Indonesia adalah kehendak bersama seluruh bangsa Indonesia,
sebagai suatu keinginan luhur bersama. Di samping itu adalah kehendak dan atas
rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Ini membuktikan bangsa Indonesia adalah bangsa
yang religius dan mengakui adanya motivasi spiritual (Alinea III Pembukaan UUD
1945).
4. Negara Indonesia perlu menyusun alat-alat kelengkapan negara yang meliputi tujuan
negara, bentuk negara, sistem pemerintahan negara, UUD negara, dan dasar negara.
Dengan demikian, semakin sempurna proses terjadinya negara Indonesia (Alinea IV
Pembukaan UUD 1945).
Wawasan kebangsaan yang kita anut sebagai kepribadian bangsa adalah wawasan
kebangsaan yang berlandaskan Pancasila yaitu wawasan kebangsaan yang berlandaskan
Ketuhanan Yang Maha Esa dan oleh karena nya memeliki landasan moral, etik dan spiritiual
serta yang berkeinginan untuk membangun masa kini dan masa depan bangsa yang sejahtera
lahir dan batin, material dan spiritual, di dunia dan di akhirat.
Dapat pula dikatakan bahwa Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara
Indonesia pada hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa.
Proses berbangsa dan bernegara pada zaman sebelum kemerdekaan lebih berorientasi
pada perjuangan dalam melawan penjajah. Kemudian proses kehidupan berbangsa dan
bernegara mulai berkembang sejak Sumpah Pemuda dikumandangkan ke seluruh nusantara,
dilanjutkan dipersiapkannya kemerdekaan Indonesia dengan dibentuknya Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Dan puncaknya adalah ketika Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
1. Dimulai dari proklamasi dan adanya pengakuan hak setiap bangsa untuk memer-
dekakan dirinya. Memiliki tekad kuat untuk menghapus segala penindasan dan
penjajahan. → alinea I
2. Adanya perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan dan menghasilkan
proklamasi menuju keadaan yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. →
alinea II
8
3. Terjadinya bangsa Indonesia adalah kehendak seluruh bangsa dan atas rahmat Allah.
Indonesia sebagai bangsa yang religius dan mengakui adanya motivasi spiritual. →
alinea III
Proses berbangsa dan bernegara pada masa sekarang erat kaitannya dengan hakikat
pendidikan kewarganegaraan, yaitu upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa
sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan
kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara.
Penciptaan suatu identitas bersama berkisar pada perkembangan keyakinan dan nilai-
nilai yang dianut bersama yang dapat memberikan suatu perasaan solidaritas sosial pada
suatu masyarakat suatu wilayah tertentu. Suatu identitas bersama menunjukan bahwa
individu-individu tersebut setuju atas pendefinisian diri mereka yang saling diakui, yakni
suatu kesadaran mengenai perbedaan dengan orang lain dan suatu perasaan akan harga diri.
Dalam proses berbangsa dan bernegara itu juga diperlukan penciptaan identitas bersama.
Identitas sebagai bangsa dan negara Indonesia dapat dilihat pada :
9
- Pahlawan-pahlawan rakyat pada masa perjuangan nasional seperti Pattimura,
Hasanudin, Pangeran Antasari dan lain-lain.
10
2.7. Pengertian Politik Identitas
Politik Identitas adalah nama untuk menjelaskan situasi yang ditandai dengan
kebangkitan kelompok-kelompok identitas sebagai tanggapan untuk represi yang
memarjinalisasikan mereka di masa lalu. Identitas berubah menjadi politik identitas ketika
menjadi basis perjuangan. Identitas yang menjadi salah satu dasar konsep kewarganegaraan
(citizenship) adalah kesadaran atas kesetaraan manusia sebagai warganegara. Identitas
sebagai warganegara ini menjadi bingkai politik untuk semua orang, terlepas dari identitas
lain apapun yang dimilikinya seperti identitas agama, etnis, daerah dan lain-lain.
Politik identitas bisa bersifat positif maupun negatif. Bersifat positif berarti menjadi
dorongan untuk mengakui dan mengakomodasi adanya perbedaan, bahkan sampai pada
tingkat mengakui predikat keistimewaan suatu daerah terhadap daerah lain karena alasan
yang dapat dipahami secara historis dan logis. Bersifat negatif ketika terjadi diskriminasi
antar kelompok satu dengan yang lain, misalnya dominasi mayoritas atas minoritas.
Dominasi bisa lahir dari perjuangan kelompok tersebut, dan lebih berbahaya apabila
dilegitimasi oleh negara. Negara bersifat mengatasi setiap kelompok dengan segala
kebutuhan dan kepentingannya serta mengatur dan membuat regulasi untuk menciptakan
suatu harmoni.
Dalam format keetnisan, politik identitas tercermin mula dari upaya memasukan nilai-
nilai kedalam peraturan daerah, memisahkan wilayah pemerintahan, keinginan mendaratkan
otonomi khusus sampai dengan munculnya gerakan separatis. Sementara dalam konteks
keagamaan politik identitas terefleksikan dari beragam upaya untuk memasukan nilai-nilai
keagamaan dalam proses pembuatan kebijakan, termasuk menggejalanya perda syariah,
maupun upaya menjadikan sebuah kota identik dengan agama tertentu.
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Identitas nasional adalah ciri khas yang dimiliki bangsa sehingga dapat membedakan
bangsa tersebut dengan bangsa lainnya. Identitas nasional dapat berupa kebudayaan, adat
istiadat, lambang, atau ideologi nasional. Sehingga identitas nasional suatu bangsa dikatakan
sebagai jati diri bangsa.
3.2. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Dr. I Putu Ari Astawa, S.Pt, MP. 2017, “IDENTITAS NASIONAL-Universitas Udayana”,
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/20bb958d430cc7d21ef6c2b58d14da
41.pdf, diakses pada 9 September 2021 pukul 18.54.
13