Anda di halaman 1dari 20

PENDIDIKAN PASCA KEMERDEKAAN

Dosen Pengampu : Mushbihah Rodliyatun, S.Pd.I., M.Pd.I.

Disusun oleh : Kelompok 1

1. Yusuf Salam (23070210001)

2. Agil Yunika Sari (23070210002)

3. Latifatu Mu’azaroh (23070210093)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pendidikan Pasca
Kemerdekaan ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi


tugas kelompok pada mata kuliah Pendidikan Islam di Indonesia. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pendidikan Pasca Kemerdekaan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mushbihah Rodliyatun, S.Pd.I., M.Pd.I. ,
selaku dosen mata kuliah Pendidikan Islam di Indonesia yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

18 September 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2

C. Tujuan ............................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

1. Pendidikan Pada Masa Orde Lama (1945-1965) ............................................................ 3

2. Pendidikan Pada Masa Orde Baru .................................................................................. 7

3. Pendidikan Pada Masa Reformasi ................................................................................ 10

4. Pendidikan Pada Masa Depan ....................................................................................... 13

5. Tujuan Pendidikan Indonesia ........................................................................................ 14

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 15

1. Kesimpulan ................................................................................................................... 15

2. Saran ............................................................................................................................. 15

Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan faktor penting yang mempunyai andil besar dalam memajukan
suatu bangsa, bahkan peradaban manusia. Tujuan pendidikan itu merupakan tujuan dari
negara itu sendiri. Pendidikan yang rendah dan berkualitas akan terus mengundang para
penjajah, baik penjajahan secara fisik maupun non fisik, seperti penjajahan intelektual,
pemikiran, ekonomi, sosial, politik dan agama. Hal ini senada dengan ungkapan “kebodohan
bukanlah karena penjajahan tetapi kebodohanlah yang mengundang penjajah”.

Kemerdekaan tidak sepenuhnya menyelesaikan berbagai persoalan negara.


Kemerdekaan politik sesudah masa penjajahan oleh pemerintah Jepang dan Belanda itu lebih
mudah dicapai dibandingkan dengan rekonstruksi kultural masyarakat dan renovasi system
pendidikan kita, khususnya pendidikan Islam. Mengamati perjalanan sejarah pendidikan
Islam pada masa penjajahan Belanda dan Jepang sungguh menarik dan memiliki proses yang
amat panjang. Belanda yang menduduki Indonesia selama 3 ½ abad dan Jepang selama 3 1/ 2
tahun meninggalkan kesengsaraan, mental dan kondisi psikologis yang lemah. Dengan misi
gold, glory dan gospelnya mereka mempengaruhi pemikiran dan iedeologi dengan doktrin-
doktrin Barat. Akan tetapi kita sepatutnya bangga dengan perjuangan para tokoh Muslim
pada masa itu yang berupaya sekuat tenaga untuk mengajarkan Islam dengan cara mendirikan
lembaga – lembaga pendidikan Islam seperti madrasah, pesantren, majlis taklim dan
sebagainya. Dari lembaga inilah kemudian lahir tokohtokoh muslim yang berperan besar
dalam mewujudkan kemerdekaan dan membela risalah Islam. Materi yang dipelajari
menggunakan referensi dan kitab-kitab kuning berbahasa Arab seperti safinah, Bulughul
Marom, dan sebagainya selain itu ilmu jiwa, ilmu hitung pun dipelajari. Pada saat itu
disamping menuntut ilmu mereka harus berjuang melawan penjajah.

Seiring dengan perkembangan zaman, persoalan yang dihadapi pun semakin


bertambah, seperti sistem pendidikan yang sesuai dengan tujuan, visi dan misi negara itu.
Masuknya pemikiran-pemikiran barat yang secara tidak langsung meracuni pemikiran-
pemikiran Islam dan berbagai krisis yang melanda negeri ini menjadi bagian dari polemik
dunia pendidikan khususnya pendidikan Islam saat ini.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pendidikan Pada Masa Orde Lama


2. Bagaimana Pendidikan Pada Masa Orde Baru
3. Bagaimana Pendidikan Pada masa reformasi
4. Bagaimana Pendidikan Masa Depan
5. Apa tujuan pendidikan indonesia

C. Tujuan

1. Menginformasikan mengenai Pendidikan Pada Masa Orde Lama (1945-1965)

2. Menginformasikan mengenai Pendidikan Pada Masa Orde Baru (1966-1998)

3. Menginformasikan mengenai Pendidikan Pada Masa Reformasi

4. Menginformasikan mengenai Pendidikan Masa depan

5. Menginformasikan mengenai tujuan Pendidikan Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pendidikan Pada Masa Orde Lama (1945-1965)

Revolusi nasional meletus pada tanggal 17 Agustus 1945 dalam bentuk proklamasi
kemerdekaan. Dengan ini tercapailah kemerdekaan yang diidam-idamkan oleh rakyat
Indonesia. Proklamasi mematahkan belenggu penjajahan dan menciptakan hidup baru di
berbagai bidang, terutama di bidang pendidikan dirasakan perlu mengubah sistem pendidikan
yang sesuai dengan suasana baru. Pada bulan Oktober 1945 para ulama di Jawa
memproklamasikan perang jihad fisabilillah terhadap Belanda / sekutu. Hal ini berarti
memberikan fatwa kepastian hukum terhadap perjuangan umat Islam.

Isi fatwa tersebut adalah sebagi berikut:

a. Kemerdekaan Indonesia wajib dipertahankan.

b. Pemerintah RI adalah satu-satunya pemerintah sah yang wajib dibela dan


diselamatkan.

c. Musuh- musuh RI (belanda / sekutu), pasti kan menjajah kembali bangsa Indonesia.
Karena itu, kita wajib mengangkat senjata terhadap mereka.

d. Kewajiban-kewajiban tersebut diatas adalah jihad fisabilillah.

Ditinjau dari segi pendidikan rakyat maka fatwa ulama tersebut besar sekali artinya.
Fatwa tersebut memberikan faedah sebagai berikut.

1. Para ulama dan santri-santri dapat mempraktekan ajaran jihad fisabilillah yang
sudah dikaji bertahun-tahun dalam pengajian kitab suci Fikih di pondok atau di
madrasah.

2. Pertanggung jawaban mempertahankan kemerdekaan tanah air itu menjadi


sempurna terhadap sesama manusia dan terhadap Tuhan Yang Mahaesa.

Pada tahun 1950 ketika kedaulatan Indonesia telah pulih untuk seluruh wilayah
Indonesia, maka rencana pendidikan makin disempurnakan dengan dibentuknya panitia

3
bersama yang dipimpin oleh professor Mahmud Yunus dari Departemen Agama dan Mr.
Hadi dari departemen P&K hasil dari panitia itu adalah SKB yang dikeluarkan pada bulan
Januari 1951 isinya ialah:

a. Pendidikan agama diberikan mulai kelas IV Sekolah Rakyat (Sekolah Dasar) Di


daerah-daerah yang masyarakat agamanya kuat misalnya di Sumatera, Kalimantan
maka pendidikan Agama diberikan mulai kelas 1 SR dengan catatan bahwa mutu
pengetahuan umumnya tidak boleh berkurang dibandingkan dengan sekolah yang lain
yang pendidikan agamanya diberikan muali kelas IV.

b. Di sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Tingkat Atas (umum dan kejuruan)
diberikan pendidikan agama sebanyak 2 jam seminggu.

c. Pendidikan agama diberikan kepada murid-murid sebanyak 10 orang dalam 1 kelas


dan mendapat izin dari orang tua dan walinya.

d. Pengangkatan guru agama, biaya pendidikan agama dan menteri pendidikan agama
ditanggung oleh Departemen Agama

Sistem Pendidikan Indonesia Masa Orde Lama

1. Periode 1945-1950
Sistem persekolahan sesudah Indonesia merdeka yang berdasarkan satu jenis
sekolah untuk tiga tingkat pendidikan seperti pada zaman Jepang tetap diteruskan.
Sedangkan rencana pembelajaran pada umumnya sama dan bahasa Indonesia
ditetapkan sebagai bahasa pengantar untuk sekolah. Buku-buku pelajaran yang
digunakan adalah buku hasil terjemahan dari bahasa Belanda ke dalam bahasa
Indonesia yang sudah dirintis sejak zaman Jepang (Moestoko, 1986: 17). Adapun
sistem pendidikan yang berlaku sejak tahun 1945-1950 adalah sebagai berikut:
• Pendidikan Rendah
Pendidikan yang terendah di Indonesia sejak awal kemerdekaan yang disebut
dengan Sekolah Rakyat (SR) lama pendidikan semula 3 tahun menjadi 6
tahun. Tujuan pendirian SR adalah selain meningkatkan taraf pendidikan pada
masa sebelum kemerdekaan juga dapat menampung hasrat yang besar dari
mereka yang hendak bersekolah.

4
• Pendidikan Guru
Dalam periode antara tahun 1945- 1950 dikenal tiga jenis pendidikan guru
(SGB, SGC, SGA)
• Pendidikan Umum
Ada dua jenis pendidikan umum yaitu sekolah menengah pertama (SMP) dan
sekolah menengah Tinggi (SMT).
• Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan fokus pada pendidikan ekonomi dan pendidikan
kewanitaan:
a) Pendidikan ekonomi: pada awal kemerdekaan pemerintah baru dapat
membuka sekolah dagang yang lama, pendidikannya tiga tahun sesudah
Sekolah Rakyat. Sekolah dagang ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
tenaga administrasi atau pembukuan. Penyelenggaraan sekolah dagang
tersebut dilaksanakan oleh inspektur sekolah dagang.
b) Pendidikan Kewanitaan: sesudah kemerdekaan dimana pemerintah
membuka Sekolah Kepandaian Putri (SKP) dan pada tahun 1947 sekolah guru
kepandaian putri (SGKP) yang lama pelajaranya empat tahun setelah SMP
atau SKP
• Pendidikan Teknik
Seperti sekolah lain, keadaan Sekolah Teknik tidak teratur karena disamping
pelajarnya sering terlibat dalam pertahanan negara, sekolah tersebut kadang
juga dipakai sebagai pabrik senjata. Sekolah Teknik di Solo misalnya,
dikerahkan untuk membuat senjata yang sangat diperlukan kendali apa
adanya.
• Pendidikan Tinggi
Periode 1945-1950 kesempatan untuk meneruskan studi pendidikan tinggi
semakin terbuka lebar bagi warga negara tanpa syarat. Lembaga pendidikan
ini berkembang pesat. Tetapi karena pelaksanaannya dilakukan perjuangan
fisik, maka perkuliahan sering di sela-sela waktu dalam perjuangan garis
depan
• Pendidikan Tinggi Republik
Perkembangan pendidikan tinggi sesudah proklamasi kendati mengalami
berbagai tantangan, tetapi tidak juga dapat dipisahkan dari perjuangan

5
mempertahankan kemerdekaan. Menginta hal tersebut salah satu kekuatan dari
seluruh rakyat Indonesia. Sejak awal kemerdekaan di Jakarta merupakan
daerah pendudukan Belanda, berdiri sekolah Tinggi kedokteran sebagai
kelanjutan Ika Daigaku zaman Jepang. Pada bulan November 1946 dibuka
pula Sekolah Tinggi Hukum serta filsafat dan sastra.
• Pendidikan Tingkat Tinggi Pendudukan Belanda
Atas prakarsa pihak Belanda pada bulan Januari 1946 didirikan suatu
Universitas Darurat (NOOD Universiteit), yang terdiri dari lima fakultas yaitu
fakultas kedokteran, hukum, sastra dan filsafat dan pertanian di Jakarta dan
fakultas teknik di Bandung. Pada bulan Maret 1947 oleh pemerintah Belanda
secara resmi nama Universitas Darurat diganti nama Universitas Indonesia
(Universiteit Van Indonesie).
2. Periode 1950-1966
Pada periode ini difokuskan antara kurun waktu 1950-1966. Seperti diketahui sesudah
KMB pada 1949 terbentuk Republik Indonesia Serikat (RIS). Di dalam RIS diatur
mengenai pendidikan dan pengajaran. Di dalam UUD RIS juga diatur tentang
pendidikan nasional. Menilik kebijakan pendidikan nasional di era ini dimulai dari
pasal 30 UUDS 1950 RI diantaranya, yaitu
1). Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran,
2). Memilih pengajaran yang akan diikuti adalah bebas,
3). Mengajar adalah bebas, dengan tidak mengurangi pengawasan penguasa yang
dilakukan terhadap itu menurut peraturan UU .

Di dalam pancasila terdapat sila Ketuhanan Yang Maha Esa didalam pelaksanaan
pendidikan tentu ia akan diberikan kepada siswa ataupun mahasiswa sebagai pelajaran pokok,
sila pertama ini terdapat butir-butir pancasila yang mesti diamalkan. Di sekolah-sekolah
didirikan pendidikan moral Pancasila dan salah satu butir sila pertama ini adalah percaya dan
taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran masing-masing. Akan tetapi jika
kita cermati sejarah tercetusnya Pancasila khususnya sila pertama ini memiliki sejarah yang
merugikan umat Islam dengan dihilangkannya 7 kata pada sila pertama yaitu dengan
menjalankan syariat Islam bagi para pemeluknya. Akibatnya pengajaran Islam dan penerapan
ajaran dan syariat tidak begitu berkembang secara pesat.

6
2. Pendidikan Pada Masa Orde Baru

Sekilas tentang sejarah orde baru. Orde baru (orba) adalah sebutan bagi masa
pemerintahan (rezim) Soeharto yang menggantikan Soekarno sebagai presiden RI ke-2 yang
dimulai pada tahun 1966. Arti orde baru adalah sebuah tata tertib atas kehidupan rakyat,
bangsa, dan negara Indonesia yang diletakkan kembali kepada pelaksanaan Pancasila dan
UUD 1945 secara konsekuen dan murni.

Pemerintahan Indonesia sempat terancam digantikan dengan paham komunis pada


peristiwa pemberontakan G30S / PKI, dan pemerintahan orde baru menitikberatkan
pengembalian Pancasila dan UUD 1945 sebagai ideologi dasar negara Indonesia.

Ada beberapa hal yang menjadi penyebab runtuhnya orde baru antara lain:

1. Krisis Moneter
2. Tragedi “TRISAKTI”

Tragedi 12 mei 1998 yang menewaskan 4 orang mahasiswa Universitas Trisakti.


Tragedi yang sampai saat ini masih dikenang oleh para mahasiswa di seluruh Indonesia
belum jelas penyelesaiannya hingga sekarang. Tahun demi tahun kasus ini selalu timbul
tenggelam.

3. Penjarahan

Pada tanggal 14 Mei 1998, Jakarta seperti membara. Semua orang tumpah di jalanan.
Mereka merusak dan menjarah toko dan gedung milik swasta maupun pemerintah. Masa
pada saat itu sudah kehilangan kendali dan brutal akibat kondisi yang terjadi di tanah air
pada saat itu.

4. Mahasiswa Menduduki Gedung MPR


5. Soeharto Meletakkan Jabatannya

Orde baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998, dan dapat dikatakan sebagai era
pembangunan nasional. Dalam bidang pembangunan pendidikan, khususnya pendidikan
dasar, terjadi suatu loncatan yang sangat signifikan dengan adanya Instruksi Presiden (Inpres)
Pendidikan Dasar. Namun, yang disayangkan adalah pengaplikasian inpres ini hanya
berlangsung dari segi kuantitas tanpa diimbangi dengan perkembangan kualitas. Yang
7
terpenting pada masa ini adalah menciptakan lulusan terdidik sebanyak-banyaknya tanpa
memperhatikan kualitas pengajaran dan hasil didikan.

Pelaksanaan pendidikan pada masa orde baru ternyata banyak menemukan kendala,
karena pendidikan orde baru mengusung ideologi “keseragaman” sehingga memampatkan
kemajuan dalam bidang pendidikan. EBTANAS, UMPTN, menjadi seleksi penyeragaman
intelektualitas peserta didik.

Beberapa hal negatif lain yang tercipta pada masa ini adalah:

1. Produk-produk pendidikan diarahkan untuk menjadi pekerja. Sehingga, berimplikasi pada


hilangnya eksistensi manusia yang hidup dengan akal pikirannya (tidak memanusiakan
manusia).

2. Lahirnya kaum terdidik yang tumpul akan kepekaan sosial, dan banyaknya anak muda
yang berpikiran positivistic.

3. Hilangnya kebebasan berpendapat.

Pidarta (2007 : 142) lalu mengemukakan bahwa paradigma dan pelaksanaan


pendidikan pada masa orde baru adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah belum menunjukkan Political Will yang kuat untuk memperbaiki pendidikan.

2. Tanggung jawab bersama antarkeluarga, masyarakat, dan pemerintah dalam pendidikan


belum terealisasi secara menyeluruh.

3. Sulit menemukan tokoh pemikir dalam bidang pendidikan yang konsep-konsep tidak
sejalan dengan keinginan para penguasa.

4. Konsep-konsep inovasi pendidikan bersumber dari dunia Barat, sehingga banyak sekali
gagal.

5. Kebijakan link and match untuk membentuk pelayan pabrik, perdagangan, dan jasa.

6. Penanaman nilai budaya dan agama tidak cukup melalui bidang studi tertentu, melainkan
harus terintegrasi dalam semua bidang studi.

7. Sekolah menengah umum, lebih banyak daripada sekolah kejuruan, hal ini tidak sesuai
dengan kebutuhan hidup di masyarakat.

8
8. Pendidikan belum berintikan pada kemajuan ilmu dan teknologi sebagai sumber budaya
zaman global.

9. Masih banyak sekali orang Indonesia yang belum berwawasan pada abad ke-21.

10. Masyarakat lamban melakukan transformasi sosial untuk beradaptasi dengan era global.

11. Pendidikan secara kuantitatif cukup berhasil.

12. Pendidikan secara kualitatif masih jauh tertinggal.

13. Muncul perilaku-perilaku negatif seperti kenakalan remaja, kolusi, dan nepotisme.

14. Hasil-hasil pembangunan yang menonjol ialah kesadaran beragama, persatuan dan
kesatuan, serta pertumbuhan ekonomi.

Kurikulum-kurikulum yang digunakan pada masa orde baru yaitu sebagai berikut:

1. Kurikulum 1968

Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok


pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Muatan materi pelajaran
bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan.

Pada masa ini siswa hanya berperan sebagai pribadi yang masif, dengan hanya
menghapal teori-teori yang ada, tanpa ada pengaplikasian dari teori tersebut. Aspek
afektif dan psikomotorik tidak ditonjolkan pada kurikulum ini. Praktis, kurikulum ini
hanya menekankan pembentukkan peserta didik hanya dari segi intelektualnya saja.

2. Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisien
berdasar MBO (management by objective). Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci
dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), yang dikenal dengan istilah
“satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran
dirinci menjadi : tujuan instruksional umum (TIU), tujuan instruksional khusus (TIK),
materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Pada kurikulum
ini peran guru menjadi lebih penting, karena setiap guru wajib untuk membuat rincian
tujuan yang ingin dicapai selama proses belajar-mengajar berlangsung.

9
3. Kurikulum 1984

Kurikulum 1984 mengusung “process skill approach”. Proses menjadi lebih penting
dalam pelaksanaan pendidikan. Peran siswa dalam kurikulum ini menjadi mengamati
sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).

4. Kurilukum 1994

Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulum-kurikulum


sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984. Pada kurikulum ini bentuk opresi
kepada siswa mulai terjadi dengan beratnya beban belajar siswa, dari muatan nasional
sampai muatan lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-
masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.

3. Pendidikan Pada Masa Reformasi

Krisis finalsial Asia yang terjadi sejak tahun 1997 menyebabkan ekonomi Indonesia
melemah. Keadaan memburuk. Adanya sistem monopoli di bidang perdagangan, jasa, dan
usaha. Pada masa orde baru, orang-orang dekat dengan pemerintah akan mudah
mendapatkan fasilitas dan kesempatan bahkan mampu berbuat apa saja demi keberhasilan
usahanya.Terjadi krisis moneter. Krisis tersebut membawa dampak yang luas bagi
kehidupan manusia dan bidang usaha. Banyak perusahaan yang ditutup sehimgga terjadi
PHK dimana-mana dan menyebabkan amgka pengangguran meningkat tajam serta
muncul kemiskinan dimana-mana dan krisis perbankan. KKN semakin merajarela,
ketidak adilan dalam bidang hukum, pemerintahan orde baru yang otoriter (tidak
demokrasi) dan tertutup, besarnya peranan militer dalam orde baru, adanya 5 paket UU
serta memunculkan demonstrasi yang digerakkan oleh mahsiswa. Tuntutan utama kaum
demonstran adalah perbaikan ekonomi dan reformasi total. Demonstrasi besar-besaran
dilakukan di Jakarta pada tanggal 12 Mei 1998. Pada saat itu terjadi peristiwa Trisakti,
yaitu meninggalnya empat mahasiswa Universitas Trisakti akibat bentrok dengan aparat
keamanan. Empat mahasiswa tersebut adalah Elang Mulya Lesmana, Hery Hariyanto,
Hendriawan, dan Hafidhin Royan. Keempat mahasiswa yang gugur tersebut kemudian
diberi gelar sebagai “ Pahlawan reformasi”. Menanggapi aksi reformasi tersebut, presiden

10
soeharto berjanji akan mereshuffle cabinet pembangunan VII menjadi Kabinet Reformasi.
Selain itu juga akan membentuk Komite Reformasi yang bertugas menyelesaikan UU
Pemilu, UU Kepartaian, UU Susduk MPR, DPR, dan DPRD, UU Antimonopoli, dan UU
Antikorupsi. Dalam perkembangannya, komite reformasi belum bisa terbentuk karenan
empat belas menteri menolak untuk diikutsertakan dalam Kabinet Reformasi. Adanya
penolakan tersebut menyebabkan presiden Soeharto mundur dari jabatannya. Akhirnya
pada tanggal 21 Mei 1998 presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai
presiden RI dan menyerahkan jabatannya kepada wakil presiden B.J. Habibie. Peristiwa
ini menandai dimulainya orde reformasi.

Ada beberapa kesalahan dalam pengelolaan pendidikan pada masa ini, telah
melahirkan hasilnya yang pahit yakni:

1. Angkatan kerja yang tidak bisa berkompetisi dalam lapangan kerja pasar global.

2. Birokrasi yang lamban, korup dan tidak kreatif.

3. Masyarakat luas yang mudah bertindak anarkis.

4. Sumberdaya alam (terutama hutan) yang rusak parah.

5. Hutang Luar Negeri yang tak tertanggungkan.

6. Merajalelanya tokoh-tokoh pemimpin yang rendah moralnya.

Adapun kurikulum-kurikulum yang dipakai pada masa reformasi yaitu sebagai


berikut:

1. Kurikulum Berbasis Kompetensi

Pada pelaksanaan kurikulum ini, posisi siswa kembali ditempatkan sebagai subjek
dalam proses pendidikan dengan terbukanya ruang diskusi untuk memperoleh suatu
pengetahuan. Siswa justru dituntut untuk aktif dalam memperoleh informasi. Kembali
peran guru diposisikan sebagai fasilitator dalam perolehan suatu informasi. Kegiatan
pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi, sumber belajar
bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
Hal ini mutlak diperlukan mengingat KBK juga memiliki visi untuk memperhatikan
aspek afektif dan psikomotorik siswa sebagai subjek pendidikan. Berikut karakteristik
utama KBK8, yaitu:

11
a. Menekankan pencapaian kompetensi siswa, bukan tuntasnya materi.

b. Kurikulum dapat diperluas, diperdalam, dan disesuaikan dengan potensi siswa


(normal, sedang, dan tinggi).

c. Berpusat pada siswa.

d. Orientasi pada proses dan hasil.

e. Pendekatan dan metode yang digunakan beragam dan bersifat kontekstual.

f. Guru bukan satu-satunya sumber ilmu pengetahuan.

g. Buku pelajaran bukan satu-satunya sumber belajar.

h. Belajar sepanjang hayat;

i. Belajar mengetahui (learning how to know),

j. Belajar melakukan (learning how to do),

k. Belajar menjadi diri sendiri (learning how to be),

l. Belajar hidup dalam keberagaman (learning how to live together).

2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006

Secara umum KTSP tidak jauh berbeda dengan KBK namun perbedaan yang
menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada
desentralisasi sistem pendidikan. Pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi
dan kompetensi dasar, sedangkan sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu
mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi
sekolah dan daerahnya.

Jadi pada kurikulum ini sekolah sebagai satuan pendidikan berhak untuk
menyusun dan membuat silabus pendidikan sesuai dengan kepentingan siswa dan
kepentingan lingkungan. KTSP lebih mendorong pada lokalitas pendidikan. Karena
KTSP berdasar pada pelaksanaan KBK, maka siswa juga diberikan kesempatan untuk
memperoleh pengetahuan secara terbuka berdasarkan sistem ataupun silabus yang
telah ditetapkan oleh masing-masing sekolah.

12
Dalam kurikulum ini, unsur pendidikan dikembalikan kepada tempatnya
semula yaitu unsur teoritis dan praksis. Namun, dalam kurikulum ini unsur praksis
lebih ditekankan dari pada unsur teoritis. Setiap kebijakan yang dibuat oleh satuan
terkecil pendidikan dalam menentukan metode pembelajaran dan jenis mata ajar
disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan lingkungan sekitar.

4. Pendidikan Pada Masa Depan

Prospek pendidikan Islam pada masa mendatang, harus pula dikaji dan diteropong
melalui lensa realitas pendidikan islam di Indonesia yang ada pada hari ini. Melihat
kendala yang dihadapi oleh pendidikan nasional, minimal telah terpantul sinar yang
juga menggambarkan tentang kondisi pendidikan Islam di Indonesia pada masa kini.
Adapun kendala tersebut berupa:
a. Kurikulum yang belum mantap, terlihat dari beragamnya jumlah presentasi untuk
pelajaran umum dan agama pada berbagai sekolah yang berlogo Islam.
b. Kurang berkualitasnya guru, yang dimaksud disini adalah kurang kesadaran
professional, kurang inofatif, kurang berperan dalam pengembangan pendidikan,
kurang terpantau.
c. Belum adanya sentralisasi dan disentralisasi.
d. Dualisme pengelolaan pendidikan yaitu antara Depag dan Depdikbud.
e. Sisa-sisa pendidikan penjajahan yang masih ditiru seperti penjurusan dan
pemberian gelar.
f. Kendali yang terlalu ketat pada pendidikan tinggi.
g. Minimnya persamaan hak dengan pendidikan umum
h. Minimnya peminat sekolah agama karena dipandang prospeknya tidak jelas.

Beberapa strategi yang perlu dicanangkan untuk memprediksi pendidikan Islam


masa depan adalah sebagai berikut.

1. Strategi sosial politik

Menekankan diperlukannya merinci butir-butir pokok formalisasi ajaran Islam di


lembaga-lembaga negara melalui upaya legal formalitas yang terus menerus oleh gerakan
Islam terutama melalui sebuah partai secara eklusif khusus bagi umat Islam termasuk

13
kontrol terhadap aparatur pemerintah. Umat Islam sendiri harus mendidik dengan
moralitas Islam yang benar dan menjalankan kehidupan islami baik secara individu
maupun masyarakat.

2. Strategi Kultural

Dirancang untuk kematangan kepribadian kaum muslimin dengan memperluas cakrawala


pemikiran, cakupan komitmen dan kesadaran mereka tentang kompleksnya lingkungan
manusia.

3. Strategi Sosio cultural

Diperlukan upaya untuk mengembangkan kerangka kemasyarakatan yang menggunakan


nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam.

5. Tujuan Pendidikan Indonesia

Adapun tujuan dari pendidikan di indonesia, antara lain sebagai berikut :

a. Sebagai sosialisasi

b. Sebagai kontrol sosial

c. Sebagai pelestari budaya

d. Sebagai seleksi

e. Sebagai perubahan sosial

f. Sebagai partner masyarakat

14
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Sejak kemerdekaan Indonesia 1945, kurikulum pendidikan sudah berubah


sebanyak 9 (sembilan) kali. Tentunya perubahan kurikulum tersebut juga berdampak
pada pembelajaran sejarah. Masa Orde Lama, dibawah kepemimpinan Soekarno
pembelajaran sejarah dituntut untuk bisa memberikan semangat motivasi bagi
generasi muda, agar mau berjuang melawan penjajah, mengingat situasi dan kondisi
pada masa ini, Indonesia masih harus mempertahankan kemerdekaannnya. Beralih ke
tahun 1950-1960-an, corak kepemimpinan Soekarno ditandai dengan ciri
Manipol/USDEK (Manifesto politik/Undang-Undang Dasar 1945, Sosialisme
Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin). Orde Baru juga mempunyai
warna tersendiri dalam pemerintahannya, sehingga pembelajaran sejarah masa ini
melakukan perubahan mainset generasi muda agar tidak terpengaruh terhadap
ideologi pengajaran Manipol USDEK. Pembelajaran sejarah juga digunakan untuk
memperkuat legitimisasi kekuasaan dan menunjukkan keberhasilan Orde Baru. Sejak
Refomasi yang dimulai tahun 1999, pembelajaran sejarah berubah secara keseluruhan,
mulai dari tujuan, landasan, hingga buku-buku sejarah masa Orde Baru banyak
dikritisi oleh sejarawan Reformasi.

2. Saran

Hal yang sangat penting untuk disampaikan adalah proses pembaharuan dan
ekssistensi Yayasan Jamiat Kheir, yaitu

1. Membuat inovasi baru untuk pengembangan pendidikan Islam supaya lebih


unggul lagi dibandingkan dengan lembaga pendidikan Islam yang sekarang
banyak menjamur dengan kekhasannya masing-masing.

2. Melakukan pembaharuan kembali seperti awal mula berdirinya Jamiat


Kheir, memberikan lebih luas kontribusi keislaman dengan semaksimal

15
mungkin melalui berbagai media yang semakin memudahkan pergerakan
pembaharuan.

3. Menciptakan dan meluluskan siswa/siswi yang mempunyai akhlak dan


basic keagamaan yang kuat dan teguh memegang agama Islam, karena hal itu
akan menjadi pegangan kelak ketika siswa menginjak proses belajar di tingkat
selanjutnya.

4. Sistem pendidikan sekarang, yang masih menggunakan dualism pendidikan,


diharapkan tidak berimbas pada lembaga pendidikan Jamiat Kheir. Jadi,
penulis berharap agar Jamiat Kheir memegang teguh dengan visi dan misi
yang telah dibuat.

5. Memberikan contoh untuk lembaga pendidikan lainnya mengenai integrasi


keilmuan, antara keilmuan Islam dan keilmuan umum, meski sebenarnya ilmu
itu tidak terpisahkan.

16
Daftar Pustaka

BATUBARA, Ulfah Nury, et al. Perkembangan Pembelajaran Sejarah Pasca Kemerdekaan-


Reformasi. Jurnal Pendidikan Sejarah, 2019, 8.1: 14-34.

Darmaningtyas, 1999 Pendidikan Pada dan Setelah Krisis; Lembaga Pengembangan Inisiatif
Strategis untuk Transformasi dan Pustaka Pelajar; Yogyakarta.

FADLI, Muhammad Rijal; KUMALASARI, Dyah. Sistem Pendidikan Indonesia Pada Masa
Orde Lama (Periode 1945-1966). Agastya: Jurnal Sejarah dan Pembelajarannya,
2019, 9.2: 157-171.

Orde, P. P. M. Perbandingan Pemikiran Pendidikan Pada Masa Orde Baru Dan Masa
Reformasi.

Sujana, I. Wayan Cong. "Fungsi dan tujuan pendidikan Indonesia." Adi Widya: Jurnal
Pendidikan Dasar 4.1 (2019): 29-39.

17

Anda mungkin juga menyukai