Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

KONSEP IDENTITAS NASIONAL

Dosen Pengampu:
Ullya Rahmawati, S.T, M.KL

Disusun oleh:

Pradita Miftakhul Husna P07134222028


Dyah Asti Fajrini P07134222023
Rizky Nurul Izzah P07134222027
Clemens Feliano Lisniawan Putra P07134222030
Natswa Aulia Nur Aini P07134222033
Trias Nurtanti P07134222038

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Konsep Identitas Nasional” dengan baik. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas Kewarganegaraan tahun ajaran 2022/2023.

Selama penyusunan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa telah


mendapatkan banyak bantuan, bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami menyampaikan terima kasih kepada Ibu Ullya, selaku dosen Mata
Kuliah Kewarganegaraan dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam
penulisan makalah ini serta memberikan dukungan baik moril maupun material.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka saran dan kritik yang
mendukung dalam makalah sangat diharapkan demi perbaikan makalah ini. Kami
berharap semoga makalah yang kami susun dapat bermanfaat bagi penulis dan
masyarakat pada umumnya.

Yogyakarta, 12 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................2
C. Tujuan ...........................................................................................................2
BAB II ......................................................................................................................3
PEMBAHASAN ......................................................................................................3
A. Pengertian Identitas Nasional........................................................................3
B. Identitas Nasional sebagai Karakter Bangsa .................................................5
C. Proses Berbangsa dan Bernegara ..................................................................8
D. Politik Identitas ...........................................................................................11
BAB III ..................................................................................................................16
PENUTUP..............................................................................................................16
A. Kesimpulan .................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Identitas nasional merupakan ciri khas yang dimiliki satu bangsa yang
tentunya berbeda antara satu bangsa, dengan bangsa yang lain. Indonesia
adalah salah satu Negara yang memiliki bermacam identitas nasional yang
mengkhaskan dan tentunya berbeda dengan Negara-negara lainnya.
Mayoritas dari masyarakat mengasosiakan identitas nasional mereka
dengan negara dimana mereka dilahirkan.
Beragamnnya suku bangsa serta bahasa di Indonesia, merupakan suatu
tantangan besar bagi bangsa ini untuk tetap dapat mempertahankan
identitasnnya. Untuk itu, sebagai generasi muda Indonesia seharusnnya
sudah mengetahui apa itu identitas nasional bangsa kita. Namun pada
kenyataannya masih banyak generasi muda indonesia yang belum tahu
tentang apa itu identitas nasional dan apa saja wujud dari identitas nasional
bangsa Indonesia itu sendiri.
Seringkali kita marah ketika aset identitas nasional kita direbut atau ditiru
oleh Negara lain, tapi dalam pengaplikasiannya kita sebagai warga negara
Indonesia hanya bersikap pasif dan enggan untuk menggembangkannya.
Identitas Nasional merupakan pengertian dari jati diri suatu Bangsa dan
Negara, Selain itu pembentukan Identitas Nasional sendiri telah menjadi
ketentuan yang telah disepakati bersama. Menjunjung tinggi dan
mempertahankan apa yang telah ada dan berusaha memperbaiki segala
kesalahan dan kekeliruan di dalam diri suatu Bangsa dan Negara sudah tidak
perlu di tanyakan lagi, Terutama di dalam bidang Hukum.

1
2

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Identitas Nasional?


2. Bagaimana Identitas Nasional sebagai Karakter Bangsa?
3. Bagaimana proses berbangsa dan bernegara di Indonesia?
4. Apa makna dari Politik Identitas?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian Identitas Nasional


2. Untuk memahami identitas nasional sebgaia karakter bangsa
3. Untuk mengetahui dan memahami proses berbangsa dan bernegara
4. Untuk memahami makna politik identitas
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Identitas Nasional

Kata identitas berasal dari bahasa Inggris Identity yang memiliki pengertian
harafiah ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang atau
suatu yang membedakannya dengan yang lain. Menurut Kaelan, identitas
nasional pada hakikatnya adalah manisfestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh
dan berkembang dalam aspek kehidupan satu bangsa (nation) dengan ciri-ciri
khas, dan dengan ciri-ciri yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa
lain dalam kehidupannya. Nilai-nilai budaya yang berada dalam sebagian besar
masyarakat dalam suatu negara dan tercermin di dalam identitas nasional,
bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan normatif dan
dogmatis, melainkan sesuatu yang terbuka yang cenderung terus menerus
berkembang karena hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat
pendukungnya.
Implikasinya adalah bahwa identitas nasional merupakan sesuatu yang
terbuka untuk diberi makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam
kondisi aktual yang berkembang dalam masyarakat. Artinya, bahwa identitas
nasional merupakan konsep yang terus menerus direkonstruksi atau
dekonstruksi tergantung dari jalannya sejarah. Dalam term antropologi identitas
adalah sifat khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri, golongan
sendiri, kelompok sendiri, komunitas sendiri, atau negara sendiri. Mengacu
pada pengertian ini identitas tidak terbatas pada individu semata, tetapi berlaku
pula pada suatu kelompok. Sedangkan kata nasional merupakan identitas yang
melekat pada kelompok-kelompok yang kebih besar yang diikat oleh kesamaan-
kesamaan, baik fisik seperti budaya, agama, dan bahasa maupun non fisik
seperti keinginan, cita-cita dan tujuan.
Identitas nasional sebagai suatu kesatuan ini biasanya dikaitkan dengan nilai
keterikatan dengan tanah air (ibu pertiwi), yang terwujud identitas atau jati diri
bangsa dan biasanya menampilkan karakteristik tertentu yang berbeda dengan

3
4

bangsa-bangsa lain, yang pada umumnya dikenal dengan istilah kebangsaan


atau nasionalisme. Rakyat dalam konteks kebangsaan tidak mengacu sekadar
kepada mereka yang berada pada status sosial yang rendah akan tetapi
mencakup seluruh struktur sosial yang ada. Semua terikat untuk berpikir dan
merasa bahwa mereka adalah satu. Bahkan ketika berbicara tentang bangsa,
wawasan kita tidak terbatas pada realitas yang dihadapi pada suatu kondisi
tentang suatu komunitas yang hidup saat ini, melainkan juga mencakup mereka
yang telah meninggal dan yang belum lahir. Dengan perkataan lain dapat
dikatakan bahwa hakikat identitas nasional kita sebagai bangsa di dalam hidup
dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang aktualisasinya
tercermin dalam berbagai penataan kehidupan kita dalam arti luas, misalnya
dalam Pembukaan beserta UUD 1945, sistem pemerintahan yang diterapkan,
nilai-nilai etik, moral, tradisi serta mitos, ideologi, dan lain sebagainya yang
secara normatif diterapkan di dalam pergaulan baik dalam tataran nasional
maupun internasional dan lain sebagainya.
Istilah identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki
oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan
bangsa lain. Berdasarkan pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa di
dunia ini akan memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat,
ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Demikian pula hal ini juga sangat
ditentukan oleh proses bagaimanabangsa tersebut terbentuk secara historis.
Berdasarkan hakikat pengertian “identitas nasional” sebagaimana dijelaskan
maka identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri
suatu bangsa atau yang lebih popular disebut sebagai kepribadian suatu bangsa.
Adapun beberapa pandangan terkait dengan pengertian identitas nasional,
sebagai berikut:

1. Menurut Muhamad Erwin, identitas nasional adalah sifat khas yang melekat
pada suatu bangsa atau yang lebih dikenal dengan kepribadian/karakter
suatu bangsa.
5

2. Menurut Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, identitas


nasional adalah kepribadian nasional atau jati diri nasional yang dimiliki
suatu bangsa yang membedakan bangsa satu dengan bangsa yang lain.

3. Achmad Zubaedi Identitas Nasional adalah suatu ciri yang dimiliki oleh
suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan
bangsa lain.

4. Menurut Koento Wibisono Identitas Nasional adalah manifestasi nilai-nilai


budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa
dengan ciri-ciri khas, dan dengan yang khas tadi suatu bangsa berbeda
dengan bangsa lain dalam kehidupannya.

Jadi pengertian identitas nasional adalah pandangan hidup bangsa,


kepribadian bangsa, filsafat pancasila dan juga sebagai idiologiai negara
sehingga mempunyai kedudukan paling tinggi dalam tatanan kehidupan
berbangsa dan bernegara termasuk disini adalah tatanan hukum yang berlaku di
Indonesia, dalam arti lain juga sebagai dasar negara yang merupakan norma
atau peraturan yang harus di junjung tinggi oleh semua warga negara tanpa
terkecuali ”rule of law” yang mengatur mengenai hak dan kewajiban warga
negara, demokrasi serta hak asasi manusia yang berkembang semakin dinamis
di Indonesia.

B. Identitas Nasional sebagai Karakter Bangsa

Karakter berasal dari bahasa latin “kharakter, kharassein atau kharax”,


dalam bahasa Prancis “caractere” dalam bahasa Inggris “character. Karakter
berarti sifat kejiwaan, akhlak, budi pekerti, tabiat, watak yang membedakan
seseorang dengan orang lain (Tim Nasional Dosen Pendidikan
Kewarganegaraan, 2011: 67). Sehingga karakter bangsa dapat diartikan tabiat
atau watak khas bangsa Indonesia yang membedakan bangsa Indonesia dengan
bangsa lain. Menurut Max Weber (dikutip Darmaputra, 1988: 3) cara terbaik
untuk memahami suatu masyarakat adalah dengan memahami tingkah laku
6

anggotanya. Dan cara memahami tingkah laku anggota yaitu dengan memahami
kebudayaan mereka, yaitu sistem makna mereka. Manusia merupakan makhluk
yang selalu mencari makna terus menerus atas semua tindakannya. Makna
selalu menjadi orientasi tindakan manusia baik disadari atau tidak. Manusia
juga mencari dan berusaha menjelaskan ‘logika’ dari tingkah laku sosial
masyarakat tertentu melalui kebudayaan mereka sendiri.

Identitas Nasional suatu bangsa sering tarik menarik dengan modernitas


kemajuan zaman di dunia. Jika berpihak pada identitas, bangsa itu bisa menutup
diri dari kemajuan zaman karena adanya kekhawatiran bahwa identitas yang
sudah tertanam sejak lama akan tercabut dan rusak dari tatanan negeri ini.
Sehingga identitas bukan sesuatu yang hanya dipertahankan namun juga selalu
berproses mengalami perkembangan. Indonesia yang memiliki beribu etnik
harus menyatukan diri membentuk satu identitas yaitu Indonesia, suatu proses
yang sangat berat apabila tidak ada kelapangdadaan bangsa ini untuk bersatu.
Bukan hanya etnik yang beragam, Indonesia juga terdiri atas kerajaan-kerajaan
yang sudah establish memiliki wilayah dan rajanya masing-masing dan bersedia
dipersatukan dengan sistem pemerintahan baru yang modern yaitu demokrasi
presidensial.

Negara bangsa lahir dari kumpulan negara-negara yang sebelumnya


berbentuk kerajaan. Di satu sisi, kondisi geografis Negara Indonesia yang
terpencar dalam bentuk kepulauan merupakan medan yang cukup sulit untuk
disatukan. Namun keragaman itu dapat disatukan dalam satu identitas bangsa
Indonesia oleh kesamaan nasib yang dirasakan setiap negara-negara kerajaan
tersebut. Negara Indonesia sulit terwujud apabila para raja bersikukuh dengan
otoritas dirinya dan ingin mendirikan negaranya sendiri. Keadaan demikian
tentu mengindikasikan ada hal yang sangat kuat yang mampu menyatukan
beragam otoritas tersebut. Perasaan yang sama karena mengalami nasib yang
sama kiranya menjadi faktor yang sangat kuat. Selain daripada itu apabila
menggunakan pendekatan Weber sebagaimana tersebut di atas, maka kesatuan
sistem makna juga menjadi salah satu faktor pemersatu. Sistem makna
7

cenderung bersifat langgeng dan tetap meskipun pola perilaku dapat berbeda
atau berubah. Sistem makna yang membangun identitas Indonesia adalah nilai-
nilai sebagaimana termaktub dalam Pancasila. Nilai-nilai Pancasila
mengandung nilai-nilai yang merupakan sistem makna yang mampu
menyatukan keragaman bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut hidup dalam
sendi kehidupan di seluruh wilayah Indonesia. Tidak ada literatur yang
menunjukkan bahwa ada wilayah di Indonesia yang menganut paham ateis.
Seluruh masyarakat memahami adanya realitas tertinggi yang diwujudkan
dalam ritual-ritual peribadatan. Ada penyembahan bahkan pengorbanan yang
ditujukan kepada Zat yang Supranatural yaitu Tuhan. Masyarakat tidak
menolak ketika ‘Ketuhanan’ dijadikan sebagai dasar fundamental negara ini.

Bangsa Indonesia pada dasarnya murah hati, mencerminkan jiwa


kemanusiaan yang tinggi. Di tengah keberagaman, bangsa Indonesia dapat
bersatu, bersama-sama berjuang mengalahkan penjajah dan meraih
kemerdekaan, dan ini mencerminkan persatuan. Budaya musyawarah telah
berakar dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak zaman nenek moyang, serta
nilai keadilan senantiasa didengung-dengungkan dalam kehidupan masyarakat
Indonesia.

Dapat dikatakan bahwa identitas bangsa Indonesia yaitu Pancasila yang


terbentuk sebagai rumusan dari karakter bangsa Indonesia itu sendiri. Nilai-nilai
tersebut bersifat esoterik (substansial), ketika terjadi proses komunikasi, relasi
dan interaksi dengan bangsa-bangsa lain realitas eksoterik juga mengalami
perkembangan. Pemahaman dan keyakinan agama berkembang sehingga
terdapat paham baru di luar keyakinan yang sebelumnya dianut. Pemahaman
kemanusiaan juga berkembang karena berkembangnya wacana mengenai hak
asasi manusia (HAM). Kecintaan pada tanah air kerajaannya dileburkan dalam
kecintaan pada Indonesia. Pemerintahan yang monarki berubah menjadi
demokrasi.

Dengan demikian Pancasila betul-betul merupakan nilai dasar sekaligus


ideal untuk bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang merupakan identitas sekaligus
8

karakter bangsa (Kaelan, 2007: 52). Lima nilai dasar yang dirumuskan itu
adalah ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan adalah
realitas yang hidup di Indonesia.

C. Proses Berbangsa dan Bernegara

Bangsa adalah sekelompok besar manusia yang memiliki persamaan nasib


dalam proses sejarahnya, sehingga memiliki persamaan watak dan karakter
yang kuat untuk tinggal bersama disuatu wilayah tertentu untuk membentuk
suatu kesatuan nasional. Negara merupakan suatu wilayah dimana terdapat
sekelompok manusia yang melakukan kegiatan pemerintahan. (Latheva, 2016)
1. Pengertian bangsa dan negara menurut para ahli:
a. Otto Bauer
Bangsa adalah suatu peresatuan perangai yang timbul dari persamaan
nasib
b. Rawink
Bangsa adalah sekumpulan manusia yang bersatu pada satu wilayah
dan mempunyai keterikatan dengan wilayah tersebut. Dengan batas
teritori tertentu dan terletak dalam geografis tertentu.
c. Hans Kho
Bangsa adalah buah hasil tenaga hidup manusia dalam sejarah
d. Ernest Renan
Bangsa terbentuk karena adanya keinginan untuk hidup bersama
(sejarah & cita-cita)
2. Pengertian Negara menurut para ahli:
a. Benedictus de Spinoza
Negara adalah susunan masyarakat yang integral (kesatuan) antara
semua golongan dan bagian dari seluruh anggota masyarakat
(persatuan masyarakat organis)
b. Prof.Mr. Kranenburg
9

Negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang diciptakan oleh


sekelompok manusia yang disebut bangsa.
c. Prof.Mr. Soenarko
Negara adalah organisasi masyarakat di wilayah tertentu dengan
kekuasaan yang berlaku sepenuhnya sebagai kedaulatan.
3. Hakikat Negara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Negara
Negara adalah organisasi disuatu wilayah yang mempunyai kekuasaan
tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya
Negara adalah kelompok sosial yang menduduki wilayah atau daerah
tertentu yang diorganisasi dibawah lembaga politik dan pemerintah yang
efektif, mempunyai satu kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak
menentukan tujuan nasionalnya. Unsur-unsur Negara meliputi :
a. Unsur Konstitutif atau Unsur Pembentuk
1. Rakyat Yaitu orang-orang yang bertempat tinggal diwilayah itu,
tunduk pada kekuasaan negara dan mendukung negara yang
bersangkutan.
2. Wilayah Yaitu daerah yang menjadi kekuasaan negara serta
menjadi tempat tinggal bagi rakyat negara. Wilayah juga menjadi
sumber kehidupan rakyat negara . Wilayah negara mencakup
wilayah darat, laut dan udara
3. Pemerintah yang berdaulat Yaitu penyelenggaraan negara yang
memiliki kekuasaan menyelenggarakan pemerintahan di negara
tersebut. Pemerintahan tersebut memiliki kedaulatan baik
kedalam maupun keluar. Kedaulatan kedalam berarti negara
memiliki kekuasaan untuk ditaati oleh masyarakatnya.
Kedaulatan keluar artinya negara mempunyai kemampuan
mempertahankan diri dari serangan negara yang lain
b. Unsur Deklaratif, yaitu pengakuan dari negara lain.
Unsur deklaratif adalah unsur yang sifatnya menyatakan, bukan
unsur yang mutlak. Sifat-sifat Negara Sebagai organisasi kekuasaan
negara mempunyai sifat :
10

1. Memaksa
2. Monopoli
3. Mencakup semua
4. Teori Terjadinya Negara
a. Proses terjadinya Negara secara teoritis
1. Teori Hukum Alam
2. Kondisi alam tempat tumbuhnya manusia yang terus berkembang
dan membutuhkan aturan dan ketertiban hingga membentuk suatu
pemerintahan, dan menjadi negara
3. Teori Ketuhanan Segala sesuatu terjadi karena kehendak dan
ciptaan Tuhan
4. Teori Perjanjian Manusia menghadapi kondisi alam dan
menimbulkan manusia akan musnah bila tidak mengubah
hidupnya. Akhirnya mereka bersatu untuk mengatasi tantangan dan
menggunakan persatuan dalam gerak tunggal untuk kebutuhan
bersama.
b. Proses Terjadinya Negara di Zaman Modern
1. Penaklukan
2. Peleburan atau fusi
3. Pemecahan
4. Pemisahan diri
5. Perjuangan atau Revolusi
6. Penyerahan atau pemberian
Pendudukan atas wilayah yang belum ada pemerintahan sebelumnya
Bangsa dan Negara Indonesia Faktor-faktor penting bagi pembentukan
bangsa Indonesia sebagai berikut :
1. Adanya persamaan nasib , yaitu penderitaan bersama dibawah
penjajahan bangsa asing lebih kurang selama 350 tahun
2. Adanya keinginan bersama untuk merdeka , melepaskan diri dari
belenggu penjajahan
11

3. Adanya kesatuan tempat tinggal , yaitu wilayah nusantara yang


membentang dari Sabang sampai Merauke
4. Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan
keadilan sebagai suatu bang sa (Dr. Astawa, 2017)

D. Politik Identitas

Ada beberapa pemahaman yang muncul mengenai pemahaman tentang


politik identitas sebagai sebuah teori dalam ilmu politik. Memaknai politik
identitas harus dilekatkan pada konsep identitas itu sendiri, yang oleh Suparlan
disebut juga sebagai jati diri. Masih menurut Suparlan, identitas atau jati diri
adalah pengakuan terhadap seorang individu atau suatu kelompok tertentu yang
dikaitkan dilekatkannya rangkaian ciri-ciri atau karakteristik tertentu yang
menjadi satu kesatuan menyeluruh yang menandainya masuk dalam satu
kelompok atau golongan tertentu. Sementara Buchari dengan mengutip Jumadi
(2009) mengemukakan bahwa konsep identitas secara umum dapat dimaknai
sebagai sebuah citra yang membedakan individu atau suatu kelompok dengan
individu atau kelompok lain, hal tersebut dilakukan secara simultan dalam
interaksi sosial sampai memunculkan opini tertentu yang berkaitan dengan
keberadaan individu atau kelompok tersebut.

Secara teoritis politik identitas menurut Lukmantoro adalah politis untuk


mengedepankan kepentingan-kepentingan dari anggota-anggota suatu
kelompok karena memiliki kesamaan identitas atau karakteristik, baik
berbasiskan pada ras, etnisitas, jender, atau keagamaan. Politik identitas
merupakan rumusan lain dari politik perbedaan. Politik Identitas merupakan
tidakan politis dengan upaya-upaya penyaluran aspirasi untuk mempengaruhi
kebijakan, penguasaan atas distribusi nilai- nilai yang dipandang berharga
hingga tuntutan yang paling fundamental, yakni penentuan nasib sendiri atas
dasar keprimordialan. Dalam format keetnisan, politik identitas tercermin mula
dari upaya memasukan nilai- nilai kedalam peraturan daerah, memisahkan
12

wilayah pemerintahan, keinginan mendaratkan otonomi khusus sampai dengan


munculnya gerakan separatis. Sementara dalam konteks keagamaan politik
identitas terefleksikan dari beragam upaya untuk memasukan nilai-nilai
keagamaan dalam proses pembuatan kebijakan, termasuk menggejalanya perda
syariah, maupun upaya menjadikan sebuah kota identik dengan agama tertentu.

Sedangkan Cressida Heyes mendefinisikan politik identitas sebagai sebuah


penandaan aktivitas politis (Cressida Heyes, 2007). Sedangkan dalam
pengertian yang lebih luas politik identitas berkepentingan dengan pembebasan
dari situasi keterpinggiran yang secara spesifik mencakup konstituensi
(keanggotaan) dari kelompok dalam konteks yang lebih luas.Jika dicermati
Politik identitas sebenarnya merupakan nama lain dari biopolitik yang berbicara
tentang satu kelompok yang diidentikkan oleh karakteristik biologis atau
tujuan-tujuan biologisnya dari suatu titik pandang. Sebagai contoh adalah
politik ras dan politik gender. (Hellner, 1994:4). Menurut Agnes Heller politik
identitas adalah gerakan politik yang focus perhatiannya pada perbedaan
sebagai satu kategori politik utama. Politik identitas muncul atas kesadaran
individu untuk mengelaborasi identitas partikular, dalam bentuk relasi dalam
identitas primordial etnik dan agama.

Secara tegas, Cressida Heyes dalam Stanford Encyclopedia of Philosophy


mendefinisikan politik identitas sebagai penandaan aktivitas politis dalam
pengertian yang lebih luas dan teorisasi terhadap ditemukannya pengalaman-
pengalaman ketidakadilan yang dialami bersama anggota-anggota dari
kelompok-kelompok sosial tertentu. Ketimbang pengorganisasian secara
mandiri dalam ruang lingkup ideologi atau afilisasi kepartaian, politik identitas
berkepentingan atas pembebasan dari situasi keterpinggiran yang secara
spesifik mencakup konstituensi (keanggotaan) dari kelompok dalam konteks
yang lebih luas. Politik identitas seakan-akan meneguhkan adanya keutuhan
yang bersifat esensial tentang keberadaan kelompok sosial tertentu berdasarkan
identifikasi primordialitas.
13

Merujuk pada Castells yang mengatakan bahwa identitas merupakan atribut


yang melekat kepada seseorang secara kultural, masyarakat Tionghoa di
Indonesia secara tegas teridentifikasi sebagai kelompok masyarakat non
pribumi yang terpisah dari masyarakat asli Indonesia walaupun dalam diri
mereka melekat identitas kesukuan Indonesia seperti Jawa (Cina jawa), Batak
(Cina Batak), Manado (Cina manado), Betawi (Cina Benteng), dan lain lain.
Identifikasi tersebut tidak hanya diberikan oleh orang diluar Tionghoa tetapi
dilekatkan pula oleh komunitas mereka sendiri berdasarkan struktur silsilah
etnis mereka secara genetik dan budaya nenek moyang.

Politik identitas dikalangan orang Tionghoa bisa dengan sangat mudah


tampak pada streotip yang ditunjukkan dan menjadi asumsi umum misalnya
kebiasaan orang Tionghoa yang hidup berkelompok di wilayah tertentu (disebut
pecinan), perayaan tradisi yang dilakukan secara bersamaan seperti Imlek dan
Cap Go Meh, namun demikian, Castells juga menegaskan bahwa: “Identities
can also be originated from dominant institutions, they become identities only
when and if social actors internalize them and construct their meaning around
this internalization”. Castells mengemukakan bahwa identitas tidak hanya
tentang bagaimana individu mengidentifikasi dirinya sendiri, tetapi juga
bagaimana kelompok dominan memberikan klaim dan menginternalisasi
seseorang atau kelompok tertentu yang dilekatkan pada ciri-ciri dan streotif
yang dilekatkan pada mereka.

Dalam menentukan politik identitas, menurut Castells harus lebih dahulu


dilakukan identifikasi bagaimana konstruksi sebuah identitas muncul yang
menurutnya bisa dilihat dengan 3 model bentukkan identitas, yaitu:

a. Legitimizing identity atau legitimasi identitas, yaitu identitas yang


dibangun oleh institusi (penguasa) yang dominan ada dalam kehidupan
sosial. Institusi ini menunjukkan dominasinya dengan melekatkan
sebuah identitas tertentu pada seseorang atau kelompok.
14

b. Resistance identity atau resistensi identitas, yaitu identitas yang


dilekatkan oleh aktor aktor sosial tertentu dimana pemberian identitas
tersebut dilakukan dalam kondisi tertekan karena adanya dominasi
hingga memunculkan satu resistensi dan membentuk identitas baru yang
berbeda dari kebanyakan anggota komunitas sosial yang lain, konstruksi
identitas inilah yang oleh Coulhoun dimaknai sebagai politik identitas.

c. Project identity atau proyek identitas, konstruksi identitas pada model


ini dilakukan oleh aktor sosial dari kelompok tertentu dengan tujuan
membentuk identitas baru untuk bisa mencapai posisi posisi tertentu
dalam masyarakat, hal ini bisa terjadi sebagai implikasi dari gerakan
sosial yang bisa merubah struktur sosial secara keseluruhan.

Merujuk pada beberapa pemahaman diatas, politik identitas berakar pada


streotif yang dilekatkan dengan menggunakan perspektif primordialisme.
Mengikuti konsep polity Aristoteles, Primordialisme berarti “berperang ke luar
dan konsolidasi ke dalam”. Karena itu, politik identitas selalu diwarnai konflik
baik yang bersifat frontal maupun yang dialektik. Politik identitas selalu ada
dalam wilayah ketegangan antara superioritas dan inferioritas, antara mayoritas
dan minoritas. Dalam wacana pluralisme, ketika demokratisasi digulirkan dan
mendapatkan dukungan kuat dari konsep multikulturalisme, politik identitas
seolah menemukan kekuatannya, dimana keberadaan minoritas berubah dari
didiamkan menjadi dipertanyakan sekaligus diperjuangkan baik dengan
melakukan asimilasi maupun akulturasi yang bersifat sistemik.

Perjuangan politik identitas akan menemukan muaranya saat streotif yang


dilekatkan dapat disejajarkan dengan eksistensi kelompok dengan identitas lain
dan mendapatkan hak-hak yang sama dalam lingkup sosial, budaya dan politik,
hal tersebut bisa dilakukan dalam kultur demokrasi. Dari beberapa pemahaman
diatas, politik identitas dapat dipahami sebagai tindakan politis untuk
mengedepankan kepentingan-kepentingan dari anggotaanggota suatu kelompok
karena memiliki kesamaan identitas atau karakteristik, baik berbasiskan pada
15

ras, etnisitas, jender, atau keagamaan. Politik identitas merupakan rumusan lain
dari politik perbedaan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Identitas nasional adalah kepribadian nasional atau jati diri nasional yang
dimiliki suatu bangsa untuk membedakan bangsa satu dengan bangsa yang lain.
Identitas nasional sebagai karakter bangsa, Indonesia memiliki beribu etnik
harus menyatukan diri membentuk satu identitas yaitu Indonesia, suatu proses
yang sangat berat apabila tidak ada kelapangdadaan bangsa ini untuk bersatu.
Faktor-faktor pembentukan bangsa Indonesia sebagai berikut :

1. Adanya persamaan nasib , yaitu penderitaan bersama dibawah penjajahan


bangsa asing lebih kurang selama 350 tahun
2. Adanya keinginan bersama untuk merdeka , melepaskan diri dari belenggu
penjajahan
3. Adanya kesatuan tempat tinggal , yaitu wilayah nusantara yang
membentang dari Sabang sampai Merauke
4. Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan keadilan
sebagai suatu bang sa (Dr. Astawa, 2017)
Dari beberapa pendapat politik identitas dapat dipahami sebagai tindakan politis
untuk mengedepankan kepentingan-kepentingan dari anggota-anggota suatu
kelompok karena memiliki kesamaan identitas atau karakteristik, baik
berbasiskan pada ras, etnisitas, jender, atau keagamaan. Politik identitas
merupakan rumusan lain dari politik perbedaan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Astawa, I. P. (2017, September 24). Identitas Nasional. Simdos.unund, 36.


diakses pada September 28, 2022

Erwin, Muhamad. 2013.Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia.

Bandung: PT Refika Aditama

Kaelan, Achmad Zubaidi. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan

Tinggi. Yogyakarta: Paradigma

Kogoya Willius. 2013. Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan Bagi Mahasiswa


(Suatu Kompilasi). Bandung: Penerbit Widina.
Latheva. (2016, Mei 3). lathevha wordpress. diakses pada September 28, 2022

Srijanti, Koento Wibisono. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan Mengembangkan

Etika Berwarga Negara. Jakarta : Salemba Empat.

Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan. 2011. Pendidikan

Kewarganegaraan Paradigma Terbaru Untuk Mahasiswa. Bandung: Alfabeta

17

Anda mungkin juga menyukai