Anda di halaman 1dari 23

2 BILANGAN DAN LAMBANG BILANGAN

PENDAHULUAN

B ilangan merupakan bagian dari matematika yang telah menyatu dengan


kehidupan manusia, bahkan bilangan merupakan kebutuhan dasar manusia
dar semua lapisan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan ini dapat
ditunjukkan dengan fakta-fakta bahwa dengan menggunakan bilangan orang dapat
(1) menyebut banyak, sedikit, kurang, sama atau tambah, (2) memberikan harga
atau nilai kepada barang atau jasa dalam transaksi sehari-hari, dan (3) menyatakan
ciri, sifat atau keadaan benda sebagai hasil pengamatan dan pengukuran sehingga
antara lain diperoleh ukuran panjang, tinggi, kecepatan, jarak, temperature, dan
sebagainya. Adanya bilangan membantu manusia dalam melakukan perhitungan.
Pemahaman terhadap konsep dan makna bilangan dapat memberikan
pengetahuan dan wawasan yang kuat bahwa bilangan mempunyai sistem
numerasi. Dengan sistem numerasi ini, komunikasi dalam pembahasan bilangan
menjadi mudah dan lancer karena bahasa yang digunakan adalah sama yaitu
aturan main yang telah dihasilkan. Sebagaian dari pemahaman makna dan konsep
bilangan dapat diperoleh dari uraian tentang sejarah pengembangan bilangan.
Materi-materi pada bab 2 ini membahas tentang bilangan dan lambang
bilangan yaitu sejarah bilangan, sistem numerasi bilangan, sistem numerasi
Hindu-Arab, sistem angka Romawi, nilai tempat, pembelajaran bilangan dan
lambang bilangan di SD. Masalah yang kadang terjadi dalam pembelajaran
bilangan yaitu menghitung secara lisan atau hafalan di luar kepala tentang
bilangan yang dilakukan oleh siswa sering kali diartikan bahwa siswa tersebut
telah memahami konsep nilai tempat. Tapi banyak siswa yang dapat menghitung
secara benar namun tidak mempunyai pemahaman terhadap konsep nilai tempat.
Kesalahan yang paling sering ditemukan berkaitan dengan pemahaman nilai
tempat adalah kesalahan menyebutkan nominal suatu bilangan berdasarkan nilai
tempatnya. Contoh seorang anak menyebutkan nominal bilangan 7594 dengan
sebutan tujuh lima sembilan empat disebabkan kurang memahami nilai tempat.

16
Adapun tujuan pembelajaran bilangan dan lambang bilangan, anda
diharapkan:
1. Menjelaskan konsep bilangan
2. Menjelaskan konsep sistem numerasi bilangan
3. Menjelaskan konsep nilai tempat
4. Menjelaskan konsep bilangan dan lambang bilangan kepada siswa SD
dengan menggunakan media/alat peraga yang sesuai.
5. Memahami konsep nilai tempat dan memodelkannya denga alat peraga

A. Sejarah dan konsep bilangan


Apakah yang disebut bilangan? Nampaknya tidak
mudah untuk meyatakan kapan sebenarnya konsep bilangan
muncul. Para ahli hanya bisa mengatakan bilangan itu ada
sejak peradaban manusia pertama ada, di dorong oleh
keperluan bermasyarakat yaitu menghitung dan membandingkan, melakukan
barter atau menandai berlalunya hari. Jadi, tidak terdapat catatan sejarah
dimulainya pertama kali penggunaan bilangan, namanya maupun simbolnya.
Sebuah bilangan merupakan ide abstraksi untuk mewakili kuantitas. Tanda yang
digunakan untuk mewakili suatu angka pada zaman tersebut menggunakan
irisan-irisan atau ukiran yang digoreskan pada dinding gua, tulang atau kerikil
dan sebagainya.
Ada yang menganggap bahwa angka dan bilangan adalah dua hal yang
sama. Namun demikian, angka dan bilangan adalah dua hal yang berbeda. Dalam
hal ini, sebuah atau beberapa angka lebih berperan sebagai lambang tertulis atau
terketik dari sebuah bilangan. Dengan demikian, angka hanya diberi batasan hanya
ada 10 angka dasar yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dalam sistem bilangan basis 10.
Misalkan untuk menyatakan bilangan dua belas ditulis 12 yang terdiri dari dua
angka yaitu angka satu dan angka 2. Jadi, konsep bilangan bersifat abstrak
sedangkan angka menyatakan lambang dari bilangan itu, seperti dengan perbedaan
seseorang dengan namanya.

17
Bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan untuk
pencacahan dan pengukuran. Dalam matematika, konsep bilangan selama
bertahun-tahun lamanya telah diperluas untuk meliputi bilangan nol, bilangan
negatif, bilangan rasional, bilangan irasional, dan bilangan kompleks. Nomor
biasanya menunjuk pada satu atau lebih angka yang melambangkan sebuah
bilangan bulat dalam suatu barisan bilangan-bilangan bulat yang berurutan.
Misalnya kata nomor 3 menunjuk salah satu posisi urutan dalam barisan bilangan-
bilangan 1, 2, 3, 4, 5, dst. Kata nomor sangat erat terkait dengan pengertian urutan.
Teknik paling awal untuk mengungkapkan konsep bilangan atau gagasan
bilangan yaitu dengan cara membilang dengan goresan (tallying) yaitu
memasangkan atau membuat korespondensi antara masing-masing benda dengan
coretan/goresan. Jadi pada dasarnya pekerjaan membilang adalah pekerjaan
membandingkan. Hasil dari kegiatan membandingkan dengan cara
memasangkan satu-satu adalah hubungan sama banyak atau tidak sama banyak.
Jika hubungan tidak sama banyak diperoleh, maka dapat ditentukan mana yang
lebih banyak dan mana yang kurang.
Seiring perkembangan zaman muncul berbagai coretan berupa symbol
untuk mempresentasikan suatu bilangan sehingga kita dapat mengenal bilangan-
bilangan yang sering kita jumpai. Sistem tally merupakan sistem awal numerasi
yang disimbolkan dengan benda seperti tulang, batang kayu dan yang lainnya.
Secara sederhana, sistem numerasi ini di dapat dengan menggunakan garis
vetikal (goresan) untuk masing-masing objek yang di hitung. Sistem ini hanya
menggunakan satu symbol, sederhana, tetapi untuk bilangan besar maka cara
penulisan dan membacanya serta menghitungnya akan sulit dilakukan.
Untuk empat bilangan pertama

Dan seterusnya
1 2 3 4

Jadi untuk menuliskan symbol 16 dengan numerasi tally

18
Seiring perkembangan pemikiran dan kebutuhan, sistem talli
dikembangkan dalam memudahkan penulisan dengan mengelompokkan 5 angka
dengan menyilangkan satu symbol pada empat symbol.

Penemuan sistem numerasi atau sistem angka seperti halnya dengan


penemuan alphabet atau penemuan roda merupakan karya besar manusia.
Dengan penemuan-penemuan tersebut, manusia dapat mewariskan pengetahuan
dan keterampilannya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sistem numerasi
berkembang sejalan perkembangan manusia dari berbagai suku bangsa.
Banyaknya suku bangsa dari berbagai belahan dunia melahirkan sistem numerasi
yang beraneka macam.

B. Sistem Numerasi
Sistem numerasi ialah sistem memberi nama bilangan. Sistem ini
mempunyai simbol-simbol pokok atau simbol dasar. Simbol-simbol dasar ini
dengan aturan penggabungan lambang bilangan dipakai untuk menulis lambang
bilangan yang merupakan nama dari bilangan itu. Sistem numerasi berkembang
seiring dengan perkembangan manusia yang terdiri dari berbagai suku bangsa
dari berbagai belahan dunia yang melahirkan sistem numerasi yang beraneka
macam. Misalnya sistem numerasi Hindu-Arab, yaitu seperti 2, 3, 2, 4; sistem
numerisasi Romawi, seperti II, IV, IX dan lain-lain.
Sesuai urutan waktunya, beberapa sistem numerasi yang dikenal adalah
sistem numerasi Mesir Kuno, sistem Babilonia, sistem Yunani Kuno, sistem
numerasi Mayan, sistem Jepang-China, sistem numerasi Romawi, sistem Hindu-
Arab dan sebagainya.
1. Sistem Numerasi Mesir Kuno
Menurut sejarah, Mesir termasuk bangsa yang mempuyai kebudayaan
tinggi. Contohnya di Mesir terdapat banguna-banguna yang sangat besar yang
terkenal bangunan piramida, spinks, dan obeliks. Bangunan-bangunan tersebut

19
dibangun oleh bangsa yang mempunyai kebudayaan tinggi yang mampu
menciptakan bangunan yang megah.
Bangsa Mesir kuno telah mengenal alat tulis sederhana menyerupai
kertas yang disebut papyrus. Tulisan Mesir kuno diperkirakan berkembang
pada tahun 3400 SM. Sistem numerasi Mesir kuno bersifat aditif dimana nilai
suatu bilangan merupakan hasil penjumlahan nilai-nilai lambangnya.
Lambang-lambang sistem Mesri kuno disebut Hieroglif seperti pada gambar
berikut:

Notasi matematika Mesir Kuno bersifat decimal (berbasis 10) dan


didasarkan pada lambang-lambang hieroglif untuk tiap nilai perpangkatan 10
(1, 10, 100, 1000, … 106). Tiap-tiap symbol dapat ditulis sebanyak apapun
sesuai dengan bilangan yang diinginkan, sehingga untuk menuliskan bilangan
delapan puluh atau delapan ratus, symbol 10 atau 100 ditulis sebanyak 8 kali.

2. Sistem Numerasi Babilonia


Sistem numerasi Babilonia dikembangkan sekitar 2400 SM sekitar waktu
bersamaan dengan sistem Mesir Kuno. Sistem penulisan bilangan bangsa
Babylonia dikenal dengan cuneiform, dari kata “cuneus” yang bermakna
“irisan atau belahan” dan kata “forma” yang bermakna “bentuk”. Tulisan dan
angka bangsa Babilonia sering juga disebut sabagai tulisan paku karena
bentuknya seprti paku. Orang Babilonia menuliskan huruf paku menggunakan
tongkat yang berbentuk segitiga yang memanjang (prisma segitiga) dengan
cara menekannya pad lempeng tanah liat yang masih basah sehingga
menghasilkan cekungan segitiga yang meruncing menyerupai gambar paku.

20
Tidak seperti orang-orang dari Mesir, Yunani dan Romawi, angka
Babilonia menggunakan sistem tempat-nilai yang benar, di mana angka yang
ditulis di kolom sebelah kiri mewakili nilai-nilai yang lebih besar, sama seperti
dalam sistem desimal modern, meskipun tentu saja menggunakan basis 60
bukan basis 10.

Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan


seksagesimal (basis 60). Dari sinilah diturunkannya penggunaan bilangan 60
detik untuk sementi, 60 menit untuk sejam dan 360 (60 x 6) derajat untuk satu
kali putaran. Selain itu, penggunaan detik dan menit pada busur lingkaran yang
menggunakan pecahan derajat.
3. Sistem Numerasi Maya
Sistem numerasi Maya dikembangkan pada masa peradaban bangasa
Maya Kuno di wilayah yang sekarang dikenal semenanjung Yucatan di Mexico
Tenggara. Bangsa Maya sangat handal dalam bidang astronomi dengan
mengembangkan kalender yang terdiri dari 360 hari, sistem penulisan, dan
sistem numerasi dengan basis 20. Bangsa Maya menjadi bangsa pertama yang
menggunakan sistem nilai tempat dan symbol untuk nol.
Tulisan atau angka yang dikembangkan bangsa Maya bentuknya sangat
aneh,berupa bulatan lingkaran kecil dan garis-garis. Hal ini tentu dipengaruhi
oleh alat tulis yang dipakai, yaitu tongkat yang penampangnya lindris (bulat),
sehingga dengan cara menusukkan tongkat ke tanah liat akan berbekas
lingkaran atau dengan meletakkan tingkat mereka sehingga berbekas aris.

21
Sistem numerasi Maya berbasis 20 (vigesimal) yang hanya menggunakan
tiga simbol yaitu sistem cengkerang, batang dan titik. Suatu titik mewakili
nilai satu, batang mewakili lima dan cengkerang mewakili nol. Seperti sistem
numerasi sekarang, nilai tempat digunakan untuk mengembangkan sistem
numerasi maya untuk mendapatkan angka yang lebih besar. Bagaimanapun,
sistem ini mempunyai dua perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan
sistem yang kita gunakan sekarang, yaitu 1) nilai tempat disusun secara
menegak, dan 2) menggunakan basis 20 (vigesimal). Berikut lambang dari
numerasi suku Maya:

Untuk menuliskan angka lebih besar dari 19, sistem Maya menggunakan
symbol dasar 0 – 19 dan nilai tempat. Namun, terdapat dua perbedaan yang
signifikan antara sistem bilangan Maya dengan sistem bilangan yang lain. Suku
Maya menulis bilangan mereka secara vertical dengan satu bilangan di atas
bilangan yang lain. Di sisi lain, sistem bilangan Maya menggunakan aturan
basis dua puluh. Hal ini berarti bilangan di posisi kedua memiliki nilai 20 kali
bilangan tersebut. Namun, dimulai dari posisi ketiga dan seterusnya, nilai
bilangan ditempat ketiga dikalikan dengan 18 x 20n atau 18(20)n. Penjelasan
dari fakta ini, bahwa tahun resmi suku Maya terdiri dari 360 hari. Jadi dalam
penulisan numerasi suku Maya menyesuaikan dengan sistem kalender mereka
yang memiliki 18 bulan dari 20 hari.
Contoh 2.1:
Bilangan 326 = 16(2) + 6(1) dalam symbol maya ditulis

22
 16(20) = 320
 6(1) = 6
Contoh 2.2:
Bilangan 2.776 = 7(18)(20) + 12(20) + 16(1) dalam symbol maya ditulis
 7(18 x 20) = 2520
 12(20) = 240
 16(1) = 16
Soal:
Tulis kembali bilangan berikut ke dalam sistem numerasi Maya
a. 60 c. 2.422
b. 106 d. 65.526
4. Sistem Numerasi Romawi
Sistem angka Romawi berkembang sekitar permulaan tahun 100 Masehi
yang digunakan sebagian besar bangas Eropa sampai abad ke-18. Bilangan
Romawi bahkan sampai sekarang masih banyak digunakan seperti pada jam
dinding, bangunan-bangunan, halaman pengantar buku, dan lain-lain. Sistem
numerasi Romawi mempunyai beberapa lambang dasar yaitu I, V, X, L, C, D,
M secara lengkap disajikan pada tabel berikut:
Lambang Romawi Lambang Hindu-Arab
I 1
V 5
X 10
L 50
C 100
D 500
M 1000

Sistem angka Romawi tidak mempunyai nilai tempat. Ketika beberapa


lambang dikombinasikan, lambang-lambang tersedut ditulis bagian demi
bagian. Ketika suatu angka terdiri dari dua lambang dasar dan satu bilangan
yang lebih kecil dari yang lain, maka berlaku “penjumlahan” jika lambang
pada bagian kanan menyatakan bilangan yang lebih kecil. Demikian pula

23
sebaliknya, akan berlaku “pengurangan” jika bilangan yang bagian kiri lebih
kecil. Untuk lebih jelasnya, berikut aturan-aturan dalam sistem numerasi
Romawi.
1. Sistem Romawi mempunyai sifat adiptif dan multiplikatif
Sifat adiptif (penjumlahan)
CCLXXXI memilik arti 100+100+50+10+10+10+1 atau 281
Sifat multiplikatif (perkalian) untuk bilangan yang besar dengan
menambahkan symbol “bar” yang nilainy sama dengan 1000
´ =15 x 1000=15.000
XV
´ =15 x 1000 x 1000=15 x 1000 2=15.000.000
XV
2. Bila suatu angka terdiri dari dua lambang dasar maka nilai tersebut
a) Sama dengan jumlah nilai kedua bilangan tersebut, jika lambang-
lambangnya mempunyai nilai yang menurun dari kiri ke kanan (nilai
yang paling tinggi terletak di sebelah kiri).
Contoh:
VI = 5 + 1 = 6
XI = 10 + 1 = 11
LX = 50 + 10 = 60
b) Sama dengan selisih nilai kedua bilangan tersebut, jika lambang-
lambangnya mempunyai nilai yang menaik (nilai yang paling tinggi
terletak di sebelah kanan).
Contoh:
IV = 5 – 1 = 4
IX = 10 – 1 = 9
XC = 100 – 10 = 90
3. Banyaknya lambang yang diletakkan di sebelah kiri lambang yang
dikurangi hanya satu lambang, sedangkan sebelah kanan boleh bertambah
sampai tiga lambang dengan lambang yang sama.
4. Lambang bilangan yang sama dalam penulisannya hanya dapat diulang
maksimal 3 kali.

24
5. Huruf pengurang hanyalah pangkat 10 seperti I, X dan C. Jangan
mengurangkan huruf dari huruf yang besarnya lebih dari 10 kali. Ini berarti
kita hanya bisa mengurangkan I dengan V dan X, X dengan L dan C, serta
C dengan D dan M.
Contoh:
1999 bukan MIM tetapi 1999 = 1000+900+90+9 = M+CM+XC+IC =
MCMXCIC
6. Kurangkan hanya satu huruf dari sebuah angka tunggal.
VIII = 8 bukan IIX
XIX = 19 bukan IXX
7. Karena sistem numerasi Romawi mempunyai dasar (basis) 10 maka dalam
penulisannya, lambang-lambang dasar yang bukan perpangkatan 10 tidak
dijajarkan dalam penulisannya
Contoh:
10 = X bukan VV
100 = C bukan LL
5. Sistem Numerasi Hindu-Arab
Sistem numerasi Hindu-Arab merupakan sistem numerasi yang paling
banyak digunakan sampai sekarang. Sistem ini berasal dari India dan dikirim ke
Baghdad yang diterjemahkan dalam bahasa Arab kemudian di kirim ke Eropa.
Sistem ini merupakan sistem berbasis 10 dengan aturan nilai tempatnya. Sistem
numerasi Hindu-Arab ini mempunyai sifat:
a. Menggunakan 10 lambang dasar yang disebut angka yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8, 9;
b. Bilangan yang lebih dari 10 dinyatakan dalam perpangkatan 10.
Bilangan-bilangan yang lebih besar daripada 9 dinyatakan sebagai bentuk
suku-suku yang merupakan kelipatan dari perpangkatan 10. Antar suku
dipisahkan oleh tanda plus
c. Menggunakan sistem bilangan dasar sepuluh (basis 10). Artinya setiap
sepuluh satuan dikelompokkan menjadi satu puluhan, setiap sepuluh
puluhan menjadi satu ratusan, dan seterusnya.

25
d. Sistem nilai tempat. Nilai tempat memberikan nilai dari sebuah bilangan
bergantung pada penempatan sebuah bilangan tersebut. Sebagai contoh
dalam bilangan 5555, sama – sama menggunakan angka 5 tetapi memiliki
arti yang berbeda sesuai dengan posisi nilai tempat dari masing-masing
bilangan tersebut. Setiap digit pada bilangan 5555 dapat diklasifikasikan
dari kanan ke kiri yaitu 5 memiliki tempat satuan, atau 5 x 10 0, 5 memiliki
tempat puluhan atau 5 x 101, 5 memiliki tempat ratusan atau 5 x 102 dan 5
yang satunya lagi memiliki tempat ribuan atau 5 x 103. Jadi, nilai tempat
tersebut didasarkan pada pangkat dari 10 sehingga disebut sistem decimal.
e. Bersifat adiptif dan multiplikatif. Nilai dari bilangan Hindu-Arab diperoleh
dengan mengalikan setiap nilai tempat dengan digit yang bersesuaian
(multiplikatif) dan menambahkan semua dari hasil perkalian (adiptif)
Contoh:
Bilangan 5427

Nilai tempat Ribuan Ratusan Puluhan Satuan


Angka
5 4 2 7
Nilai Bilangan
5 x 1000 + 4 x 100 + 2 x 10 + 7 x 1
Atau
5 x 103 + 4 x 102 + 2 x 101 + 7 x 100
Nilai
5427

Menyatakan sebuah bilangan sebagai penjumlahan dengan angka yang


dikali dengan nilai tempatnya disebut dengan bentuk notasi ekspansi.
Sedangkan angka 5427 sebagai bentuk baku bilangan atau notasi standar
bilangan.

Soal:
1. Berikan nilai tempat dari masing-masing digit bilangan
305.964
2. Tuliskan masing-masing bilangan berikut ke dalam notasi
ekspansi

26
a. 85.427 b. 1.251.609

C. Sistem Bilangan Nondesimal


Sistem Hindu-Arab merupakan sistem decimal yang didasarkan pada
lambang dari sistem Hindu –Arab terdiri dari 10 lambang dasar. Penentuan
bahwa sistem angka Hindu – Arab sebagai sistem decimal mungkin disebabkan
karena banyaknya jari kita ada sepuluh. Seandainya jumlah jari kita ada 12,
kemungkinan sistem angka 12 yang digunakan.
Angka nondesimal dapat diidentifikasi dengan memperhatikan
indeksnya. Sebagai contoh 3457 berarti suatu angka untuk basis 7, 341 8
menyatakan bilangan berbasis 8 dan seterusnya. Andaikan bahwa suatu basis
tujuh atau basis nondesimal lainnya, angka suatu bilangan diberikan dan akan
dicari bilangan decimal untuk bilangan tersebut. angka decimal dapat dicari
dengan menuliskan suatu perluasan angka dengan cara menyederhanakannya.
Contoh:
Carilah angka decimal untuk 12345!
Penyelesaian
12345 = 1x53 + 2x52 + 3x51 + 4x50
= 125 + 50 + 15 + 4
= 19410
Contoh:
Carilah angka basis lima untuk 19410!
Penyelesaian:
194
5 sisa 4
38
5 sisa 3
7
5 sisa 2
1

Dibaca dari bawah ke atas, sehingga hasil dari 194 dalam basis 5 adalah 12345

27
Berikut tabel penjumlahan dan perkalian dalam sistem basis lima:
+ 0 1 2 3 4 x 0 1 2 3 4
0 0 1 2 3 4 0 0 0 0 0 0
1 1 2 3 4 10 1 0 1 2 3 4
2 2 3 4 10 11 2 0 2 2 11 13
3 3 4 10 11 12 3 0 3 11 14 22
4 4 10 11 12 13 4 0 4 13 22 31

Soal:
Buatlah tabel penjumlahan dan perkalian untuk sistem angka
nondesimal untuk basis 7 dan basis 8.

Dari semua sistem angka nondesimal, yang sering dibahas adalah angka
nondesimal basis dua atau bilangan biner. Sistem angka basis dua hanya
mempunyai dua lambang dasar yaitu 0 dan 1. Bilangan biner sering digunakan
dalam penggunaan program komputer. Berikut beberapa bilangan biner yaitu 1,
10, 110, 100, 111, 1001, …. Hal dasar yang perlu di ingat ketika bekerja pada
sistem angka basis 2 adalah 0+0=0, 0+1=1, 1+1=10, 0x0=0, 0x1=0 dan 1x1=1.
Mengubah bilangan biner ke bilangan decimal ataupun sebaliknya seperti pada
contoh basis lima.
Contoh:
Tulis bilangan 11012 dalam notasi decimal (basis10)
Penyelesaian:
11012 = 1x23 + 1x22 + 0x21 + 1x20
=8+4+0+1
= 1310
Contoh:
Tulislah 4510 dalam notasi biner (basis dua)
Penyelesaian:

28
45
2 sisa 1
22
2 sisa 0
11
2 sisa 1
5
2 sisa 1
2
2 sisa 1
1

Jadi hasil 4510 dalam notasi biner (basis dua) adalah 1111012
Mengubah sistem angka nondesimal (bilangan basis baik itu basis dua,
lima, tujuh dan delapan) dengan cara melakukan perkalian bilangan tersebut
dengan bilangan basisnya yang dipangkatkan. Sebaliknya, mengubah sistem
angka decimal ke sistem angka nondesimal dengan melakukan pembagian
bilangan decimal dengan bilangan basis tujuan (basis 2, 5, 7 atau 8) hingga tidak
dapat dilakukan lagi dengan pembagian. Jadi, mengubah bilangan basis ke
bilangan decimal demikian pula sebaliknya dengan mengingat masing-masing
bilangan basis mempresentasikan perpangkatan dengan basis 2, 5, 7 atau 8

D. Nilai Tempat
Untuk menyebut hasil membilang diperlukan bilangan, dan untuk
menyatakan bilangan perlu lambang. Tentu saja kurang praktis dan mepersulit
pekerjaan jika setiap dua bilangan yang berbeda mempunyai lambang atau
susunan lambang yang sama sekali berbeda. Dewasa ini penggunaan lambang
bilangan dalam matematika umumnya menggunakan sistem angka Hindu – Arab
karena sistem ini menyatakan bilangan dengan angka 0 – 9 dan mempunyai nilai
tempat. Pada penulisan bilangan bulat tertentu, angka yang terletak paling kanan
adalah satuan, selanjutnya puluhan, ratusan, ribuan dan seterusnya.
Dalam sistem ini, angka no memiliki peranan penting sebagai pengisi
kedudukan. Sebagai contoh bilangn 205 membutuhkan angka nol untuk mengisi
kedudukan letak angka puluhan. Jika angka nol tidak ada maka akan sangat
berbeda nilai dari setiap angka karena yang terbentuk adalah bilangan 25.

29
Nilai tempat merupakan nilai yang diberikan untuk sebuah angka
berdasarkan letak angka tersebut dalam penulisannya. Contoh pada bilangan 48,
angka 4 memiliki nilai tempat puluhan dengan nilai 40, sedangkan angka 8
menempati nilai tempat satuan. Misalkan juga pada bilangan 333, ketiga angka
bilangan tersebut sama-sama menggunakan angka tiga tapi nilai letak ketiga
angka tersebut mempunyai letak nilai yang berbeda. Angka 3 paling kiri terletak
pada nilai ratusan, 3 yang ditengah bernilai puluhan sedangkan letak angka 3
paling kiri mempunyai letak pada satuan. Jadi pada sistem Hindu – Arab dengan
adanya nilai tempat ini dengan menggunakan angka yang sama tetapi karena
letak yang berbeda akan memberikan makna yang berbeda.
Nilai tempat pada bilangan pecahan decimal sangat ditentukan berapa
banyak angka yang dituliskan dibelakang tanda koma. Misalkan pada bilangan
68. Jika dikanan angka 8 pada lambang bilangan 68 dibubuhkan koma decimal,
maka hal itu tidak mengubah nilai tempat dari bilangan 68 tetapi member nilai
tempat kepada angka-angka di kanan koma decimal dengan pola nila tempat
yang sama. Sebagai contoh 68,375 maka nilai tempat 68 tetap, kemudian nilai
tempat setelah koma decimal 375 menempati nilai sebagai berikut:
1 1 1
Nilai tempat angka 3 adalah x nilai tempat angka 3 = x 1=
10 10 10
1 1 1 1
Nilai tempat angka 7 adalah x nilai tempat angka 7 = x =
10 10 10 100
1 1 1 1 1
Nilai tempat angka 5 adalah x nilai tempat angka 5 = x x =
10 10 10 10 1000
Begitu seterusnya begitu pola tersebut jika ada angka setelah angka 5.
Contoh:
125,304

perseribuan
perseratusan
persepuluhan
satuan
puluhan
ratusan

30
Kesalahan yang sering didapatkan berkaitan dengan nilai tempat adalah
kesalahan menyebutkan nominal suatu bilangan berdasarkan nilai tempatnya.
Seorang anak menyebutkan nominal 7594 dengan sebutan tujuh lima Sembilan
empat. Sebaliknya, ada juga yang masih salah dalam penulisan bilangan yang
terdiri dari tiga angka. Contohnya ketika siswa ditugaskan menuliskan tiga ratus
Sembilan, ada siswa yang menulis 390.
Pada bilangan yang melibatkan bilangan decimal, sering dijumpai
misalkan bilangan 1,25 dibaca satu koma duapuluh lima seharusnya dibaca satu
koma dua lima. Kesalahan ini disebabkan siswa terbiasa dengan penyebutan
duapuluh lima untuk bilangan yang ditulis …25 tanpa memperhatikan nilai
tempatnya. Kesalahan in berdampak pada kesulitan membandingkan nilai
pecahan decimal. Contoh siswa menganggap 12,15 > 12,5 karena 15 > 5 tanpa
memperhatikan nilai tempat dibelakang tanda koma desimal.
Berikut contoh lembar kerja konsep nilai tempat

31
32
E. Pembelajaran Bilangan dan Lambangnya
Pembelajaran lambang bilangan oleh peserta didik pada kelas I – III dengan
sasaran bilangan dan lambangnya, urutan bilangan dan nilai tempat. Berdasarkan
kurikulum 2013, kompetensi dasar matematika di kelas rendah adalah membilang

33
banyak benda, mengurutkan banya benda, menentukan nilai tempat. Saat
memperkenalkan lambang bilangan, peserta didik mempunyai pemahaman dan
pengetahuan dalam kegiatan memasangkan unsur-unsur, menyebut sama, tidak
sama, lebih dari, kuran dari. Mengenalkan lambang bilangan dapat menggunakan
benda-benda kongrit seperti pensil, kelereng, kerikil, dan lain sebagainya.
a. Pembelajaran bilangan dan lambangnya
Berikut salah satu cara mengenalkan lambang bilangan (sumber: buku
tematik Kelas 1, tema 1):
Membilang gambar, lalu menyebut banyaknya (LK 1).

Pada LK 1, peserta didik, diperkenalkan banyaknya unsur suatu himpunan. Jadi


dalam memperkenalkan konsep bilangan, peserta didik dapat memahami suatu
konsep jika diberikan dalam berbagai bentuk penyajian tentang konsep yan
dimaksud. Misalkan konsep satu (1), jika benda tersebut jumlahnya atau pada LK
1, siswa yang sendiri, itu dikatakan 1. Misalkan konsep tiga (3), pada LK 1,
konsep 3 ditunjukkan dengan banyaknya siswa. Atau pada gambar berikut ada
balon, buku, pensil, kesemuanya adalah 3.

34
Menemukan pasangan gambar yang sama banyak (LK 2).

Memasangkan gambar dengan lambang bilangannya (LK2):

35
Kemudian berlatih menuliskan lambang bilangan

b. Pembelajaran Nilai Tempat


Dalam suatu pembelajaran terutama matematika, alat bantu pembelajaran
berfungsi untuk mengkonretkan matematika yang bersifat abstrak. Selain itu,
alat bantu pembelajaran akan dapat memberikan pengalaman siswa dalam
menemukan sendiri atau memberikan pengalaman kepada siswa, memotivasi
siswa, menunjukkan penggunaan matematika dalam kehidupan sehari.
Berikut beberapa alat peraga yang digunakan dalam mengenalkan nilai
tempat:
1. Batang Cussionaire (Blok Dienes)

36
2. Rumah Bilangan

3. Kantong Bilangan

TUGAS:
Buatlah skenario pembelajaran tentang pembelajaran bilangan dan lambangnya
disertai dengan media/alat peraga yang digunakan.

LATIHAN

1. Menurut Anda, apa yang terjadi jika semua orang tidak mengenal bilangan?
2. Tuliskan paling sedikit 3 contoh kegunaan bilangan dari masing-masing
kegiatan berikut:
a. Transportasi
b. Komunikasi
c. Olahraga
d. Kedokteran

37
3. Sebutkan paling sedkit tiga sistem numerai yang dikenal dalam sejarah.
Jelaskan perbedaan diantara ketiganya yang berkaitan dengan lambangnya
dan cara penulisannya.
4. Tulislah dalam angka Romawi yang sesuai dengan:
a. 27
b. 35
c. 239
d. 99
e. 1799
f. 444
5. Gantilah setiap anka Romawi berikut ke sistem angka Hindu-Arab
a. CXXIX d. MCMLXIV
b. DXLVII ´
e. XIX
c. MCMLXV ´ XXV
f. XC
6. Kerjakanlah operasi berikut:
a. CM + XIV
b. MLII + CMV
c. CLII + CCCXXVII
7. Ubahlah bilangan dengan basis nondesimal berikut ke dalam bilangan basis
sepuluh
a. 3135 c. 3148
b. 21347 d. 10112
8. Ketika diskusi kelas, A mengatakan kepada B bahwa untuk sistem numerasi
Romawi bilangan yang boleh diulang hanya I, X, C, M dan tidak boleh
diulangan lebih dari tiga kali. Benar atau salah pernyataan dari A? Jelaskan!
9. Dedy menulis 147 dalam numerasi Romawi dengan CXLVII, sedangkan
Tono menuliskan dengan CXXXXVII. Apakah kedua anak tersebut memiliki
jawaban yang betul? Apa pendapatmu?
10. Tulislah kembali nilai berikut ke dalam numerasi Hindu – Arab
a. (3 x 104) + (5 x 102) + 4
b. (2 x 102) + (7 x 10) + 9

38

Anda mungkin juga menyukai