PENDAHULUAN
16
Adapun tujuan pembelajaran bilangan dan lambang bilangan, anda
diharapkan:
1. Menjelaskan konsep bilangan
2. Menjelaskan konsep sistem numerasi bilangan
3. Menjelaskan konsep nilai tempat
4. Menjelaskan konsep bilangan dan lambang bilangan kepada siswa SD
dengan menggunakan media/alat peraga yang sesuai.
5. Memahami konsep nilai tempat dan memodelkannya denga alat peraga
17
Bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan untuk
pencacahan dan pengukuran. Dalam matematika, konsep bilangan selama
bertahun-tahun lamanya telah diperluas untuk meliputi bilangan nol, bilangan
negatif, bilangan rasional, bilangan irasional, dan bilangan kompleks. Nomor
biasanya menunjuk pada satu atau lebih angka yang melambangkan sebuah
bilangan bulat dalam suatu barisan bilangan-bilangan bulat yang berurutan.
Misalnya kata nomor 3 menunjuk salah satu posisi urutan dalam barisan bilangan-
bilangan 1, 2, 3, 4, 5, dst. Kata nomor sangat erat terkait dengan pengertian urutan.
Teknik paling awal untuk mengungkapkan konsep bilangan atau gagasan
bilangan yaitu dengan cara membilang dengan goresan (tallying) yaitu
memasangkan atau membuat korespondensi antara masing-masing benda dengan
coretan/goresan. Jadi pada dasarnya pekerjaan membilang adalah pekerjaan
membandingkan. Hasil dari kegiatan membandingkan dengan cara
memasangkan satu-satu adalah hubungan sama banyak atau tidak sama banyak.
Jika hubungan tidak sama banyak diperoleh, maka dapat ditentukan mana yang
lebih banyak dan mana yang kurang.
Seiring perkembangan zaman muncul berbagai coretan berupa symbol
untuk mempresentasikan suatu bilangan sehingga kita dapat mengenal bilangan-
bilangan yang sering kita jumpai. Sistem tally merupakan sistem awal numerasi
yang disimbolkan dengan benda seperti tulang, batang kayu dan yang lainnya.
Secara sederhana, sistem numerasi ini di dapat dengan menggunakan garis
vetikal (goresan) untuk masing-masing objek yang di hitung. Sistem ini hanya
menggunakan satu symbol, sederhana, tetapi untuk bilangan besar maka cara
penulisan dan membacanya serta menghitungnya akan sulit dilakukan.
Untuk empat bilangan pertama
Dan seterusnya
1 2 3 4
18
Seiring perkembangan pemikiran dan kebutuhan, sistem talli
dikembangkan dalam memudahkan penulisan dengan mengelompokkan 5 angka
dengan menyilangkan satu symbol pada empat symbol.
B. Sistem Numerasi
Sistem numerasi ialah sistem memberi nama bilangan. Sistem ini
mempunyai simbol-simbol pokok atau simbol dasar. Simbol-simbol dasar ini
dengan aturan penggabungan lambang bilangan dipakai untuk menulis lambang
bilangan yang merupakan nama dari bilangan itu. Sistem numerasi berkembang
seiring dengan perkembangan manusia yang terdiri dari berbagai suku bangsa
dari berbagai belahan dunia yang melahirkan sistem numerasi yang beraneka
macam. Misalnya sistem numerasi Hindu-Arab, yaitu seperti 2, 3, 2, 4; sistem
numerisasi Romawi, seperti II, IV, IX dan lain-lain.
Sesuai urutan waktunya, beberapa sistem numerasi yang dikenal adalah
sistem numerasi Mesir Kuno, sistem Babilonia, sistem Yunani Kuno, sistem
numerasi Mayan, sistem Jepang-China, sistem numerasi Romawi, sistem Hindu-
Arab dan sebagainya.
1. Sistem Numerasi Mesir Kuno
Menurut sejarah, Mesir termasuk bangsa yang mempuyai kebudayaan
tinggi. Contohnya di Mesir terdapat banguna-banguna yang sangat besar yang
terkenal bangunan piramida, spinks, dan obeliks. Bangunan-bangunan tersebut
19
dibangun oleh bangsa yang mempunyai kebudayaan tinggi yang mampu
menciptakan bangunan yang megah.
Bangsa Mesir kuno telah mengenal alat tulis sederhana menyerupai
kertas yang disebut papyrus. Tulisan Mesir kuno diperkirakan berkembang
pada tahun 3400 SM. Sistem numerasi Mesir kuno bersifat aditif dimana nilai
suatu bilangan merupakan hasil penjumlahan nilai-nilai lambangnya.
Lambang-lambang sistem Mesri kuno disebut Hieroglif seperti pada gambar
berikut:
20
Tidak seperti orang-orang dari Mesir, Yunani dan Romawi, angka
Babilonia menggunakan sistem tempat-nilai yang benar, di mana angka yang
ditulis di kolom sebelah kiri mewakili nilai-nilai yang lebih besar, sama seperti
dalam sistem desimal modern, meskipun tentu saja menggunakan basis 60
bukan basis 10.
21
Sistem numerasi Maya berbasis 20 (vigesimal) yang hanya menggunakan
tiga simbol yaitu sistem cengkerang, batang dan titik. Suatu titik mewakili
nilai satu, batang mewakili lima dan cengkerang mewakili nol. Seperti sistem
numerasi sekarang, nilai tempat digunakan untuk mengembangkan sistem
numerasi maya untuk mendapatkan angka yang lebih besar. Bagaimanapun,
sistem ini mempunyai dua perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan
sistem yang kita gunakan sekarang, yaitu 1) nilai tempat disusun secara
menegak, dan 2) menggunakan basis 20 (vigesimal). Berikut lambang dari
numerasi suku Maya:
Untuk menuliskan angka lebih besar dari 19, sistem Maya menggunakan
symbol dasar 0 – 19 dan nilai tempat. Namun, terdapat dua perbedaan yang
signifikan antara sistem bilangan Maya dengan sistem bilangan yang lain. Suku
Maya menulis bilangan mereka secara vertical dengan satu bilangan di atas
bilangan yang lain. Di sisi lain, sistem bilangan Maya menggunakan aturan
basis dua puluh. Hal ini berarti bilangan di posisi kedua memiliki nilai 20 kali
bilangan tersebut. Namun, dimulai dari posisi ketiga dan seterusnya, nilai
bilangan ditempat ketiga dikalikan dengan 18 x 20n atau 18(20)n. Penjelasan
dari fakta ini, bahwa tahun resmi suku Maya terdiri dari 360 hari. Jadi dalam
penulisan numerasi suku Maya menyesuaikan dengan sistem kalender mereka
yang memiliki 18 bulan dari 20 hari.
Contoh 2.1:
Bilangan 326 = 16(2) + 6(1) dalam symbol maya ditulis
22
16(20) = 320
6(1) = 6
Contoh 2.2:
Bilangan 2.776 = 7(18)(20) + 12(20) + 16(1) dalam symbol maya ditulis
7(18 x 20) = 2520
12(20) = 240
16(1) = 16
Soal:
Tulis kembali bilangan berikut ke dalam sistem numerasi Maya
a. 60 c. 2.422
b. 106 d. 65.526
4. Sistem Numerasi Romawi
Sistem angka Romawi berkembang sekitar permulaan tahun 100 Masehi
yang digunakan sebagian besar bangas Eropa sampai abad ke-18. Bilangan
Romawi bahkan sampai sekarang masih banyak digunakan seperti pada jam
dinding, bangunan-bangunan, halaman pengantar buku, dan lain-lain. Sistem
numerasi Romawi mempunyai beberapa lambang dasar yaitu I, V, X, L, C, D,
M secara lengkap disajikan pada tabel berikut:
Lambang Romawi Lambang Hindu-Arab
I 1
V 5
X 10
L 50
C 100
D 500
M 1000
23
sebaliknya, akan berlaku “pengurangan” jika bilangan yang bagian kiri lebih
kecil. Untuk lebih jelasnya, berikut aturan-aturan dalam sistem numerasi
Romawi.
1. Sistem Romawi mempunyai sifat adiptif dan multiplikatif
Sifat adiptif (penjumlahan)
CCLXXXI memilik arti 100+100+50+10+10+10+1 atau 281
Sifat multiplikatif (perkalian) untuk bilangan yang besar dengan
menambahkan symbol “bar” yang nilainy sama dengan 1000
´ =15 x 1000=15.000
XV
´ =15 x 1000 x 1000=15 x 1000 2=15.000.000
XV
2. Bila suatu angka terdiri dari dua lambang dasar maka nilai tersebut
a) Sama dengan jumlah nilai kedua bilangan tersebut, jika lambang-
lambangnya mempunyai nilai yang menurun dari kiri ke kanan (nilai
yang paling tinggi terletak di sebelah kiri).
Contoh:
VI = 5 + 1 = 6
XI = 10 + 1 = 11
LX = 50 + 10 = 60
b) Sama dengan selisih nilai kedua bilangan tersebut, jika lambang-
lambangnya mempunyai nilai yang menaik (nilai yang paling tinggi
terletak di sebelah kanan).
Contoh:
IV = 5 – 1 = 4
IX = 10 – 1 = 9
XC = 100 – 10 = 90
3. Banyaknya lambang yang diletakkan di sebelah kiri lambang yang
dikurangi hanya satu lambang, sedangkan sebelah kanan boleh bertambah
sampai tiga lambang dengan lambang yang sama.
4. Lambang bilangan yang sama dalam penulisannya hanya dapat diulang
maksimal 3 kali.
24
5. Huruf pengurang hanyalah pangkat 10 seperti I, X dan C. Jangan
mengurangkan huruf dari huruf yang besarnya lebih dari 10 kali. Ini berarti
kita hanya bisa mengurangkan I dengan V dan X, X dengan L dan C, serta
C dengan D dan M.
Contoh:
1999 bukan MIM tetapi 1999 = 1000+900+90+9 = M+CM+XC+IC =
MCMXCIC
6. Kurangkan hanya satu huruf dari sebuah angka tunggal.
VIII = 8 bukan IIX
XIX = 19 bukan IXX
7. Karena sistem numerasi Romawi mempunyai dasar (basis) 10 maka dalam
penulisannya, lambang-lambang dasar yang bukan perpangkatan 10 tidak
dijajarkan dalam penulisannya
Contoh:
10 = X bukan VV
100 = C bukan LL
5. Sistem Numerasi Hindu-Arab
Sistem numerasi Hindu-Arab merupakan sistem numerasi yang paling
banyak digunakan sampai sekarang. Sistem ini berasal dari India dan dikirim ke
Baghdad yang diterjemahkan dalam bahasa Arab kemudian di kirim ke Eropa.
Sistem ini merupakan sistem berbasis 10 dengan aturan nilai tempatnya. Sistem
numerasi Hindu-Arab ini mempunyai sifat:
a. Menggunakan 10 lambang dasar yang disebut angka yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8, 9;
b. Bilangan yang lebih dari 10 dinyatakan dalam perpangkatan 10.
Bilangan-bilangan yang lebih besar daripada 9 dinyatakan sebagai bentuk
suku-suku yang merupakan kelipatan dari perpangkatan 10. Antar suku
dipisahkan oleh tanda plus
c. Menggunakan sistem bilangan dasar sepuluh (basis 10). Artinya setiap
sepuluh satuan dikelompokkan menjadi satu puluhan, setiap sepuluh
puluhan menjadi satu ratusan, dan seterusnya.
25
d. Sistem nilai tempat. Nilai tempat memberikan nilai dari sebuah bilangan
bergantung pada penempatan sebuah bilangan tersebut. Sebagai contoh
dalam bilangan 5555, sama – sama menggunakan angka 5 tetapi memiliki
arti yang berbeda sesuai dengan posisi nilai tempat dari masing-masing
bilangan tersebut. Setiap digit pada bilangan 5555 dapat diklasifikasikan
dari kanan ke kiri yaitu 5 memiliki tempat satuan, atau 5 x 10 0, 5 memiliki
tempat puluhan atau 5 x 101, 5 memiliki tempat ratusan atau 5 x 102 dan 5
yang satunya lagi memiliki tempat ribuan atau 5 x 103. Jadi, nilai tempat
tersebut didasarkan pada pangkat dari 10 sehingga disebut sistem decimal.
e. Bersifat adiptif dan multiplikatif. Nilai dari bilangan Hindu-Arab diperoleh
dengan mengalikan setiap nilai tempat dengan digit yang bersesuaian
(multiplikatif) dan menambahkan semua dari hasil perkalian (adiptif)
Contoh:
Bilangan 5427
Soal:
1. Berikan nilai tempat dari masing-masing digit bilangan
305.964
2. Tuliskan masing-masing bilangan berikut ke dalam notasi
ekspansi
26
a. 85.427 b. 1.251.609
Dibaca dari bawah ke atas, sehingga hasil dari 194 dalam basis 5 adalah 12345
27
Berikut tabel penjumlahan dan perkalian dalam sistem basis lima:
+ 0 1 2 3 4 x 0 1 2 3 4
0 0 1 2 3 4 0 0 0 0 0 0
1 1 2 3 4 10 1 0 1 2 3 4
2 2 3 4 10 11 2 0 2 2 11 13
3 3 4 10 11 12 3 0 3 11 14 22
4 4 10 11 12 13 4 0 4 13 22 31
Soal:
Buatlah tabel penjumlahan dan perkalian untuk sistem angka
nondesimal untuk basis 7 dan basis 8.
Dari semua sistem angka nondesimal, yang sering dibahas adalah angka
nondesimal basis dua atau bilangan biner. Sistem angka basis dua hanya
mempunyai dua lambang dasar yaitu 0 dan 1. Bilangan biner sering digunakan
dalam penggunaan program komputer. Berikut beberapa bilangan biner yaitu 1,
10, 110, 100, 111, 1001, …. Hal dasar yang perlu di ingat ketika bekerja pada
sistem angka basis 2 adalah 0+0=0, 0+1=1, 1+1=10, 0x0=0, 0x1=0 dan 1x1=1.
Mengubah bilangan biner ke bilangan decimal ataupun sebaliknya seperti pada
contoh basis lima.
Contoh:
Tulis bilangan 11012 dalam notasi decimal (basis10)
Penyelesaian:
11012 = 1x23 + 1x22 + 0x21 + 1x20
=8+4+0+1
= 1310
Contoh:
Tulislah 4510 dalam notasi biner (basis dua)
Penyelesaian:
28
45
2 sisa 1
22
2 sisa 0
11
2 sisa 1
5
2 sisa 1
2
2 sisa 1
1
Jadi hasil 4510 dalam notasi biner (basis dua) adalah 1111012
Mengubah sistem angka nondesimal (bilangan basis baik itu basis dua,
lima, tujuh dan delapan) dengan cara melakukan perkalian bilangan tersebut
dengan bilangan basisnya yang dipangkatkan. Sebaliknya, mengubah sistem
angka decimal ke sistem angka nondesimal dengan melakukan pembagian
bilangan decimal dengan bilangan basis tujuan (basis 2, 5, 7 atau 8) hingga tidak
dapat dilakukan lagi dengan pembagian. Jadi, mengubah bilangan basis ke
bilangan decimal demikian pula sebaliknya dengan mengingat masing-masing
bilangan basis mempresentasikan perpangkatan dengan basis 2, 5, 7 atau 8
D. Nilai Tempat
Untuk menyebut hasil membilang diperlukan bilangan, dan untuk
menyatakan bilangan perlu lambang. Tentu saja kurang praktis dan mepersulit
pekerjaan jika setiap dua bilangan yang berbeda mempunyai lambang atau
susunan lambang yang sama sekali berbeda. Dewasa ini penggunaan lambang
bilangan dalam matematika umumnya menggunakan sistem angka Hindu – Arab
karena sistem ini menyatakan bilangan dengan angka 0 – 9 dan mempunyai nilai
tempat. Pada penulisan bilangan bulat tertentu, angka yang terletak paling kanan
adalah satuan, selanjutnya puluhan, ratusan, ribuan dan seterusnya.
Dalam sistem ini, angka no memiliki peranan penting sebagai pengisi
kedudukan. Sebagai contoh bilangn 205 membutuhkan angka nol untuk mengisi
kedudukan letak angka puluhan. Jika angka nol tidak ada maka akan sangat
berbeda nilai dari setiap angka karena yang terbentuk adalah bilangan 25.
29
Nilai tempat merupakan nilai yang diberikan untuk sebuah angka
berdasarkan letak angka tersebut dalam penulisannya. Contoh pada bilangan 48,
angka 4 memiliki nilai tempat puluhan dengan nilai 40, sedangkan angka 8
menempati nilai tempat satuan. Misalkan juga pada bilangan 333, ketiga angka
bilangan tersebut sama-sama menggunakan angka tiga tapi nilai letak ketiga
angka tersebut mempunyai letak nilai yang berbeda. Angka 3 paling kiri terletak
pada nilai ratusan, 3 yang ditengah bernilai puluhan sedangkan letak angka 3
paling kiri mempunyai letak pada satuan. Jadi pada sistem Hindu – Arab dengan
adanya nilai tempat ini dengan menggunakan angka yang sama tetapi karena
letak yang berbeda akan memberikan makna yang berbeda.
Nilai tempat pada bilangan pecahan decimal sangat ditentukan berapa
banyak angka yang dituliskan dibelakang tanda koma. Misalkan pada bilangan
68. Jika dikanan angka 8 pada lambang bilangan 68 dibubuhkan koma decimal,
maka hal itu tidak mengubah nilai tempat dari bilangan 68 tetapi member nilai
tempat kepada angka-angka di kanan koma decimal dengan pola nila tempat
yang sama. Sebagai contoh 68,375 maka nilai tempat 68 tetap, kemudian nilai
tempat setelah koma decimal 375 menempati nilai sebagai berikut:
1 1 1
Nilai tempat angka 3 adalah x nilai tempat angka 3 = x 1=
10 10 10
1 1 1 1
Nilai tempat angka 7 adalah x nilai tempat angka 7 = x =
10 10 10 100
1 1 1 1 1
Nilai tempat angka 5 adalah x nilai tempat angka 5 = x x =
10 10 10 10 1000
Begitu seterusnya begitu pola tersebut jika ada angka setelah angka 5.
Contoh:
125,304
perseribuan
perseratusan
persepuluhan
satuan
puluhan
ratusan
30
Kesalahan yang sering didapatkan berkaitan dengan nilai tempat adalah
kesalahan menyebutkan nominal suatu bilangan berdasarkan nilai tempatnya.
Seorang anak menyebutkan nominal 7594 dengan sebutan tujuh lima Sembilan
empat. Sebaliknya, ada juga yang masih salah dalam penulisan bilangan yang
terdiri dari tiga angka. Contohnya ketika siswa ditugaskan menuliskan tiga ratus
Sembilan, ada siswa yang menulis 390.
Pada bilangan yang melibatkan bilangan decimal, sering dijumpai
misalkan bilangan 1,25 dibaca satu koma duapuluh lima seharusnya dibaca satu
koma dua lima. Kesalahan ini disebabkan siswa terbiasa dengan penyebutan
duapuluh lima untuk bilangan yang ditulis …25 tanpa memperhatikan nilai
tempatnya. Kesalahan in berdampak pada kesulitan membandingkan nilai
pecahan decimal. Contoh siswa menganggap 12,15 > 12,5 karena 15 > 5 tanpa
memperhatikan nilai tempat dibelakang tanda koma desimal.
Berikut contoh lembar kerja konsep nilai tempat
31
32
E. Pembelajaran Bilangan dan Lambangnya
Pembelajaran lambang bilangan oleh peserta didik pada kelas I – III dengan
sasaran bilangan dan lambangnya, urutan bilangan dan nilai tempat. Berdasarkan
kurikulum 2013, kompetensi dasar matematika di kelas rendah adalah membilang
33
banyak benda, mengurutkan banya benda, menentukan nilai tempat. Saat
memperkenalkan lambang bilangan, peserta didik mempunyai pemahaman dan
pengetahuan dalam kegiatan memasangkan unsur-unsur, menyebut sama, tidak
sama, lebih dari, kuran dari. Mengenalkan lambang bilangan dapat menggunakan
benda-benda kongrit seperti pensil, kelereng, kerikil, dan lain sebagainya.
a. Pembelajaran bilangan dan lambangnya
Berikut salah satu cara mengenalkan lambang bilangan (sumber: buku
tematik Kelas 1, tema 1):
Membilang gambar, lalu menyebut banyaknya (LK 1).
34
Menemukan pasangan gambar yang sama banyak (LK 2).
35
Kemudian berlatih menuliskan lambang bilangan
36
2. Rumah Bilangan
3. Kantong Bilangan
TUGAS:
Buatlah skenario pembelajaran tentang pembelajaran bilangan dan lambangnya
disertai dengan media/alat peraga yang digunakan.
LATIHAN
1. Menurut Anda, apa yang terjadi jika semua orang tidak mengenal bilangan?
2. Tuliskan paling sedikit 3 contoh kegunaan bilangan dari masing-masing
kegiatan berikut:
a. Transportasi
b. Komunikasi
c. Olahraga
d. Kedokteran
37
3. Sebutkan paling sedkit tiga sistem numerai yang dikenal dalam sejarah.
Jelaskan perbedaan diantara ketiganya yang berkaitan dengan lambangnya
dan cara penulisannya.
4. Tulislah dalam angka Romawi yang sesuai dengan:
a. 27
b. 35
c. 239
d. 99
e. 1799
f. 444
5. Gantilah setiap anka Romawi berikut ke sistem angka Hindu-Arab
a. CXXIX d. MCMLXIV
b. DXLVII ´
e. XIX
c. MCMLXV ´ XXV
f. XC
6. Kerjakanlah operasi berikut:
a. CM + XIV
b. MLII + CMV
c. CLII + CCCXXVII
7. Ubahlah bilangan dengan basis nondesimal berikut ke dalam bilangan basis
sepuluh
a. 3135 c. 3148
b. 21347 d. 10112
8. Ketika diskusi kelas, A mengatakan kepada B bahwa untuk sistem numerasi
Romawi bilangan yang boleh diulang hanya I, X, C, M dan tidak boleh
diulangan lebih dari tiga kali. Benar atau salah pernyataan dari A? Jelaskan!
9. Dedy menulis 147 dalam numerasi Romawi dengan CXLVII, sedangkan
Tono menuliskan dengan CXXXXVII. Apakah kedua anak tersebut memiliki
jawaban yang betul? Apa pendapatmu?
10. Tulislah kembali nilai berikut ke dalam numerasi Hindu – Arab
a. (3 x 104) + (5 x 102) + 4
b. (2 x 102) + (7 x 10) + 9
38