Anda di halaman 1dari 15

Nama : Irawati

Kelas : 29 F

Nim : 1947242040

1. Jelaskan bagaimana dasar pemikiran filosofis, sosiologis, dan hukum


dari penyelenggaraan pendidikan kewarganegaraan? dan jelaskan
bagaimana pentingnya belajar PKn!

Jawab :

Dasar pemikiran hukum

1)Undang-Undang Dasar 1945

a)Pembukaan UUD 1945. Pembukaan alinea kedua tentang cita-cita mengisi


kemerdekaan dan alinea keempat khusus tentang tujuan negara, yaitu keamanan
dan kesejahteraan.

b)Pasal 27 (3) (II), setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara. Pasal 30 ayat (1) (II), tiap-tiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 31 ayat (1) (IV),
setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Pasal 28 A-J tentang Hak
Asasi Manusia.

2)Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982

Undang-undang No. 20/1982 adalah tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok


Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara 1982 No.
51, TLN 3234).

a)Pasal 18 Hak dan Kewajiban warga negara yang diwujudkan dengan


keikutsertaan dalam upaya bela negara diselenggarakan melalui pendidikan
pendahuluan bela negara sebagai bagian tidak terpisahkan dalam sistem
pendidikan nasional.

b)Pasal 19 ayat (2) Pendidikan Pendahuluan Bela Negara wajib diikuti oleh setiap
warga negara dan dilaksanakan secara bertahap, yaitu:

(1)Tahap awal pada pendidikan tingkat dasar sampai menengah dan dalam
gerakan Pramuka.
(2)Tahap lanjutan dalam bentuk Pendidikan Kewiraan pada tingkat Pendidikan
Tinggi.

3)Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan


berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang
Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar
Mahasiswa, serta Nomor 45/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi
telah ditetapkan bahwa Pendidikan Agama, Pendidikan Bahasa dan Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan kelompok mata kuliah Pengembangan Kepribadian
yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi atau kelompok
program studi.

4)Surat Keputusan Dirjen Dikti Nomor 43 Tahun 2006

Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan


Nasional Republik Indonesia Nomor 43/DIKTI/2006 tentang Rambu-Rambu
Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Tinggi.

Sumber :
https://www.kompasiana.com/agusprasetyo/550ad6e4813311490eb1e69a/landas
an-tujuan-visi-misi-dan-kompetensi-penyelenggaraan-pendidikan-
kewarganegaraan-di-perguruan-tinggi#:~:text=Kompetensi%20lulusan
%20pendidikan%20kewarganegaraan%20adalah,Filsafat%20Pancasila%2C
%20menerapkan%20Konstitusi%20Negara

Pentingnya belajar PKn

Setiap kali kita mendengar kata kewarganegaraan, secara tidak langsung otak
merespon dan mengaitkan kewarganegaraan dengan pelajaran kewarganegaraan
pada saat sekolah, dan mata kuliah kewarganegaraan pada saat kita kuliah. Bisa
jadi kata kewarganegaraan di dalam memori otak tersimpan kuat karena setiap
tahun dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas ada pelajaran
kewarganegaraan yang harus dipelajari, dan ternyata saat kuliah juga ada. Dan di
dalam bangku perkuliahan kita akan mempelajari lebih dalam seberapa
pentingnya pendidikan kewarganegaraan bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar
bela negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan
mengembangkan jati diri dan moral bangsa dalam perikehidupan bangsa.
Pendidikan kewarganegaraan sangat penting. Dalam konteks Indonesia,
pendidikan kewarganegaraan itu berisi antara lain mengenai pruralisme yakni
sikap menghargai keragaman, pembelajaran kolaboratif, dan kreatifitas.
Pendidikan itu mengajarkan nilai-nilai kewarganegaraan dalam kerangka identitas
nasional.

HAL-HAL PENTING DALAM PKN


1. Pendidikan kewarganegaraan mengajarkan siswa untuk mampu memahami dan
melaksanakan hak dan kewajiban secara sopan santun, jujur, dan demokratis serta
ihklas sebagai warga negara terdidik dalam kehidupannya selaku warganegara
Republik Indonesia yang bertanggung jawab bersama. Ini merupakan hal yang
mendasar dalam pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Tanggung jawab sangat
penting dalam proses ini.
2. Dalam pembelajaran ini dibahas lagi tentang bagaimana kita warga negara
untuk ikut dalam berpolitik. Karena akan kepedulian terhadap politik kita bangsa
Indonesia. Tanpa kekacauan merupakan hal terpenting dalam menjaring hubungan
yang baik antara warga dan pemerintah.
3. Memberikan pengajaran kepada siswa untuk saling memahami sesama warga
neraga. Saling tenggang rasa, toleransi dan saling menghormati satu sama lainnya.
4. Memberikan pengetahuan kepada para siswa dan pelajar mengenai sistem
pemerintahan dan tentang peraturan negara yang berlaku baik yang tertulis
maupun yang tidak tertulis. Juga untuk membuka kesadaran kita akan pentingnya
bela dan cinta tanah air. Karena kita hidup disini dan secara bersama.

Dengan ini, sesungguhnya Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting untuk


diajarkan oleh anak d idik bangsa kita sendiri. Sesungguhnya pendidikan
kewarganegaraan tidak hanya harus di ajar tetapi juga harus di laksanakan, karena
pendidikan kewarganegaraan juga membawa ajaran dari pancasila yang juga harus
kita amalkan baik perbuatan atau segala macamnya. ( Sumber :
https://www.kompasiana.com/kastirah/555476efb67e616114ba55c7/pentingnya-
pendidikan-kewarganegaraan#:~:text=Pendidikan%20kewarganegaraan
%20sangat%20penting.&text=Pendidikan%20kewarganegaraan%20mengajarkan
%20siswa%20untuk,Indonesia%20yang%20bertanggung%20jawab%20bersama.

dasar pemikiran filosofis


Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu mata kuliah wajib umum dapat
ditelusuri dari berbagai upaya bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan
serta menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia antara lain:

a. Perjuangan para pahlawan dari berbagai pelosok tanah air untuk melawan
penjajahan, Pangeran Diponegoro, Untung Surapati, Imam Bonjol, Hasanuddin,
Cut Nyak Dien.

b. Pergerakan dengan mendirikan berbagai organisasi pemuda, seperti Boedi


Oetomo, Muhammadiyah, Nadhatul Ulama, Taman Siswa sebagai wujud
Kebangkitan Nasional yang bergerak dalam bidang pendidikan, keagamaan, sosial
kemasyarakatan sebagai perwujudan Kebangkitan Nasional.

c. Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 sebagai perwujudan tekad dan


semangat para pemuda untuk bertanah air satu tanah air Indonesia, berbangsa satu
bangsa Indonesia, dan berbahasa persatuan bahasa Indonesia.

d. Pada masa penjajahan Jepang, para pemuda mempersiapkan untuk mendirikan


negara Indonesia sebagai suatu negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan
makmur.

e. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.

f. Perjuangan bangsa Indonesia pada masa awal kemerdekaan untuk menghadapi


Belanda yang ingin menjajah dan menguasai kembali Indonesia.

g. Perjuangan bangsa Indonesia dalam menghadapi pengkhianatan,


pemberontakan, penyelewengan, dan separatis. (sumber :
https://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/MKDU411102-
M1.pdf

dasar pemikiran sosiologis :

bangsa indonesia memiliki budaya yang beragam dan multikultural berdasarkan


etnis dan bahasa. Masyarakat indonesia mengakui dan menghargai lintas budaya,
betapa pun kecilnya. Perbedaan ini harus dipandang sebagai potensi kekuatan
bangsa. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, keragaman ini di ikat dalam
aturan dan norma untuk menjaga harmoni kehidupan untuk mewujudkan
kesadaran moral dan hukum.

Arus informasi yang berdampak pada goyahnya jati diri bangsa, diperlukan
komitmen kebangsaan untuk mewujudkan cintah tanah air, kesadaran bela negara,
persatuan nasional dalam suasana saling menghargai keberagaman, persatuan
dalama keberagaman budaya, adat istiadat , tradisi harus dibina dan ditingkatkan
secara demokratis, terpola dan terus menerus.

2. Jelaskan juga bagaimana muatan materi pendidikan


kewarganegaraan di sekolah dasar pada kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) 2006 dan Kurikulum 2013?

Jawab :

PKn Dalam Kurikulum Nasional 2006

Kurikulum merupakan seperangkat perencanaan dan pengaturan mengenai tujuan


isi dan bahan pengajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyediaan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang diberlakukan Departemen
Pendidikan Nasional melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP),
sesungguhnya dimaksudkan untuk mempertegas pelaksanaan KBK (Kurikulum
Berbasis Kompetensi) artinya kurikulum baru ini tetap memberikan tekanan pada
pengembangan kompetensi siswa.

KTSP untuk jenjang pendidikan dasar dikembangkan oleh sekolah (komite


sekolah) dengan berpedoman pada standar isi dan standar kompetensi lulusan
serta panduan penyusunan kurikulum yang diterbitkan oleh BSNP.
Pengembangan KTSP berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki potensi
sentral untuk mengembangkan potensinya agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini selaras dengan tujuan mata pelajaran
PKn.

Kurikulum 2006 atau yang dikenal dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional pendidikan yang disusun
dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan yang berlaku dewasa ini di
Indonesia. KTSP diberlakukan mulai tahun ajaran 2006/2007 yang menggantikan
kurikulum 2004 (KBK). Dalam kurikulum 2006 (KTSP) materi keilmuwan mata
pelajaran Pkn mencakup dimensi pengetahuan (knowledge),  ketrampilan (skills),
dan nilai (values). Sejalan dengan ide pokok mata pelajaran Pkn yang membentuk
warga negara yang ideal yaitu warga negara yang memiliki keimanan dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-
nilai sesuai dengan konsep dan prinsip-prinsip PKn. Pada gilirannya warga
Negara yang baik tersebut diharapkan dapat membantu terwujudnya masyarakat
yang demokratis.

Adapun hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan KTSP adalah


sebagai berikut:
1.    Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia
2.    Peningkatan potensi, kecerdasan sesuai dengan tingkat perkembangan dan
kemampuan peserta didik
3.    Perkembangan IPTEK dan Seni
4.    Dinamika perkembangan global
5.    Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
6.    Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
Hal-hal tersebut di atas mempunyai prinsip dan tujuan yang sama dengan mata
pelajaran PKn di sekolah dasar karena secara ideal PKn bertujuan untuk
membentuk warga negara yang memiliki wawasan berbangsa dan bernegara serta
nasionalisme yang tinggi. Di dalam Kurikulum nasional 2006, terdiri atas ruang
lingkup dalam KTSP 2006 meliputi 8 substansi kajian yaitu :
1.      Persatuan dan Kesatuan bangsa
2.      Norma, hukum, dan peraturan
3.      Hak Asasi Manusia
4.      Kebutuhan warga negara
5.      Konstitusi negara
6.      Kekuasaan dan politik
7.      Pancasila
8.      Globalisasi

PKn Dalam Kurikulum 2013


Mulai Tahun Pelajaran 2013/2014 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan
memberlakukan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 adalah pengembangan 2006.
Menurut Pasal 1 ayat (19) Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20
Tahun 2003 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Selanjutnya Tujuan Pendidikan nasional sebagaimana telah dirumuskan
dalam Undang-undang Nomer 20 Tahun 2003 adalah untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Kurikulum 2013 dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan insan Indonesia
supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Kurikulum
adalah instrumen pendidikan untuk dapat membawa insan Indonesia memiliki
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga dapat menjadi pribadi
dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif.

Beberapa poin penting yang perlu dipahami dalam penyusunan kurikulum 2013
antara lain:
1.      Penataan Ulang PKn menjadi PPKn
Salah satu langkah dalam penyusunan kurikulum 2013 adalah penataan ulang PKn
menjadi PPKn, dengan rincian sebagai berikut:
a.       Mengubah nama mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).
b.      Menempatkan mata pelajaran PPKn sebagai bagian utuh dari kelompok
mata pelajaran yang memiliki misi pengokohan kebangsaan. Mengorganisasikan
SK-KD dan indikator PPKn secara nasional dengan memperkuat nilai dan moral
Pancasila, nilai dan norma UUD NKRI Tahun 1945, nilai dan semangat Bhinneka
Tunggal Ika, serta wawasan dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia
c.       Memantapkan pengembangan peserta didik dalam dimensi: (1) pengetahuan
kewarganegaraan, (2) sikap kewarganegaraan, (3) keterampilan kewarganegaraan,
(4) keteguhan kewarganegaraan, (5) komitmen kewarganegaraan, dan (6)
kompetensi kewarganegaraan.
d.      Mengembangkan dan menerapkan berbagai model pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik PPKn yang berorientasi pada pengembangan karakter peserta
didik sebagai warga negara yang cerdas dan baik secara utuh
e.       Mengembangkan dan menerapkan berbagai model penilaian proses
pembelajaran dan hasil belajar PPKn.

2.      Hakikat dari PPKn


Menurut (Sumber : Balitbang Puskurbuk Kemdibud, 2012) salah satu
pertimbangan PKn berubah kembali menjadi PPKn adalah karena pada pada
kurikulum 2006, Pancasila tidak dimunculkan secara eksplisit sehingga (seolah)
hilang dalam Kurikulum PKn walau ada pokok bahasa yang khusus membahas
tentang Pancasila, hanya porsinya sedikit. Oleh karena itu, saat ini Pancasila
dimunculkan kembali untuk mengingatkan kepada kita semua bahwa karakteristik
Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia berlandaskan kepada Pancasila, tidak
mengadopsi secara mentah-mentah nilai-nilai pendidikan kewarganegaraan versi
barat (Amerika) yang membuat kondisi demokrasi di Indonesia kebablasan seperti
saat ini. Masuknya kembali Pancasila sebagai bagian dari perubahan mata
pelajaran PKn menjadi PPKn adalah sebagai bagian dari penguatan 4 (empat)
pilar kebangsaan yang meliputi: Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Bhinneka
Tunggal Ika, dan NKRI. Keempat pilar tersebut saling terkait antara satu dengan
yang lain, dan kesemuanya dijiwai oleh Pancasila.

Pasal 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. PPKn merupakan mata
pelajaran yang sangat relevan untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional tersebut.

Nama PPKn sebenarnya bukan hal yang baru pada kurikulum pendidikan
nasional. Pada Kurikulum 1994 nama PPKn juga muncul, kemudian pada
kurikulum 2006 “hilang”, dan pada Kurikulum 2013 Pancasila dimunculkan
kembali. Pada kurikulum 2006 disebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Sedangkan pada kurikulum 2013 Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan
untuk mengembangkan peserta didik menjadi manusia Indonesia yang memiliki
rasa kebangsaan dan cinta tanah air, yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila dan
UUD 1945.

3.      Ruang lingkup kurikulum/substansi utama perubahan PKn menjadi


PPKn
PKn 2006 meliputi:
a.    Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi; hidup rukun dalam perbedaan, cinta
lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan
NKRI, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap NKRI,
keterbukaan dan jaminan keadilan.
b.    Norma, Hukum, dan Peraturan, meliputi; tertib dalam kehidupan keluarga,
tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan
daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum
dan peradulan nasional, hukum dan peradilan internasional.
c.    Hak Asasi Manusia, meliputi; hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban
anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan,
penghormartan dan perlindungan HAM.
d.    Kebutuhan Warga Negara, meliputi; hidup gotong royong, harga diri sebagai
warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan
pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan
warga negara.
e.    Konstitusi Negara, meliputi; Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi-
konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan
konstitusi.
f.     Kekuasaan dan Politik, meliputi; pemerintahan desa dan kecamatan,
pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem
politik, budaya politik. Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem
pemerintahan, pers dalam masyarakat madani.
g.    Pancasila, meliputi; kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
negara. Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila sebagai ideologi terbuka
h.    Globalisasi, meliputi; globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan
organisasi internasional dan mengevaluasi globalisasi.

Ruang lingkup kurikulum/substansi PPKn 2013 meliputi:


a.    Pancasila, sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa.
b.    UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, sebagai hukum dasar yang
menjadi landasan konstitusional kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
c.    Bhinneka Tunggal Ika, sebagai wujud keberagaman kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam keberagaman yang kohesif dan
utuh
d.    Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sebagai bentuk negara
Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa terdapat penyederhanaan dari
kurikulum 2006 ke kurikulum 2013. Hal-hal yang dibahas pada pada kurikulum
2006 bukan berarti dihilangkan atau tidak diajarkan pada kurikulum 2013, tetapi
hal tersebut dikaitkan dengan penguatan empat pilar kebangsaan.

Empat pilar kebangsaan merupakan empat nilai atau empat ajaran yang pada
mulanya disosialisasikan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sejak
tahun 2009. Hal ini dilandasi atas keprihatinan semakin lunturnya kepribadian dan
jati diri bangsa. Bangsa Indonesia seolah-olah menjadi bangsa yang lupa terhadap
nilai-nilai yang dulu diperjuangkan para pendiri bangsa. Gejolak sosial terjadi di
banyak daerah. Kekerasan, pemaksaan kehendak, dan anarkisme menjadi headline
berita media. Kasus korupsi semakin mewabah dan seolah menjadi budaya.

Pancasila adalah kristalisasi kepribadian bangsa. Ajaran yang dinilai paling tepat
untuk kondisi bangsa Indonesia yang majemuk. Kedudukan Pancasila adalah
sebagai ideologi bangsa, falsafah bangsa, dan dasar negara Republik Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila harus dipelajari, dipahami, dan dilestarikan oleh seluruh
bangsa Indonesia. Pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh dari
kelima silanya. Masing-masing sila tidak dapat dipahami dan diberi arti secara
terpisah dari keseluruhan sila-sila lainnya dan menggambarkan adanya paham
persatuan.

Undang-undang Dasar 1945 adalah perjanjan luhur para pendiri negara yang
dijadikan sebagai pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam
perjalanannya, pascabergulirnya reformasi tahun 1998, UUD 1945 mengalami
amandemen sebanyak 4 (empat) kali, yaitu tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002.
Sementara pembukaan UUD 1945 disepakati tidak boleh diubah karena
pembukaan UUD 1945 adalah fondasi dari bangunan NKRI. Merubah pembukaan
UUD 1945 berarti mengubah bangunan negara.

Sumberr : https://sumargailham.blogspot.com/2017/10/pendidikan-
kewarganegaraan-dalam.html

3. Untuk membentuk warga negara yang smart and good citizen, maka


pendidikan kewarganegaraan memfokuskan objek pengembangannya
pada 3 aspek yaitu civic knowledge, civic skills dan civic disposition.
Ketiga objek tersebut pada akhirnya akan membentuk civic
intelligence, civic participation dan civic responsibility. 

pertanyaannya, jelaskan pentinganya civic intelligence, civic participation


dan civic responsibility dalam upaya membangun, memelihara dan
memajukan kehidupan (peradaban) bangsa Indonesia yang demokratis dan
bermartabat? 

Jawab :

pentinganya civic intelligence


Hotimah (2012, hlm. 324) menjelaskan bahwa: PKn sebagai pendidikan yang
mengarahkan pada terbentuknya warga negara yang baik dan bertanggung jawab
berdasarkan nilai-nilai dan dasar negara Pancasila, dimana secara konsep
epistimologis, Pendidikan Pancasila dapat dilihat sebagai suatu integrated
knowledge system yang memiliki misi menumbuhkan potensi peserta didik agar
memiliki civic intelligence, civic responsibility, dan civic participation sebagai
warga negara Indonesia dalam konteks watak dan peradaban bangsa Indonesia
yang ber-Pancasila. Jika dijabarkan lebih rinci, civic intelligence ini memiliki
beberapa indikator seperti, kritis, mampu mengutarakan gagasan, mampu
memecahkan masalah, bijak terhadap situasi sekitar, dn sebagainya. Seperti yang
dijelaskan oleh Nurmalina & Syaifullah (2008, hlm. 27-28) kualifikasi civic
intelligence terdiri dari:

1. Kecerdasan secara intelektuan (intelligence quotion): terdiri dari


kemampuan memperoleh informasi dan menggunakan informasi,
membina ketertiban, membuat keputusan, berkomunikasi, menjalin kerja
sama, melakukan berbagai macam kepentingan secara benar (Nurmalina &
Syaifullah, hlm. 21). 2. Kecerdasan secara emosional (emotional
intelligence): terdiri dari: sikap dan perbuatan yang menghargai orang lain,
menghormati kepentingan orang lain, peka dan respek terhadap keadaan
sesama, toleran terhadap perbedaan yang ada (Nurmalina & Syaifullah,
2008, hlm. 28) 3. Kecerdasan secara spiritual (spiritual intelligence):
terdiri dari memiliki kelenturan seperti watak air, memiliki kesadaran diri
yang tinggi, memiliki kapasitas untuk memperdayakan penderitaan hidup,
memiliki kualitas hidup yang bersumber pda visi masa depan dan
memedomani nilai-nilai kebenaran yang kokoh, memiliki kamampuan
untuk menghindari hal-hal yang tidak penting, memiliki kemampuan
untuk menemukan alasan atau jawaban dari makna hidup, memiliki
kemampuan untuk menolong atau berbuat baik kepada orang lain. 4.
Kecerdasan secara moral (moral intelligence): terdiri dari empati, memiliki
hati nurani, memiliki self-control, respek, kebaikan, toleransi, kejujuran.
(Sumber ;
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/integralistik/article/download/145
83/7847

pentinganya civic participation :

Civic participation adalah partisipasi kewarganegaraan yang merupakan


tujuan dari PPKn dalam mewujudkan generasi yang demokratis.. Hakikat
dari PPKn adalah memantapkan pengembangan peserta didik dalam
dimensi kesadaran sebagai warga negara (civic literacy), komunikasi sosial
kultural kewarganegaraan (civic engagement), kemampuan berpartisipasi
sebagai warga negara (civic skill and participation), penalaran
kewarganegaraan (civic knowledge), kecerdasan warga Negara (civic
intelligenece) dan partisipasi kewarganegaraan secara bertanggung jawab
(civic participation and civic responsibility). Secara keseluruhan
pembelajaran PPKn mulai mengembangkan 3 aspek kompetensi, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk melihat perkembangan aspek
kompetensi tersebut terutama dalam aspek psikomotorik guru PPKn
berupaya membentuk civic participation dari peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan adanya bagaimana partisipasi
dari peserta didik dalam pembelajaran PPKn dan diimplementasikan
dalam kegiatan sekolah. ( sumber : http://karya-
ilmiah.um.ac.id/index.php/PPKN/article/view/47914

pentinganya civic responsibility

Pendidikan Kewarganegaraan memuat materi mengenai tanggung jawab


warga negara (civic reponsibility). Tujuan dari program Pendidikan
Kewarganegaraan yakni membentuk warga negara yang pintar dan baik (to
be a smart and good citizenship), jika dilihat dari hasil kajian sebelumnya
bahwa tanggung jawab merupakan sikap berpikir matang seseorang
sebelum bertindak dan wujud pengendalian diri terhadap sesuatu.
Aristoteles dalam Nurmalina dan Syaifullah (2008, hlm. 45) mengatakan
bahwa, “warga negara yang bertanggung jawab adalah warga negara yang
baik, sedangkan warga negara yang baik ialah warga negara yang memiliki
keutamaan (excellence) dan kebajikan (virtue) selaku warga negara.”

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat kita ketahui bahwa warga negara


yang baik harus memiliki keutamaan dan kebijakan dalam berpikir dan
bertindak. Negara membutuhkan warga negara yang cerdas untuk
membangun bangsa ini, maka yang pertama kali harus kita bentuk dan
tanamkan dalam diri warga negara adalam sikap tanggung jawab. Untuk
memperkuat pendapat di atas, Nurmalina dan Syaifullah (2008, hlm. 45)
mengungkapkan bahwa, “warga negara yang bertanggung jawab (civic
reponsibility) berupaya seoptimal mungkin untuk melaksanakan dan
menggunakan kewajibannya sesuai dengan cara menurut aturan-aturan
yang berlaku.” Itu artinya diperlukan kecerdasan warga negara dalam
menumbuhkan sikap tanggung jawab, sebab warga negara yang baik akan
mematuhi aturan yang berlaku serta terhindar perbuatan yang tidak
diinginkan. Dari berbagai pendapat di atas tentang sikap tanggung jawab
atau tanggung jawab warga negara (civic responsibility), dapat ditarik
kesimpulan bahwa tanggung jawab penting untuk dimiliki setiap orang.
Tanggung jawab dapat dibangun melalui pendidikan, khususnya
Pendidikan Kewarganegaraan yang memiliki tujuan untuk membentuk
warga negara yang baik. Sebab tanggung jawab menyisipkan berbagai
nilai, moral dan norma yang dapat dijadikan landasan warga negara
bersikap dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

4. bagaimana cara memaksimalkan pembelajaran PKn agar peserta


didik memiliki kecerdasan, punya kemauan untuk ikut berpartisipasi
dan memiliki rasa tanggung jawab dalam membangun, memelihara
dan memajukan kehdupan bangsa Indonesia yang demokratis dan
bermartabat?

Jawab :

Menurut saya cara memaksimalkan pembelajaran PKn yaitu : Paradigma


PKn menjadi salah satu faktor yang turut menentukan berhasil atau
tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran PKn, yakni untuk
mengembangkan potensi diri dan kepribadian anak didiknya, khususnya
dalam pembinaan perilaku di sekolah guna membentuk kecerdasan,
tanggung jawab dan partisipasi siswa.

cara memaksimalkan pembelajaran PKn agar peserta didik memiliki


kecerdasan, punya kemauan untuk ikut berpartisipasi dan memiliki rasa
tanggung jawab dalam membangun, memelihara dan memajukan
kehdupan bangsa Indonesia yang demokratis dan bermartabat yaitu
sebagai berikut :

1. Peran Guru PKn

Peran guru merupakan suatu kegiatan yang dilakukan karena adanya


sebuah keharusan atau tuntutan dalam sebuah profesi atau berkaitan
dengan keadaan dan kenyataan. Faktor utama yang menentukan mutu
pendidikan adalah guru. Oleh karena itu, guru bisa mendedikasikan
dirinya dibidang pendidikan harus berperan aktif dalam peranannya
sebagai tenaga professional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang
semakin berkembang. Peran guru PKn adalah serangkaian kegiatan
pembelajaran yang dapat membentuk kecerdasan warga negara yang
baik dapat membentuk perilaku- perilaku siswa yang sesuai dengan
nilai-nilai dan norma-norma kehidupan berbangsa dan bernegara.
Karena itu peran guru bukan hanya mengajar tetapi juga mendidik
peserta didik, agar menjadi manusia dewasa yang cakap dan berbudi
pekerti luhur. Pendidikan sebagaimana yang dipahami secara umum
tidak hanya dipahami sebagai proses yang hanya mewariskan
pengetahuan saja, tetapi juga bagaimana cara membimbing anak didik
menjadi generasi cerdas, kreatif dan santun (Deni Koswara
Halimah)5 . Selain itu, para siswa juga dapat memiliki tanggung jawab
dan partisipasi sosial sesuai paradigma pembelajran PKn.

2. Paradigma Pembelajaran PKn Paradigma merupakan sebuah model


pembelajaran yang menfokuskan siswa pada kegiatan belajar menjadi
aktif. Pembelajaran PKn dengan paradigma baru memberikan pokok
pembelajaran yang memuat komponen-komponen pengetahuan,
ketrampilan, dan kepribadian siswa menjadi warga negara yang baik.
Pendidikan kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran yang
penting

dalam mempersiapkan dan membina siswa menjadi warga Negara


yang baik berdasarkan paradigma yang diajarkan dalam proses
pembelajaran, dan sudah mampu membekali siswa dengan
pengetahuan dan keterampilan intelektual, dan tanggung jawab serta
mampu berpartisipasi dalam lingkungan. Menurut Winarno6 , Tugas
guru PKn dengan paradigma barunya mengembangkan pendidikan
demokrasi yang mengembangkan tiga fungsi pokok yaitu :
mengembangkan kecerdasan warga Negara (civic knowledge),
membina keterampilan warga Negara (civic skill), dan membentuk
warga Negara (civic disposition).

( sumber : http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=1320201&val=722&title=PERAN%20GURU%20PKn
%20DALAM%20PEMBINAAN%20PERILAKU%20SISWA
%20Studi%20Tentang%20Pengembangan%20Kecerdasan
%20Tanggung%20Jawab%20dan%20Partisipasi%20Siswa%20di
%20SMP%20Negeri%202%20Palu
5. Dalam materi perkuliahan yang telah kalian baca di syam-ok, Cogan
telah menjabarkan ada 8 (delapan) karakteristik warga negara abad
21. pertanyaannya, manakah karakteristik warga negara yang paling
urgen dan menonjol, dengan melihat kondisi kita saat ini? jelaskan
argumen anda! 

Jawab :

Menurut saya karakteristik warga negara abad 21 dengan melihat kondisi


negara ini tidak ada yang sangat menonjol. Semua sangat di bawah rata-
rata. Contohnya yaitu terjadi bulan januri 2021 di SMK N 2 Padang,
sumatra barat. tentang intoleransi dalam beragama. dimana kasus
pemaksaan pemakaian atribut Islam kepada salah satu siswi nonmuslim di
SMKN 2 Padang, Sumatera Barat.

Dimana undang-undang, peraturan serta nilai-nilai yang tersemat dalam Pancasila


terkandung nilai ketuhanan, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan sila pertama
ada di dalam Pasal 29 Ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan
bahwa 'Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa'.

"Artinya, setiap warga negara kalau akan melakukan sesuatu, maka sesuatu yang
akan dilakukan haruslah sesuai dan tidak boleh bertentangan dengan ajaran
agama. Karena sila Ketuhanan Yang Maha Esa itu di dalam negara RI adalah
menjadi dasar dalam kehidupan bernegara,".

dalam Pasal 29 Ayat 2 UUD 1945 juga dinyatakan dengan tegas bahwa negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

"Itu artinya setiap pemeluk agama berhak dan dijamin oleh konstitusi untuk
melaksanakan ajaran dari agama yang dianutnya.

Anda mungkin juga menyukai