Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 2

MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MKWU4101.126


NAMA : FEBY PRATIWI. AR
NIM : 043127244
UPBJJ-UT : MAKASSAR
FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL, DAN ILMU POLITIK
1. Hukum Islam bersumber dari Allah SWT untuk mengatur kehidupan manusia.
a. Jelaskan pengertian hukum syariat menurut isi kandungan Q.S. Al-’Ankabut/29:45!
Jawaban :

Menurut para ulama hukum syairat adalah seperangkat aturan yang berasal
dari pembuat syari’at (Allah SWT) yang berhubungan dengan perbuatan manusia,
yang menuntut agar dilakukan suatu perintah atau ditinggalkan suatu larangan atau
yang memberikan pilihan antara mengerjakan atau mneinggalkan. Dalam Q.S Al-
Ankabut/29:45 yang artinya “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu
Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan Sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Ayat tersebut berisi tuntutan dari Allah agar
shalat itu dikerjakan, membaca Al Quran dan juga membaca ayat-ayat kauniyah
yang telah diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Sesungguhnya shalat
itu dapat mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar, maka hal tersebut
kemudian disebut dengan hukum syariat.

b. Sebutkan dan jelaskan lima macam hukum Islam!


Jawaban :

1) Wajib, adalah suatu perbuatan apabila dikerjakan oleh seseorang, maka orang
yang mengerjakannya akan mendapat pahala dan apabila perbuatan itu
ditinggalkan maka akan mendapatkan siksa. Dalam Al-Quran atau hadist suatu
pernyataan dapat dikatakan mengandung hukum wajib apabila mengandung
beberapa petunjuk, antara lain secara tegas mengandung kata-kata yang
menunjukkan keharusan untuk dikerjakan, misalnya dalam Surat Al-
Baqarah/2:183, kemudian pernyataan tersebut berupa kalimat perintah yang
tegas, misalnya dalam Surat An-Nisaa’/4:59.
Ditinjau dari segi kepada siapa kewajiban tersebut dibebankan hukum wajib
dibagi menjadi dua macam yaitu, Wajib ‘ain apabila dalam suatu masyarakat
yang mengerjakan hanya sebagian sementara yang lain tidak mengerjakan,
maka yang tidak mengerjakan harus tetap mempertanggung jawabkan
perbuatannya yaitu meninggalkan kewajiban. Misalnya kewajiban shalat dan
Referensi:
Nurdin, Ali. Syaiful, Mikdar. Wawan Suharman. 2020. Buku Materi Pokok MKDU4221 Pendidikan Agama Islam Edisi
1.Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
membayar zakat. Kemudian Wajib Kifa’i (kifayah) apabila ada salah seorang dari
sekelompok tersebut telah mengerjakan kewajiban yang dituntut itu, maka orang
lain dalam kelompok tersebut yang tidak mengerjakan tidak dinilai berdosa. Akan
tetapi, apabila tidak ada seorangpun yang mengerjakan maka semua orang
mukallaf dalam kelompok masyarakat tersebut berdosa, karena terabaikannya
kewajiban tersebut. Misalnya mendirikan rumah sakit islam, mengurus jenazah
sesuai dengan syariat islam.

2) Sunnah (mandub), adalah perbuatan apabila dikerjakan maka orang yang


mengerjakan akan mendapatkan pahala dan apabila ditinggalkan, maka orang
yang meninggalkan tersebut tidak mendapat siksa. Ayat atau hadist yang
menunjukkan arti sunnah adakalanya berupa kalimat tegas yang menunjukkan
kesunnahannya, dan ada kalanya berupa kalimat perintah dengan diikuti suatu
petunjuk (qarina) yang menunjukkan arti sunnah, seperti yang dijelaskan dalam
Surat Al-Baqarah/2:282-283. Ayat tersebut menunjukkan bahwa orang yang
menghutangi boleh mempercayai orang yang berhutang itu tanpa mencatat
hutangnya. Dengan demikian perintah mencatat hutang dalam ayat 282
meskipun dengan kalimat “tulislah” tidak menunjukkan arti wajib karena ada
petunjuk di ayat 283 tersebut.
Secara garis besar hukum sunnah dibagi menjadi dua bagian yaitu, Sunnah
muakkad adalah perbuatan yang amat sering dilakukan oleh Rasulullah SAW,
bahkan jarang sekali beliau tinggalkan kecuali hanya beberapa kali saja.
Meskipun demikian tetap dinamai sunnah karena bagi yang tidak mengerjakan
tidak mendapat siksa. Misalnya berkumur dalam wudhu, adzan dan iqamah
dalam shalat berjamaah, membaca ayat al-Quran setelah al-fatihah dalam
shalat. Kemudian Sunnah ghoiru muakkad adalah suatu aktivitas atau perbuatan
yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW tetapi tuntutannya tidak sekuat sunnah
muakkad, salah satu alasannya adalah Nabi SAW pernah mengejarkan tetapi
juga sering meninggalkannya. Termasuk dalam hal ini adalah segala perbuatan
Nabi SAW yang berkaitan dengan beliau sebagai manusia, seperti jenis
makanannya, warna pakaiannya, meskipun tidak termasuk kewajiban tetapi
apabila diniatkan untuk mengikuti sunnah maka termasuk kelompok sunnah
ghairu muakkad artinya bagi yang tidak mengikuti tidak dapat dikatakan buruk
karena ha tersebut bukanlah bagian dari hukum syariat. Contoh lainnya shalat
sunnah qobliyah isya’.

3) Haram, adalah segala perbuatan yang apabila perbuatan itu ditinggalkan akan
mendapat pahala sementara apabila dikerjakan maka orang tersebut akan
mendapatkan siksa. Suatu perbuatan dinilai haram dinyatakn dengan beberapa
ungkapan, antara lain kalimat larangan tersebut dinyatakan dengan jelas dan
tegas, misalnya dengan kata harrama dengan segala bentuk perubahannya,
seperti yang diterangkan dalam Surat Al-An’aam/6:151, juga perkataan la yahillu
(tidak halal) seperti dalam Surat Al-Baqarah/2:228. Kemudian kalimat melarang
itu menggunakan kata kerja yang melarang dan dibarengi dengan petunjuk
(qarinah) yang menunjukkan bahwa perbuatan tersebut benar-benar dilarang,
misalnya dalam Surat Al-Israa’/17:32. Kemudian diperintahkan untuk
menjauhinya, misalnya dalam Surat Al-Hajj/22:30. Kemudian diancam dengan

Referensi:
Nurdin, Ali. Syaiful, Mikdar. Wawan Suharman. 2020. Buku Materi Pokok MKDU4221 Pendidikan Agama Islam Edisi
1.Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
suatu hukuman atau siksa bagi orang-orang yang melakukannya, misalnya
dalam Surat An-Nuur/24:4.

4) Makruh, adalah suatu perbuatan yang apabila perbuatan tersebut ditinggalkan


maka orang yang meninggalkan mendapatkan pahala dan apabila dikerjakan
maka orang tersebut tidak mendapat siksa. Suatu perbuatan diketahui makruh
dilihat dari beberapa hal, antara lain ungkapan yang dipakai untuk melarang itu
sudah menunjukkan kemakruhannya, seperti dengan menggunakan perkataan
karaha (memakruhkan) dengan segala bentuk dan perubahannya, kemudian
dengan lafadz yang melarang mengerjakan suatu perbuatan kemudian
didapatkan di dalam ayat lain suatu kata yang menjadi petunjuk bahwa larangan
yang terdapat pada ayat tersebut bukan menunjukkan keharamannya, misalnya
dalam Surat Al-Maai’dah/5:101. Larangan menyatakan suatu masalah secara
berlebihan itu adalah makruh berdasarkan adanya petunjuk pada ayat lain yang
menganjurkan untuk bertanya kepada ahlinya apabila masalah tersebut belum
dipahaminya, hal ini ditegaskan dalam Surat An-Nahl/16:43.

5) Mubah, adalah sebuah perbuatan yang apabila dikerjakan orang yang


mengerjakan tidak mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak berdosa.
Suatu perbuatan dikatakan makruh dapat diketahui melalui beberapa cara
antara lain, perbuatan tersebut ditetapkan secara tegas kebolehannya oleh
agama, misalanya dengan ungkapan ayat atau hadits :”tidak mengapa, tidak
ada halangan, tidak berdosa....” misalnya dalam Surat Al-Baqarah/2:235.
Kemudian ada petunjuk dari ayat atau hadist berupa perintah untuk
melakukannya tetapi ada qarinah yang menunjukkan bahwa perintah untuk
melakukannya tetapi ada qarinah yang menunjukkan bahwa perintah tersebut
hanya untuk mubah saja. Misalnya dalam surat Al-Maai’dah/5:2. Kemudian
ditetapkan kemubahannya karena adanya kaidah yang menyatakan bahwa
pada asalanya segala sesuatu itu adalah mubahm selama tidak ada dalil yang
memakruhkan atau mengharamkan.

c. Sebutkan dan jelaskan tujuh macam prinsip-prinsip umum hukum Islam!


Jawaban :

1) Prinsip Tauhid, Prinsip ini menyatakan bahwa semua manusia ada dibawah
satu ketetapan yang sama, yaitu ketetapan tauhid yang dinyatakan dalam
kalimat La’ilaha Illa Allah (Tidak ada tuhan selain Allah). Prinsip ini ditarik dari
firman Allah SWT QS. Ali Imran Ayat 64. Berdasarkan atas prinsip tauhid ini,
maka pelaksanaan hukum Islam merupakan ibadah. Dalam arti perhambaan
manusia dan penyerahan dirinya kepada Allah sebagai maniprestasi kesyukuran
kepada- Nya. Dari prinsip umum tersebut dapat ditarik beberapa prinsip khusus,
yaitu Prinsip berhubungan langsung dengan Allah SWT tanpa perantara, seperti
yang dijelaskan pada Q.S Al-Baqarah/2 :186, kemudian beban hukum yang
diciptakan oleh Allah bertujuan untuk kemaslahatan hidup manusia, bukan untuk
kepentingan Allah SWT. Sehingga Allah pasti tidak akan membebani hamba-
Nya diluar kemampuannya, seperti yang dijelaskan pada Q.S Al-Israa’/17:
7 dan Q.S Al-Baqarah/2/ : 185.

Referensi:
Nurdin, Ali. Syaiful, Mikdar. Wawan Suharman. 2020. Buku Materi Pokok MKDU4221 Pendidikan Agama Islam Edisi
1.Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
2) Prinsip Keadilan, Prinsip keadilan ini mengandung pengertian bahwa hukum
islam mengatur persoalan manusia dari berbagai aspeknya harus dilandaskan
kepada prinsip keadilan yang meliputi hubungan antara individu dengan dirinya
sendiri, individu dengan manusia dan masyarakatnya serta hubungan antara
individu dengan lingkungannya, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S Al-
Maai’dah/5 : 8.
3) Prinsip Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, Amar Ma’ruf ini mengandung arti bahwa
Hukum Islam ditegakkan untuk menjadikan umat manusia dapat melaksanakan
hal-hal yang baik dan benar sebagaimana dikehendaki oleh Allah SWT.
Sedangkan Nahi Mungkar mengandung arti hukum tersebut ditegakkan untuk
mencegah terjadinya hal-hal yang buruk yang dapat meruntuhkan kehidupan
bermasyarakat, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S Ali Imron/3 : 110.
4) Prinsip Kemerdekaan dan Kebebasan (Al-Hurriyah), Prinsip ini mengandung
maksud bahwa hukum islam tidak diterapkan berdasarkan paksaan, akan tetapi
berdasarkan penjelasan yang baik dan argumentatif yang dapat meyakinkan.
Apakah manusia pada akhirnya menolak atau menerima sepenuhnya
diserahkan kepada masing-masing individu, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S
Al-Baqarah/2: 256
5) Prinsip Persamaan (Musawah), Prinsip persamaan mengandunga arti bahwa
pada dasarnya semua manusia adalah sama meskipun pada faktanya berbeda
dalam lahiriyahnya. Kesamaan tersebut, terutama dalam hal nilai
kemanusiaannya. Hukum islam memandang perbedaan secara lahiriyah tidak
menjadikan manusia berbeda dari segi nilai kemanusiaannya. Sebagaimana
dijelaskan dalam Q.S Al-Hujuraat/49: 13
6) Prinsip Saling Tolong Menolong (ta’awun), Prinsip ini memiliki makna saling
membantu antar sesama manusia yang diarahkan sesuai prinsip tauhid,
terutama dalam peningkatan kebaikan dan ketakwaan demi tercapainya
kemaslahatan bersama. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S Al-Maai’dah/5 : 2
7) Prinsip Toleransi (Tasamuh), Prinsip toleransi yang dikehendaki Islam adalah
toleransi yang menjamin tidak terlanggarnya hak-hak Islam dan umatnya ,
prinsip ini mengajarkan bahwa hukum Islam mengaharuskan kepada umatnya
untuk hidup penuh dengan suasana damai dan toleran. Sebagaimana dijelaskan
dalam Q.S Al-Mumtahanah/60: 8.
d. Jelaskan pengertian taat kepada hukum Allah SWT sesuai dengan isi kandungan
An-Nisaa’/4:59!
Jawaban :

Pertama, taat bermakna khudhu yang artinya memposisikan diri siap diperintah.
Orang yang sudah mentasbihkan diri taat kepada sesuatu, maka dia harus siap apa
pun kondisinya kapan pun waktunya untuk siap diperintah melakukan apa pun oleh
pihak yang ditaatinya. Karena begitulah heirarki dalam sebuah pengabdian. Tidak
ada ruang baginya untuk membantah dan menyanggah. Kedua, taat bermakna
imtisal yang artinya seorang yang dikatakan taat itu musti mewujudkan ketaatannya
tadi dalam bentuk tindakan yang kongkrit dan nyata. Apakah itu dalam bentuk
perintah melakukan sesuatu atau pun perintah meninggalkan sesuatu.
Dalam Surah An-Nisaa’/4:59 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman,
taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika
kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah dan
Referensi:
Nurdin, Ali. Syaiful, Mikdar. Wawan Suharman. 2020. Buku Materi Pokok MKDU4221 Pendidikan Agama Islam Edisi
1.Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Rasul, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” Yang dimaksud dengan
kalimat “Kembalilah kepada Allah dan Rasul.” Menurut mayoritas mufassir adalah
mengembalikan segala urusan kepada tuntunan al-Quran dan Sunnah Rasul.
Terlihat dalam ayat tersebut bahwa orang beriman juga wajib taat kepada ulil amri,
namum dalam ayat tersebut tidak disertai kata athi’u / taatlah, seperti terhadap Allah
dan Rasul. Hal ini mengandung arti bahwa ketaatan kepada ulul amri (penguasa)
adalah bersyarat, yaitu sepanjang penguasa tersebut juga taat kepada Allah SWT
dan Rasul-Nya.

2. Al-Quran dan Sunnah menjadi sumber moral dan akhlak bagi manusia. Suri tauladan
pelaksanaannya ada pada diri Rasulullah SAW. Dalam kerangka pendidikan dan pembinaan
akhlak manusia.
a. Jelaskan sumber moral dan akhlak menurut isi kandungan QS. An-Nahl/16:125!
Jawaban :

Dalam Q.S An-Nahl/16:125 yang artinya “Serulah (manusia) ke jalan (agama)


Tuhanmu dengan kebijaksaan dan pengajaran yang baik, dan berbantahlah
(berdebatlah) dengan mereka dengan (jalan) yang terbaik.” Dimana Allah SWT
memberikan pedoman-pedoman kepada Rasul-Nya tentang cara mengajak manusia
ke jalan Allah.yaitu agama Allah yakni syariat Islam yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Ayat tersebut menjelaskan kepada kita agar kita mengajak
manusia kepada kebenaran itu dengan cara hikmah. Termasuk ke dalam makna
hikmah adalah cara penyampaian yang tidak menyakitkan orang yang didakwahinya
dengan cara bertahap dengan kemampuan objek dakwah dan dilakukan tidak
sekaligus. Ayat in juga mengindikasikan keharusan memahami kondisi sosio-kultural
masyarakat, termasuk tradisi yang diwarisinya. Selama adat itu tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip syara’, maka ia nisa menjadi bagian yang harus kita
laksanakan termasuk perihal akhlak.

b. Jelaskan peranan agama sebagai sumber akhlak menurut isi kandungan QS. Al-
Ahzab/33:21!
Jawaban :

Dalam Q.S Al-Ahzab/33:21 yang artinya “Sesungguhnya telah ada dalam diri
Rasulullah tu suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang-orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.” Ayat ini jelas memerintahkan kepada kita agar mencontoh Rasulullah dalam
segala hal karena dalam diri Rasulullah itu ada suri tauladan yang baik. Hal yang
juga mendukung Sunah sebagai sumber akhlak adalah risalah kenabian
Muhammad. Nabi Muhammad diutus oleh Allah di muka bumi ini, tidak lain adalah
untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.
3. Banyak ayat Al-quran yang berbicara tentang alam raya, materi dan fenomenanya, dan
yang memerintahkan kepada manusia untuk mengetahui dan memanfaatkannya. QS. Al-
Jaatsiyah 45:13 menyatakan bahwa alam raya diciptakan dan ditundukkan Allah untuk
manusia.
a. Tuliskan ayat dan terjemahan QS. Al-Jaatsiyah 45:13

Referensi:
Nurdin, Ali. Syaiful, Mikdar. Wawan Suharman. 2020. Buku Materi Pokok MKDU4221 Pendidikan Agama Islam Edisi
1.Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Jawaban :

b. Jelaskan potensi pengembangan teknologi menurut QS. Al-Jaatsiyah 45:13


Jawaban :

Potensi pengembangan teknologi itu berasal dari apa yang ada di bumi
ciptaan Allah. Dalam Q.S Al-Jaatsiyah/45:13 yang artinya “Dan dia menundukkan
untuk kamu apa yang ada dilangit dan apa yang ada dibumi semuanya (sebagai
anugrah) dari Nya Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.” Menurut ayat tersebut
potensi pengembangan teknologi adalah ilmuwan yang mengembangkannya dan itu
berasal dari apa yang ada di bumi. Semua itu diciptakan, Allah untuk manfaat dan
maslahat manusia. Hal ini tentunya mengharuskan mereka banyak bersyukur
kepada Allah.

Referensi:
Nurdin, Ali. Syaiful, Mikdar. Wawan Suharman. 2020. Buku Materi Pokok MKDU4221 Pendidikan Agama Islam Edisi
1.Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai