Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TUTON 3

Tugas 3

MKDU4111 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Nama : HENDRICK WILKERSON YAMLE


NIM : 044246045
Prodi : Pendidikan Ekonomi
UPBJJ : UT_Jayapura

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Universitas Terbuka
2022.2
I.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan otonomi daerah
Realisasi otonomi daerah menimbulkan harapan yang berbeda bagi masyarakat, swasta dan
pemerintah itu sendiri. Hal ini sendiri merupakan tantangan bagi pemerintah daerah,
khususnya daerah administrasi daerah dan/atau kota, dalam melaksanakan kebijakan
otonominya. Di sini perlu diketahui berbagai dimensi/faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah.
Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, tujuan pemberian otonomi daerah adalah
untuk meningkatkan pelayanan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengembangkan
kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan, serta memelihara hubungan yang harmonis
antara pusat dan daerah dan daerah untuk menjaga keutuhan Dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Oleh karena itu, pelaksanaan otonomi daerah disebut berhasil atau berhasil,
apabila dapat mencapai (mewujudkan) tujuan tersebut.
Untuk mengetahui apakah suatu daerah otonomi mampu mengurus dan mengurus rumah
tangganya sendiri, Syamsi (1986: 199) menekankan cara-cara sebagai berikut:
a. Kemampuan struktural organisasi
Struktur organisasi pemerintahan daerah harus mampu. menyesuaikan dengan semua
fungsi dan tugas yang menjadi beban dan tanggung jawab, jumlah dan ragam unit cukup
mencerminkan kebutuhan, pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab cukup jelas.
b. Kompetensi aparatur Pmerintah Daerah
Seorang pejabat pemerintah daerah harus dapat memenuhi tugasnya dalam
penyelenggaraan dan pengurusan rumah tangga daerah. Pengalaman, akhlak, kedisiplinan
dan kejujuran saling mendukung untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
c. Kemampuan mendorong partisipasi masyarakat
Pemerintah kecamatan harus mampu mendorong masyarakat untuk mau berpartisipasi
dalam kegiatan pembangunan.
d. Kemampuan ekonomi daerah
Pemerintah daerah harus mampu membiayai kegiatan negara, pembangunan, dan
kemasyarakatan secara keseluruhan sebagai bentuk penyelenggaraan, pengaturan, dan
pengelolaan rumah tangganya. Sumber pendanaannya misalnya dari PAD atau sebagian
dari subsidi negara.
Keberhasilan suatu daerah sebagai daerah otonom dapat dilihat dari beberapa faktor yang
mempengaruhi (Kaho, 1998), yaitu faktor manusia, faktor ekonomi, faktor persediaan dan
faktor organisasi dan administrasi.
Pertama-tama, masyarakat merupakan faktor penting dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah, karena mereka adalah sasaran dari semua kegiatan pemerintah, serta pembuat dan
penggagas proses mekanisme sistem administrasi.
Kedua, pembiayaan yang dibahas dalam artikel ini merupakan faktor penting dalam
menentukan otonomi suatu daerah otonom untuk mengukur, mengelola dan membiayai rumah
tangganya.
Ketiga, perlengkapan adalah segala benda atau alat yang digunakan untuk memperlancar
jalannya pemerintahan daerah. Keempat, perwujudan otonomi daerah membutuhkan model
organisasi dan administrasi yang baik.

Kaho (1998) mengklaim bahwa pengaruh terbesar dalam pelaksanaan otonomi daerah
terletak pada orang-orang sebagai pelaksana yang baik. Masyarakat merupakan faktor paling
sentral dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, peserta dan inisiator dari proses
mekanisme sistem pemerintahan. Agar mekanisme pemerintahan berjalan dengan baik sesuai
dengan tujuan yang diharapkan, maka orang atau subjeknya juga harus baik. Dengan kata lain,
mekanisme pemerintahan daerah dan pusat dapat berfungsi dengan baik dan mencapai tujuan
yang diinginkan hanya jika orang juga baik.
Selain itu, faktor lainnya adalah kemampuan keuangan daerah yang dapat digunakan
untuk mendukung pembiayaan kegiatan nasional, pembangunan, dan kemasyarakatan.
Mamesah mengutip pendapat Manulangi (1995: 23) bahwa masalah ekonomi negara sangat
penting dalam kehidupan negara. Semakin baik perekonomian negara, semakin stabil posisi
pemerintahan negara tersebut. Sebaliknya, jika keadaan keuangan negara buruk, pemerintah
menghadapi berbagai kesulitan dan hambatan untuk memenuhi semua tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.
Faktor ketiga adalah anggaran sebagai alat utama pengelolaan perekonomian daerah,
sehingga rencana anggaran yang disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (RKP)
harus tepat bentuk dan strukturnya. Anggaran memuat rencana-rencana yang dibuat atas dasar
keahlian dan pandangan ke depan yang bijaksana, sehingga anggaran yang baik mutlak
diperlukan untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik, untuk
melaksanakan otonomi daerah.
Peralatan yang cukup dan memadai, yaitu segala sumber daya yang dapat digunakan
untuk memperlancar pekerjaan atau jalannya pemerintahan daerah. Peralatan yang baik
mempengaruhi kegiatan kota untuk mencapai tujuannya, misalnya peralatan kantor,
transportasi, alat komunikasi, dll. Namun, kecukupan peralatan juga bergantung pada situasi
ekonomi wilayah dan kemampuan peralatan yang menggunakannya.
Faktor organisasi dan administrasi yang baik, yaitu. organisasi yang dapat dilihat dalam struktur
organisasi yang jelas sebagai susunan unit organisasi dan pegawai, tugas dan wewenang, serta
hubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Manajemen adalah proses manusia yang
mengarahkan kegiatan dalam kerjasama agar tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dapat
tercapai. Mengenai pentingnya tata pemerintahan dalam pemerintahan yang baik, Mamesah
(1995: 3) mengatakan bahwa baik buruknya penyelenggaraan pemerintahan suatu daerah
tergantung pada kepemimpinan daerah yang bersangkutan, terutama kepala daerah yang
bertindak sebagai kepala daerah.
2. Faktor-faktor yang menghambat otonomi daerah Faktor-faktor yang dapat menghambat
otonomi daerah di Indonesia antara lain:
a. Komitmen politik: Pelaksanaan otonomi daerah oleh pemerintah pusat belum dianggap
sebagai amanat konstitusi. Masih terjebak dalam sentralisasi: daerah masih memiliki
ketergantungan yang tinggi terhadap pusat, yang mematikan kreativitas rakyat dan mesin
pemerintahan daerah.
b. Kesenjangan antar wilayah: perbedaan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia dan
struktur internal perekonomian. Ketimpangan Sumber Daya Alam: Daerah yang kekurangan
sumber daya alam tetapi memiliki jumlah penduduk yang besar tercekik dalam
mewujudkan otonomi.
c. Benturan kepentingan: Benturan kepentingan sangat terkait dengan berbagai pihak yang
menghambat proses otonomi daerah, seperti konflik antara keinginan kepala daerah dan
kepentingan partai politik.
d. Keinginan politik atau kemauan politik: Kemauan politik yang tidak konsisten dari
pemerintah daerah mengatur kembali hubungan kekuasaan pusat dan daerah. Perubahan
e. perilaku elit lokal: Para elit lokal mengalami perubahan perilaku karena memiliki kekuasaan
dalam pemerintahan daerah.
f. Rendahnya Skill (keahlian) Sumber Daya Aparatur
Aparatur Pemerintah dituntut memiliki keterampilan efektif dan meningkatkan pelayanan
masyarakat. Apalagi di era modern ini, dimana masyarakat semakin berkembang,
masyarakat membutuhkan informasi yang cepat dan akurat tanpa harus menunggu proses
yang lama. Itu membutuhkan perangkat pemerintah untuk lebih pintar dari orang, untuk
melayani masyarakat dengan baik. Tidak dapat disangkal bahwa aparatur negara yang ideal
diperlukan untuk pembangunan negara yang berkelanjutan, terutama di daerah-daerah
otonom. Kenyataannya, pada tahun kompetensi sumber daya perangkat keras untuk
memberikan pelayanan publik masih sangat terbatas. Pada dasarnya setiap pemerintah
daerah membutuhkan tenaga kerja yang handal, berpengalaman dan mandiri, sehingga
kedepan diharapkan tempat kerja tenaga kerja lebih profesional dan optimal.
g. Rendahnya Mentalitas Sumber Daya Aparatur
Pendidikan moral harus menjadi prioritas di semua tingkat pendidikan. Pelajaran dirancang
untuk membentuk orang Indonesia dengan optimisme, integritas dan tanggung jawab
pribadi untuk wilayahnya dalam membangun negara di masa depan. Di samping itu,
pendidikan moral membentuk sarana mesin pemerintahan dengan kepercayaan diri untuk
bersaing yang antara lain didasarkan pada kejujuran dan penghargaan terhadap orang lain.
Pemda terus menghadapi rendahnya mental sumber daya aparatur negara, apa yang
seharusnya dimiliki, yang secara tidak langsung menyebabkan penyakit birokrasi, yang
secara umum menjangkiti seluruh sistem pemerintahan kita yaitu KKN.
h. Perubahan aturan yang sering Administrasi publik dan organisasi pemerintah daerah
Padahal UU No 32 Tahun 2004 kurang diperhatikan lebih dari lima tahun, tapi masih di
masa lalu Saat itulah ekses terkait muncul khususnya pelaksanaan otonomi daerah dalam
pelaksanaan pengelolaan sumber daya pejabat kabupaten. Hal membungkuk dalam
pengangkatan pejabat daerah Keputusan/kebijakan yang tidak terkoordinasi tentang
hukum dan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku secara nasional. Banyak aturan
perundang-undangan yang bertentangan dengan pemerintah daerah dan pelaksana terkait.
Salah satu kajian penulis di salah satu pemerintah daerah provinsi Lampung sadar masih
banyak lagi peraturan perundang-undangan sudah tidak ada lagi sesuai dengan
perkembangan keadaan dan Persyaratan pengembangan, begitu sering mengarah pada
peraturan yang bertentangan dengan niat yang dihasilkan membuat pelayanan publik tidak
layak Tujuan dan harapan di daerah. Demikian kata Salah Informan birokrasi pemerintahan
daerah sebagai berikut: kecuali pasal 32 putusan tahun 2004 c otonomi teritorial
tampaknya menjadi aturan berasal dari sisa-sisa misalnya ada Permendagri, ada yang tidak
sesuai dengan tujuan hukum itu sendiri, oleh karena itu gesekan sering terjadi Tujuan untuk
mencapai otonomi Luasnya dibelah dua. Ke Misalnya masalah pembuatan KTP setelah
munculnya otonomi, tugas pelayanan KTP adalah keahlian jurusan daftar penduduk dan
kependudukan, Alhasil, banyak orang yang merasa kesulitan mendapatkan layanan karena
sistem dan jarak yang semakin kompleks jauh dari jangkauan masyarakat, dibandingkan
dengan sebelumnya otonom hanya untuk bernegosiasi dengan pemerintah kabupaten
Perhatikan inkonsistensi dan sering terjadi perubahan peraturan perundang-undangan
dalam hal ini dalam penyelenggaraan pelayanan public di atas, menyebabkan masalah
pembaruan sumber daya Performa perangkat lebih kompleks karena dengan Peraturan
yang ada tidak dipatuhi dengan ketentuan pelaksanaan pembantu itu sangat terpengaruh
atau apakah kinerja perangkat karena pada dasarnya Pejabat melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya karena peraturan hokum ada, jadi jika ada inkonsistensi dampak yang
sangat kuat pada kinerja produk karena itu.

3. Solusi yang dapat diberikan untuk menghilangkan hambatan dalam mewujudkan otonomi
daerah di wilayah Indonesia adalah sebagai berikut:
Kontrol atas penggunaan APBD akan diperketat.
Memberikan sosialisasi kepada masyarakat sesuai dengan otonomi daerah menurut pusat dan
daerah.
Mengutuk otoritas daerah karena korupsi.
Kita harus mendorong pemerintah daerah untuk mandiri dan tidak selalu bergantung pada
pemerintah pusat.
Melatih pemerintah daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah agar berkembang lebih baik
lagi. Kami membantu kota membangun hubungan dengan investor asing sehingga mereka
dapat secara mandiri meningkatkan anggaran belanja daerah mereka dan berkolaborasi dalam
pembangunan daerah mereka.
Penjelasan:
Otonomi daerah merupakan salah satu kebijakan pemerintah pusat dalam mengelola
pemerintahan daerah dengan memberikan beberapa keistimewaan agar pemerintah daerah
dapat membantu pemerintah pusat mengelola setiap daerah di Indonesia agar dapat
berkembang lebih baik dalam segala bidang seperti ekonomi dan manajemen. . sumber daya
manusia dan alam. Pelaksanaan otonomi daerah sendiri terus berjalan seperti yang diharapkan,
meskipun pemerintah negara bagian dan daerah memiliki beberapa persoalan yang harus
dinilai, seperti: B. masih banyak warga negara yang belum terpenuhi hak-haknya akibat korupsi
daerah. Penguasa yang merugikan kesejahteraan masyarakat memerlukan beberapa tindakan
untuk mencegah kerugian negara Indonesia tersebut.

4. tata kelola yang baik dan bertanggung jawab atau LAN, tata kelola yang baik atau UNDP, dan
beberapa mendefinisikan tata kelola yang baik sebagai tata kelola yang bersih. Namun
demikian, penerapan clean good management tidaklah mudah, diperlukan komitmen yang kuat
dari para pelaku dan pemangku kepentingan yang terlibat, seperti pemerintah, masyarakat dan
swasta.

Mahasiswa merupakan kelompok intelektual muda yang nantinya akan menjadi generasi
penerus bangsa, sehingga mahasiswa memegang peranan yang sangat penting dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang baik di masyarakat. Mahasiswa juga memiliki kewajiban
untuk melakukan yang terbaik dalam perkuliahan untuk membawa perubahan yang baik bagi
masyarakat sekitar. Ada tiga peran penting yang harus dimainkan mahasiswa kepada
masyarakat untuk menerapkan manajemen yang baik, antara lain Agent of Change, Agent of
Control dan Iron Store. Sebagai agen perubahan, mahasiswa tidak hanya diam mengamati
keadaan lingkungan, tetapi mahasiswa harus mampu melakukan perubahan dan mengubah
keadaan lingkungan menjadi lebih baik. Mahasiswa harus mampu berperan sebagai katalisator
atau dikenal sebagai katalisator perubahan yang pada akhirnya akan berdampak positif dan
memperjuangkan perubahan yang berdampak pada kehidupan masyarakat.

Mahasiswa juga berperan penting dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik sebagai
pengarah atau pengawas kebijakan yang ditetapkan dalam sistem pemerintahan. Bagaimana
mengkritisi dan mengamati situasi terkini di masyarakat sekitar, baik di kampus maupun di
masyarakat luas. Sebagai agen pengawas, mahasiswa harus dilibatkan sebagai aktor di
masyarakat agar menjadi panutan di masyarakat dan tidak hanya duduk diam dan menonton.
Mahasiswa juga diharapkan menjadi sumber atau cadangan masa depan negara (Besi Besi),
generasi yang memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat dan akhlak yang baik yang dapat
menggantikan kepemimpinan generasi sebelumnya.

Oleh karena itu, untuk memenuhi ketiga peran penting tersebut, mahasiswa harus berhati-hati
dan sadar akan kondisi lingkungannya, sehingga mahasiswa mengetahui segala permasalahan
yang muncul di masyarakat. Karena yang penting di masa depan dan bisa membawa perubahan
bangsa ini hanyalah mahasiswa yang sadar dan peduli dengan keadaan di sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai