Anda di halaman 1dari 10

RIKI RUSLIANDI (043188922)

TUGAS 3 PKN

1. Dari uraian di atas lakukanlah analisis faktor-faktor yang dapat memperngaruhi


keberhasilan otonomi daerah di Indonesia!
Jawab :
Menurut (Kaho, 1998) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan otonomi
daerah, diantaranya yaitu faktor manusia, faktor keuangan, faktor peralatan, serta faktor organisasi
dan manajerial.

Faktor pertama yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah adalah
manusia sebagai pelaksanan yang menjalankan otonomi daerah dengan baik. Manusia merupakan
faktor yang esensial dalam penyelenggaraan pemerintah daerah karena dianggap sebagai subyek
dalam setiap aktivitas pemerintahan, serta sebagai pelaku dan penggerak proses mekanisme dalam
sistem pemerintahan. Agar mekanisme pemerintahan dapat berjalan dengan baik dan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan, maka manusia atau subyek harus baik pula. Atau dapat dikatakan,
mekanisme pemerintahan baik dari daerah maupun pusat hanya dapat berjalan dengan baik dan
dapat mencapai tujuan seperti yang diinginkan jika manusia sebagai subyek sudah baik pula.

Faktor kedua yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah adalah
kemampuan keuangan daerah yang bisa mendukung dan membantu pembiayaan kegiatan
pemerintahan, pembangunan serta kemasyarakatan. Keuangan merupakan faktor penting dalam
melihat derajat kemandirian suatu daerah otonom untuk dapat mengukur, mengurus dan
membiayai urusan rumah tangganya. Manulang (1995: 23) mengatakan bahwa dalam kehidupan
suatu negara, masalah keuangan negara adalah hal yang sangat penting, jika kondisi keuangan
negara buruk maka pemerintah akan mendapati berbagai kesulitan dan rintangan dalam
menyelenggarakan semua kewajiban yang telah diberikan padanya.

Faktor ketiga yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah adalah
peralatan. Peralatan merupakan setiap benda atau alat yang dipergunakan untuk memperlancar
kegiatan pemerintah daerah untuk mencapai tujuannya, maka dari itu diperlukanlah peraltan yang
cukup dan memadai seperti alat-alat kantor, transportasi, alat komunikasi dan lain-lain.
Namun,peralatan yang memadai tersebut tergantung pula pada kondisi keuangan yang dimiliki
daerah, serta kecakapan dari aparat yang menggunakannya.

Faktor keempat yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah adalah
faktor organisasi dan manajemen yang baik, yaitu organisasi yang tergambar pada struktur
organisasi yang jelas berupa susunan satuan organisasi beserta pejabat, tugas dan wewenang, serta
hubungan satu sama lain dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Manajemen merupakan proses
manusia yang menggerakkan tindakan dalam usaha kerjasama, sehingga tujuan yang telah
ditentukan bisa dicapai.

Faktor lain yang dianggap sangat berpengaruh dalam keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah
adalah faktor anggaran, sebagai alat utama pada pengendalian keuangan daerah, sehingga rencana
anggaran yang dihadapkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) harus tepat dalam
bentuk dan susunannya. Anggaran berisi rancangan yang dibuat berdasarkan keahlian dengan
pandangan ke muka yang bijaksana, karena itu untuk menciptakan pemerintah daerah yang baik
untuk melaksanakan otonomi daerah, maka mutlak diperlukan anggaran yang baik pula.

Sumber :
- Lasiyo, dkk. (2021). Pendidikan Kewarganegaraan. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.
- http://repo.unand.ac.id/1318/1/FAKULTAS_EKONOMI.pdf

2. Dari uraian di atas lakukanlah analisis faktor apa saja hambatan dalam melaksanakan
otonomi daerah di Indonesia!
Jawab :

Berikut faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan otonomi daerah:

Pertama, daerah otonom di Indonesia tidak semuanya mempunyai sumber daya manusia (SDM)
yang terampil dan unggul, sehingga bantuan masih diperlukan dari pusat ataupun daerah lain.
Dengan mempunyai sumber daya manusia yang terampil dan unggul maka pelaksanaan otonomi
daerah di daerah tersebut akan bisa diatasi, dapat dilakukan dengan cara memberikan pelatihan-
pelatihan pengembangan diri pada masyarakat disekitar untuk ikut serta dan berperan aktif dalam
melaksanakan otonomi daerah.

Kedua, daerah otonom di Indonesia tidak semuanya mempunyai sumber daya alam (SDA) yang
memadai, sehingga sulit menggali dan memperoleh dana dari sumber daya alam. Jika di daerah
tersebut kekurangan atau tidak mempunyai sumber daya alam yang bisa dijadikan pendapatan
maka seharusnya yang dilakukan oleh pelaksana otonomi daerah di daerah tersebut ialah dengan
membuat, membentuk atau menciptakan suatu produk yang bisa dijual dan dapat mengembangkan
desa tersebut dari dana yang sudah didapatkan.

Ketiga, masih sering terjadinya tarik menarik tentang kewenangan masalah tertentu antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah, hal ini menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan
otonomi daerah.

Keempat, masih adanya kebiasaan sentralisasi (terpusat) yang mengakibatkan kreativitas di daerah
sulit untuk berkembang. seharusnya kebiasaan sentralisasi harus diminimalisir agar kreativitas di
daerah-daerah yang melaksanakan otonomi daerah dapat berkembang, mempunyai nilainya sendiri
dan tidak selalu terpaku pada hasil dari daerah pusat.

Kelima, sebagian besar daerah otonom di Indonesia masih terbisa bergantung kepada pemerintah
pusat terutama masalah mengenai pendanaan atau keuangan, yang mengakibatkan sulit untuk
berdiri sendiri (mandiri). Hal ini menjadi faktor penghambat dalam melaksanakan otonomi daerah,
sebab pemerintah pusat tidak hanya menangani masalah ini saja, oleh karena itu pemerintah daerah
atau pemerintah harus bisa mandiri untuk memperoleh atau mendapatkan dana dengan
mengadakan atau membuat suatu inovasi yang memiliki nilai jual akan bisa memperoleh dana
secara mandiri.

Keenam, sulitnya untuk mengatur sumber daya alam (SDA) yang dimiliki beberapa daerah yang
saling berbatasan. Hal ini juga menjadi faktor penghambat dalam melaksanakan otonomi daerah,
oleh karena itu langkah atau tindakan yang bisa dilakukan ialah dengan cara melakukan dan
melaksanakan kerjasama antara beberapa daerah yang memiliki sumber daya alam yang saling
berbatasan, dan menjaga kerukunan agar tidak terjadi permusuhan antar daerah karena masalah
sumber daya alam.

Ketujuh, terbatasnya sarana dan prasarana, bahkan sampai alat tulis komputer (ATK) hanya
mempunyai satu unit saja sebagai pendukung dalam melaksanakan tugas, melaksanakan otonomi
desa sebagai rangka pelaksanaan untuk membangun desa terutama dalam pelayanan masyarakat.

Kedelapan, sedikitnya aset desa yang bisa menghasilkan pendapatan, sehingga desa mengalami
kesulitan untuk mendapatkan sumber pendapatan desa yang mamadai guna untuk kegiatan
pelaksanaan pembangunan di desa.

Kesembilan, gaji/honor perangkat desa yang rendah mengakibatkan rendahnya semangat kerja
(etos kerja) pada perangkat desa, hal ini akan berdampak dan mengganggu optimalnya dalam
pelaksanaan otonomi daerah di desa.

Kesepuluh, masih banyak dari aparatur daerah atau aparatur desa yang masih kurang pemahaman
tentang makna dari otonomi daerah itu sendiri.

Kesebelas, masih belum dikeluarkannya regulasi mengenai pendelegasian kewenangan kepada


pemerintah daerah atau pemerintah desa menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan otonomi
daerah.

Keduabelas, masih ada kecenderungan para penghulu desa yang harus tunduk pada kebijakan dan
perintah dari kabupaten/pusat.

Ketigabelas, belum optimalnya pelaksanaan penyelenggaraan otonomi daerah oleh pemerintah


daerah.
Referensi:
- Lasiyo, dkk. (2021). Pendidikan Kewarganegaraan. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.
- BMP BMP MKDU4111 PKN
- https://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/4254/JURNAL.pdf

3. Dari uraian di atas lakukanlah telaah terkait dengan solusi nyata kita sebagai masyarakat
untuk menanggulangi hambatan pelaksanaan otonomi daerah!
Jawab :
Yang dapat dilakukan masyarakat untuk menanggulangi hambatan dalam pelaksanaan otonomi
daerah diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Keterlibatan par masyarakat dalam pengawasan terhadap pemerintah
daerah
2. Masyarakat dapat memberikan kritik dan koreksi membangun atas kebijakan dan tindakan
aparat pemerintah yang merugikan masyarakat dalam pelaksanaan Otonomi Daerah
3. Masyarakat juga perlu bertindak aktif dan berperan serta dalam rangka menyukseskan
pelaksanaan Otonomi Daerah

Untuk mengatur lebih lanjut mengenai partisipasi masyarakat tersebut, juga telah
dikeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 Tahun 2017 Tentang Partisipasi Masyarakat.
Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Dalam PP tersebut telah diatur bahwa partisipasi masyarakat dapat dilakukan melalui konsultasi
publik, penyampaian aspirasi, rapat dengar pendapat umum, kunjungan kerja, sosialisasi hingga
seminar, lokakarya, dan/atau diskusi. Kemudian beberapa cakupan partisipasi masyarakat
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang perlu dipelajari dan dipahami oleh
masyarakat itu sendiri ialah meliputi partisipasi masyarakat dalam penyusunan Peraturan Daerah
dan kebijakan daerah, perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemonitoran, dan
pengevaluasian pembangunan daerah, pengelolaan aset dan/atau sumber daya alam daerah, dan
penyelenggaraan pelayanan publik.
Partisipasi Masyarakat dalam Penyusunan Peraturan dan Kebijakan
Daerah
Berdasarkan Pasal 2 PP Nomor 45 Tahun 2017 tentang Partisipasi Masyarakat dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, masyarakat berhak memberikan masukan baik secara
lisan maupun tertulis dalam penyusunan peraturan dan kebijakan daerah. Masukan tersebut dapat
diberikan melalui rapat dengar pendapat umum, kunjungan kerja, sosialisasi dan/atau seminar,
lokakarya dan/atau diskusi (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah).

Pada proses pembentukan peraturan daerah (perencanaan, penyusunan, pembahasan dan


penetapan, dan pengundangan), aspirasi masyarakat tersebut dapat ditampung mulai dari tahap
perencanaan dalam penyusunan. Hal ini dilakukan sebagai usaha meningkatkan kualitas
pengambilan kebijakan, karena masyarakatlah yang akan terkena dampak akibat kebijakan
tersebut. Oleh sebab itu, diharapkan pihak eksekutif maupun legislatif dapat menangkap
pandangan dan kebutuhan dari masyarakat yang kemudian dituangkan dalam suatu peraturan
daerah.

Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan


Daerah
Ada berbagai bentuk partisipasi yang dapat dilakukan oleh masyarakat pada setiap proses
pembangunan daerah tersebut. Pada saat perencanaan pembangunan masayarakat dapat
berpartisipasi dalam bentuk penyampaian aspirasi konsultasi publik, diskusi dan musyawarah
pada tahapan penyusunan rancangan awal maupun pada musrenbang. Dalam penganggaran,
penyampaian aspirasi juga dilakukan dengan konsultasi publik diskusi, dan musyawarah untuk
mengawasi kesesuaian antara Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dengan Kebijakan
Umum Anggaran/ Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (KUA/PPAS). Selanjutnya,

pada pelaksanaan, masyarakat dapat melibatkan diri sebagai mitra dalam bentuk pemberian
hibah kepada pemerintah daerah dalam bentuk uang, barang, dan/atau jasa. Terakhir,
pada pengawasan dan evaluasi masyarakat dapat memastikan kesesuaian antara jenis kegiatan,
volume dan kualitas pekerjaan, waktu pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan, dan/atau
spesifikasi dan mutu hasil pekerjaan dengan rencana pembangunan daerah yang telah ditetapkan
(Pasal Pasal 14 ayat (1) PP Nomor 45 Tahun 2017).

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Aset dan Sumber Daya Alam


Daerah
Pemerintah Daerah harus mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan aset dan
sumber daya alam daerah tersebut yang meliputi penggunaan, pemanfaatan, pengamanan,
dan/atau pemeliharaannya sesuai dengan amanat Pasal 15 ayat (1) PP Nomor 45 Tahun 2017.
Partisipasi masyarakat dalam penggunaan dan pengamanan dilaksanakan dalam bentuk
pengawasan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh pengguna barang dalam mengelola dan
menatausahakan barang milik daerah. Partisipasi dalam pemanfaatan, dapat dilakukan dengan
bentuk sewa, kerja sama pemanfaatan, dan kerja sama penyediaan infrastruktur sehingga bisa
berdampak positif bagi masyarakat. Sedangkan partisipasi dalam bentuk pemeliharaan dapat
dilaksanakan masyarakat dalam bentuk kerja sama pemeliharaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pelayanan


Publik
Dalam PP Nomor 45 Tahun 2017, telah diatur tentang bagaiamana pengikutsertaan
masyarakat dalam pelayanan publik yang meliputi:

1. Penyusunan kebijakan Pelayanan Publik;


2. Penyusunan Standar Pelayanan;
3. Pengawasan dan evaluasi penyelenggaraan Pelayanan Publik; dan
4. Pemberian penghargaan.

Dari beberapa lingkup partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik


tersebut di atas, masyarakat dapat menyampaikan masukan, tanggapan, laporan, dan pengaduan
kepada penyelenggara atau pihak terkait. Maka dari itu, pemerintah daerah juga harus
memberikan informasi yang dibutuhkan serta menindaklanjuti masukan masyarakat tersebut.
Sumber :
- https://bangda.kemendagri.go.id/berita/baca_kontent/1520/partisipasi_masyarakat_
dala m_penyelenggaraan_pemerintahan_daerah_
- BMP BMP MKDU4111 PKN

4. Dari uraian di atas lakukanlah telaah terkait peran mahasiswa dalam upaya mewujudkan
praktek good governance!
Jawab :

Good Governance yang diartikan dalam tata pemerintahan ialah penggunaan suatu wewenang
ekonomi, politik dan administrasi untuk mengelola urusan-urusan negara pada semua tingkatan.
Terdapat empat karakteristik seorang pemimpin yang dapat memimpin suatu negara, yaiu
cendekia, jujur, berani dan teguh pendirian atau dapat diartikan sebagai wujud tata kelola
pemerintahan yang baik.

Dalam praktek good governance, mahasiswa mempunyai peranan sebagai berikut:


Sebagai Agent of Change, mahasiswa sebagai kaum intelektual dituntut agar membuat suatu
perubahan ke arah yang lebih baik lagi. Jika terjadi kondisi yang sedang tidak baik-baik saja
disekitarnya, maka mahasiswa harus segera bertindak tidak boleh diam. Karena saat ini banyak
sekali penyakit-penyakit pada masyarakat yang menghinggapi hati bangsa Indonesia ini, mulai
dari pejabat-pejabat diatas sana hingga pejabat-pejabat dibawahnya, dan ini tentunya akan tertular
pada banyak masyarakat. Sudah seharusnya mahasiswa bisa menghadapi masalah ini dan
mahasiswa harus bisa melakukan perubahan sebab perubahan itu merupakan harga mutlak dan
pasti akan terjadi walaupun mahasiswa diam.

Sebagai Agent of Control, mahasiswa juga harus berperan sebagai pengontrol atas kebijakan-
kebijakan yang telah dibuat dan ditetapkan oleh pemerintah, karena kebijakan-kebijakan tersebut
didalamnya terdapat katitan dengan kehidupan orang banyak. Mahasiswa bisa menjadi peranan
penting good governance pasa sistem pemerintahan. Mahasiswa harus berperan aktif sebagai
pengawal dan pendorong good governance yang dilakukan agar menciptakan kesejahteraan yang
seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.
Sebagai Iron Stock, mahasiswa merupakan aset, harapan bangsa dan cadangan di masa depan,
mahasiswa diharapkan bisa menjadi generasi yang tangguh serta mempunyai kemampuan, akhlaku
mulia dan moralitas agar dapat menggantikan generasi sebelumnya dengan lebih baik lagi. Hal ini
bisa dibuktikan dengan adanya organisasi yang ada dikampus yang pengurusannya selalu berganti-
ganti tiap generasinya, yang muda akan menjadi pemimpin. Bisa juga dilakukan dengan cara
mempelajari berbagai pengetahuan baik dari segi profesi maupun segi kemasyarakatan.

Mahasiswa sebagai aktor dalam social development berperan sebagai tenaga-tenaga terdidik yang
bisa menyalurkan keterampilan yang dimilikinya pada masyarakat mengenai isu-isu masyarakat,
contohnya dengan memberikan penyuluhan, pelatihan, program pendampingan masyarakat, kuliah
kerja nyata (KKN), dan sebagainya.
Mahasiswa sebagai "Guardian of Value", artinya mahasiswa mempunyai peran sebagai penjaga
nilai-nilai yang ada di masyarakat, nilai apa yang harus dijaga? yaitu nilai mahasiswa sebagai insan
akademis yang dalam memecahkan masalah dan mencari kebenaran selalu dengan cara berpikir
ilmiah, tidak dengan asal-asalan. Nilai yang dijaga harus terbukti kebenarannya dan mahasiswa
wajib menjaga kebenaran itu.

Mahasiswa Mempunyai keinsafan tanggung jawab terkait kesejahteraan masyarakat, Cekatan dan
mandiri dalam memperoleh, memelihara, dan memajukan ilmu pengetahuan, Mampu memangku
jabaran atau pekerjaan di masyarakat dengan amanah dan adil.

Mahasiswa memberikan informasi pada masyarakat agar ikut berpartisipasi dalam pemilihan
umum dengan menggunakan hak pilih sebaik-baiknya, agar bangsa dan negara Indonesia bisa maju
seperti negara lainnya di berbagai belahan dunia.

Mahasiswa memberikan dorongan dan dukungan serta memandu masyarakat secara langsung
untuk memilih partai politik dan calon wakil rakyat yang jujur, amanah, cerdas, berani, pejuang
serta mempunyai perjalanan hidup yang baik di mata masyarakat.
Mahasiswa memberikan infomasi pada masyarakat mengenai partai politik dan calon wakil rakyat
yang baik dan pantas untuk dipilih, agar hasil pemilihan umum bisa membawa bangsa ini semakin
maju dibawah pemimpin yang benar dan tepat.

Referensi:
- Lasiyo, dkk. (2021). Pendidikan Kewarganegaraan. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
- https://slideplayer.info/slide/2608898/
- https://www.slideserve.com/star/peran-mahasiswa-dalam-mewujudkan-pemerintahan-yang-
baik-good-governance
- BMP BMP MKDU4111 PKN

Anda mungkin juga menyukai