Anda di halaman 1dari 12

PEMILIHAN KEPALA DAERAH

SECARA LANGSUNG

Disusun oleh :

Dian Wahyu Kartika Caniago

041578071

AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TERBUKA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas karunia, hidayah dan nikmatnya
penulis dapat menyelesaikan makalah pendidikan kewarganegaraan ini. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah
kewarganegaraan, Bapak Ruhadi S.Pd, M.Pd, M.Sos

Makalah ini ditulis dari hasil ungkapan pemikiran saya sendiri yang bersumber dari
internet dan buku sebagai referensi, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar
mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah
ini.

Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
semoga hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai penjelasan yang cukup tentang Pilkada.
Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Demikan makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan yang membacanya,
sehingga, menambah wawasan dan pengetahuan  tentang bab ini. Aamiin.

Dumai, 16 November 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemilihan Kepala Daerah adalah Pemilu untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pemilihan langsung Kepala Daerah menjadi consensus politik nasional 1, yang
merupakan salah satu instrument penting penyelenggaraan pemerintahan setelah di
gulirkannya otonomi daerah di Indonesia. Sedangkan Indonesia sendiri telah
melaksanakan pilkada secara langsung sejak di berlakukannya Undang – Undang Nomor
32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Sejak Juni 2005, bangsa Indonesia
memasuki babak baru berkaitan dengan penyelenggaraan tata pemerintahan di tingkat
local. Kepala Daerah, baik bupati / walikota maupun gubenur yang sebelumnya di pilih
secara tidak langsung oleh DPRD, sejak Juni 2005 di pilih secara langsung oleh rakyat
melalui proses pemilihan Kepala Daerah yang sering di singkat dengan Pilkada
Langsung.

Pilkada langsung akan membuka ruang partisipasi yang lebih luas bagi
masyarakat dalam proses demokrasi untuk menentukan kepemimpinan politik di tingkat
lokal. Sistem ini juga membuka peluang bagi masyarakat untuk mengaktualisasi hak-hak
politiknya secara lebih baik tanpa harus direduksi oleh kepentingan – kepentingan elite
politik, seperti  ketika berlaku sistem demokrasi perwakilan.  Pilkada langsung juga
memicu timbulnya figure pemimpin yang aspiratif, kompeten, legitimate, dan
berdedikasi. Sudah barang tentu hal ini karena Kepala Daerah yang terpilih akan lebih
berorientasi pada warga dibandingkan pada segelitir elite di DPRD.

Pada dasarnya Pilkada langsung adalah memilih Kepala Daerah yang profesional,
legitimate, dan demokratis, yang mampu mengemban amanat otonomi daerah dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selayaknya Pilkada di Indonesia
dilaksanakan dengan efektif dan tetap menjunjung tinggi asas demokrasi dan hukum.
B. RUMUSAN MASALAH
Beberapa rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini :
1. Apa yang dimaksud dengan Pilkada ?
2. Bagaimanakah perkembangan Pilkada di di indonesia?
3. Apa kelebihan dan kelemahan sistem pemilihan kepala daerah secara langsung ?
4. Manfaat pemilihan kepala daerah dipilih secara langsung ?

C. TUJUAN

Di dalam penyusunan makalah ini ada beberapa tujuan yang ingin kami paparkan
antara lain sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pilkada


2. Untuk mengetahui bagaimanakah perkembangan Pilkada di di Indonesia
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan pemilihan kepala daerah secara
langsung
4. Untuk mengetahui manfaat pemilihan kepala daerah dipilih secara langsung

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pilkada

Hasil amandemen Undang – Undang Dasar 1945 telah membawa perubahan besar pada
sistem ketatanegaraan indonesia. Salah satu perubahan itu terkait dengan pengisian jabatan
kepala daerah. Pasal 18 ayat 4 UU tahun 1945 menyatakan bahwa “Gubernur, Bupati dan Wali
kota masing – masing sebagai kepala pemerintahan provinsi kabupaten dan kota dipilih secara
demokratis.” Frasa “ dipilih secara demokratis” bersifat luas, sehingga mencakup pengertian
pemilihan kepala daerah langsung oleh rakyat atau pun oleh DPRD seperti yang pada umumnya
pernah di praktikan di daerah – daerah berdasarkan ketentuan perundang – undangan yang
berlaku.

Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah memilih Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sebelum di berlakukannya
undang – undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah di pilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Namun sejak Juni 2005
Indonesia menganut sistem pemilihan Kepala Daerah secara langsung.

Pada dasarnya daerah merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dengan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini berkaitan dengan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah yang seharusnya sinkron dengan pemilihan presiden dan wakil presiden, yaitu
pemilihan secara langsung.

Menurut Rozali Abdullah, beberapa alasan mengapa di haruskan pemilihan Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah secara langsung adalah :

1. Mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat

Warga masyarakat di daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari warga
masyarakat Indonesia secara keseluruhan, yang mereka juga berhak atas kedaulatan yang
merupakan hak asasi mereka, yang hak tersebut di jamin dalam konstitusi kita Undang – Undang
Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Oleh karena itu, warga masyarakat di daerah,
berdasarkan kedaulatan yang mereka punya, di berikan hak untuk menentukan nasib daerahnya
masing – masing, antara lain dengan memilih Kepala Daerah secara langsung.

2. Legitimasi yang sama antar Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dengan DPRD

Sejak Pemilu legislatif 5 april 2004, anggota DPRD di pilih secara langsung oleh rakyat
melalui sistem proporsional dengan daftar calon terbuka. Apabila Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah tetap di pilih oleh DPRD, bukan di pilih langsung oleh rakyat, maka tingkat
legitimasi yang di miliki DPRD jauh lebih tinggi dari tingkat legitimasi yang di miliki oleh
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

3. Kedudukan yang sejajar antara Kepala Daerah dan wakil daerah dengan DPRD

Pasal 16 (2) UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa
DPRD, sebagai Badan Legislatif Daerah, berkedudukan sejajar dan menjadi mitra pemerintah
daerah. Sementara itu, menurut Pasal 34 (1) UU No. 22 Tahun 1999 Kepala Daerah di pilih oleh
DPRD dan menurut pasal 32 ayat 2 jo pasal 32 ayat 3 UU No. 22 Tahun 1999, Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab kepada DPRD. Logikanya apabila Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab kepada DPRD maka kedudukan DPRD lebih
tinggi daripada Kepala Daerah. Oleh karena itu, untuk memberikan mitra sejajar dan kedudukan
sejajar antar Kepala Daerah dan DPRD maka keduanya harus sama – sama di pilih oleh rakyat.

4. UU No. 22 Tahun 2003 tentang Susduk MPR, DPR, DPD, dan DPRD

Dalam UU di atas, kewenangan DPRD untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah sudah di cabut.

5. Mencegah politik uang

Sering kita mendengar isu politik uang dalam proses pemilihan Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah oleh DPRD. Masalah politik uang ini terjadi karena begitu besarnya wewenang
yang di miliki oleh DPRD dalam proses pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Oleh karena itu, apabila di lakukan pemilihan Kepala Daerah secara langsung kemungkinan
terjadinya politik uang bisa di cegah atau setidaknya di kurangi.
B. Perkembangan Pilkada di Indonesia

Pemilihan kepala daerah (Pilkada atau Pemilukada) di lakukan secara langsung oleh
penduduk daerah administratif setempat yang memenuhi syarat. Pemilihan kepala daerah di
lakukan satu paket bersama dengan wakil kepala daerah. Sebelum tahun 2005, kepala daerah dan
wakil kepala daerah di pilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sejak berlakunya
Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kepala daerah di pilih
secara langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau di
singkat Pilkada. Pilkada pertama kali di selenggarakan pada bulan Juni 2005.

Sejak berlakunya Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara


Pemilihan Umum, pilkada di masukkan dalam rezim pemilu, sehingga secara resmi bernama
Pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau di singkat Pemilukada.
Pemilihan kepala daerah pertama yang di selenggarakan berdasarkan undang – undang ini adalah
Pilkada DKI Jakarta 2007. Pada tahun 2011, terbit undang – undang baru mengenai
penyelenggara pemilihan umum yaitu Undang – Undang Nomor 15 Tahun 2011. Di dalam
undang – undang ini, istilah yang di gunakan adalah Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota.

Pada tahun 2014, DPR – RI kembali mengangkat isu krusial terkait pemilihan kepala
daerah secara langsung. Sidang Paripurna DPR RI pada tanggal 24 September 2014 memutuskan
bahwa Pemilihan Kepala Daerah di kembalikan secara tidak langsung, atau kembali di pilih oleh
DPRD. Putusan Pemilihan kepala daerah tidak langsung di dukung oleh 226 anggota DPR – RI
yang terdiri Fraksi Partai Golkar berjumlah 73 orang, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
berjumlah 55 orang, Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) berjumlah 44 orang, dan Fraksi Partai
Gerindra berjumlah 32 orang. Keputusan ini telah menyebabkan beberapa pihak kecewa.
Keputusan ini di nilai sebagai langkah mundur di bidang "pembangunan" demokrasi, sehingga
masih di carikan cara untuk menggagalkan keputusan itu melalui uji materi ke MK. Bagi
sebagian pihak yang lain, Pemilukada tidak langsung atau langsung di nilai sama saja. Tetapi
satu hal prinsip yang harus di garis bawahi (walaupun dalam pelaksanaan Pemilukada tidak
langsung nanti ternyata menyenangkan rakyat) adalah :
1. Pemilukada tidak langsung menyebabkan hak pilih rakyat hilang.
2. Pemilukada tidak langsung menyebabkan anggota DPRD mendapat dua hak sekaligus,
yakni hak pilih dan hak legislasi. Padahal jika Pemilukada secara langsung, tidak
menyebabkan hak pilih anggota DPRD (sebagai warga negara) hak pilihnya tetap ada.

C. Kelebihan dan kelemahan sistem pemilihan kepala daerah secara langsung

Kelebihan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung

a. Menghasilkan Kepala Daerah yang bertanggungjawab


b. Menghapuskan sistem politik oligarki
c. Menimbulkan keseimbangan antara anggota eksekutif dan anggota legislatif

Kelemahan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung

a. Biaya yang dikeluarkan negara untuk melangsungkan pemilihan umum cukup tinggi
b. Rawan terjadi penggelembungan suara dan politik uang
c. Rakyat enggan menggunakan hak pilihnya

D. Manfaat pemilihan kepala daerah di pilih secara langsung

Salah satu ciri negara demokrasi adalah adanya pemilihan umum yang di laksanakan
secara periodik, termasuk pemilihan pejabat publik pada tingkat lokal (kepala daerah). Jadi
dengan kata lain sebagus apa pun sebuah pemerintahan di rancang, ia tak bisa di anggap
demokratis kecuali para pejabat yang memimpin pemerintahan itu di pilih secara bebas oleh
warga negara dengan cara yang terbuka dan jujur. Ada berbagai pendapat yang mengutarakan
tentang keuntungan atau manfaat di laksanakannya pemilihan kepala daerah secara langsung,
salah satunya yaitu pendapat Warsito, Dekan FISIP UNDIP Semarang, yaitu ada enam
keuntungan pilkada langsung yaitu di antaranya sebagai berikut :

1. Pemilihan langsung oleh rakyat anggota DPR, DPRD, presiden, kpala daerah dan kepala
desa, menunjukkan adanya konsistensi penyelenggaraan pemerintahan dalam mekanisme
pemilihan pejabat pubik.
2. Pemilihan kepala daerah secara langsung oleh rakyat merupakan proses politik untuk
menuju pada kehidupan politik yang lebih demokratis dan bertanggung jawab. Para
pejabat publik yang di pilih oleh rakyat akan mempertanggung jawabkan kepada rakyat,
karena rakyat yang memiliki kedaulatan. Harapannya adalah setiap keputusan politik
yang diambil oleh pejabat publik semata – mata untuk kepentingan rakyat. Pemilihan
yang bebas dan adil adalah hal yang penting dalam menjamin "kesepakatan mereka yang
di perintah " sebagai fondasi politik demokratis. Mereka dengan serta merta menjadi
instrumen baik untuk penyerahan kekuasaan dan legitimasi , karena pemilu yang tidak
jujur bisa menimbulkan keraguan – keraguan pada kemenangan seseorang yang
menduduki jabatan di pemerintahan, keraguan tersebut akan mengurangi kecakapannya
dalam memerintah.
3. Pemilihan Kepala Daerah secara langsung merupakan proses politik yang dapat
memberikan pendidikan politik kepada rakyat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
dalam kerangka stabilitas nasional. Dengan pemilihan secara langsung, rakyat lama
kelamaan akan memahami tujuan untuk apa pemilihan diselenggarakan dengan demikian
mereka akan semakin kritis dalam mempertaruhkan hak – haknya.
4. Pemilihan kepala daerah secara langsung oleh rakyat akan mendorong pendewasaan
partai politik, terutama dalam perekrutan kader partai politik yang akan di tempatkan
sebagai calon kepala daerah. Calon yang di tetapkan oleh partai politik adalah mereka
yang telah diseleksi oleh partai dan diperkirakan memenangkan persaingan untuk
merebut suara rakyat. Jadi pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan seleksi
kepemimpinan lokal yang ideal untuk mendapatkan sepasang gubernur, bupati dan
walikota yang lebih berkualitas dan bertanggung jawab. Seorang pejabat publik yang
memperoleh dukungan luas dan kuat dari rakyat akan menjalankan fungsi – fungsi
kekuasaan negara dalam rangka tercapainya tujuan negara pada tingkat lokal. Mereka
akan merasa terikat dengan suara rakyat dan memperjuangkan kepentingan rakyat.
Pemilihan kepala daerah secara langsung dan periodik akan mengalami dinamika dalam
kehidupan politik rakyat. Rakyat akan semakin rasional dalam menentukan pilihan
sehingga tidak ada partai atau fraksi dalam sebuah partai yang mempunyai jaminan untuk
selamanya berkuasa atau mampu menempatkan kadernya sebagai kepala daerah.
5. Pemilihan kepala daerah secara langsung akan memperkuat dan mengembangkan konsep
check and balances dalam penyelenggaraan pemerintahan . Pemilihan kepala daerah
secara langsung, maka kepala daerah akan bertanggung jawab kepada rakyat bukan
kepada DPRD. Dengan demikian kedudukan kepala daerah kuat sebagai pejabat
pelaksana kebijakan politik, oleh karena itu apabila posisi kepala daerah hasil pilihan
rakyat di dukung oleh DPRD yang aspiratif dan mampu menjalankan fungsinya dengan
baik maka konsep check and balances akan dapat terlaksana dengan baik.
6. Masyarakat paham terhadap kedaulatan. Dalam UU No 22 tahun 1999, di sebutkan
kepala daerah di pilih oleh DPRD. Hal ini dapat di pahami bahwa kedaulatan rakyat di
serahkan kepada lembaga perwakilan yaitu DPRD . Penyerahan kedaulatan seperti itu
rasanya tidak dapat karena kedaulatan merupakan hak yang tidak dapat di delegasikan
atau di serahkan kepada lembaga manapun. Kedaulatan melekat pada rakyat yang
sewaktu – waktu dapat di kontrol dan kemungkinan di tarik apabila dalam pelaksanaan
kebijakan kepala daerah menyimpang dari yang di harapkan , oleh karena itu seharusnya
tidak di serahkan kepada sebuah lembaga.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah memilih Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sebelum di berlakukannya
undang – undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah di pilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Namun sejak Juni 2005
Indonesia menganut system pemilihan Kepala Daerah secara langsung. Pemilihan kepala daerah
(Pilkada atau Pemilukada) dilakukan secara langsung oleh penduduk daerah administratif
setempat yang memenuhi syarat. Pemilihan kepala daerah dilakukan satu paket bersama dengan
wakil kepala daerah.

Untuk melaksanakan tugas – tugas dan fungsi pemerintahan daerah sudah barang tentu
harus memerlukan pemimpin yang akan mengambil kebijakan – kebijakan dalam menjalankan
roda pemerintahan daerah tersebut. Untuk memilih pemimpin sautu daerah tersebut harus dipilih
langsung oleh rakyatnya sebagai perwujudan pengembalian hak – hak dasar masyarakat di
daerah dengan memberikan kewenangan yang utuh dalam rangka rekrutmen pimpinan daerah
sehingga mendinamisir kehidupan demokrasi di tingkat lokal.

B. SARAN

Dalam memilih pemimpin daerah secara langsung sudah merupakan langkah yang sesuai
dengan semestinya, sebab masyarakat dapat memilih secara langsung pemimpin daerahnya yang
menurut mereka pemimpin mana yang lebih berkualitas untuk memimpin daerahnya. Akan tetapi
dalam hal ini harus penuh pengawasan dari yang berwenang untuk itu agar masyarakat yang
memililh secara langsung tersebut tidak melakukan berbagai penyimpangan dalam tatacara
melakukan pemilihan kepala daerah.
C. DAFTAR PUSTAKA

MKDU 4111

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pasal 1 ayat 4.

Eko Prasojo, Irfan Ridwan Maksum, dan Teguuh Kurniawan, Desentralisasi & Pemerintahan
daerah: Antara Model Demokrasi Lokal & Efisiensi Struktural, 2006.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pasal 1 ayat 4.

Rozali Abdullah, pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Derah secara Langsung,
PT Raja Grafindo, 2005.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pasal 1 ayat 4.

Ubaedillah & Abdul Rozak, pendidikan kewarganegaraan, edisi revisi, 2012

Anda mungkin juga menyukai