Anda di halaman 1dari 14

Tugas 1

Nama : Dian Wahyu Kartika Caniago


Nim : 041578071

1. Bagaimana sejarah konsep civil society dan masyarakat madani ?

Jawab :

Masyarakat Madani dalam bahasa Inggris civil society dapat diartikan sebagai
masyarakat yang beradab untuk membangun, memimpin, dan kehidupan memaknai. Kata
madani itu sendiri berasal dari bahasa Inggris yang berarti “beradab” Istilah masyarakat
madani atau beradab adalah terjemahan dari masyarakat sipil atau beradab, yang berarti
bahwa masyarakat yang beradab.

Masyarakat madani mempunyai konsep adalah yang berwayuh wajah. Memiliki banyak
makna atau arti sering ditafsirkan dengan arti yang berbeda – berbeda. Bila mengacu
pada definisi dalam bahasa Inggris, itu berasal dari masyarakat madani atau masyarakat
sipil, sebuah kontraposisi dari masyarakat militer.

Istilah masyarakat madani selain mengacu pada konsep masyarakat madani, juga
didasarkan pada konsep negara kota yang dibangun dari Madinah Nabi Muhammad SAW
pada tahun 622 M. Masyarakat madani juga mengacu pada konsep tamadhun
“masyarakat beradab” yang diperkenalkan Ibnu Khaldun, dan konsep Al Madinah al
Fadhilah “Madinah sebagai Negara Utama” dinyatakan oleh filsuf al-Farabi di abad
pertengahan.

Menurut Dr Ahmad Hatta, seorang peneliti di Institut Pengembangan Pesantren dan Studi
Islam, Al Haramain, Piagam Madinah merupakan dokumen penting yang membuktikan
bagaimana kemajuan yang sangat pesat dari masyarakat yang dibangun pada waktu itu,
serta memberikan kejelasan hukum dan konfirmasi konstitusi dari masyarakat. Bahkan,
dengan menganut pendapat Hamidullah (First Written Constitutions in the World,
Lahore, 1958), Madinah adalah konstitusi tertulis pertama dalam sejarah manusia.
Sementara konsep masyarakat madani atau harta Barat dikenal sebagai masyarakat
madani (civil society), muncul selama Pencerahan (Renaissance) di Eropa melalui ide-ide
dari John Locke dan Immanuel Kant. Sebagai sebuah konsep, masyarakat madani berasal
dari sejarah panjang masyarakat Barat yang biasanya dipersandingkan dengan konsepsi
negara (negara) .Dalam tradisi Eropa abad ke-18, gagasan masyarakat sipil dianggap
sama dengan negara (the state), yang merupakan kelompok atau badan yang ingin
mendominasi kelompok lain.

2. Sebutkan prinsip-prinsip masyarakat madani dan jelaskan !

Jawab :

1. Free public sphere (ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat memiliki akses penuh
terhadap setiap kegiatan publik, mereka berhak melakukan kegiatan secara merdeka
dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul, serta mempublikasikan
informasikan kepada publik.
2. Demokratisasi, yaitu proses untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi sehingga
muwujudkan masyarakat yang demokratis. Untuk menumbuhkan demokratisasi
dibutuhkan kesiapan anggota masyarakat berupa kesadaran pribadi, kesetaraan, dan
kemandirian serta kemampuan untuk berperilaku demokratis kepada orang lain dan
menerima perlakuan demokratis dari orang lain. Demokratisasi dapat terwujud
melalui penegakkan pilar-pilar demokrasi yang meliputi :

a. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)


b. Pers yang bebas
c. Supremasi hukum
d. Perguruan Tinggi
e. Partai politik

3. Toleransi, yaitu kesediaan individu untuk menerima pandangan-pandangan politik


dan sikap sosial yang berbeda dalam masyarakat, sikap saling menghargai dan
menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh orang/kelompok lain.
4. Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan menerima kenyataan mayarakat yang majemuk
disertai dengan sikap tulus, bahwa kemajemukan sebagai nilai positif dan merupakan
rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
5. Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan dan pembagian yang
proporsiaonal antara hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu terhadap
lingkungannya.
6. Partisipasi sosial, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar bersih dari rekayasa,
intimidasi, ataupun intervensi penguasa/pihak lain, sehingga masyarakat memiliki
kedewasaan dan kemandirian berpolitik yang bertanggungjawab.
7. Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya keadilan.
Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang memiliki kedudukan
dan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali.

3. Bagaimana peran yang dapat dilakukan oleh umat beragama dalam mewujudkan
masyarakat madani ?

Jawab :

Indonesia adalah negara yang didasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Penduduk
Bangsa Indonesia sudah dapat dimaklumi bahwa setiap penduduk harus beragama.
Agama yang diakui oleh negara adalah Islam, Kristen (Katolik dan Protestan), Hindu,
Budha, dan Kong Hu Cu. Dengan demikian, maka warga negara Indonesia harus
memeluk satu agama di antara agama-agama tersebut.

Umat beragama adalah kumpulan atau kelompok warga negara Indonesia dari pemeluk
masing-masing agama. Umat beragama di Indonesia terdiri dari umat Islam, umat Kristen
(Katholik dan Protestan), umat Hindu, umat Budha, dan umat Kong Hu cu.

Masing-masing pemeluk beragama telah sadar bahwa agamanya mengajarkan kebaikan


bagi umat semuanya termasuk bagi negaranya. Kemajuan yang telah dicapai oleh Bangsa
Indonesia sudah secara otomatis adalah merupakan peran serta umat beragama di
Indonesia. Tentu perannya itu tidaklah sama kontribusi pada setiap umat beragama,
namun dengan mengesampingkan tingkat kontribusi tersebut kita harus dapat menerima
bahwa masing-masing umat beragama telah memberikan kontribusi positif bagi
perkembangan bangsa ini. Tentu, pada buku ini tidaklah mungkin mencantumkan masin-
masing kontribusi umat beragama terhadap bangsa yang kita cintai ini.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural di mana bangsa ini terdiri dari pelbagai
macam suku, bahasa, etnis, agama, dll. meskipun plural, bangsa ini terikat oleh kesatuan
kebangsaan akibat pengalaman yang sama: penjajahan yang pahit dan getir. Kesatuan
kebangsaan itu dideklarasikan melalui Sumpah Pemuda 1928 yang menyatakan ikrar:
satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa: Indonesia. Kesatuan kebangsaan momentum
historisnya ada pada Pancasila ketika ia dijadikan sebagai falsafah dan ideologi negara.
Jika dibandingkan, ia sama kedudukannya dengan Piagam Madinah. Keduanya, Pancasila
dan Piagam Madinah merupakan platform bersama semua kelompok yang ada untuk
mewujudkan cita-cita bersama, yakni masyarakat madani.

Salah satu pluralitas bangsa Indonesia adalah agama. Karena itu peran umat beragama
dalam mewujudkan masyarakat madani sangat penting. Peran itu dapat dilakukan, antara
lain, melalui dialog untuk mengikis kecurigaan dan menumbuhkan saling pengertian,
melakukan studi-studi agama, menumbuhkan kesadaran pluralisme, dan menumbuhkan
kesadaran untuk bersama-sama mewujudkan masyarakat madani.

4. Sebutkan beberapa poin penting hak asasi manusia dalam Islam beserta ayat al-Qur‟an
yang berkaitan dengannya !

Jawab :

Apa yang disebut dengan hak asasi manusia dalam aturan buatan manusia adalah
keharusan (dharurat) yang mana masyarakat tidak dapat hidup tanpa dengannya. Para
ulama muslim mendefinisikan masalah-masalah dalam kitab Fiqh yang disebut sebagai
Ad-Dharurat Al-Khams, dimana ditetapkan bahwa tujuan akhir syari‟ah Islam adalah
menjaga akal, agama, jiwa, kehormatan dan harta benda manusia. Nabi saw telah
menegaskan hak-hak ini dalam suatu pertemuan besar internasional, yaitu pada haji
wada‟. Dari Abu Umamah bin Tsa‟labah, nabi saw bersabda: "Barangsiapa merampas
hak seorang muslim, maka dia telah berhak masuk neraka dan haram masuk surga."
Seorang lelaki bertanya: "Walaupun itu sesuatu yang kecil, wahay rasulullah ?" Beliau
menjawab: "Walaupun hanya sebatang kayu arak." (HR. Muslim).

Islam berbeda dengan sistem lain dalam hal bahwa hak-hak manusia sebagai hamba
Allah tidak boleh diserahkan dan bergantung kepada penguasa dan undang-undangnya.
Tetapi semua harus mengacu pada hukum Allah. Sampai kepada soal shadaqah tetap
dipandang sebagaimana hal-hal besar lain. Misalnya Allah melarang bershadaqah
(berbuat baik) dengan hal-hal yang buruk. "Dan janganlah kamu memilih yang buruk-
buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya..." (QS. 2: 267).

1. Hak-hak Alamiah

Hak-hak alamiah manusia telah diberikan kepada seluruh ummat manusia sebagai
makhluk yang diciptakan dari unsur yang sama dan dari sumber yang sama pula
(lihat QS. 4: 1, QS. 3: 195).

a. Hak Hidup

Allah menjamin kehidupan, diantaranya dengan melarang pembunuhan


dan meng-qishas pembunuh (lihat QS. 5: 32, QS. 2: 179). Bahkan hak
mayit pun dijaga oleh Allah. Misalnya hadist nabi: "Apabila seseorang
mengkafani mayat saudaranya, hendaklah ia mengkafani dengan baik."
Atau "Janganlah kamu mencaci-maki orang yang sudah mati. Sebab
mereka telah melewati apa yang mereka kerjakan." (Keduanya HR.
Bukhari).

b. Hak Kebebasan Beragama dan Kebebasan Pribadi

Kebebasan pribadi adalah hak paling asasi bagi manusia, dan kebebasan
paling suci adalah kebebasan beragama dan menjalankan agamanya,
selama tidak mengganggu hak-hak orang lain. Firman Allah: "Dan
seandainya Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman orang di muka bumi
seluruhnya. Apakah kamu memaksa manusia supaya mereka menjadi
orang beriman semuanya?" (QS. 10: 99).

Untuk menjamin kebebasan kelompok, masyarakat dan antara negara,


Allah memerintahkan memerangi kelompok yang berbuat aniaya terhadap
kelompok lain (QS. 49: 9). Begitu pula hak beribadah kalangan non-
muslim. Khalifah Abu Bakar menasehati Yazid ketika akan memimpin
pasukan: "Kamu akan menemukan kaum yang mempunyai keyakinan
bahwa mereka tenggelam dalam kesendirian beribadah kepada Allah di
biara-biara, maka biarkanlah mereka." Khalid bin Walid melakukan
kesepakatan dengan penduduk Hirah untuk tidak mengganggu tempat
peribadahan (gereja dan sinagog) mereka serta tidak melarang upacara-
upacaranya.

Kerukunan hidup beragama bagi golongan minoritas diatur oleh prinsip


umum ayat "Tidak ada paksaan dalam beragama." (QS. 2: 256).
Sedangkan dalam masalah sipil dan kehidupan pribadi (ahwal syakhsiyah)
bagi mereka diatur syari‟at Islam dengan syarat mereka bersedia
menerimanya sebagai undang-undang. Firman Allah: "Apabila mereka
(orang Yahudi) datang kepadamu minta keputusan, berilah putusan antara
mereka atau biarkanlah mereka. Jika engkau biarkan mereka, maka tidak
akan mendatangkan mudharat bagimu. Jika engkau menjatuhkan putusan
hukum, hendaklah engkau putuskan dengan adil. Sesungguhnya Allah
mengasihi orang-orang yang adil." (QS. 5: 42). Jika mereka tidak
mengikuti aturan hukum yang berlaku di negara Islam, maka mereka
boleh mengikuti aturan agamanya - selama mereka berpegang pada ajaran
yang asli. Firman Allah: "Dan bagaimana mereka mengangkat kamu
sebagai hakim, sedangkan ada pada mereka Taurat yang di dalamnya ada
hukum Allah? Kemudian mereka tidak mengindahkan keputusanmu.
Sesungguhnya mereka bukan orang-orang yang beriman ." (QS.5: 7).
c. Hak Bekerja

Islam tidak hanya menempatkan bekerja sebagai hak tetapi juga


kewajiban. Bekerja merupakan kehormatan yang perlu dijamin. Nabi saw
bersabda: "Tidak ada makanan yang lebih baik yang dimakan seseorang
daripada makanan yang dihasilkan dari usaha tangannya sendiri." (HR.
Bukhari). Dan Islam juga menjamin hak pekerja, seperti terlihat dalam
hadist: "Berilah pekerja itu upahnya sebelum kering keringatnya." (HR.
Ibnu Majah).

2. Hak Hidup

Islam melindungi segala hak yang diperoleh manusia yang disyari‟atkan oleh
Allah. Diantara hak-hak ini adalah :

a. Hak Pemilikan

Islam menjamin hak pemilikan yang sah dan mengharamkan penggunaan cara
apapun untuk mendapatkan harta orang lain yang bukan haknya, sebagaimana
firman Allah: "Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang
lain diantara kamu dengan jalan bathil dan janganlah kamu bawa urusan harta
itu kepada hakim agar kamu dapat memakan sebagian harta benda orang lain
itu dengan jalan berbuat dosa padahal kamu mengetahuinya." (QS. 2: 188).
Oleh karena itulah Islam melarang riba dan setiap upaya yang merugikan hajat
manusia. Islam juga melarang penipuan dalam perniagaan. Sabda nabi saw:
"Jual beli itu dengan pilihan selama antara penjual dan pembeli belum
berpisah. Jika keduanya jujur dalam jual-beli, maka mereka diberkahi. Tetapi
jika berdusta dan menipu berkah jual-bei mereka dihapus." (HR. Al-Khamsah)

Islam juga melarang pencabutan hak milik yang didapatkan dari usaha yang
halal, kecuali untuk kemashlahatan umum dan mewajibkan pembayaran ganti
yang setimpal bagi pemiliknya. Sabda nabi saw: "Barangsiapa mengambil hak
tanah orang lain secara tidak sah, maka dia dibenamkan ke dalam bumi lapis
tujuh pada hari kiamat." Pelanggaran terhadap hak umum lebih besar dan
sanksinya akan lebih berat, karena itu berarti pelanggaran tehadap masyarakat
secara keseluruhan.

b. Hak Berkeluarga

Allah menjadikan perkawinan sebagai sarana mendapatkan ketentraman.


Bahkan Allah memerintahkan para wali mengawinkan orang-orang yang
bujangan di bawah perwaliannya (QS. 24: 32). Aallah menentukan hak dan
kewajiban sesuai dengan fithrah yang telah diberikan pada diri manusia dan
sesuai dengan beban yang dipikul individu.

Pada tingkat negara dan keluarga menjadi kepemimpinan pada kepala


keluarga yaitu kaum laki-laki. Inilah yang dimaksudkan sebagai kelebihan
laki-laki atas wanita (QS. 4: 34). Tetapi dalam hak dan kewajiban masing-
masing memiliki beban yang sama. "Dan para wanita mempunyai hak yang
seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma‟ruf, akan tetapi para
suami mempunyai satu tingkatan kelebihan dari istrinya." (QS. 2: 228)

c. Hak Keamanan

Dalam Islam, keamanan tercermin dalam jaminan keamanan mata


pencaharian dan jaminan keamanan jiwa serta harta benda. Firman Allah:
"Allah yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan
lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan." (QS. Quraisy: 3-4).

Diantara jenis keamanan adalah dilarangnya memasuki rumah tanpa izin (QS.
24: 27). Jika warga negara tidak memiliki tempat tinggal, negara berkewajiban
menyediakan baginya. Termasuk keamanan dalam Islam adalah memberi
tunjangan kepada fakir miskin, anak yatim dan yang membutuhkannya. Oleh
karena itulah, Umar bin Khattab menerapkan tunjangan sosial kepada setiap
bayi yang lahir dalam Islam baik miskin ataupun kaya. Dia berkata: "Demi
Allah yang tidak ada sembahan selain Dia, setiap orang mempunyai hak
dalam harta negara ini, aku beri atau tidak aku beri." (Abu Yusuf dalam Al-
Kharaj). Umar jugalah yang membawa seorang Yahudi tua miskin ke petugas
Baitul-Maal untuk diberikan shadaqah dan dibebaskan dari jizyah.

Bagi para terpidana atau tertuduh mempunyai jaminan keamanan untuk tidak
disiksa atau diperlakukan semena-mena. Peringatan rasulullah saw:
"Sesungguhnya Allah menyiksa orang-orang yang menyiksa manusia di
dunia." (HR. Al-Khamsah). Islam memandang gugur terhadap keputusan yang
diambil dari pengakuan kejahatan yang tidak dilakukan. Sabda nabi saw:
"Sesungguhnya Allah menghapus dari ummatku kesalahan dan lupa serta
perbuatan yang dilakukan paksaan" (HR. Ibnu Majah).

Diantara jaminan keamanan adalah hak mendpat suaka politik. Ketika ada
warga tertindas yang mencari suaka ke negeri yang masuk wilayah Darul
Islam. Dan masyarakat muslim wajib memberi suaka dan jaminan keamanan
kepada mereka bila mereka meminta. Firman Allah: "Dan jika seorang dari
kaum musyrikin minta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia
sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ke tempat yang aman
baginya." (QS. 9: 6).

d. Hak Keadilan

Diantara hak setiap orang adalah hak mengikuti aturan syari‟ah dan diberi
putusan hukum sesuai dengan syari‟ah (QS. 4: 79). Dalam hal ini juga hak
setiap orang untuk membela diri dari tindakan tidak adil yang dia terima.
Firman Allah swt: "Allah tidak menyukai ucapan yang diucapkan terus-terang
kecuali oleh orang yang dianiaya." (QS. 4: 148).

Merupakan hak setiap orang untuk meminta perlindungan kepada penguasa


yang sah yang dapat memberikan perlindungan dan membelanya dari bahaya
atau kesewenang-wenangan. Bagi penguasa muslim wajib menegakkan
keadilan dan memberikan jaminan keamanan yang cukup. Sabda nabi saw:
"Pemimpin itu sebuah tameng, berperang dibaliknya dan berlindung
dengannya." (HR. Bukhari dan Muslim).

Termasuk hak setiap orang untuk mendapatkan pembelaan dan juga


mempunyai kewajiban membela hak orang lain dengan kesadarannya.
Rasulullah saw bersabda: "Maukah kamu aku beri tahu saksi yang palng baik?
Dialah yang memberi kesaksian sebelum diminta kesaksiannya." (HR.
Muslim, Abu Daud, Nasa‟i dan Tirmidzi). Tidak dibenarkan mengambil hak
orang lain untuk membela dirinya atas nama apapun. Sebab rasulullah
menegaskan: "Sesungguhnya pihak yang benar memiliki pembelaan." (HR.
Al-Khamsah). Seorang muslim juga berhak menolak aturan yang bertentangan
dengan syari‟ah, dan secara kolektif diperintahkan untuk mengambil sikap
sebagai solidaritas terhadap sesama muslim yang mempertahankan hak.

e. Hak Saling Membela dan Mendukung

Kesempurnaan iman diantaranya ditunjukkan dengan menyampaikan hak


kepada pemiliknya sebaik mungkin, dan saling tolong-menolong dalam
membela hak dan mencegah kedzaliman. Bahkan rasul melarang sikap
mendiamkan sesama muslim, memutus hubungan relasi dan saling berpaling
muka. Sabda nabi saw: "Hak muslim terhadap muslim ada lima: menjawab
salam, menjenguk yang sakit, mengantar ke kubur, memenuhi undangan dan
mendoakan bila bersin." (HR. Bukhari).

f. Hak Keadilan dan Persamaan

Allah mengutus rasulullah untuk melakukan perubahan sosial dengan


mendeklarasikan persamaan dan keadilan bagi seluruh umat manusia (lihat
QS. Al-Hadid: 25, Al-A‟raf: 157 dan An-Nisa: 5). Manusia seluruhnya sama
di mata hukum. Sabda nabi saw: "Seandainya Fathimah anak Muhammad
mencuri, pasti aku potong tangannya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Pada masa rasulullah banyak kisah tentang kesamaan dan keadilan hukum ini.
Misalnya kasus putri bangsawan dari suku Makhzum yang mencuri lalu
dimintai keringanan hukum oleh Usamah bin Zaid, sampai kemudian rasul
menegur dengan: "... Apabila orang yang berkedudukan di antara kalian
melakukan pencurian, dia dibiarkan. Akan tetapi bila orang lemah yang
melakukan pencurian, mereka memberlakukan hukum kriminal..." Juga kisah
raja Jabalah Al-Ghassani masuk Islam dan melakukan penganiayaan saat haji,
Umar tetap memberlakukan hukum meskipun ia seorang raja. Atau kisah Ali
yang mengadukan seorang Yahudi mengenai tameng perangnya, dimana
Yahudi akhirnya memenangkan perkara.

Umar pernah berpesan kepada Abu Musa Al-Asy‟ari ketika mengangkatnya


sebagai Qadli: "Perbaikilah manusia di hadapanmu, dalam majlismu, dan
dalam pengadilanmu. Sehingga seseorang yang berkedudukan tidak
mengharap kedzalimanmu dan seorang yang lemah tidak putus asa atas
keadilanmu."

5. Bagaimana hubungan Islam dan demokrasi !

Jawab :

Ada tiga pendapat yang berbeda dalam menyikapi hubungan Demokrasi dengan Islam.

1. Mereka yang menolak demokrasi dengan mengatasnamakan Islam.

Mereka ini berpendapat bahwa demokrasi dan Islam adalah dua hal yang
bertentangan dan tidak akan bisa dipertemukan. Mereka beralasan :

a. Demokrasi merupakan hasil pemikiran manusia sedangkan Islam berasal dari Allah.
b. Demokrasi berarti kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat; sedangkan
Islam mengatakan bahwa kekuasaan itu milik Allah.
c. Demokrasi ditentukan oleh suara terbanyak, padahal belum tentu suara terbanyak
merupakan kebenaran.
d. Demokrasi adalah hal baru yang termasuk dalam kategori bid‟ah dalam agama;
generasi Islam sebelumnya tidak mengenal adanya sistem demokrasi. Nabi saw
bersabda, “Barangsiapa menciptakan hal baru yang sebelumnya tidak ada dalam
agama kita, maka hal tersebut ditolak.” (HR. Muslim, Ahmad). Juga hadits Nabi
lainnya, “Barangsiapa melakukan suatu perbuatan yang tidak ada dalam agama kami,
ia akan ditolak.” (HR. Muslim, Ahmad, An-Nasa‟i). Demikian pula ada hadits yang
menyatakan, “Perkataan yang paling benar adalah Kitabullah, sebaik-baik petunjuk
adalah petunjuk Nabi Muhammad, seburuk-buruk hal adalah sesuatu yang diada-
adakan. Setiap yang diada-adakan adalah bid‟ah. Setiap bid‟ah adalah sesat, dan
kesesatan itu akan mengantarkan ke neraka.” (HR. Muslim, Ahmad, An-Nasa‟i)
e. Demokrasi merupakan produk Barat yang notabene sekuler dan kafir. Bagaimana kita
akan mengikuti ajaran orang-orang yang ingkar pada Allah dan Rasul-Nya?

Karena alasan-alasan tersebut mereka dengan tegas menolak demokrasi. Mereka juga
mengecam orang-orang Islam yang menerima dan menerapkan demokrasi. Bahkan
mereka tidak segan-segan menuduhnya musuh Islam. Ada juga diantara mereka yang
menganggap demokrasi itu syirik dan sebagai bentuk kekufuran.

2. Mereka yang menerima demokrasi secara total tanpa reserve.


Kelompok ini menganggap bahwa demokrasi Barat adalah satu-satunya solusi yang
tepat untuk mengatasi problematika negara, pemerintahan, rakyat dan tanah air.
Mereka menerima demokrasi Barat bulat-bulat, termasuk sistem ekonomi liberalnya
dan sistem sosial kemasyarakatannya yang bebas tanpa batas.
Mereka meng-copy paste demokrasi Barat tanpa edit, dan ingin menerapkannya
persis sama dengan praktek demokrasi di negara-negara Barat. Demokrasi yang tidak
berdasarkan akidah, tidak mengenal akhlak, mengabaikan ibadah dan menyepelekan
syari‟ah. Bukan hanya itu, demokrasi Barat memisahkan secara diametral urusan
agama dengan urusan negara.
Mereka ini korban dari ghazwul-fikri, perang budaya, yang berujung pada kekalahan
dan melahirkan mentalitas „kaum terjajah‟ yang bangga apabila dapat meniru sikap
dan perilaku penguasa penjajahnya.
3. Mereka yang menerima demokrasi secara moderat.
Kelompok ini berpendapat bahwa ada yang positif dalam sistem demokrasi, dan
hakikat dari demokrasi itu sendiri tidak bertentangan, bahkan bersesuaian, dengan
ajaran Islam. Sebagaimana kita ketahui bahwa hakikat demokrasi itu adalah hak
rakyat untuk memilih siapa pemimpinnya. Tidak boleh ada yang memaksa mereka
untuk memilih pemimpin yang tidak mereka sukai, atau pemimpin zhalim, atau
korup, yang merampas hak-hak mereka sebagai rakyat.
Substansi demokrasi ini berarti juga meniscayakan perlu adanya mekanisme dalam
pemerintahan yang memungkinkan rakyat untuk melakukan fungsi kontrol atau
pengawasan, juga evaluasi terhadap jalannya pemerintahan.

Disamping perlu pula adanya mekanisme yang memungkinkan rakyat memberikan


peringatan dan menasihati pemimpin apabila mereka menyimpang dari amanat yang
diberikan kepada mereka; juga peringatan keras kepada pemimpin yang tidak mau
mendengarkan aspirasi rakyatnya; bahkan memungkinkan rakyat untuk
memakzulkannya dengan jalan damai.

Kelompok ini juga berpandangan, apabila terjadi perbedaan pendapat antara


pemerintah (eksekutif) dengan parlemen (legislatif), atau dengan tokoh-tokoh
masyarakat, dalam masalah yang berkaitan dengan syari‟ah; maka perbedaan tersebut
dibawa, untuk ditengahi, kepada Majelis Ulama atau bahkan Mahkamah Konstitusi
yang mengundang ulama-ulama yang berkompeten di bidangnya, agar ditetapkan
keputusannya sesuai dengan Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Hal ini sesuai dengan
perintah Allah swt: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul,
dan ulil amri (pemimpin) diantara kalian. Apabila kalian berselisih pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur‟an) dan Rasul (Sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian.” (QS. An-Nisaa‟,
4:59).

Sementara jika terjadi perselisihan pendapat dalam masalah-masalah sosial, politik,


ekonomi dan kemasyarakatan yang masuk dalam kategori mubah, maka yang
pengambilan keputusannya diupayakan melalui musyawarah untuk mencapai
mufakat. Apabila tidak tercapai mufakat, maka bisa melalui pengambilan pendapat
melalui suara terbanyak (voting); karena pendapat dua orang atau lebih dekat kepada
kebenaran daripada pendapat satu orang. Hal ini sesuai dengan logika syari‟at Islam,
disamping logika politik yang memang “harus ada yang diunggulkan”. Yang
diunggulkan ketika terjadi perselisihan pendapat adalah jumlah yang terbanyak.

Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya syetan itu bersama satu orang dan dia
menjauh dari orang berdua.” (HR. At-Tirmidzy dan Al-Hakim). Nabi saw juga pernah
bersabda kepada Abu Bakar dan Umar, “Seandainya kalian berdua menyepakati suatu
pendapat, tentu aku tidak akan menyalahi kalian berdua.” (HR. Ahmad).

Dengan kata lain, pendapat yang didukung dua orang lebih diunggulkan daripada
pendapat seorang, sekalipun itu pendapat Rasulullah saw, selagi dalam masalah-
masalah di luar lingkup syari‟at dan apa yang telah ditetapkan Allah.

Sumber :

https://www.eramuslim.com/berita/analisa/islam-dan-demokrasi.htm#.XaqQzH8U_IV

http://www.angelfire.com/id/sidikfound/ham.html

https://bipolpa.blogspot.com/2016/09/makalah-peran-umat-beragama-dalam.html

https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-dan-sejarah-masyarakat-madani-menurut-para-
ahli/

MKDU 4221

Anda mungkin juga menyukai