Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 1

Nama : Gebrina Sephira


NIM : 031073655
Program Studi : 310 / Ilmu Perpustakaan

Pertanyaan!

1) Bagaimana sejarah konsep civil society dan masyarakat madani?


2) Sebutkan prinsip-prinsip masyarakat madani dan jelaskan!
3) Bagaimana peran yang dapat dilakukan oleh umat beragama dalam mewujudkan
masyarakat madani?
4) Sebutkan beberapa poin penting hak asasi manusia dalam Islam beserta ayat al-
Qur’an yang berkaitan dengannya!
5) Bagaimana hubungan Islam dan demokrasi?

Jawaban :

1) Istilah civil society mula-mula muncul di Inggris dalam masa-masa awal


perkembangan kapitalisme modern. Civil society senantiasa bercirikan kebebasan
serta keterlepasan dari keterbatasan-keterbatasan oleh kekuasaan. Konsep civil society
lebih mengarah pada para usahawan (sipil) denan kebebasan dalam mengembangkan
usahanya yang terbebas dari pembatasan materi. Kemudian Gorbachev menggagas ide
tentang keterbukaan yang disebut dengan glasnoot dan perestoroika yang merupakan
reformasi atas rejim komunis yang diktator dan tirani di mana negara menutup
kebebasan dan keterbukaan bagi warganya. Dalam wacana kontemporer, istilah civil
society lebih kuat tekanannya terhadap lembaga-lembaga non-pemerintah atau
lembaga swadaya masyarakat di mana lembaga-lembaga ini bebas dari cengkraman
kekuasaan negara untuk mengekpresikan hak-haknya sebagai warga negara.
Sedangkan, Masyarakat madani merujuk pada masyarakat madinah yang dibangun
oleh Nabi Muhammad di Madinah. Ketika Nabi mengubah kota Yastrib menjadi
Madinah pada waktu itu, maka Nabi sebenarnya mendeklarasikan terbentuknya suatu
masyarakat yang bebas dari kezaliman tirani dan taat hanya kepada hukum dan aturan
untuk kesejahteraan bersama. Aturan dan hukum tidak dibuat sewenang-wenang oleh

1
penguasa akan tetapi berdasarkan perjanjian (mitasq), kesepakatan (mu’ahadah),
kontrak (akad), dan janji setia (bay’at) yang kesemuanya mencerminkan kerelaan,
bukan kepaksaan. Karena itu, ketaatan dalam masyarakat madani bersifat terbuka,
rasional, tidak kritis, dan bersifat hanya satu arah. Masyarakat madani yang
dideklarasikan oleh Nabi adalah masyarakat yang adil, terbuka dan demokratis,
dengan landasan takwa kepada Allah dan taat kepada ajaran-Nya. Dalam konteks ini
menjadi jelas masyarakat madani adalah masyarakat berbudi luhur mengacu kepada
kehidupan masyarakat berkualitas dan beradab. Meski memiliki makna yang berbeda,
intinya kedua istilah antara civil society dan masyarakat madani memiliki semangat
yang sama, yakni suatu masyarakat yang adil, terbuka, demokratis, dan sejahtera
dengan kualitas keadaban warganya.
2) Masyarakat madani pada hakikatnya adalah sebuah masyarakat berperadaban yang
disemangati oleh nilai-nilai ketuhanan untuk kebaikan bersama. Masyarakat madani
harus ditegakkan atas prinsip-prinsip seperti berikut:

a. Keadilan; merupakan sunnatullah di mana Allah menciptakan alam semesta ini


dengan prinsip keadilan dan keseimbangan. Menegakkan keadilan merupakan
kemestian yang bersifat fitrah yang harus ditegakkan oleh setiap individu sebagai
pengejawantahan dari perjanjian primordial di mana manusia mengakui Allah
sebagai tuhannya.
b. Supremasi hukum; menegakkan hukum yang adil merupakan amanah yang
diperintahkan untuk dilaksanakan kepada yang berhak. Dalam usaha mewujudkan
supremasi hukum itu maka kita harus menetapkan hukum kepada siapa pun tanpa
pandang bulu, bahkan kepada orang yang membenci kita sekalipun, kita tetap
harus berlaku adil.
c. Egalitarianisme (persamaan); artinya adalah bahwa masyarakat madani tidak
melihat keutamaan atas dasar keturunan, ras, etnis, dan lain-lain. Karena prinsip
egalitarianisme ini, maka akan terwujud keterbukaan di mana seluruh anggota
masyarakat berpartisipasi untuk menentukan pemimpinnya dan dalam
menentukan kebijakan-kebijakan publik.
d. Pluralisme; adalah sikap di mana kemajemukan merupakan sesuatu yang harus
diterima sebagai bagian dari realitas obyetiktif. Kesadaran pluralisme diwujudkan
untuk bersikap toleran dan saling menghormati di antara sesama anggota yang
berbeda baik dalam hal etnis, suku bangsa, maupun agama.

2
e. Pengawasan sosial; karena manusia secara fitrah baik dan suci, maka kejahatan
yang dilakukan bukan karena inheren di dalam dirinya akan tetapi lebih
disebabkan oleh faktor-faktor luar yang mempengaruhinya. Karena itu, agar
manusia dan warga tetap berada dalam kebaikan sebagaimana fitrahnya
diperlukan adanya pengawasan sosial. Pengawasan sosial ini penting terutama
ketika kekuatan baik, kekuatan uang, maupun kekuatan kekuasaan cenderung
menyeleweng sehingga perwujudan masyaraat beradab dan sejahtera hanya slogan
semata.

3) Salah satu elemen penting dalam rangka mewujudkan masyarakat beradab dan
sejahtera adalah umat beragama. Jadi, peran umat beragama dalam usaha
mewujudkan masyarakat madani sangat penting. Terlebih untuk Indonesia, di mana
Indonesia merupakan bangsa yang plural. Pluralitas bangsa Indonesia mewujud dalam
keberagaman etnis, tradisi, adat istiadat, seni, budaya, dan agama. Di Indonesia ada
enam agama yang diakui secara resmi, yaitu Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan,
Hindu, dan Buddha. Hubungan yang tidak harmonis antara umat beragama, akan
mengganggu usaha bangsa ini dalam meretas menuju masyarakat madani. Oleh
karena itu, berikut beberapa peran yang harus dilakukan oleh umat beragama dalam
mewujudkan masyarakat madani:

a. Menumbuhkan saling pengertian antara sesama umat beragama.


b. Melakukan studi-studi agama dengan tujuan menghayati ajaran agama masing-
masing, membangun suasana iman yang dialogis, menumbuhkan etika pergaulan
antara umat beragama, kesadaran untuk menghilangkan bias-bias dari satu umat
beragama terhadap umat lain, menghancurkan rintangan-rintangan budaya yang
ada pada masing-masing umat beragama, menumbuhkan kesadaran pluraslisme,
menumbuhkan kesadaran akan perlunya solidaritas dan kerja sama untuk
menyelesaikan masalah-masalah kemiskinan, keterbelakangan, ketidakadilan, dan
lain-lain.
c. Melakukan usaha-usaha penumbuhan sikap-sikap demokratis, pluralis, dan
toleran.
d. Mengerahkan energi bersama untuk mewujudkan cita-cita bersama membangun
masyarakat madani.

3
4) Hak Asasi manusia (HAM) adalah wewenang manusia yang bersifat dasar sebagai
manusia untuk mengerjakan, meninggalkan, memiliki, mempergunakan atau
menuntut sesuatu baik yang bersifat materi maupun immateri. Islam, sejak 15 abad
yang lalu telah memuat nilai-nilai kemanusiaan universal baik yang tertera dalam al-
Qur’an maupun dalam Sunnah Rasulullah. Hal tersebut dinyatakan pula secara tegas
dalam pidato Rasulullah yang terkenal ketika beliau melakukan haji wada. Didepan
umat Islam beliau menyatakan: “Sesungguhnya darahmu, harta bendamu, dan
kehormatanmu adalah suci atas kamu seperti sucinya hari (hajimu) ini, dalam
bulanmu (bulan suci Dzulhijjah) ini dan di negerimu (tanah suci) ini, sampai tibanya
hari kamu skelian bertemu dengan Dia (Allah).”
Karena tingginya penghormatan Islam terhadap nilai-nilai kemanusiaan, maka hak-
hak dasar manusia yang suci dilindungi oleh Islam. Hak-hak tersebut meliputi:
a. Hak Hidup
Adalah hak dasar manusia yang harus dilindungi. Ia merupakan anugerah yang
diberikan oleh Allah kepada manusia. Tidak ada yang berhak mencabut hak
tersebut kecuali Allah yang memberinya. Allah berfirman dalam QS. Al-Maai’dah
ayat 32 : “Maka barang siapa yang membunuh satu manusia tanpa kesalahan
maka ia seperti membunuh manusia seluruhnya dan barang siapa yang
menghidupkannya maka ia seperti menghidupkan seulurh manusia.”
Dan dalam QS. Al-Israa’ ayat 33 : “dan janganlah kamu membunuh yang
diharamkan Allah membunuhnya kecuali dengan alasan yang benar.”
b. Hak Milik
Islam melindungi harta yang dimiliki baik secara individu maupun kolektif. Setiap
usaha pengambilan kepemilikan secara tidak sama merupakan bentuk
pelanggaran. Dalam QS. Al-Baqarah ayat 188, Allah berfirman: “Dan janganlah
sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan
yang bathil.”
c. Hak Kehormatan
Manusia adalah makhluk mulia yang secara fitrah harus dihormati dan dihargai.
Allah melarang manusia saling menghina, mencela dan mencaci maki yang akan
mencederai kehormatannya. Demikian pula Allah melarang manusia membuka
aib dan keburukan yang lain. Seperti dalam firman-Nya: “Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu laki-laki menghinakan laki-laki (yang lain), karena
boleh jadi kaum yang dihinakan itu lebih baik dari kaum yang menghinakan, dan
4
jangan pula kaum perempuan (menghinakan) kaum perempuan (yang lain)
karena boleh jadi perempuan yang dihinakan lebih baik dari perempuan yang
menghinakan. Janganlah kamu cela-mencela sesama kamu dan janganlah kamu
memanggil dengan gelar yang buruk. Seburuk-buruknya nama adalah fasik
sesudah keimanan. Barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang
yang aniaya. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan sangka
wasangka (dugaan terhadap sesama muslim), karena sebagai sangkaan-sangkaan
itu ialah dosa, dan janganlah kamu mencari aib orang dan janganlah sebagian
menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang kamu, bahwa ia
memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka tentu kamu benci
memakannya. Takutlah kamu kepada Allah. Sesunguhnya Allah Penerima taubat
lagi Penyayang.” (QS. Al-Hujuraat: 11-12)
d. Hak Persamaan
Manusia dalam Islam dipandang sama. Di sisi Allah, manusia tidak dilihat dari
ras, gender, kulit, kebangsaan, dan lain-lain. Melainkan dari ketakwaannya. Allah
berfirman : “wahai manusia sesungguhnya aku telah menciptakan kalian dari
jenis laki-laki dan perempuan kemudian kami jadikan kalian bersuku-suku dan
berbangsa-bangsa agar kalian saling kenal, sesungguhnya semulia-mulianya
kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara kalian” (QS. Al-
Hujuraat:13)
Dan masih banyak lagi ayat al-Qur’an yang berbicara menegaskan prinsip
persamaan tersebut. Misalnya QS. Al-Israa’ : 70; QS. An-Nisaa’ : 21; QS. An-
Nahl: 58-59.
e. Hak Kebebasan
Manusia memiliki kebebasan yang disesuaikan dengan prinsip keadilan, dan lain-
lain. Segala sesuatu yang bersifat membatasi dan mengingkari fitrah ini lahir dari
luar dan bukan dari bawaannya. Prinsipnya dalam Islam adalah kebebasan yang
tidak megingkari kebebasan itu sendiri. Dengan kata lain, kebebasan yang
bertanggung jawab, kebebasan yang bisa megantarkan kepada terciptanya
kemaslahatan bagi semua orang. Allah berfiman: “yaitu mereka yang mengajak
kepada kebajikan dan melarang kemaksiatan, menegakkan shalat, memberikan
zakat, mentaati Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah yang akan di rahmat Allah,
sesungguhnya Allah Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah:71)

5
Hak kebebasan ini meliputi: kebebasan berekspresi, kebebasan berpikir dan
menyatakan pendapat, kebebasan beragama, kebebasan bermusyawarah, dan
kebebasan berpindah tempat.
5) Demokrasi dapat dirumuskan sebagai “goverment of the people, by the people, for the
people.” (pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat). Tujuan demokrasi
adalah membentuk sebuah sistem yang apresiatif terhadap dasar-dasar manusia
sebagai makhluk, baik individu maupun anggota kelompok sosial, yang berdaulat dan
bermartabat. Jika demokrasi dengan sistem pengambilan keputusan diserahkan
kepada rakyat demi kepentingan bersama dengan menjamin eksistensi hak-hak dasar
manusia, maka demokrasi tidak ada masalah dengan Islam. Demokrasi kompatibel
dengan Islam. Nilai-nilai demokrasi yang bisa digali dari sumber Islam yang
kompatibel dengan nilai-nilai demokrasi seperti dikemukakan oleh Huwaydi dan
Muhammad Dhiya al-Din Rais adalah:
a. Keadilan dan musyawarah;
b. Kekuasaan dipegang penuh oleh rakyat;
c. Kebebasan adalah hak penuh bagi semua warga negara;
d. Persamaan di antara sesama manusia khususnya persamaan di depan hukum;
e. Keadilan untuk kelompok minoritas;
f. Undang-undang di atas segala-galanya;
g. Pertanggungjawaban penguasa kepada rakyat.

Karena itu, seperti dikatakan oleh Ahmad Syafii Maarif, mayoritas umat Islam di
Indonesia menerima demokrasi sebagai bagian dari nilai yang prinsip-prinsipnya
sesuai dengan Islam.

6
DAFTAR PUSTAKA

- Buku Materi Pokok Pendidikan Agama Islam (MKDU 4221)

- Materi Inisiasi 3

Anda mungkin juga menyukai