PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu:
1.Untuk memahami pengertian konsep masyarakat madani.
2.Untuk memahami sejarah dan perkembangan masyarakat madani.
3.Untuk memahami karakteristik masyarakat madani.
4. Untuk memahami peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat madani.
5. Untuk memahami sistem ekonomi islam dan kesejahteraan umat.
6.Untuk memahami etos kerja islam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
َو اْلُم ْؤ ِم ُنوَن َو اْلُم ْؤ ِم َناُت َبْعُضُهْم َأْو ِلَياُء َبْع ٍض َيْأُم ُروَن ِباْلَم ْعُروِف َو َيْنَهْو َن َع ِن اْلُم ْنَك ِر َو ُيِقيُم وَن الَّص اَل َة َو ُيْؤ ُت وَن الَّز َك اَة
]71 :َو ُيِط يُعوَن َهَّللا َو َر ُسوَلُه ُأوَلِئَك َسَيْر َح ُم ُهُم ُهَّللا ِإَّن َهَّللا َع ِزيٌز َح ِكيٌم [التوبة
3
zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh
Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (at-Taubah: 71)
Masyarakat modern mendambakan sebuah sistem kehidupan dimana elemen-
eleman dalam masyarakat mempunyai peranan yang dominan dalam menata
kehidupan yang mereka inginkan.Masyarakat yang demikian kerap disebut
masyarakat sipil (Civil Society), namun beberapa cendikiawan Muslim di Asia
Tenggara lebih suka menggunakan istilah masyarakat madani sebagai gantinya.
Dan ada beberapa karakteristik mengenai masyarakat madani yaitu :
4
6. Musyawarah dan demokrasi, merupakan unsur asasi pembentukan
masyarakat madani. Nur cholis madjid menyatakan, maasyarakat madani
merupakan masyarakat demokratis yang terbangun dengan menegakkan
musyawarah, karena musywarah merupakan interpretasi positif berbagai
individu dalam masyarakat yang saling memberikan hak untuk
menyatakan pendapat, dan mengakui adanya kewajiban mendengar
pendapat orang lain.
5
perannya yang signifikan.Di Indonesia jumlah umat Islam ±85% tetapi karena
kualitas SDM-nya masih rendah, juga belum mampu memberikan peran yang
proporsional.Hukum positif yang berlaku di negeri ini bukan hukum Islam.Sistem
sosial politik dan ekonomi juga belum dijiwai oleh nilai-nilai Islam, bahkan
tokoh-tokoh Islam belum mencerminkan akhlak Islam.
6
Dalam ukuran tauhid, seseorang boleh menikmati penghasilannya sesuai
dengan kebutuhannya.Kelebihan penghasilan atau kekayaannya harus
dibelanjakan sebagai sedekah karena Alah.Sebagaimana Firman Allah dalam QS.
An-nisa ayat 114, yang artinya: “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-
bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia)
memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara
manusia. dan barangsiapa yang berbuat demikian Karena mencari keredhaan
Allah, Maka kelak kami memberi kepadanya pahala yang besar.”
Dalam ajaran Islam ada dua dimensi utama hubungan yang harus
dipelihara, yaitu hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan
manusia dalam masyarakat. Dengan melaksanakan kedua hubungan itu dengan
baik, maka hidup manusia akan sejahtrera baik di dunia maupun di akhirat kelak.
7
masyarakat yang berkesejahteraan.Kesejahteraan surgawi ini dilukiskan antara
lain dalam QS. Thâhâ/20:117-119, yang berbunyi : “Hai adam, sesungguhnya ini
(Iblis ) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali jangan sampai ia
mengeluarkan kamu berdua dari Surga, yang akibatnya engkau akan bersusah
payah. Sesungguhnya engkau tidak akan kelaparan di sini (surga), tidak pula akan
telanjang, dan sesungguhnya engkau tidak akan merasakan dahaga maupun
kepanasan”. Dari ayat menurut ini jelas bahwa pangan, sandang, dan papan yang
diistilahkan dengan tidak lapar, dahaga, telanjang, dan kepanasan semuanya telah
terpenuhi di sana. Terpenuhinya kebutuhan ini merupakan unsur pertama dan
utama kesejahteraan sosial. Lebih lanjut dalam Undang-undang Kesejahteraan
Sosial, kriteria masalah sosial yang perlu diatasi meliputi kemiskinan,
ketelantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial dan penyimpangan
perilaku, korban bencana, korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.
Dalam islam dijelaskan bagaimana cara agar terbentuk suatu masyarakat
yang madani dan tumbuh toleransi antara satu dengan yang lainnya agar
kehidupan bermasyarakat dapat berjalan dengan baik dan tidak ada masalah antara
satu individu dengan individu lain atau suatu kelompok dengan kelompok lain.
Masih banyak disekitar kita tauran pelajar, tauran antar komplek, tauran antar desa
dan perang terselubung antar agama, hal ini dikarenakan lemahnya iman
masyarakat da kurangnya pemahaman mengenai masyarakat madani dan belum
mengerti bagaimana pandangan islam mengenai kehidupan bermasyarakat agar
tetap rukun dan damai.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat madani adalah masyarakat
berbudaya dan al-madaniyyah (tamaddun) yang maju, modern, berakhlak dan
memiliki peradaban, semestinya melaksanakan nilai-nilai agama (etika reliji) atau
bagi kita mengamalkan ajaran Islam (syarak) dengan benar. Untuk mewujudkan
masyarakat madani dan agar terciptanya kesejahteraan umat maka kita sebagai
generasi penerus supaya dapat membuat suatu perubahan yang signifikan. Selain
itu, kita juga harus dapat menyesuaikan diri dengan apa yang sedang terjadi di
masyarakat sekarang ini. Agar di dalam kehidupan bermasyarakat kita tidak
ketinggalan berita.
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Al – Quran :QS. Thâhâ/20:117-119, An-nisa ayat 114, Q.S. An-Nahl ayat 71,
QS. al-Syu’ara ayat 183, QS. Ali Imran ayat 110, at-Taubah: 71
2. https://moehs.wordpress.com/2013/11/08/konsep-kesejahteraan-dalam-islam-
tafsir-tahlily/
3. Buku
10
11