Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

CIVIL SOCIETY (Masyarakat Madani)

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah kewarganegaraan

Dosen pengampu : Kartini, M.Sos

Disusun oleh:

Kelompok 6

SYAHIRMAN (0103232060)

AL HABIB ABDURROZAAQ (01022310006)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATRA UTARA

MEDAN
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Alllah SWT yang telah memberikan nikmat sweta hidayahnya terutama
nikmat kesemoatan dan kesehatan sehinnga kami bias menyesuaikan makalah mata kuliah
“KEWARGANEGARAAN.

Solawat serta salam kita sampaikan kepada nabi besar kita Muhammad Saw. yang telah
memberikan pedoman hidup yakni Al quran dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kartini, M.Sos,
selaku dosen pembimbing mata kuliah kewarganegaraan dan kepada segenap pihak yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………….…………………………….. 2

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………. 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………………………………...… 4

B. Rumusan Masalah ……..…………………………………………………………………… 4

C. Tujuan Manfaat ……..……………………………………………………………………… 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Civil Society ……………………………………………………………………. 5

B. Faktor-faktor Sivil Society………………………………………………………………….. 6

B. Ciri-ciri Sivil Society………………………………………………………………………... 7

C. Sejarah Sivil Society ……………………………………………………………………….. 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………… 10

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………… 11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat madani atau civil society merupakan bagian masyarakat yang memiliki adab
dalam membangun, memaknai, dan menjalani kehidupannya. Masyarakat madani seringkali
diartikan dengan makna yang berbeda-beda. Hal ini merupakan salah satu konsep berwayuh
wajah. Ahli filsafat Petrus mengungkapkan bahwa masyarakat madani bisa diartikan sebagai
masyarakat yang beradab dalam memaknai kehidupan. Asal mula kata madani yaitu dari Bahasa
Inggris, yang artinya beradab atau berbudaya. Sedangkan istilah masyarakat sipil diambil dari
terjemahan masyarakat madani sendiri, yaitu masyarakat yang beradab. Konsep terjemahan
tersebut pertama kali dikenalkan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim, melalui ceramahnya di
Simposium Nasional pada tahun 1995. Konsep yang diciptakan oleh Anwar Ibrahim ini ingin
menunjukkan bahwa masyarakat idealnya memiliki peradaban yang maju. Lebih tepatnya, beliau
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat madani adalah sebuah sistem sosial
yang subur. Dimana sistem tersebut didasarkan pada prinsip moral yang dapat menjamin
keseimbangan antara kestabilan masyarakat dan kebebasan individunya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Sivil Society?


2. Apa saja Faktor-faktor Sivil Society?
3. Apa Ciri-ciri Sivil Society?
4. Bagaimana Sejarah Sivil Society?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui Pengertian Sivil Society


2. Mengetahui Faktor-faktor Sivil Society
3. Mengetahui Ciri-ciri Sivil Society
4. Mengatahui Sejarah Sivil Society
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sivil Society (Masyarakat Madani)

Menurut Havel civil society seperti yang dikutip Hikam (1994:6) oalah rakyat sebagai
warga Negara yang mampu belajar tentang aturan –aturan main melalui dialog demokratis dan
penciptaan bersama batang tubuh politik partisipatoris yang murni. Sedangkan Mun’im (1994;6)
dengan mengutip pendapat Seligman mendefinisikan istilah sivil society sebagai seperangkay
gagasan etis yang mengejawantah dalam berbagai tatanan social, dan yang paling penting dari
gagasan ini adalah usahanya untuk menyelaraskan berbagai konflik kepentingan antar individu,
masyarakat, dan Negara. Gerakan penguatan civil society merupakan gerakan untuk
merekontruksikan ikatan solidaritas dalam masyarakat yang telah hancur akibat kekuasaan
monolitik. Secara normatf-politis, inti strategi ini adalah usaha untuk memulihkan kembali
pemahaman asasi bahwa rakyat sebagai warga Negara memiliki hak untuk meminta pertanggung
jawaban kepada para penguasa atas segala yang mereka lakukan atas nama pemerintah.

Civil society dalam terjemahan bahasa Indonesia disebut masyarakat madani. Hal ini
diperkuat dengan pendapat beberapa ahli. Rahardjo (1997:17-24) menyatakan bahwa masyarakat
madani merupakan terjemahan dari bahasa inggris, civil society. Istilah civil society sudah ada
sejak sebelum masehi. Orang yang pertama kali mencetuskan istilah civil society ialah Cicero
(106-43 SM), sebagai orator Yunani kuno. Sivil society menurot Cicero ialah suatu komunitas
politik yang beradab seperti yang dicontohkan oleh masyarakat kota yang memiliki kode hukum
sendiri. Dengan konsep civility (kewargaan), urbanity (budaya kota), maka kota difahami bukan
hanya sekedar konsentrasi penduduk, melainkan juga sebagai pusat peradaban dan kebudayaan.

Mahasin (1995:9) dengan mengutip pendapat Gellner juga menyatajan bahwa masyarakat
madani sebagai terjemahan bahasa inggris, civil society. Kata civil society sebenranya berasal
dari bahasa latin yaitu civitas dei yang atinya kota Illahi dan society yang atinya masyarakat.
Dari kata civil akhirnya membentuk kata civilization yang bearti peradaban. Oleh sebab itu, kata
civil society dapat diartikan sebagai komunitas masyarakat yang telah berperadaban maju.
Konsepsi seperti ini menurut Madjid sepertiyang dikutip Mahasin (1995:10) pada awalnya lebih
merujuk pada dunia islam yang ditunjukkan oleh masyarakat kota arab. Sebaliknya, lawan dari
kata atau istilah masyarakat non madani adalah kaum pengembara, badawah, yang masih
membawa citranya yang kasar, berwawasan pengetahuan yang sempit, masyarakat puritan,
tradisional penuh mitos dan takhayul, banyak memainkan kekuasaa dan kekuatan, sering dan
suka menindas, dan lain-lain.
Keindetikan masyarakat madani dengan civil society juga dibenarkan oleh Hall (1998:1)
yang menyatakan bahwa masyarakat madani identi dengan civil society, yang artinya suatu
gagasan, angan-angan, bayangan, cita-cita, suatu komunitas yang dapat terwujud ke dalam
kehidupan social. Dalam masyarakat madani, pelaku sosial akan baerpegang teguh pada
peradaban dan kemanusiaan. Sedangkan Hefner (1998:16-20) berkaitan dengan masyarakat
madani ini menyatakan bahwa, masyarakat madani merupakan masyarakat modern yang
bercirikan kebebasan dan demokratisasi dalam berinteraksi di masyarakat yang semakin plural
dan heterogen. Dalam keadaan seperti ini, masyarakat diharapkan mampu mengorganisasikan
dirinya dan tumbuh kesadaran diri dalam mewujudkan peradaban. Mereka akhirnya mampu
mengatasi dan berpartisipasi dalam kondisi global, kompleks, penuh persaingan dan perbedaan.

Dengan istilah yang berbeda-beda, tidak selalu dengan menyebut masyarakat madani,
gelombang tuntutan membentuk masyarakat madani menjadi semakin besar. Masyarakat madani
yang mereka harapkan adalah masyarakat yang lebih terbuka, pluralistic, dan desentralistik
dengan partisispasi politik yang lebih besar.

B. Faktor-faktor Sivil Society (Masyarakat Madani)

Masyarakat madani timbul karena faktor-faktor :

a. Adanya penguasa politik yang cenderung mendominasi (menguasai) masyarakat dalam seala
bidang agar patuh dan taat pada penguasa. Tidak adanya keseimbangan dan pembagian yang
proporsional terhadap hak dan kewajiban setiap warga negara yang mencakup seluruh aspek
kehidupan. Adanya monopoli dan pemuastan salah satu aspek kehidupan pada satu kelompok
masyarakat, karena secara esensial masyarakat memiliki hak yang sama dalam memperoleh
kebijakan-kebijakan yang ditetapkan pemerintah.

b. Masyarakat diasumsikan sebagai orang yang tidak memiliki kemampuan yang baik (bodoh)
dibandingkan dengan penguasa (pemerintah). Warga negara tidak memiliki kebebasan penuh
untuk menjalankan aktivitas kesehariannya. Sementara, demokratis merupakan satu entitas yang
menjadi penegak wacana masyarakat madani dalam menjalani kehidupan, termasuk dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Demokratis berarti masyarakatyang berinteraksi dengan
masyarakat sekitarnya.tanpa mempertimbangkan suku, ras dan agama. Prasyarat demokrasi ini
banyak dikemukakan oleh pakar yang mengkaji fenomena masyarakat madani. Bahkan
demokrasi (demokratis) di sini dapat mencakup sebagai bentuk aspek kehidupan seperti politik,
sosial, budaya, pendidikan dan nekonomi.

c. Adanya usaha membatasi ruang gerak dari masyarakat dalam kehidupan politik. Keadaan ini
sangat menyulitkan bagi masyarakat untuk mengemukakan pendapat, karena pada ruang politik
yang bebaslah individu berada dalam posisi yang setara, dan akan mampu melakukan
transaksitransaksi politik tanpa ada kekhawatiran. Dalam memasuki millennium III, tuntutan
masyarakat madani di dalam negeri oleh kaum reformis yang anti status quo menjadi semakin
besar. Masyarakat madani yang mereka harapkan adalah masyarakat yang lebih terbuka,
pluralistic, dan desentralistik dengan partisipasi politik yang lebih besar (Nordholt, 1999), jujur,
adil, mandiri, harmonis, memihak yang lemah, menjamin kebebasan beragama, berbicara,
berserikat dan berekpresi, menjamin hak kepemilikan, dan menghormati hak-hak asasi manusia
(Farkan, 1999).

C. Ciri-ciri Sivil Society (Masyarakat Madani)

1. Free Public Sphere

Yang dimaksud dengan free public sphere adalah adanya ruang publik yang bebas sebagai
sarana dalam mengemukakan pendapat. Pada ruang publik yang bebaslah individu dalam
posisinya yang setara mampu melakukan transaksi wacana dan praktis politik tanpa mengalami
distorsi dan kekhawatiran. Lebih lanjut dikatakan bahwa ruang publik secara teoritis diartikan
sebagai wilayah di mana masyarakat sebagai warga negara memiliki akses penuh terhadap
setiap kegiatan publik. Warga negara berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam
menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul serta mempublikasikan informasi kepada
publik. Sebagai sebuah prasyarat, maka untuk mengembangkan dan mewujudkan civil sociey
dalam sebuah tatanan masyarakat, maka free public sphere menjadi salah satu bagian yang harus
diperhatikan. Karena dengan menafikan adanya ruang publik yang bebas dalam tatanan civil
sociey, maka akan memungkinkan terjadinya pembungkaman kebebasan warga negara dalam
menyalurkan aspirasinya yang berkenaan dengan kepentingan umum oleh penguasa yang tiranik
dan otoriter.

2. Demokratis

Demokratis merupakan satu entitas yang menjadi penegak wacana civil sociey, di mana
dalam menjalani kehidupan, warga negara memiliki kebebasan penuh untuk menjalankan
aktivitas kesehariannya, termasuk dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Demokratis berarti
masyarakat dapat berlaku santun dalam pola hubungan interaksi dengan masyarakat sekitarnya
dengan tidak mempertimbangkan suku, ras dan agama. Prasyarat demokratis ini banyak
dikemukakan oleh para pakar yang mengkaji fenomena civil society. Bahkan demokrasi
merupakan salah satu syarat mutlak bagi penegakan civil society. Penekanan demokrasi di sini
dapat mencakup sebagai bentuk aspek kehidupan seperti politik, sosial, budaya pendidikan,
ekonomi dan sebagainya.

3. Toleran

Toleran merupakan sikap yang dikembangkan dalam civil society untuk menunjukkan
sikap saling menghargai dan menghormati aktivitas yang dilakukan oleh orang lain. Toleransi
ini memungkinkan akan adanya kesadaran masing- masing individu untuk menghargai dan
menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh kelompok masyarakat lain yang
berbeda. Toleransi menurut Nurcholish Madjid, merupakan persoalan ajaran dan kewajiban
melaksanakan ajaran itu. Jika toleransi menghasilkan adanya tata cara pergaulan yang enak
antara berbagai kelompok yang berbeda-beda, maka hasil itu harus dipahami sebagai hikmah
atau manfaat dari pelaksanaan ajaran yang benar. Azyumardi Azra pun menyebutkan bahwa
masyarakat madani lebih dari sekadar gerakan-gerakan prodemokrasi. Masyarakat madani juga
mengacu ke kehidupan yang berkualitas dan bertamaddun (civility). Civilitas meniscayakan
toleransi, yakni kesediaan individu-individu untuk menerima pandangan- pandangan politik dan
sikap sosial yang berbeda.

4. Pluralisme

Pluralisme adalah sikap dan keyakinan bahwa perbedaan dalam pandangan, agama,
kepercayaan, etnisitas, budaya, dan latar belakang sosial adalah sesuatu yang bernilai dan
penting dalam masyarakat. Pluralisme bukanlah sekadar pengakuan terhadap perbedaan, tetapi
juga upaya untuk mempromosikan dialog, saling pengertian, dan kerjasama di antara kelompok-
kelompok yang berbeda. Jadi pluralisme adalah juga suatu keharusan bagi keselamatan umat
manusia antara lain melalui mekanisme pengawasan dan pengimbangan (check and balance).

5. Keadilan Sosial (social justice)

Keadilan dimaksudkan untuk menyebutkan keseimbangan dan pembagian yang


proporsional terhadap hak dan kewajiban setiap warga negara yang mencakup seluruh aspek
kehidupan. Hal ini memungkinkan tidak adanya monopoli dan pemusatan salah satu aspek
kehidupan pada satu kelompok masyarakat. Secara esensial, masyarakat memiliki hak yang
sama dalam memperoleh kebijakan- kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah (penguasa).

D. Sejarah Sivil Society

Jika dicari akar sejarahnya, maka dapat dilihat bahwa dalam masyarakat Yunani Kuno
masalah ini sudah mengemuka. Rahardjo (1997) menyatakan bahwa istilah civil society sudah
ada sejak zaman sebelum Masehi. Orang yang pertama kali mencetuskan istilah civil society
ialah Cicero (106-43 SM), sebagai orator Yunani kuno. Civil society menurut Cicero ialah suatu
komunitas memiliki kode hokum sendiri. Dengan konsep civility (kewargaan) dan urbanity
(budaya kota), maka kota dipahami bukan hanya sekedar konsentrasi penduduk, melainkan juga
sebagai pusat peradaban dan kebudayaan.

Istilah masyarakat madani selain mengacu pada konsep civil society, juga berdasarkan pada
konsep negara-kota Madinah yang dibangun Nabi Muhammad SAW pada tahun 622M.
Masyarakat madani juga mengacu pada konsep tamadhun (masyarakat yang berperadaban) yang
diperkenalkan oleh Ibn Khaldun, dan konsep Al Madinah al fadhilah (Madinah sebagai Negara
Utama) yang diungkapkan oleh filsuf Al Farabi pada abad pertengahan (Rahardjo seperti yang
dikutip Nurhadi, 1999).

Menurut Dr. Ahmad Hatta, peneliti pada Lembaga Pengembangan Pesantren dan Studi
Islam, Al Haramain, Piagam Madinah adalah dokumen penting yang membuktikan betapa sangat
majunya masyarakat yang dibangun kala itu, di samping juga memberikan penegasan mengenai
kejelasan hukum dan konstitusi sebuah masyarakat. Bahkan, dengan menyitir pendapat
Hamidullah (First Written Constitutions in the World, Lahore, 1958), Piagam Madinah ini adalah
konstitusi tertulis pertama dalam sejarah manusia. Konstitusi ini secara mencengangkan telah
mengatur apa yang sekarang orang ributkan tentang hak-hak sipil (civil rights), atau lebih dikenal
dengan hak asasi manusia (HAM), jauh sebelum Deklarasi Kemerdekaan Amerika (American
Declaration of Independence, 1776), Revolusi Prancis (1789), dan Deklarasi Universal PBB
tentang HAM . (1948) dikumandangkan.

Secara formal, Piagam Madinah mengatur hubungan sosial antar komponen masyarakat.
Pertama, antarsesama muslim, bahkan sesame muslim adalah satu umat walaupun mereka
berbeda suku. Kedua, hubungan antara komunitas muslim dengan nonsmuslim didasarkan pada
prinsip bertetangga baik, saling membantu dalam menghadapi musuh bersama, membela mereka
yang teraniaya, saling menasihati, dan kebebasan beragama.

Sementara itu konsep masyarakat madani, atau dalam khazanah Barat dikenal sebagai civil
society (masyarakat sipil), muncul pada masa Pencerahan (Renaissance) di Eropa melalui
pemikiran John Locke (abad ke-18) dan Emmanuel Kant (abad ke -19). Sebagai sebuah konsep,
civil society berasal dari proses sejarah panjang masyarakat Barat yang biasanya
dipersandingkan dengan konsepsi tentang state (Negara). Dalam tradisi Eropa abad ke-18,
pengertian masyarakat sipil ini dianggap sama dengan negara (the state), yakni suatu kelompok
atau kekuatan yang mendominasi kelompok lain.

Di Indonesia, perjuangan masyarakat madani dimulai pada awal pergerakan kebangsaan,


dipelopori oleh Syarikat Islam (1912), dan dilanjutkan oleh Soeltan Syahrir pada awal
kemerdekaan (Norlholt, 1999). Jiwa demokrasi Soeltan Syahrir ernyata harus menghadapi
kekuatan represif, baik dari rezim Orde Lama maupun rezim Orde Baru. Tuntutan perjuangan
transformasi menuju masyarakat madani pada era reformasi ini tampaknya sudah tak
terbendungkan lagi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Civil society jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah masyarakat madani, Rahardjo
menyatakan bahwa masyarakat madani merupakan terjemahan dari bahasa inggris, civil society.
Istilah civil society sudah ada sejak sebelum masehi. Orang yang pertama kali mencetuskan
istilah civil society ialah Cicero (106-43 SM), sebagai orator Yunani kuno. Sivil society menurut
Cicero ialah suatu komunitas politik yang beradab seperti yang dicontohkan oleh masyarakat
kota yang memiliki kode hukum sendiri. Dengan konsep civility (kewargaan), urbanity (budaya
kota), maka kota difahami bukan hanya sekedar konsentrasi penduduk, melainkan juga sebagai
pusat peradaban dan kebudayaan. Masyarakat madani menunjukkan lingkungan masyarakat
yang beradab, berbudi luhur, berakhlak mulia, negalitarianisme dan menghargai seseorang
berdasarkan prestasi kerja. Dan menegakkan hukum, berkeadilan sosial, toleransi, pluralistik dan
menghidupkan demokrasi dalam wadah musyawarah, dalam konteks keislaman masyarakat
madani dibentuk dengan landasan motivasi dan etos keagamaan sebagai sebuah karakteristik
yang harus dimiliki oleh suatu masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Sulthon, Penguatan Masyarakat Madani Melalui Dakwah Kewargaan, 2013, Vol
XII

Syaifil Hamali, Sikap Keagamaan dan Pola Tingkah Laku Masyarakat Madani, 2011, Vol VI

Farid Wajdi Ibrahim, Pembentukan Masyarakat Madani di Indonesia Melalui Civic Education,
2012, Vol XIII

Rowland B.F Pasaribu, BAB XII Masyaratkat Madani. Hal 361-362

Suharno, Telaah Kritis Terhadap Masyarakat Madani, 2007, Vol IV, No II

https://www.gramedia.com/literasi/masyarakat-madani/

Anda mungkin juga menyukai