CIVIL SOCIETY
Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok
pada mata kuliah Kewarganegaraan
Disusun Oleh:
Kelompok 3
1. Khalda Azahra Putri Salim (2210801010)
2. Aniko Isnaini (2210801013)
3. Citra Khairunnisa Assyifa (2220801026)
Dosen Pengasuh:
Andi Saputra, M.Bmd
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Tidak
lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Andi Saputra, M.Bmd, selaku
dosen pengasuh mata kuliah Kewarganegaraan yang senantiasa membimbing
kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Makalah yang berjudul “Civil Society” ini disusun untuk memenuhi tugas
kelompok pada mata kuliah Kewarganegaraan. Bilamana ada beberapa kesalahan
yang terdapat dalam makalah ini, izinkan kami menghaturkan permohonan maaf.
Sebab, makalah ini tiada sempurna dan masih memiliki banyak kelemahan. Kami
juga berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan sarannya kepada
kami.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan,
ilmu pengetahuan, dan menjadi acuan untuk menulis makalah lainnya.
Kelompok
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….4
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berita mengenai civil society saat ini makin merosot. Fenomena ini
mengherankan dimata kita dikarenakan masa transsisi menuju demokrasi
yang seharusnya berita civil society ini semakin tegak dan tidak melemah.
Desas-desus dari civil society ini yaitu sebagai salah satu dari tiga
persyaratan pokok yang sangat spesifik bagi terwujudnya tujuan
berdemokrasi.
2
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas, diantaranya sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan civil society?
2. Seperti apa karakteristik dari civil society?
3. Bagaimana pilar penegak civil society?
4. Seperti apa sejarah pemikiran civil society?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
otoriter dan menentang pemerintahan yang sewenang-wenang di
Amerika Latin, Eropa Selatan, dan Eropa Timur.
d. Hall (1998) mengemukakan bahwa masyarakat madani identik
dengan civil society, artinya suatu ide, angan-angan, bayangan, cita-
cita suatu komunitas yang dapat terjewantahkan dalam kehidupan
sosial. Pada masyarakat madani pelaku social akan bepegang teguh
pada peradaban dan kemanusiaan.
Intinya, berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
masyarakat madani pada prinsipnya memiliki multimakna atau bermakna
ganda yaitu: menjunjung tinggi demokratis, menjunjung tinggi etika dan
moralitas, melakukan transparansi, toleransi antar sesama, menjadi
manusia yang berpotensi, manusia yang mempunyai aspiratif, bermotivasi
yang kuat, berpartisipasi dengan aktif, konsisten terhadap apa yang
menjadi tujuannya, memiliki perbandingan, komparasi, mampu
berkoordinasi, simplifikasi, sinkronisasi, integrasi, mengakui emansipasi,
dan hak asasi, sederhana.
Namun yang paling dominan adalah masyarakat yang demokratis.
Dengan mengetahui makna madani, maka istilah masyarakat madani
secara mudah dapat difahami sebagai masyarakat yang beradab,
masyarakat sipil, dan masyarakat yang tinggal di suatu kota atau berfaham
masyarakat kota yang pluralistik.
5
curiga serta ketidakharmonisan pergaulan antarwarga dan lain-lain yang
selama Orde Baru lebih banyak ditutup-tutupi, direkayasa dan dicarikan
kambing hitamnya itu diharapkan dapat diselesaikan secara arif, terbuka,
tuntas, dan melegakan semua pihak, suatu prakondisi untuk dapat
mewujudkan kesejahteraan lahir batin bagi seluruh rakyat. Dengan
demikian, kekhawatiran akan terjadinya disintegrasi bangsa dapat dicegah.
Guna mewujudkan masyarakat madani dibutuhkan motivasi yang
tinggi dan partisipasi nyata dari individu sebagai anggota masyarakat. Hal
ini intinya menyatakan bahwa untuk mewujudkan masyarakat madani
diperlukan proses dan waktu serta dituntut komitmen masing-masing
warganya untuk mereformasi diri secara total dan selalu konsisten dan
penuh kearifan dalam menyikapi konflik yang tak terelakan. Tuntutan
terhadap aspek ini sama pentingnya dengan kebutuhan akan toleransi
sebagai instrumen dasar lahirnya sebuah konsensus atau kompromi.
6
sebagai sistem kenegaraan dengan menggunakan istilah koinonia politike,
yakni sebuah komunitas politik tempat warga dapat terlibat langsung
dalam berbagai percaturan ekonomi-politik dan pengambilan keputusan.
Fase kedua, pada tahun 1767 Adam Ferguson mengembangkan
wacana civil society, dengan konteks sosial dan politik di Skotlandia.
Berbeda dengan pendahulunya, ia lebih menekankan visi etis pada civil
society, dalam kehidupan sosial, pemahaman ini lahir tidak lepas dari
pengaruh revolusi industri dan kapitalisme yang melahirkan ketimpangan
sosial yang mencolok.
Fase ketiga, berbeda dengan pendahulunya, pada tahun 1792
Thomas Paine memaknai wacana civil society sebagai suatu yang
berlawanan dengan lembaga negara, bahkan ia dianggap sebagain anitesis
negara, bersandar pada paradigma ini, peran negara sudah saatnya dibatasi,
menurut pandangan ini, negara tidak lain hanyalah keniscayaan buruk
belaka, konsep negera yang absah, menurut pemikiran ini adalah
perwujudkan dari delegasi kekuasaan yang diberikan oleh masyarakat
demi terciptanya kesejahteraan bersama.
Fase keempat, wacana civil society selanjutnya dikembangkan oleh
G.W.F Hegel (1770-1831 M), Karl Max (1818-1883 M), dan Antonio
Gramsci (1891-1837 M). dalam pandangan ketiganya, civil society
merupakan elemen ideologis kelas dominan, pemahaman ini adalah reaksi
atau pandangan Paine, Hegel memandang civil society sebagai kelompok
subordinatif terhadap negara, pandangan ini, menurut pakar politik
Indonesia Ryass Rasyid, erat kaitannya dengan perkembangan sosial
masyarakat borjuasi Eropa yang pertumbuhannya ditandai oleh pejuang
melepaskan diri dari cengkeraman dominasi negara.
Fase kelima, wacana civil society sebagai reaksi terhadap mazhab
Hegelian yang dikembangkan oleh Alexis dengan Tocqueville (1805-
1859), bersumber dari pengalamannya mengamati budaya demokrasi
Amerika, ia memandang civil society sebagai kelompok penyeimbang
kekuatan negara, menurutnya kekuatan politik dan masyarakat sipil
7
merupakan kekuatan utama yang menjadikan demokrasi Amerika
mempunyai daya tahan yang kuat.
Di Indonesia, pengertian masyarakat madani pertama kali
diperkenalkan oleh Anwar Ibrahim (mantan Deputi PM Malaysia) dalam
festival Istiqlal 1995. Oleh Anwar Ibrahim dinyatakan bahwa masyarakat
madani adalah: Sistem sosial yang subur yang diasaskan kepada prinsip
moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan dan
kestabilan masyarakat. Masyarakat mendorong daya usaha serta inisiatif
individu baik dari segi pemikiran, seni, pelaksanaan pemerintahan,
mengikuti undang – undang dan bukan nafsu atau keinginan individu,
menjadikan keterdugaan serta ketulusan.
Perjuangan masyarakat madani di Indonesia pada awal pergerakan
kebangsaan dipelopori oleh Syarikat Islam (1912) dan dilanjutkan oleh
Soeltan Syahrir pada awal kemerdekaan (Norlholt, 1999). Jiwa demokrasi
Soeltan Syahrir ternyata harus menghadapi kekuatan represif baik dari
rezim Orde Lama di bawah pimpinan Soekarno maupun rezim Orde Baru
di bawah pimpinan Soeharto, tuntutan perjuangan transformasi menuju
masyarakat madani pada era reformasi ini tampaknya sudah tak
terbendungkan lagi dengan tokoh utamanya adalah Amien Rais dari
Yogyakarta.
8
Sedangkan menurut Hikam, ciri-ciri masyarakat madani adalah :
a. Adanya kemandirian yang cukup tinggi diantara individu-individu dan
kelompok-kelompok masyarakat terhadap negara.
b. Adanya kebebasan menentukan wacana dan praktik politik di tingkat
publik.
c. Kemampuan membatasi kekuasaan negara untuk tidak melakukan
intervensi.
9
f. Partisipasi sosial, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar bersih
dari rekayasa, intimidasi, ataupun intervensi penguasa/pihak lain,
sehingga masyarakat memiliki kedewasaan dan kemandirian berpolitik
yang bertanggungjawab.
g. Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya
keadilan. Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang
memiliki kedudukan dan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali.
10
c. Paradigma membangun masyarakat madani sebagai basis utama
pembangunan demokrasi, pandangan ini merupakan paradigma
alternatif di antara dua pandangan yang pertama yang dianggap gagal
dalam pengembangan demokrasi, berbeda dengan dua pandangan
pertama, pandangan ini lebih menekankan proses pendidikan dan
penyadaran politik warga negara, khususnya kalangan kelas menengah.
11
pendidikan demokratis, yakni pendidikan dari, oleh dan untuk warga
negara.
Kondisi Indonesia yang dilanda euforia demokrasi, semangat
otonomi daerah dan derasnya globalisasi membutuhkan masyarakat yang
mempunyai kemauan dan kemampuan hidup bersama dalam sikap saling
menghargai, toleransi, dalam kemajemukan yang tidak saling
mengeksklusifkan terhadap berbagai suku, agama, bahasa, dan adat yang
berbeda. Kepedulian, kesantunan, dan setiakawan merupakan sikap yang
sekaligus menjadi prasarana yang diperlukan bangsa Indonesia.
Pengembangan masyarakat madani di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari
pengalaman sejarah bangsa Indonesia sendiri.
Kebudayaan, adat istiadat, pandangan hidup, kebisaan, rasa
sepenanggungan, cita-cita dan hasrat bersama sebagai warga dan sebagai
bangsa, tidak mungkin lepas dari lingkungan serta sejarahnya. Keunggulan
bangsa Indonesia, adalah berhasilnya proses akulturasi dan inkulturasi
yang kritis dan konstruktif. Pada saat ini, ada pertimbangan lain mengapa
pengembangan masyarakat madani secara khusus kita beri perhatian.
Untuk membangun masyarakat madani di Indonesia, ada enam
faktor harus diperhatikan, yaitu:
a. Adanya perbaikan di sektor ekonomi, dalam rangka peningkatan
pendapatan masyarakat, dan dapat mendukung kegiatan pemerintahan.
b. Tumbuhnya intelektualitas dalam rangka membangun manusia yang
memiliki komitmen untuk independen.
c. Terjadinya pergeseran budaya dari masyarakat yang berbudaya
paternalistik menjadi budaya yang lebih modern dan lebih independen.
d. Berkembangnya pluralisme dalam kehidupan yang beragam.
e. Adanya partisipasi aktif dalam menciptakan tata pamong yang baik.
f. Adanya keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang melandasi moral
kehidupan.
12
2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Madani
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi masyarakat madani, yaitu
faktor pendorong dan faktor penghambat.
Beberapa faktor pendorong timbulnya masyarakat madani:
a. Adanya penguasa politik yang cenderung mendominasi (menguasai)
masyarakat agar patuh dan taat pada penguasa.
b. Masayarakat diasumsikan sebagai orang yang tidak memilkik
kemampuan yang baik (bodoh) dibandingkan dengan penguasa
( pemerintah).
c. Adanya usaha untuk membatasiruang gerak dari masyarakat dalam
kehidupan poitik. Keadaan ini sangat menyulitkan bagi masyarakat
untuk mengemukakan pendapat, karena ruang publik yang bebaslah
individu berada dalam posisi setara, dan melakukan transaksi.
Factor penghambat masyarakat madani:
a. Adapun yang masih menjadi kendala dalam mewujudkan masyarakat
madani di Indonesia diantaranya :
b. Kualitas Sumber Daya Manusiayang belum memadai karena
pendidikan yang belum merata.
c. Masih rendahnya pendidikan politik masyarakat.
d. Kondisi ekonomi nasional yang belum stabil pasca krisis moneter.
e. Tingginya angkatan kerja yang belum terserap karena lapangan kerja
yang terbatas.
f. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak dalam jumlah yang besar.
g. Kondisi sosial politik yang belum pulih pasca reformasi.
13
inovasi-inovasi pendidikan dan menghindari terjadinya disintegrasi
bangsa.Untuk mewujudkan masyarakat madani dalam jangka panjang
adalah dengan cara melakukan demokratisasi pendidikan.
Demokratisasi pendidikan ialah pendidikan hati nurani yang lebih
humanistis dan beradab sesuai dengan cita-cita masyarakat madani.
Melalui demokratisasi pendidikan akan terjadi proses kesetaraan antara
pendidik dan peserta didik di dalam proses belajar mengajarnya. Inovasi
pendidikan yang berkonteks demokratisasi pendidikan perlu
memperhatikan masalah-masalah pragmatik. Pengajaran yang kurang
menekankan pada konteks pragmatik pada gilirannya akan menyebabkan
peserta didik akan terlepas dari akar budaya dan masyarakatnya.
Demokrasi sendiri adalah suatu bentuk pemerintahan dengan
kekuasaan di tangan rakyat. Dalam perkembangannya, demokrasi
bermakna semakin spesifik lagi yaitu fungsi-fungsi kekuasaan politik
merupakan sarana dan prasarana untuk memenuhi kepentingan rakyat.
Dengan demokrasi, rakyat boleh berharap bahwa masa depannya
ditentukan oleh dan untuk rakyat, sedangkan demokratisasi ialah proses
menuju demokrasi. Tujuan demokratisasi pendidikan ialah menghasilkan
lulusan yang merdeka, berpikir kritis dan sangat toleran dengan pandangan
dan praktik-praktik demokrasi.
Generasi penerus sebagai anggota masyarakat harus benar-benar
disiapkan untuk membangun masyarakat madani yang dicita-citakan.
Masyarakat dan generasi muda yang mampu membangun masyarakat
madani dapat dipersiapkan melalui pendidikan. Salah satu cara untuk
mewujudkan masyarakat madani adalah melalui jalur pendidikan, baik di
sekolah maupun di luar sekolah.
Generasi penerus merupakan anggota masyarakat madani di masa
mendatang. Oleh karena itu, mereka perlu dibekali cara-cara berdemokrasi
melalui demokratisasi pendidikan. Dengan demikian, demokratisasi
pendidikan berguna untuk menyiapkan peserta didik agar terbiasa bebas
berbicara dan mengeluarkan pendapat secara bertanggung jawab, turut
bertanggung jawab, terbiasa mendengar dengan baik dan menghargai
14
pendapat orang lain, menumbuhkan keberanian moral yang tinggi, terbiasa
bergaul dengan rakyat, ikut merasa memiliki, sama-sama merasakan suka
dan duka dengan masyarakatnya, dan mempelajari kehidupan masyarakat.
Kelak jika generasi penerus ini menjadi pemimpin bangsa, maka
demokratisasi pendidikan yang telah dialaminya akan mengajarkan
kepadanya bahwa seseorang penguasa tidak boleh terserabut dari budaya
dan rakyatnya, pemimpin harus senantiasa mengadakan kontak dengan
rakyatnya, mengenal dan peka terhadap tuntutan hati nurani rakyatnya,
suka dan duka bersama, menghilangkan kesedihan dan penderitaan-
penderitaan atas kerugian-kerugian yang dialami rakyatnya. Upaya ke arah
ini dapat ditempuh melalui demokratisasi pendidikan. Dengan komunikasi
struktural dan kultural antara pendidik dan peserta didik, maka akan
terjadi interaksi yang sehat, wajar, dan bertanggung jawab.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari materi di atas, yakni sebagai berikut:
a. Masyarakat Madani adalah masyarakat modern yang bercirikan
demokratisasi dalam beriteraksi di masyarakat yang semakin plural
dan heterogen.
b. Manfaat yang diperoleh dengan terwujudnya masyarakat madani ialah
terciptanya masyarakat Indonesia yang demokratis sebagai salah satu
tuntutan reformasi di dalam negeri dan tekanan-tekanan politik dan
ekonomi dari luar negeri.
c. Istilah masyarakat madani dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
civil society pertama kali dikemukan oleh Cicero dalam filsafat
politiknya dengan istilah societies civilis yang identik dengan negara.
d. Ciri utama masyarakat madani adalah demokrasi. Demokrasi memiliki
konsekuensi luas di antaranya menuntut kemampuan partisipasi
masyarakat dalam sistem politik dengan organisasi-organisasi politik
yang independen sehingga memungkinkan kontrol aktif dan efektif
dari masyarakat terhadap pemerintah dan pembangunan, dan sekaligus
masyarakat sebagai pelaku ekonomi pasar.
e. Demokratisasi pendidikan ialah pendidikan hati nurani yang lebih
humanistis dan beradab sesuai dengan cita-cita masyarakat madani.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya haturkan, yakni sebagai berikut:
Diharapkan Mahasiswa\i bisa memahami lebih dalam lagi mengenai
materi yang terlampir agar dapat memahami dan melanjutkan ke materi
selanjutnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ajoe Lara Putra, 2017. Peran Malaysia Dalam Proses Perdamaian di Thailand
Selatan Periode 2015-2016. (Skripsi Mahasiswa Studi Hubungan
Internasional, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Hastuti Rita Sri dan De Fretes Yvone, 2012. Megawati Anak Sang Putra Fajar.
Jakarta: Kompas Gramedia
Johan Galtung & Charles Webel, 2018. Studi Perdamaian dan Konflik. Bandung:
Penerbit Nusa Media
Sosrosoediro, Endang Rudiatin, 2007. Dari Civil Society Ke Civil Religion. MUI:
Jakarta
Sukmana Oman, 2016. Konsep Dan Teori Gerakan Sosial. Malang: Instrans
Publishingm
Syah Sirikit, 2014. Membincangkan Pers, Kepala Negara dan Etika Media.
Jakarta: Gramedia
17
LAMPIRAN SOAL-SOAL
18
5) Tidak termasuk tuntutan di era reformasi dalam negeri
a. 1), 2) dan 3)
b. 1), 2) dan 4)
c. 5) saja
d. 2) dan 4)
e. 2) dan 5)
19
7. Ilmuwan Filsuf yang memandang masyarakat madani sebagai suatu sistem
kenegaraan atau identik dengan negara itu sendiri, merupakan pendapat
dari...
a. Socrates
b. Phytagoras
c. Aristoteles
d. Al-Kindi
e. Thales
20
berserikat, berkumpul, serta mempublikasikan informasikan kepada
publik.
21
12. Adanya usaha untuk membatasiruang gerak dari masyarakat dalam
kehidupan poitik. Keadaan ini sangat menyulitkan bagi masyarakat untuk
mengemukakan pendapat, karena ruang publik yang bebaslah individu
berada dalam posisi setara, dan melakukan transaksi, pernyataan tersebut
merupakan salah satu dari factor…
a. Penghambat
b. Pendukung
c. Pengklasifikasian
d. Penyaringan
e. Penentuan
22
c. 2) saja
d. 1) dan 2)
e. 2) dan 4)
15. Pendidikan hati nurani yang lebih humanistis dan beradab sesuai dengan
cita-cita masyarakat madani merupakan bentuk perwujudan dari…
a. Kedaulatan Rakyat
b. Demokrasi Pendidikan
c. Demokrasi Formal
d. Demokrasi Material
e. Demokrasi Pancasila
23