Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MASYARAKAT MADANI

Dosen Pengampu : Eli Wulandari, M.Pd

Disusun untuk mata kuliah

Kelompok 10 :

Badariah Riski 2211102081

Rafik Al Fauzan 2211102084

M Reza Bahryani 2211102058

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AJI MUHAMMAD IDRIS

SAMARINDA
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan

karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah tepat waktu.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dan diharapkan dapat

menambah wawasan penulis serta pembaca. Saya menyadari bahwa dalam

penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, sehingga makalah

ini dapat terselesaikan. Saya juga menyadari bahwa makalah ini masih

memerlukan penyempurnaan, terutama pada bagian isi.

Oleh karena itu, saya menerima segala bentuk kritik dan saran yang

membangun dari berbagai pihak. Apabila terdapat banyak kesalahan pada

makalah ini, kami memohon maaf. Demikian yang dapat saya sampaikan. Akhir

kata, semoga makalah Pengantar Manajemen ini dapat bermanfaat bagi

perkembangan dunia pendidikan.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
A. Pengertian Masyarakat Madani.....................................................................4
B. Karakteristik Masyarakat Madani.................................................................7
C. Pilar Penegak Masyarakat Madani................................................................9
D. Masyarakat Madani Indonesia.....................................................................12
BAB III..................................................................................................................18
PENUTUP..............................................................................................................18
A. Kesimpulan.................................................................................................18
B. Saran............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan yang terus melanda ilmu-ilmu sosial hingga saat ini

adalah ketidakmampuan menjelaskan apa dan bagaimana seharusnya

tatanan ideal sebuah masyarakat. Civil Society, yang selama ini menjadi

sebuah paradigma ideal mengenai masyarakat dalam diskursus para ahli di

Barat, terus mengalami kebingungan dan distorsi konseptual ketika

pemahaman itu harus diaplikasikan dalam aktifitas masyarakat riil.

Walhasil, teori-teori yang dihasilkan oleh ilmuilmu sosial pasca renaisans

ini terbatas pada wacana yang tidak pernah membumi. Namun, jauh empat

belas abad yang lalu, telah berdiri sebuah masyarakat yang mampu

melakukan lompatan besar peradaban dengan berdirinya sebuah komunitas

yang bernama Masyarakat Madinah. Transformasi radikal dalam

kehidupan individual dan sosial mampu merombak secara total nilai,

simbol, dan struktur masyarakat yang telah berakar kuat dengan

membentuk sebuah tatanan baru yang berlandaskan pada persamaan dan

persaudaraan. Bentuk masyarakat Madinah inilah, yang kemudian

ditransliterasikan menjadi “masyarakat madani”, merupakan tipikal ideal

mengenai kosepsi sebuah masyarakat Islam.

Kemunculan konsep masyarakat madani adalah suatu bukti akan

dinamika intelektual muslim dalam usaha memaknai ajaran Islam terkait

dengan kehidupan modern, terutama dalam problem politik dan

kebangsaan. Konsep masyarakat madani sering dianggap sebagai sebuah

1
alternative untuk mewujudkan pemerintahan yang ideal (good

government) dalam suatu Negara.

Masyarakat Madinah hasil pembentukan nabi Muhammad secara

teoritis mengandung persamaan (egalitarian), toleran dan terbuka, begitu

juga masyarakat sipil yang berkembang dalam masyarakat Barat,

masyarakat sipil Barat berkembang dalam semangat pembebasan

(liberalisme) sehingga masyarakat yang dihasilkannya pun lebih

menekankan peranan individu dan kebebasan individu, namun sementara

itu persoalan keadilan sosial dan ekonomi masih belum nyata. Sedangkan

dalam masyarakat madani, keadilan adalah merupakan satu pilar

utamanya.

Penulis melihat bahwa pemikiran masyarakat madani islami

bukanlah hanya sekedar pemikiran semata, dan bila diterapkan maka akan

memberikan pengaruh penting yang positif untuk menumbuhkan

kehidupan masyarakat dan pemerintahan yang maju didalam

keadaan/situasi apapun. Dan pembahasan ini bertujuan untuk adanya

sumbangsih yang positif didalam proses perbaikan masyarakat,

masyarakat madani islami adalah pemikiran yang tertidur di masa lalu dan

akan berkembang pada masa modern ini. Terbebas dari bahwa

sesungguhnya telah disyariatkan sebagai rahmat bagi alam semesta, dan

untuk mengangkat martabat umat muslim dari keadaannya yang sekarang

kepada posisinya yang sesungguhnya di masa depan.

2
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas dan agar pembahasan dalam makalah

ini tidak melebar kepada pembahasan yang lain, maka perlu adanya

perumusan dari masalah yang akan dibahas, yakni sebagai berikut:

1. Apa pengertian masyarakat madani ?

2. Bagaimana karakteristik masyarakat madani ?

3. Apa saja pilar penegak masyarakat madani ?

4. Bagaimana masyarakat madani Indonesia ?

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masyarakat Madani
Sebagaimana kita ketahui bahwa pada hakikat manusia mempunyai

kesamaan, yakni karena kemanusiaannya. Di dalam kesamaan manusia itu

dimungkinkan lahirnya kebudayaan. Dari situlah manusia dapat hidup

mempertahankan eksistensinya dan bahkan berkembang membangun

kehidupannya melalui kerjasama dengan sesama manusia lain.

Dalam bahasa Arab konsep masyarakat Madani dikenal dengan

istilah mujtama’ al-madani, dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah

civil society. Selain kedua istilah tersebut, ada dua istilah yang merupakan

istilah lain dari masyarakat madani yaitu masyarakat sipil dan masyarakat

kewargaan.

Civil society berasal dari proses sejarah masyarakat Barat. Cicero

yang memulai menggunakan istilah Societas Civilis dalam filsafat

politiknya, yang berarti komunitas politik yang beradap, dan didalamnya

termasuk masyarakat kota yang memiliki kode hukum tersendiri.

Masyarakat madani merupakan konsep yang merujuk pada masyarakat

yang pernah berkembang di Madinah pada zaman Nabi Muhammad SAW,

yaitu masyarakat yang mengacau pada nilai-nilai kebijakan umum, yang

disebut al-khair

4
Berkenaan dengan pengertian masyarakat madani atau civil

society, beberapa ahli saling mengemukakan pandangannya yang tentunya

berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, diantaranya sebagai

berikut: Hikam (Supriatna) berpendapat bahwa civil society secara

institusional diartikan sebagai pengelompokan anggota-anggota

masyarakat sebagai warga negara mandiri yang dapat dengan bebas

bertindak aktif dalam wacana dan praktis mengenai segala hal yang

berkaitan dengan masalah kemasyarakatan pada umumnya.

Gallner (Supriatna), menunjuk konsep civil society sebagai

masyarakat yang terdiri atas berbagai institusi non-pemerintah yang

otonom dan cukup kuat untuk mengimbangi negara. Victor Perez-Diaz,

menyatakan bahwa civil society lebih menekankan pada keadaan pada

keadaan masyarakat yang telah mengalami pemerintahan yang terbatas,

memiliki kebebasan, mempunyai sistem ekonomi pasar dan timbulnya

asosiasiasosiasi masyarakat yang mandiri serta satu sama lain saling

menompang.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan secara umum

masyarakat madani atau civil society dapat diartikan sebagai suatu corak

kehidupan masyarakat yang terorganisir, mempunyai sifat kesukarelaan,

keswadayaan, kemandirian, namun mempunyai kesadaran hukum yang

tinggi.

5
Untuk mewujudkan cita-cita ke arah masyarakat madani dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara, diperlukan berbagai prasyarat

sebagaimana diungkapkan oleh Han Sung-Jun: 1. Diakui dan

dilindunginya hak-hak individu dan kemerdekaan berserikat serta mandiri

dari negara. 2. Adanya ruang publik yang memberikan kebebasan bagi

siapa saja dalam mengartikulasikan isu-isu politik. 3. Terdapatnya gerakan

kemasyarakatan yang berdasar pada nilai-nilai budaya tertentu. 4.

Terdapatnya kelompok inti di antara kelompok-kelompok menengah yang

mengakar dalam masyarakat dan mampu menggerakkan masyarakat dalam

melakukan modernisasi sosial ekonomi.

Masyarakat madani (civil society) sebagai sebuah tatanan

masyarakat yang mandiri dan menunjukkan kemajuan dalam hal

peradaban, mempunyai ciri-ciri atau karakteristik tertentu yang

membedakannya dengan bentuk masyarakat lainnya. Menurut A.S Hikam

ada empat ciri utama dari masyarakat mandani, yaitu sebagai berikut : 1.

Kesukarelaan artinya tidak ada paksaan, namun mempunyai komitmen

bersama untuk mewujudkan cita-cita bersama. 2. Keswasembadaan, setiap

anggota mempunyai harga diri yang tinggi, mandiri yang kuat tanpa

menggantungkan pada negara atau lembaga-lembaga negara atau

organisasi lainnya. 3. Kemandirian yang cukup tinggi dari individu-

individu dan kelompok-kelompok dalam masyarakat, utamanya ketika

berhadapan dengan negara. 4. Keterkaitan pada nilai-nilai hukum yang

6
disepakati bersama. Masyarakat madani adalah masyarakat yang

berdasarkan hukum dan bukan negara kekuasaan.

Sementara itu Nurcholis Madjid dalam sudut pandang lain

mengemukakan ciri-ciri masyarakat madani sebagai berikut: 1. Semangat

egalitarianisme atau kesetaraan. 2. Penghargaan kepada orang berdasarkan

prestasi, bukan prestise seperti keturunan kesukuan, ras, dan lain-lain. 3.

Keterbukaan. 4. Partisipasi seluruh anggota masyarakat. 5. Penentuan

kepemimpinan melalui pemilihan.

Sedangkan Hidayat Syarif berpandangan bahwa masyarakat

madani mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Masyarakat yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan YME, Pancasilais, dan memiliki cita-cita serta

harapan masa depan. 2. Masyarakat yang demokratis dan beradab yang

menghargai perbedaan pendapat. 3. Masyarakat yang menghargai Hak

Azazi Manusia (HAM). 4. Masyarakat yang tertib dan sadar hukum yang

direfleksikan dari adanya budaya malu apabila melanggar hukum. 5.

Masyarakat yang memiliki kepercayaan diri dan kemandirian. 6.

Masyarakat yang memiliki pengetahuan dan kompetitif dalam suasana

kooperatif, penuh persaudaraan dengan bangsabangsa lain dengan

semangat kemanusiaan universal (pluralis).

B. Karakteristik Masyarakat Madani


1. Ruang Publik Yang Bebas (Free Public Sphere)

Yang dimaksud dengan ruang publik yang bebas sebagai sarana dalam

mengemukakan pendapat.Pada ruang publik yang bebaslah individu

7
dalam posisinya yang setara mampu melakukan transaksi-transaksi

wacana dan praksis politik tanpa mengalami distorsi dan kekhawatiran.

Lebih lanjut dikatakan bahwa ruang publik secara teoritis bisa

diartikan sebagai warga negara memiliki akses penuh terhadap setiap

kegiatan publik.maka akan memungkinkan terjadinya pembungkaman

kebebasan warga negara dalam menyalurkan aspirasinya yang

berkenaan dengan kepentingan umum oleh penguasa yang tirani dan

otoriter.

2. Demokratis

Demokratis merupakan satu entitas yang menjadi penegak wacana

civil society, dimana dalam menjalani kehidupan, warga Negara

memiliki kehidupan penuh untuk menjalankan aktivitas kesehariannya,

termasuk dalam berinteraksi dengan lingkungannya.Demokrasi berati

masyarakat dapat berlaku santun dalam pola hubungan interaksi

dengan masyarakat sekitarnya dengan tidak mempertimbangkan suku,

ras, dan agama.

3. Toleran

Toleran merupakan sikap yang dikembangkan dalam civil society

untuk menunjukan sikap saling menghargai dan menghormati aktivitas

yang dilakukan oleh orang lain. Toleransi ini memungkinkan adanya

kesadaran masing-masing individu untuk menghargai dan

menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh kelompok

masyarakat lain yang berbeda.

8
4. Pluralisme

Dalam penguatan civil society, maka pluralisme harus dipahami secara

mengakar dengan menciptakan sebuah tatanan kehidupan yang

menghargai dan menerima kemajemukan dalam konteks kehidupan

sehari-hari.Pluralisme tidak bisa dipahami hanya dengan sikap

mengakui dan menerima kenyataan masyarakat yang majemuk, tetapi

harus disertai dengan sikap yang tulus untuk menerima kenyataan

pluralisme itu dengan bernilai positif, merupakan rahmat

tuhan/rahmatan lil alamin.

5. Keadilan Sosial (Sosial Justice)

Keadilan yang dimaksud untuk menyebutkan keseimbangan dan

pembagian yang proporsional terhadap hak dan kewajiban setiap

warga negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan.Hal ini

memungkinkan tidak adanya monopoli dan pemusatan salah satu aspek

kehidupan pada satu kelompok masyarakat. Seara esensial, masyarakat

memiliki hak yang sama dalam memperoleh kebijakan-kebijakan yang

ditetapkan oleh pemerintah (penguasa).

C. Pilar Penegak Masyarakat Madani


Pilar penegak civil society adalah institusi-institusi yang menjadi

bagian dari sosial kontrol yang berfungsi mengkritisi kebijakan-kebijakan

penguasa yang diskriminatif serta mampu memperjuangkan aspirasi

masyarakat yang tertindas.Dalam penegakan masyarakat madani, pilar-

pilar tersebut menjadi prasyarat mutlak bagi terwujudnya kekuatan

9
masyarakat madani.Pilar-pilar tersebut yaitu Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM), Pers, Supremasi Hukum, Perguruan Tinggi dan Partai

Politik.

Dalam perjalanannya Civil society pasca Reformasi banyak

terjadinya amandemen perundang-undangan dikarenakan dalam Undang-

Undang Dasar 1945 belum banyak memuat penafsiran-penafsiran yang

berkaitan dalam konteks amanat reformasi, karena UUD 1945 banyak

dipolitisir oleh kekuasaan pada era Orde Baru sehingga tidak terbukanya

sistem masyarakat yang adil dan beradab sesuai dengan amanat pancasila

alinea ke (2) dan ke (4) sehingga menjadi masyarakat yang bersatu,

berdaulat, adil dan makmur serta bisa melakukan

bermusyawarah/perwakilan di dalam memutuskan persoalan kenegaraan.

Setelah reformasi terjadilah amandemen dalam hal kepentingan perubahan

ke arah yang lebih baik. Sehingga amandemen terjadi seperti adanya

Undang-Undang Keterbukaan Informasi, Undang-Undang Kehakiman,

UndangUndang Hak Asasi Manusia, dan lain lain.

Civil society merupakan sistem yang diharapkan dalam Negara

hukum, terutama Negara hukum Indonesia pasca pemerintahan Orde Baru.

Bentuk pemerintahan Indonesia adalah Republik, berdasarkan UUD 1945

Pasal 1 ayat (1) Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk

Republik, sistem pemerintahannya yaitu presidensial berdasarkan UUD

1945, Sebelum amandemen UUD 1945 Pasal 6 ayat (2) presiden dan wakil

presiden dipilih oleh Majlis Permusyawaratan Rakyat dengan suara

10
terbanyak, setelah Amandemen ke III UUD 1945 pada Pasal 6A ayat (1)

Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung

oleh rakyat. Sedangkan Dewan Perwakilan Rakyat menurut UUD 1945

Pasal 19 ayat (1) Susunan Dewan Perwakilan Rakyat ditetapkan dengan

Undang-Undang. Setelah Amandemen ke III Dewan Perwakilan Rakyat

yang diatur berdasarkan Amandemen UUD 1945 pasal 19 ayat (1)

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan umum, dan

pasal 22 C ayat (1) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap

provinsi melalui pemilihan Umum. Pemilihan umum dijelaskan pada

pasal 22 E ayat (2) yaitu: Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih

anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden

Dan wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

John Locke orang pertama yang mengemukakan pemikiran tentang

pemisahan Negara hukum dan kekuasaan, buah pikirannya ini kemudian

dipopulerkan oleh Montesquieu, diantara pokok-pokok pikiran yang

dikemukakan oleh John locke ialah: 1. Negara bertujuan menjamin hak-

hak asasi warga Negara. 2. Penyelenggaraan Negara berdasar atas hukum.

3. Adanya pemisahan kekuasaan Negara demi kepentingan umum. 4.

Supremasi dari kekusaan pembentuk undang-undang yang tergantung pada

kepentingan rakyat.

Di Indonesia, kebijakan yang mengatur perlindungan Hak Asasi

Manusia tertuang dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang

Hak Asasi Manusia. Sebelumnya, terbitnya Keputusan Presiden Republik

11
Indonesia Nomor 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi Nasional Hak-

hak Asasi Manusia Indonesia 1998-2003. Dalam putusan tersebut

ditetapkan 4 pilar utama pembangunan Hak Asasi Manusia yaitu Persiapan

pengesahan perangkat-perangkat internasional Hak Asasi Manusia;

Diseminasi dan pendidikan Hak Asasi Manusia; Pelaksanaan Hak Asasi

Manusia yang diprioritaskan; dan Pelaksanaan ketentuan-ketentuan

berbagai perangkat internasional Hak Asasi Manusia yang telah disahkan

Indonesia. Keputusan Presiden tersebut antara lain ditindaklanjuti dengan

Instruksi Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang Menghentikan

Penggunaan Istilah Pribumi dan Nonpribumi dalam Semua Perumusan dan

Penyelenggaraan Kebijakan, Perencanaan Program, ataupun Pelaksanaan

Kegiatan Penyelenggaraan Pemerintahan. Eksistensi kedua peraturan –

Kepres dan Inpres tersebut kemudian diikuti dengan pemberlakuan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 tentang Pengesahan Convention

Against Torture and Other Cruel, Inhuman, or Degrading Treatment or

Punishment. Tindak lanjut dari terbitnya Undang-Undang ini antara lain

terbitnya TAP MPR RI Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi

Manusia.

D. Masyarakat Madani Indonesia


Masyarakat Indonesia mempunyai karakteristik yang berbeda

dengan negara lainnya. Karakteristik tersebut diantaranya adalah: (1)

Pluralistik/keberagaman, (2) sikap saling pengertian antara sesama

12
anggota masyarakat, (3) toleransi yang tinggi dan (4) memiliki sanksi

moral.

Karakteristik-karakteristik tersebut diharapkan senantiasa

mewarnai kehidupan masyarakat madani model Indonesia nantinya.

keberadaan masyarakat Indonesia dapat dicermati melalui perjalanan

bangsa Indonesia. Secara historis perwujudan masyarakat madani di

Indonesia sebenarnya sudah mulai dicita-citakan semenjak terjadinya

perubahan sosial ekonomi pada masa kolonial, terutama ketika kapitalisme

mulai diperkenalkan oleh Belanda. Hal ini ikut mendorong terjadinya

pembentukan sosial melalui proses industrialisasi, urbanisasi, dan

pendidikan modern. Hasilnya antara lain munculnya kesadaran baru di

kalangan kaum elit pribumi yang mendorong terbentuknya organisasi

sosial modern. Pada masa demokrasi terpimpin politik Indonesia

didominasi oleh penggunaan mobilisasi massa sebagai alat legitimasi

politik. Akibatnya setiap usaha yang dilakukan masyarakat untuk

mencapai kemandirian beresiko dicurigai sebagai kontra revolusi.

Sehingga perkembangan pemikiran menuju masyarakat madani kembali

terhambat.

Perkembangan orde lama dan munculnya orde baru memunculkan

secercah harapan bagi perkembangan masyarakat madani di Indonesia.

Pada masa orde baru, dalam bidang sosial-ekonomi tercipta pertumbuhan

ekonomi, tergesernya pola kehidupan masyarakat agraris, tumbuh dan

berkembangnya kelas menengah dan makin tingginya tingkat pendidikan.

13
Sedangkan dalam bidang politik, orde baru memperkuat posisi negara di

segala bidang, intervensi negara yang kuat dan jauh terutama lewat

jaringan birokrasi dan aparat keamanan. Hal tersebut berakibat pada

terjadinya kemerosotan kemandirian dan partisipasi politik masyarakat

serta menyempitkan ruangruang bebas yang dahulu pernah ada, sehingga

prospek masyarakat madani kembali mengalami kegelapan.

Setelah orde baru tumbang dan diganti oleh era reformasi,

perkembangan masyarakat madani kembali menorehkan secercah harapan.

Hal ini dikarenakan adanya perluasan jaminan dalam hal pemenuhan hak-

hak asasi setiap warga negara yang intinya mengarahkan pada aspek

kemandirian dari setiap warga negara.

Dari zaman orde lama sampai era reformasi saat ini, permasalahan

perwujudan masyarakat madani di Indonesia selalu menunjukkan hal yang

sama. Beberapa permasalahan yang bisa menjadi hambatan sekaligus

tantangan dalam mewujudkan masyarakat madani model Indonesia.

Mencermati keadaan sekarang, maka diperlukan sebuah strategi

jitu untuk mencapai kehidupan yang madani. Proses pemberdayaan

tersebut menurut Dawam Rahardjo dapat dilakukan dengan tiga model

strategi sebagaimana sebagai berikut : 1. Strategi yang lebih

mementingkan integrasi nasional dan politik. 2. Strategi yang lebih

mengutamakan reformasi sistem politik demokrasi. 3. Strategi yang

memilih pembangunan masyarakat madani sebagai basis yang kuat ke arah

demokratisasi.

14
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Rahardjo, penulis berasumsi

bahwa untuk mencapai kehidupan madani diperlukan beberapa suplemen

sebagai berikut: 1. Tanamkan nilai religiusme yang didukung oleh jaminan

keamanan. 2. Tanamkan semangat insan pancasilais. 3. Berdayakan kaum

cendikiawan/alumni luar negeri bangsa Indonesia melalui pemberian peran

riil. 4. Sanksi tegas terhadap penyelewengan kekuasaan dan anggaran

tanpa mengesampingkan asas praduga tak bersalah.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menuju

masyarakat madani Indonesia tidak ditempuh melalui proses yang radikal

dan cepat (revolusi), tetapi proses yang sistematis dan berharap serta

cenderung lambat (evolusi), yaitu melalui upaya pemberdayaan

masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan.

Melalui era reformasi bangsa Indonesia memiliki tujuan untuk

membina suatu masyarakat Indonesia baru dalam rangka untuk

mewujudkan cita-cita Proklamasi tahun 1945 yaitu membangun

masyarakat Indonesia yang demokratis. Masyarakat Indonesia yang

demokratis atau masyarakat madani ala Indonesia merupakan visi dari

gerakan reformasi dan juga visi dari reformasi sistem pendidikan nasional.

Gerakan untuk membentuk masyarakat madani berkaitan dengan

proses demokratisasi yang sedang melanda dunia dewasa ini. Sudah tentu

perwujudan kehidupan yang demokratis untuk setiap bangsa mempunyai

ciri-ciri tertentu di samping ciri-ciri universal. Salah satu ciri dari

kehidupan bermasyarakat Indonesia ialah kebhinnekaan dari bangsa

15
Indonesia. Pada masa orde baru unsur kebhinnekaan itu cenderung

dikesampingkan dan menekankan sifat kesatuan bangsa. Padahal justru

dalam kebhinnekaan itulah terletak kekuatan dari persatuan bangsa

Indonesia.

Orde Baru telah menghilangkan kekuatan kebhinnekaan itu dan

mencoba menyusun suatu masyarakat yang uniform sehingga terciptalah

suatu struktur kekuasaan yang sangat sentralistik dan birokratik. Hal ini

justru telah mengakibatkan disintegrasi bangsa kita karena dalam usaha

menekankan persatuan yang mengesampingkan perbedaan melalui cara-

cara represif, berakibat mematikan inisiatif dan kebebasan berpikir serta

bertindak robotik di dalam pembangunan bangsa. Cita-cita reformasi yang

diinginkan ialah mengakui adanya kebhinnekaan sebagai modal utama

bangsa Indonesia dalam rangka untuk mewujudkan suatu masyarakat

madani yang menghargai akan perbedaan sebagai kekuatan bangsa dan

sebagai identitas bangsa Indonesia yang secara kultural sangat kaya dan

bervariasi

Seperti yang telah dikemukakan bahwa cita-cita membentuk

masyarakat madani harus menjadi cita-cita yang serius bagi bangsa

Indonesia sejalan dengan berkembangnya kehidupan berdemokrasi.

bahkan ide masyarakat madani telah mulai dikembangkan sejak jaman

Yunani klasik seperti ahli pikir Cicero.

Setelah mencermati berbagai ciri masyarakat madani, maka tampak

dengan jelas bahwa masyarakat madani adalah suatu masyarakat

16
demokratis dan menghargai human dignity atau hak-hak dan tanggung

jawab manusia. Melihat keadaan masyarakat dan bangsa Indonesia maka

ada beberapa prinsip khas yang perlu kita perhatikan dalam membangun

masyarakat madani di Indonesia, prinsip-prinsip tersebut ialah: a.

Kenyataan adanya keragaman budaya Indonesia yang merupakan dasar

pengembangan identitas bangsa Indonesia dan kebudayaan nasional. b.

Pentingnya adanya saling pengertian antara sesama anggota masyarakat.

Seperti yang telah dikemukakan oleh filosof Isaiah Berlin, yang diperlukan

di dalam masyarakat bukan sekedar mencari kesamaan dan kesepakatan

yang tidak mudah untuk dicapai. Justru yang penting di dalam masyarakat

yang bhinneka ialah adanya saling pengertian. Konflik nilai-nilai justru

merupakan dinamika dari suatu kehidupan bersama di dalam masyarakat

madani. Konflik nilainilai tidak selalu berarti hancurnya suatu kehidupan

bersama. Dalam masyarakat demokratis, konflik nilai akan memperkaya

horison pandangan dari setiap anggota. c. Berkaitan dengan kedua ciri

khas tadi ialah toleransi yang tinggi. Dengan demikian masyarakat madani

Indonesia bukanlah masyarakat yang terbentuk atau dibentuk melalui

proses indoktrinasi tetapi pengetahuan akan kebhinnekaan dan

penghayatan terhadap adanya kebhinnekaan tersebut sebagai unsur penting

dalam pembangunan kebudayaan nasional. d. Akhirnya untuk

melaksanakan nilai-nilai yang khas tersebut diperlukan suatu wadah

kehidupan bersama yang diwarnai oleh adanya kepastian hukum. Tanpa

17
kepastian hukum sifat-sifat toleransi dan saling pengertian antara sesama

anggota masyarakat pasti tidak dapat diwujudkan.

Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa

masyarakat Indonesia dikatakan telah berhasil mencapai kehidupan

madani apabila didalamnya telah memiliki: 1. Keimanan dan ketaqwaan

yang kokoh. 2. Berpendidikan maksimal (berkualitas). 3. Kembali menjadi

insan Pancasilais. 4. Memiliki cita-cita (komitmen) dan harapan (secara

kolektif) untuk setara dengan negara-negara maju. 5. Memiliki

kepercayaan diri untuk bersaing. 6. Loyalitas terhadap bangsa dan negara

Indonesia (bakan terhadap partai politik saja).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diartikan sebagai suatu corak kehidupan masyarakat yang terorganisir,

mempunyai sifat kesukarelaan, keswadayaan, kemandirian, namun mempunyai

kesadaran hukum yang tinggi. Masyarakat Indonesia mempunyai karakteristik

yang berbeda dengan negara lainnya. Karakteristik tersebut diantaranya adalah:

(1) Pluralistik/keberagaman, (2) sikap saling pengertian antara sesama anggota

masyarakat, (3) toleransi yang tinggi dan (4) memiliki sanksi moral.

18
B. Saran

Makalah ini masih banyak kekurangan, diharapkan kedepannya dapat membahas

terkait masyarakat madani lebih luas lagi

DAFTAR PUSTAKA
AGPAII Aceh. (2011). Civil Society Dan Masyarakat Madani. Agpaiaceh.

Dwi Lestari, W. (2019). Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Koalisi

Mahasiswa dan Rakyat Tasikmalaya (KMRT) dalam Upaya Menunjang

Good Governance di Kabupaten Tasikmalaya. 7(November 2015), 10–30.

Suroto. (2015). Konsep Masyarakat Madani di Indonesia dalam Masa Postmodern

(Sebuah Analitis Kritis). Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 5(9), 664–

671. Retrieved from https://media.neliti.com

Umari, A. D., & Muslih, L. M. (1999). c._BAB_I. 4(1), 1–27.

19
20

Anda mungkin juga menyukai