MAKALAH
Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Filsafat Pendidikan
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Kasuwi Saiban, M. Ag
Oleh :
PROGRAM PASCASARJANA
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ULUM
LAMONGAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat ilahi robbi Allah SWT telah memberikan rahmat dan
hidayah nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Psikologi
Pendidikan yang berjudul perkembangan peserta didik (perkembangan kognitif dan lingustik
serta perkembangan kepribadian dan sosial)
.
penulisan makalah ini di susun sebagai tugas dalam proses pembelajaran mata kuliah
Psikologi Pendidikan di universitas islam darul ulum.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, khususnya kepada Bapak Prof. Dr. Kasuwi Saiban, M. Ag selaku dosen
Studi Islam kontemporer yang telah memberikan tugas dan pengarahan kepada kami, sehingga
kami memperoleh banyak manfaat dalam penyusunan tugas ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami merasa banyak kekurangan, baik pada teknis
penulisan maupun percetakan, mengingat keterbatasan yang kami miliki, untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini
Demikian makalah ini kami susun, semoga dapat memberikan manfaat kepada semua
pihak yang membutuhkan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................3
C. Tujuan.............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua orang mendambakan kehidupan yang aman, damai dan sejahtera sebagaimana
yang di cita-citakan masyarakat Indonesia, yaitu adil dan makmur bagi seluruh lapisan
masyarakat. Untuk mencapainya berbagai sistem kenegaraan muncul, seperti demokrasi. Cita-
cita suatu masyarakat tidak mungkin dicapai tanpa mengoptimalkan kualitas sumber daya
manusia
Munculnya istilah masyarakat madani pada era reformasi ini, tidak terlepas dari kondisi
politik negara yang berlangsung selama ini.Sejak Indonesia merdeka, masyarakat belum
merasakan makna kemerdekaan yang sesungguhnya. Pemerintah atau penguasa belum banyak
member kesempatan bagi semua lapisan masyarakat mengembangkan potensinya secara
maksimal.
Masyarakat mau tidak mau dengan terpaksa harus mau menyadari bahwa betapa
pentingnya memperjuangkan hak-hak asasinya serta harus mampu bertanggung jawab terhadap
kehidupan dalam membangun keadaan masyarakatnya sendiri. Oleh karena itu, kelangsungan
hidup manusia mendatang di negara Indonesia ini sudah menjadi kelaziman apabila menjadi
tanggung jawab bersama untuk memajukannya. Tanggung jawab tersebut bukanlah merupakan
tanggung jawab dari satu masyarakat atau oleh negara saja tetapi merupakan tanggung jawab
kolaborasi, yakni pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia.
Masyarakat yang diinginkan tentunya adalah masyarakat yang damai, sejahtera, terbuka,
maju, dan modern atau yang lebih dikenal sebagai “Civil Society” (Masyarakat Madani) bukan
sebagai masyarakat yang totaliter, yakni masyarakat yang menginjakinjak akan hak asasi
manusianya sendiri. Masyarakat madani akan tersusun dari masyarakat-masyarakat madani lokal
dengan berdasarkan pada kebudayaannya masing masing Oleh karena itu, dunia pendidikan
sebagai bagian dari pendidikan umat manusia haruslah senantiasa berpartisipasi untuk
membangun terwujudnya masyarakat madani.1
1
Suroto’’Konsep masyarakat madani di Indonesia dalam masa postmodern (sebuah analitis kritis ),Jurnal
Pendidikan kewarganegaraan ; vol 5 No.9 h.664
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
PEMBAHASAN
Istilah masyarakat madani sebagai penerjemahan dari istilah civil society dilatarbelakangi
oleh konsep kota ilahi, kota peradaban atau masyarakat kota. Selain itu, pemaknaan dengan
masyarakat madani ini dilandasi oleh konsep al-mujtama’ al-madani yang diperkenalkan oleh
cendekiawan Singapura, Naquib Al-Attas yang mengemukakan secara ta’rīfi, bahwa masyarakat
madani adalah merupakan konsep masyarakat ideal yang mengandung dua komponen besar,
yaitu masyarakat kota dan masyarakat beradab.
Dalam rangka penegakan sebuah masyarakat madani, yang dalam arti terwujudnya tujuh
prasyarat sebagaimana yang disebutkan di atas, mutlak memerlukan pilar-pilar penyangganya. A.
Ubaidillah, dkk. mengemukakan lima pilar penting sebagai berikut 1) Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), yakni sebuah institusi sosial yang terbentuk atas swadaya masyarakat dengan
tugas esensinya adalah membantu dan memperjuangkan aspirasi dan kepentingan masyarakat
yang tertindas. Selain itu, mengadakan empowering (pemberdayaan) kepada masyarakat
mengenai hal-hal yang signifikan dalam kehidupan sehari hari, misalnya advokasi, pelatihan dan
sosialisasi. 2) Pers ; dalam hal ini, ia merupakan sebuah instrumen yang memungkinkan dapat
mengkritisi dan menjadi social control yang dapat menganalisa dan mempublikasikan berbagai
kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan warga negaranya secara obyektif dan transparan.
3) Supremasi hukum ; dalam arti berlangsung sebuah proses perjuangan dalam mewujudkan hak
dan kewajiban antar warga negara dan antar warga negara dengan pemeerintah melalui cara-cara
damai dan dengan hukum yang berlaku. Selain itu memberikan jaminan perlindungan terhadap
segala bentuk penindasan individu dan kelompok yang melanggar norma-norma hukum dan
segala bentuk penindasan hak. 4) Lembaga pendidikan tinggi ; yang menurut Riswanda
Immawan, memiliki tiga peran strategis dalam mewujudkan civil society. Pertama, pemihakan
yang tegas pada prinsip egalitarianisme yang menjadi dasar kehidupan politik yang demokratis.
Kedua, membangun political safety, yakni dengan mengembangkan dan mempublikasikan
informasi secara obyektif dan tidak manipulatif. Ketiga, melakukan tekanan kepada ketidak
adilan dengan cara yang santun, saling menghormati, demokratis dan meninggalkan cara-cara
yang agitatif dan anarkis. 5) Partai politik ; dalam hal ini, menjadi wahana bagi warga negara
dalam menyalurkan aspirasi politiknya. Sekalipun memiliki tendensi politis dan rawan akan
2
M. Nasri hamang , peranan pendidikan islam dalam pembentukan masyarakat madani di indonesia, ISTIQRO’,
VOL 1: 2013 h.57
hegemoni politik, tetapi bagaimanapun sebagai tempat ekspresi politik buat warganegara. Karena
itu sebuah partai politik menjadi prasyarat bagi tegaknya civil society. 3
Syamsir Andili mengatakan, sebagai bangsa yang ingin membangun dan menegakkan
sebuah masyarakat madani, hal-hal serius yang harus diupayakan ke depan adalah sebagai
berikut : Pertama, mereorientasi paradigma yang selama ini dianut oleh kebanyakan pihak yang
memarginalkan agama dari domain politik. Kedua, mereorientasi politik pembangunan bangsa
yang selama ini mengedepankan pertumbuhan, tanpa memberi ruang yang proporsinal kepada
semua pihak, sehingga di satu pihak melahirkan kelompok established yang menguasai sektor
ekonomi, sementara di pihak lain melahirkan kelompok unestablished yang tidak mendapat akses
untuk tumbuh menjadi besar. Ketiga, menata ulang pemerintahan agar struktur yang ada lebih
ramping efektif dan efisien. Keempat, menjadikan negara sebagai Dawlah alĤaďāraħ (State of
Civilization) dan Dawlah alRisālaħ (State of Mission).
1. Masyarakat sipil dan konsolidasi internal : masing-masing Organisasi Masyarakat Sipil (OMS)
masih mengelola isu berdasarkan kepentingan masing-masing dan belum ada kerjasama
permanen dan konsisten
3
Ibid, h.63
2. Masyarakat Sipil dan Profesionalisme : beberapa organisasi masyarakat sipil yang bekerja di
hgranah advokasi RSK hanya mengerti masalah mikro atau kurang menguasai aspek makro.
3. Masyarakat Sipil dan Jaringan : organisasi masyarakat sipil di daerah tidak merasa
terintegrasi, tersosialisasi dan kurang mengetahui perkembangan itu. Perlu ada kerjasama dengan
organisasi di daerah
1. Masih rendahnya minat partisipasi warga masyarakat terhadap kehidupan politik Indonesia
dan kurangnya rasa nasionalisme yang kurang peduli dengan masalah-masalah yang dihadapi
negara Indonesia sehingga sulit untuk menerapkan masyarakat yang memiliki akses penuh dalam
kegiatan politik, melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat
dan berkumpul sert menyampaikan informasi kepada politik.
2. Masih kurangnya sikap toleransi baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun beragama.
3. Masih kurangnya kesadaran individu dalam keseimbangan dan pembagian yang proporsional
antara hak dan kewajiban.
1. Kualitas SDM yang belum memadai karena pendidikan yang belum merata.
4. Tingginya angkatan kerja yang belum terserap karena lapangan kerja yang terbatas
Guna mewujudkan ciri – ciri masyarakat madani dalam kehidupan berbangsa, tentu saja
dibutuhkan sebuah proses yang panjang yang melibatkan bebagai unsur. Proses inilah yang layak
dinamakan proses penemuan kembali dan pemberdayaan masyarakat madani ( the recovery and
empowerment of civil socetty).
2. Strategi politik sejajar. Strategi ini sebenarnya merupakan strategi kompensasi saja bagi
sebuah masyarakat yang frustasi akibat rezim otoliter yang terlalu lama berkuasa. Strategi politik
sejajar ( parallell politic ) digunakna oleh kaum pro demokrasi yang perwujudtanya dalam
bentuk kegiatan politik yang demokratis. Strategi ini hanyalah defense mechanism sementara
namun jika dilakukan secara intensif dapat menjadi ‘’ tandingan ‘’ sistem politik totaliter.
3. Sttrategi menciptakan wilayah publik yang bebas. The free public sphere di artikan sebagai
wilayah dimana masyarakat sebagai warga negara memilki akses penuh terhadap setiap kegiatan
menyampakan pendapat, berserikat berkumpul serta menyiarkan penerbitan yang berkaitan
dengan kepentingan umum. Yang termasuk wilayah ini antara laun media massa kampus dan
sekolah, gedung – gedung pertemuan umum parlemen dan sebagainya. Salah satu bentuk
konkritnya adlah adanya kebebbasan pers yang sesungguhnya, sehingga mampu menjadi alat dan
mekanisme kontrol sosial politik yang ampuh dalam menegakan demokrasi
4. Strategi aktualisasi life world. Life world menurut habermas secara singkat dapat di artikan
sebagai kesepakatan sosial yang telah terbentuk dalam tradisi kebudayaan bahasa yang
dikomunikasikan dalam kehidupan sehari – hari pada suatu masyarakat. Life world ini mnecakup
masalah khazanah pengetahuan ( stock of knowledge ), sumber keyakinan – keyakinan
( reservoir of convictions ) solidaritas dan kemampuan – kemampuan yang dimiliki dan
digunakan secara otomatis oleh para anggota komunitas. Dalam totalitarianisme sebuah negara
maka life world ini terbonsai dan tidak mendapat kesempatan untuk teraktualisasikan. Akibatnya
akan terjadi sebuah krisis life world baik secara individual maupun kelompok. Selanjutnya
aktualisasi life world ini juga akan menguatnya partisipasi aktif masyarakat lewat pranata –
pranata politik yang dibuat.
5. Strategi memperkuat supremasi hukum. Salah satu ciri masyarakat madani adalah
keterkaitan dengan norma – norma dan nilai – nilai hukum. Hal itu akan terwujud jika hukum
cukup memiliki wibawa ( low inforcement ) dapat terwujud dalam segala lini kehidupan
bermasyarakat. Dalam hal ini hukum hendaklah menjadi panglima dan negara tunduk pada
kekuasaan hukum serta tidak ikut campur dalam menentukan proses jalanya peradilan.
6. Strategi melalui Civic culture dan civic education. Civic cukture yang di artikan sebagai
sebuah budaya yang mendukung setiap warga masyarakat, seperangkat gagasan yang menjelma
secara efektif dalam penampilan budaya yang bertujuan menanamkan identitas masyarakat.
Civic culture inilah yang menyediakan sarana bagi terselenggaranya civic education, dan civic
education yang menghasilkan dan memperkuat civic culture. Jadi keduanya saling berkaitan satu
sama lainya, baik civic culture atau civic education merupakan sebuah jembatan bagi terciptanya
masyarakat yang mandiri dan terdidik sehingga mampu melakukan proses pengambilan
keputusan bagi kemaslahatan dirinya , keluarga maupun msyarakat.
7. Strategi sosialisasi dan pendidikan hak asasi manusia. Cita – cita masyarakat madani yang
menempatkan manusia dalam posisi sentral sulit tercapai apabila individu – individu dalam
masyarakat dan negara tidak memahami konon pula tidak menghormati hak asasi manusia untuk
itu mensosialisasikan dan melakukan pendidikan HAM merupakan salah satu strategi yang perlu
dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat madani.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Istilah masyarakat madani sebagai penerjemahan dari istilah civil society dilatarbelakangi oleh
konsep kota ilahi, kota peradaban atau masyarakat kota. Selain itu, pemaknaan dengan
masyarakat madani ini dilandasi oleh konsep al-mujtama’ al-madani yang diperkenalkan oleh
cendekiawan Singapura, Naquib Al-Attas yang mengemukakan secara ta’rīfi, bahwa masyarakat
madani adalah merupakan konsep masyarakat ideal yang mengandung dua komponen besar,
yaitu masyarakat kota dan masyarakat beradab.
Suroto, ‘’ Konsep masyarakat madani di indonesia dalam masa postmodern ( analisis kritis )’’
Jurnal pendidikan kwarganegaraan, 2015 : 664- 670