Anda di halaman 1dari 18

PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Pendidikan


Pada semester III (Tiga)
Dosen Pengampu : Yulan Tiarni Legistia,Spd.M.Pd.

Disusun oleh :
Kelompok III (Tiga)
Nurhayati(1211030277)

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

SYAMSUL ‘ULUM GUNUNG PUYUH SUKABUMI


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan Taufiq dan Hidayah-Nya. Sholawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada pahlawan revusional Islam Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa risalah kepada kita semua.

Berkat rahmat dan inayah-Nya yang selalu tercurahkan kepada kita selaku
hambanya, dan senantiasa memberikan kelancaran dan kesehatan sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas Makalah ini pada Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan
berjudul “PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT”

Dalam kesempatan ini, tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bu


Yulan Tiarni Legistia,Spd.M.Pd.sebagai Dosen pengampu yang telah memberikan
tugas dan pengalaman, dan bantuan rekan mahasiswa sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat waktu.

Kami selaku penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun


makalah ini, dan kami sepenuhnya menyadari manusia tidak luput dari
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami ucapkan maaf kepada pembaca
atas kesalahan penulisan ataupun pembahasan makalah ini. Semoga kita semua
selalu mendapat Rahmat dan Inayah-Nya agar dapat menyusun makalah lebih
baik lagi.

Sukabumi, 29 september 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN……………..................................................................1

A. Latar belakang..............................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................2
C. Tujuan dan manfaatpenulisan......................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Pengertian Pendidikan dan


Masyarakat...................................................................................................3
B. Proses Terbentuknya
Masyarakat...................................................................................................6
C. Hubungan Pendidikan dan
masyarakat…………………………………………………………………8

BAB III PENUTUP...............................................................................................

A. Kesimpulan................................................................................................12
B. Saran .........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A . Latar belakang

Pada Era digital, pendidikan sangat penting dalam kehidupan


bermasyarakat. Pendidikan mengacu pada transmisi pengetahuan, sikap,
keyakinan, keterampilan, dan aspek perilaku lainnya kepada generasi bangsa.

Dalam pengertian ini, pendidikan dimulai dengan interaksi pertama


individu dengan anggota masyarakat lainnya. Dalam masyarakat primitif tidak ada
pendidikan formal yang terpisah. Semua anak harus terus-menerus belajar dari
lingkungan sosial mereka dan mengembangkan kekuatan yang diperlukan tanpa
menyalahkan guru tertentu atas tindakan mereka. Bahkan di masyarakat maju,
kebiasaan dan perilaku budaya yang paling mendasar dipelajari melalui proses
pendidikan dan sosialisasi informal.

Dilihat dari konsep pendidikan, masyarakat adalah sekelompok


manusia dengan kualitas diri yang berbeda-beda, dari yang tidak berpendidikan
sampai yang berpendidikan. Di sisi lain, dari perspektif lingkungan pendidikan,
masyarakat dikatakan sebagai lingkungan informal yang memberikan pendidikan
kepada semua anggota secara sengaja dan sistematis daripada sistematis.

B . Rumusan masalah

Adapun Rumusan masalah yang akan disampaikan yaitu :

1. Apa itu pendidikan dan masyarakat


2. Apa saja peran dan fungsi pendidikan bagi masyarakat
3. Bagaiamana hubungan pendidikan dan masyarakat agar dapat
mencapai tujuan yang berkualitas

1
C. Tujuan
Tujuan dan manfaat yang diharapkan dari adanya makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui mengenai pendidikan dan masyarakat
2. Untuk mengetahui peran serta fungsi pendidikan bagi
masyarakat
3. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dan masyarakat dan
bagaimana cara mereka mencapai tujuan yang berkualitas

2
BAB II

PEMBAHASAN

A . Pengertian Pendidikan dan Masyarakat

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan potensi manusia


yang dimiliki peserta didik, baik jasmani maupun rohani, bercita rasa dan karsa,
sehingga potensi tersebut dapat menjadi kenyataan dan berfungsi sebagai individu
dan sebagai masyarakat sepanjang hayat. Dasar pendidikan adalah cita-cita
manusia yang universal. Pendidikan bertujuan untuk menciptakan keseimbangan
pribadi, kesatuan. Organik, Harmonis, Dinamis. Untuk mencapai tujuan hidup
manusia. Yang pasti, ketika melakukan pelatihan lebih lanjut, kita membutuhkan
alat untuk membimbing kita, termasuk kurikulum. Pendidikan merupakan proses
memanusiakan manusia secara manusiawi yang harus disesuaikan dengan situasi
dan kondisi serta perkembangan zaman.1

Istilah pendidikan digunakan untuk menerjemahkan kata education ke


dalam bahasa Inggris. Pendidikan dalam konteks Islam, sebaliknya, dikenal
dengan istilah al-tarbiyah, al-ta'lîm, al-ta'dîb, al-riyādah. Masing- masing istilah
ini memiliki arti yang berbeda dalam teks dan konteks kalimat yang berbeda,
tetapi dalam beberapa kasus istilah- istilah ini memiliki arti yang sama. Meskipun
kata al-tarbiyah tidak ditemukan dalam leksikologi al-Qur'an, ada istilah yang
cocok dengan istilah al-tarbiyah, al-rabb, rabayani, murabbi, ribbiyun, rabbani.
Semua fonem ini memiliki konteks semantik yang berbeda.

Adapun masyarakat, masyarakat kerap dipadankan dengan istilah sosial


Istilah masyarakat sendiri pada mulanya berasal dari kata syarikat dalam bahasa
Arab, kemudian mengalami proses kebahasaan sedemikian rupa sehingga dalam
bahasa Indonesia menjadi kata serikat yang kurang- lebih berarti kumpulan atau

1
Haryanto, 2012: dalam artikel “pengertian pendidikan menurut para akhli
http://belajarpsikologi. com/pengertianpendidikan-menurut-ahli/ diakes pada tanggal 28
september 2022

3
kelompok yang saling berhubungan. 2 Sedang istilah sosial berasal dari bahasa
Latin, socius yang berarti kawan. 3 Sehingga bisa dikatakan bahwa masyarakat
adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam suatu hubungan sosial.
Mereka mempunyai kesamaan budaya, wilayah, dan identitas.

Banyak para ahli telah memberikan pengertian tentang masyarakat. Smith,


Stanley dan Shores mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kelompok individu-
individu yang terorganisasi serta berfikir tentatang diri mereka sendiri sebagai
suatu kelompok yang berbeda. Znaniecki menyatakan bahwa masyarakat
merupakan suatu sistem yang meliputi unit biofisik para individu yang bertempat
tinggal pada suatu daerah geografis tertentu selama periiode waktu tertentu dari
suatu generasi. Dalam sosiologi suatu masyarakat dibentuk hanya dalam
kesejajaran kedudukan yang diterapkan dalam suatu organisasi.
Jika kita bandingkan dua pendapat tersebut di atas tampak bahwa pendapat
Znaniecki tersebut memunculkan unsur baru dalam pengertian masyarakat yaitu
masyarakat itu suatu kelompok yang telah bertempat tinggal pada suatu daerah
tertentu dalam lingkungan geografis tertentu dan kelompok itu merupakan suatu
sistem biofisik. Oleh karena itu masyarakat bukanlah kelompok yang berkumpul
secara mekanis akan tetapi berkumpul secara sistemik. Manusia yang satu dengan
yang lain saling memberi, manusia dengan lingkungannya selain mener ima dan
saling memberi. Konsep ini dipengaruhi oleh konsep pandangan ekologis terhadap
satwa sekalian alam.

2
Sid i Gazalba, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi & Sosiografi, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1976), h. 11.
3
Gordon Marshall, A Dictionary of Sociology, (New York: Oxford University Press,
1998), h. 628.

4
Menurut Linton Masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah cukup
lama hidup dan bekerja sama sehingga dapat terbentuk organisasi yang mengatur
setiap individu dalam masyarakat tersebut dan membuat setiap individu dalam
masyarakat dapat mengatur diri sendiri dan berfikir tentang dirinya sebagai suatu
kesatuan sosial dengan batasan tertentu. Pengertian Masyarakat menurut Peter L.
Berger adalah suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya.
Keseluruhan yang kompleks sendiri berarti bahwa keseluruhan itu terdiri atas
bagian-bagian yang membentuk suatu kesatuan.
Menurut Soerjono Soekanto, masyarakat pada umumnya mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Manusia yang hidup bersama, sekurang-kurangnya dua orang
2. Bercampur/bergaul dalam jangka waktu yang cukup lama
3. Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan
4. Merupakan suatu sistem hidup bersama4

Alvin L. Bertrand (1980) mendefinisikan masyarakat sebagai suatu


kelompok yang sama identifikasinya, teratur sedemikian rupa di dalam
menjalankan segala sesuatu yang diperlukan bagi hidup bersama secara harmonis.
Lebih lanjut Bertrand menyebutkan tiga ciri masyarakat;
1. pada masyarakat mesti terdapat sekumpulan individu yang
jumlahnya cukup besar.
2. Idividu- individu tersebut harus mempunyai hubungan yang
melahirkan kerjasama diantara mereka, minimal pada suatu
tingkatan interaksi.
3. Hubungan individu- individu sedikit banyak harus permanen
sifatnya.
Dari beberapa pengertian di atas ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu
bahwa masyarakat itu kelompok yang terorganisasi dan masyarakat itu suatu
kelompok yang berpikir tentang dirinya sendiri yang berbeda dengan kelompok
yang lain. Oleh karena itu orang yang berjalan bersama-sama atau duduk
bersama-sama yang tidak terorganisasi bukanlah masyarakat. Kelompok yang
tidak berpikir tentang kelompoknya sebagai suatu kelompok bukanlah
masyarakat. Oleh karena itu kelompok burung yang terbang bersama dan semut

5
yang berbaris rapi bukanlah masyarakat dalam arti yang sebenarnya sebab mereka
berkelompok hanya berdasarkan naluri saja.

B. Proses Terbentuknya Masyarakat


Proses terbentuknya suatu masyarakat biasanya berlangsung tanpa disadari
yang diikuti oleh hampir sebagian besar anggota masyarakat. Dorongan manusia
untuk bermasyarakat antara lain:
1. Pemenuhan kebutuhan dasar biologis, seperti papan (tempat tinggal), sandang,
dan pangan yang penyelenggaraannya akan lebih mudah dilaksanakan dengan
kerja sama dari pada usaha perorangan.
2. Kemungkinan untuk bersatu dengan manusia lain (bermasyarakat).
3. Keinginan untuk bersatu dengan lingkungan hidupnya.
4. Dengan memasyarakat kemungkinan untuk mempertahankan diri dalam
menghadapi kekuatan alam, binatang dan kelompok lain lebih besar.
5. Secara naluriah manusia mengembangkan keturunan melalui keluarga yang
merupakan kesatuan masyarakat yang terkecil.
6. Manusia mempunyai kecenderungan sosial, yaitu seluruh tingkah laku yang
berkembang akibat interaksi sosial atau hubungan antar manusia. Dalam hidup
bermasyarakat, kebutuhan dasar kejiwaan ingin tahu, meniru, dihargai,
menyatakan rasaharu dan keindahan, serta memuja tertampung dalam
hubungan antar manusia, baik antar individu maupun kelompok.

Perdebatan sekitar lahir dan terbentuknya masyarakat telah berlangsung


semenjak era Plato. Kala itu, Plato yang berkeyakinan bahwa masyarakat
terbentuk secara kodrati, berseberang-pandang dengan kaum sofis yang
berargumen bahwa masyarakat merupakan bentukan manusia. 4 Dapatlah ditilik,
pandangan Plato lebih bersifat metafisik dan mengawang, sedang kaum sofis
ilmiah-rasional. Dalam hal ini, kiranya pembahasan mengenai sejarah
terbentuknya masyarakat lebih dititikberatkan pada pandangan kaum sofis
mengingat sifatnya yang ilmiah-rasional.
Merujuk pada perspektif terbentuknya masyarakat melalui “manusia”
(antroposentris), ditemui bahwa pada mulanya individu yang berlainan jenis
bertemu satu sama lain, kemudian membentuk keluarga. Lambat laun, entitas

4
Richard Harker (et al.), (Habitus X Modal) + Ranah = Praktek, (Yogyakarta: Jalasutra, 2005), h. xv.

6
keluarga kian berkembang sehingga membentuk keluarga besar atau suku. Pada
tahapan berikutnya, suku kian berkembang dan terbentuklah wangsa. Selanjutnya,
wangsa-wangsa dengan ciri fisik dan kebudayaan yang sama membentuk bangsa.
Tahapan termutakhir dari proses tersebut adalah lahirnya negara-bangsa
sebagaimana kita temui saat ini.5
Menurut Kimmel and Aronson, masyarakat tidak sekonyong-konyong
ada. Masyarakat sengaja diciptakan baik melalui metode bottom- up maupun up-
to-bottom. Individu- individu dan lembaga- lembaga di dalam masyarakat saling
berinteraksi satu sama lain yang menyebabkan masyarakat juga dikatakan sebagai
sekumpulan interaksi sosial yang terstruktur. Terstruktur diartikan bahwa setiap
tindakan individu ketika berinteraksi dengan sesamanya tidaklah terjadi bergerak
di ruang vakum karena terjadi dalam konteks sosial. Misalnya, interaksi tersebut
berlangsung di dalam komunitas keluarga, kelompok keagamaan, hingga negara.
Masing- masing konteks membutuhkan perilaku yang spesifik, berbeda-beda.
Namun, keseluruhan interaksi tersebut diikat oleh norma serta dimotivasi oleh
nilai- nilai yang diakui secara bersama.
Kata sosial mengacu pada fakta bahwa tidak ada individu dalam
masyarakat yang hidup sendiri. Individu selalu hidup di dalam keluarga,
kelompok, dan jaringan. Kata interaksi mengacu pada cara berperilaku disaat
berhubungan dengan orang lain. Akhirnya, dapat dikatan bahwa masyarakat diikat
melalui struktur sosial. Perilaku hubungan ini berbeda antara masyarakat satu
dengan masyarakat lain.

5
Sid i Gazalba, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi & Sosiografi, (Jakarta: Bulan Bintang,
1976), h. 11.

7
Sejalan dengan pemahaman masyarakat diatas maka menurut teori
sibernetiknya tentang General System Of Action (Ankie M.M.. Hoogvelt : 1985)
menjelaskan bahwa suatu masyarakat akan dapat dianalisis dari sudut syarat-
syarat fungsionalnya yaitu:
Pertama, Fungsi mempertahankan pola (Pettern Maintenance). Fungsi ini
berkaitan dengan hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub
sistem kebudayaan. Hal itu berarti mempertahankan prinsip-prinsip tertinggi dari
masyarakat, oleh karena diorientasikan realitas yang terakhir.
Kedua, Fungsi integrasi mencakup jaminan terhadap koordinasi yang
diperlukan antara unit-unit dari suatu sistem sosial, khususnya yang berkaitan
dengan kontribusinya pada organisasi dan peranannya dalam keseluruhan sistem.
Ketiga, Fungsi pencapaian tujuan (Goal Attaindment) yakni berkaitan
dengan hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub sistem aksi
kepribadian. Fungsi ini menyangkut penentuan tujuan-tujuan yang sangat penting
bagi masyarakat, mobilisasi warga masyarakat untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut.
Keempat, fungsi adaptasi yakni berkenaan dengan hubungan antara
masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub sistem organisme perilaku dan
dengan dunia fisik organik. Hal ini secara umum menyangkut penyesuaian
masyarakat terhadap kondisi-kondisi dari lingkungan hidupnya.

C. Hubungan Antara Pendidikan dan Masyarakat


Secara singkat pendidikan merupakan produk dari masyarakat, karena
apabila kita sadari arti pendidikan sebagai proses transmisi pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi
muda maka seluruh upaya tersebut sudah dilakukan sepenuhnya oleh kekuatan-
kekuatan masyarakat. Hampir segala sesuatu yang kita pelajari merupakan hasil
hubungan kita dengan orang lain baik di rumah, sekolah, tempat permainan,
pekerjaan dan sebagainya. Wajar pula apabila segala sesuatu yang kita ketahui
adalah hasil hubungan timbal balik yang ternyata sudah sedemikian rupa dibentuk
oleh masyarakat kita.

Bagi masyarakat sendiri, hakikat pendidikan sangat bermanfaat bagi


kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya. Agar masyarakat itu dapat
melanjutkan eksistensinya, maka kepada anggota mudanya harus diteruskan nilai-
nilai, pengetahuan, keterampilan dan bentuk tata perilaku lainnya yang diharapkan

8
akan dimiliki oleh setiap anggota. Setiap masyarakat berupaya meneruskan
kebudayaannya dengan proses adaptasi tertentu sesua corak masing- masing
periode jaman kepada generasi muda melalui pendidikan, secara khusus melalui
interaksi sosial. Dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai proses
sosialisasi .Dalam pengertian tersebut, pendidikan sudah dimulai semenjak
seorang individu pertama kali berinteraksi dengan lingkungan eksternal di luar
dirinya, yakni keluarga.

Selain itu, dimensi sejarah juga berbicara serupa. Ratusan tahun silam
pendidikan berjalan beriringan dengan struktur dan kebutuhan sosial masyarakat
setempat. Bagi masyarakat sederhana yang belum mengenal tulisan maka para
pemuda memperoleh tranformasi pengetahuan lewat media komunikasi lisan yang
berbentuk dongeng, cerita-cerita dari orang tua mereka. Selain itu,pada siang hari
pemuda-pemuda ini harus selalu sigap dan tanggap mempelajari, mencermati dan
belajar mengaplikasikan teknik-teknik mencari nafkah yang dikembangkan oleh
para orangtua baik itu menangkap ikan, memanah, beternak, berburu dan
sebagainya. Dalam cerita-cerita lisan itu tersirat pula adat dan agama, cara bekerja
dan cara bersosialisasi yang berkembang di masyarakatnya. Tidak mengherankan
apabila cerita yang sudah turun temurun diwariskan itu dianggap sebagai sesuatu
yang bernilai suci. Sejarah, adat istiadat, norma-norma bahkan cara menangkap
ikan atau berburu tidakhanya dipandang sebagai hasil pekerjaan manusia semata,
tetapi memiliki makna sakral yang patut disyukuri dengan beberapa persembahan
serta upacara-upacara ritual.
Begitulah perjalanan pendidikan anak manusia telah berlangsung organis
sesuai dengan iklim sosialnya. Sedangkan keperluan khusus untuk mendirikan
sebuah lingkungan perguruan yang mapan dimulai ketika bangsawan-bangsawan
feodal membutuhkan prajurit-prajurit serta punggawa kerajaan yang tangguh demi
mempertahankan harta kekayaan milik sang raja. Mereka secara khusus dididik
dalam lingkungan tersendiri agar memiliki kecakapan dan keahlian tertentu sesuai
dengan kebutuhan sistem sosial masyarakat aristokrasi- feodal. Mereka- mereka ini
menjadi ujung tombak pelaksana kekuasaan kerajaan di hadapan ribuan rakyat
jelata yang memang dibikin bodoh. Melihat situasi demikian, wajar apabila jaman
ini predikat golongan terdidik hanya bisa dimiliki oleh sanak saudara sang raja
serta kaum-kaum agamawan yang telah memperkuat hegemoni kekuasaannya.

9
Namun seiring dengan bertambahnya umur bumi ini maka kisah
pergulatan karakter masyarakat tersebut mulai bergeser selaras dengan
kecenderungan spirit jaman yang sudah berubah.Bagaimanapun juga penderitaan
rakyat yang menjadi bahan bakar perputaran gerigi kehidupan feodal telah
mencapai titik klimaksnya .Kekuasaan para raja yang bersenyawa dengan
kekuatan gereja secara perlahan- lahan mulai runtuh. Dimulai dengan penentangan
sejumlah ilmuwan yang mampu membuktikan kesalahan dogma-dogma teologis
tentang hukum alam.
Berbagai peristiwa lain juga memiliki andil besar dalam menentukan
lahirnya semangat jaman yang semakin konsekuen menghargai arti
kebebasan,baik itu reformasi gereja oleh Martin Luther King, revolusisosial di
beberapa tempat yang secara simbolis telah dipresentasikan oleh gelora heroisme
revolusi Perancis pada sekitar pertengahanabad ke-18, serta meningkatnya hasil
pemikiran-pemikiran ilmiah para ilmuwan humanis yang mampu diterjemahkan
dengan penciptaan teknik-teknik peralatan industri.
Praktis kecenderungan fakta sosial demikian secara perlahan- lahan mampu
mengubah inti kebijakan masyarakat yang berhubungan dengan pengajaran.
Selain karena meluapnya industri- industri manufaktur, pengaruh penerapan
demokrasi, ditemukannya beberapa wilayah baru yang bisa dieksploitasi kekayaan
alamnya serta peningkatan diferensiasi struktural maka masyaraka t Eropa Barat
harus bisa menyediakan kelompok manusia dalam jumlah massal yang memiliki
kemampuan teknis untuk menjalankan lahan- lahan pekerjaan baru yang begitu
kompleks dan cukup rumit.
Oleh sebab itulah beberapa wilayah Eropa Barat mulai menerapkan sistem
pendidikan modern yang memanfaatkan mekanisme organisasi formal dalam
mengelola proses pendidikannya. Itulah cuplikan kecil argumentasi sederhana
tentang renik-renikkarakter fungsi pendidikan di masyarakat.

Melihat alur perkembangannya, maka berbagai jenis konfigurasi


pendidikan diatas sesuai dengan konsep yang diutarakan oleh Randall Collins,
tentang tiga tipe dasar pendidikan yang hadir di seluruh dunia, yakni:

10
Pertama, tentang tiga tipe dasar pendidikan yang hadir di seluruh dunia,
yakni:Jenis pendidikan ini dominan di dalam masyarakat yang masih sederhana
baik itu berburu dan meramu, nelayan atau juga masyarakat agraris awal.
Kedua, Pendidikan kelompok status, yaitu pengajaran yang diupayakan
untuk mempertahankan prestise, simbol serta hak-hak istimewa (privilige)
kelompok elit dalam masyarakat yang memiliki pelapisan sosial. Pada umumnya
pendidikan ini dirancang bukan untuk digunakan dalam pengertian teknis dan
sering diserahkan kepada pengetahuan dan diskusi badan-badan pengetahuan
esoterik. Pendidikan ini secara luas telah dijumpai dalam masyarakat- masyarakat
agraris dan industri.
Ketiga, tipe pendidikan birokratis yang diciptakan oleh pemerintahan
untuk melayani kepentingan kualifikasi pekerjaan yang berhubungan dengan
pemerintahan serta berguna pula sebagai sarana sosiolisasi politik dari model
pemerintahan kepada masyarakat awam. Tipe pendidikan ini pada umumnya
memberi penekanan pada ujian, syarat kehadiran, peringkat dan derajat.10
Demikianlah tipe-tipe pendidikan tersebut telah mewarnai corak
kehidupan masyarakat. Pada dasarnya ketiga jenis pendidikan di atas selalu hadir
dalam setiap masyarakat hanya saja prosentasi penerapan salah satu karakter
pendidikan berbanding searah dengan model masyarakat yang terbentuk. Akan
tetapi tidak dapat dipungkiri pula ternyata gelombang sejarah dunia juga
menentukan model konfigurasi masyarakat dunia secara global dan hal ini juga
memiliki pengaruh bagi iklim pendidikan.
Dalam konteks sosial, pendidikan juga memiliki fungsi, peran dan kiprah
lain yang berkorelasi dengan kekuatan-kekuatan kolektif yang sudah mapan.
Tidak hanya puas dalam kondisi demikian pendidikan juga memberikan andil
menterjemahkan nilai- nilai baru yang tumbuh akibat proses pergulatan sejarah
dalam wujud emansipasi integrasi dengan sistem dan struktur sosialnya. Sehingga
dengan begitu masyarakat tidak pernah kering dari dinamika perubahan dan
evolusi sosialnya.
Masyarakat umumnya memandang pendidikan sebagai peranan penting
dalam mencapai tujuan sosial. Pemerintah bersama orang tua menyediakan
anggaran pendidikan yang diperlukan untuk kemajuan pendidikan, sosial, dan
pembangunan bangsa sebagai upaya mempertahanka n nilai tradisional yang
berupa nilai luhur yang harus dilestarikan, seperti rasa hormat kepada orang tua,
kewajiban mematuhi aturan dan norma-norma yang berlaku. Pendidikan juga

11
diharapkan untuk memupuk iman dan takwa kepada Allah, meningkatkan
kemajuan dan pembangunan politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan
keamanan.

Peran masyarakat dalam pendidikan terlihat dalam Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
BAB XV, Bagian Kesatu, Pasal 54, Ayat 1,2 dan 3.

1. Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta


perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan
organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu
pelayanan pendidikan.

2. Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan


pengguna hasil pendidikan.

3. Ketentuan mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud


dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Masyarakat adalah suatu kelompok yang sama identifikasinya


meliputi unit biofisik para individu, bertempat tinggal pada suatu geografis
tertentu, selama pereode tertentu pula, teratur sedemikian rupa di dalam
menjalankan segala sesuatu yang diperlukan bagi hidup bersama.

Para ahli berbeda pendapat tentang proses terbentuknya


masyarakat. Plato berkeyakinan bahwa masyarakat terbentuk secara
kodrati. Sedangkan kaum sofis berargumen bahwa masyarakat merupakan
bentukan manusia. Pandangan Plato lebih bersifat metafisik dan
mengawang, sedang kaum sofis ilmiah-rasional. Dalam hal ini,
pembahasan mengenai sejarah terbentuknya masyarakat lebih
dititikberatkan pada pandangan kaum sofis mengingat sifatnya yang
ilmiah-rasional. Pandangan kaum sofis ini didukung oleh Kimmel and
Aronson yang mengemukakan bahwa masyarakat tidak sekonyong-
konyong ada. Masyarakat sengaja diciptakan baik melalui metode bottom-
up maupun up-to-bottom.

Hubungan antara masyarakat dan pendidikan adalah bahwa


pendidikan sebagai proses transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keterampilan danaspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda
secara keseluruhan dilakukan sepenuhnya oleh kekuatan-
kekuatanmasyarakat. Di sisi lain pendidikan memiliki fungsi, peran dan
kiprah yang berkorelasi dengan kekuatan-kekuatan masyarakat.Pendidikan
juga memberikan andil menerjemahkan nilai- nilai baru yang tumbuh akibat
proses pergulatan sejarah dalam wujud emansipasi integrasi dengan sistem
dan struktur sosial masyarakat, sehingga dengan demikian masyarakat tidak
pernah kering dari dinamika perubahan dan evolusi sosialnya.

13
B. Kritik dan Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka


penulis sangat mengharapkan kritikan yang dapat mendukung untuk lebih baik
pada masa mendatang. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan
perlindungannya, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca
sekalian.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dalam:buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_15.html, diakses, 29 september


2022.
Bintarto, R. 1983. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya, Jakarta :
Ghalia Indonesia
Harker, Richard (et al.), (Habitus X Modal) + Ranah = Praktek,
(Yogyakarta: Jalasutra, 2005), h. xv.
Haryanto, 2012: dalam artikel “pengertian pendidikan menurut para akhli
http://belajarpsikologi. com/pengertianpendidikan-menurut-ahli/ diakes pada
tanggal 28 september 2022
Gazalba, Sidi Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi & Sosiografi,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 11
Marshall,Gordhon A Dictionary of Sociology, (New York: Oxford
University Press, 1998), h. 628.

15

Anda mungkin juga menyukai