Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum,Wr.Wb
kami sangat berterima kasih kepada Dosen Pembimbing mata kuliah ini, karena
Dengan tugas ini dapat menambah wawasan kami. Adapun isi dari makalah kami yang
di kutip dari beberapa buku dan situs-situs internet yang berhubugan dengan
pembahasan materi makalah kami. Namun kami sangat menyadari ,materi makalah
kami memiliki banyak kekurangan sehingga kami memerlukan kritik dan saran dari
pembaca guna untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas dari makalah kami.
Mudah-mudahan makalah kami bermanfaat bagi pembaca dan dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Wassalamu’alaikum,Wr.Wb.
Penyusun;
ii
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR ...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................
Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah agar mahasiswa/pembaca tahu tentang:
1. Pengertian masyarakat.
2. Proses terbentuknyamasyarakat.
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................
A.KESIMPULAN...............................................................................................................................................
DAFTARPUSTAKA......................................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka untuk memudahkan
pembahasan, kami buat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari masyarakat?
2. Bagaimanakahproses terbentuknya masyarakat?
3. Bagaimanakah hubungan antara pendidikan dengan masyarakat?
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah agar mahasiswa/pembaca tahu tentang:
1. Pengertian masyarakat.
2. Proses terbentuknyamasyarakat.
3. Hubungan antara pendidikan dengan masyarakat.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masyarakat
Istilah “masyarakat” kerap dipadankan dengan istilah “sosial”. Istilah “masyarakat”
sendiri pada mulanya berasal dari kata syarikat dalam bahasa Arab,kemudian mengalami
proses kebahasaan sedemikian rupa sehingga dalam bahasa Indonesia menjadi kata
“serikat” yang kurang-lebih berarti “kumpulan” atau “kelompok yang saling berhubungan”
Sedang, istilah “sosial” berasal dari bahasa Latin, socius yang berarti “kawan” Sehingga bisa
dikatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam suatu
hubungan sosial. Mereka mempunyai kesamaan budaya, wilayah, dan identitas.
Banyak para ahli telah memberikan pengertian tentang masyarakat. Smith, Stanley dan
Shores mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kelompok individu - individu yang
terorganisasi serta berfikir tentatang diri mereka sendiri sebagai suatu kelompok yang
berbeda.
Znaniecki menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem yang meliputi unit
biofisik para individu yang bertempat tinggal pada suatu daerah geografis tertentu selama
periiode waktu tertentu dari suatu generasi. Dalam sosiology suatu masyarakat dibentuk
hanya dalam kesejajaran kedudukan yang diterapkan dalam suatu organisasi.
Jika kita bandingkan dua pendapat tersebut di atas tampak bahwa pendapat Znaniecki
tersebut memunculkan unsur baru dalam pengertian masyarakat yaitu masyarakat itu suatu
kelompok yang telah bertempat tinggal pada suatu daerah tertentu dalam lingkungan
geografis tertentu dan kelompok itu merupakan suatu sistem biofisik. Oleh karena itu
masyarakat bukanlah kelompok yang berkumpul secara mekanis akan tetapi berkumpul
secara sistemik. Manusia yang satu dengan yang lain saling memberi, manusia dengan
lingkungannya selain menerima dan saling memberi. Konsep ini dipengaruhi oleh konsep
pandangan ekologis terhadap satwa sekalian alam.
2
Alvin L. Bertrand (1980) mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kelompok yang
sama identifikasinya, teratur sedemikian rupa di dalam menjalankan segala sesuatu yang
diperlukan bagi hidup bersama secara harmonis. Lebih lanjut Bertrand menyebutkan tiga ciri
masyarakat; Pertama pada masyarakat mesti terdapat sekumpulan individu yang jumlahnya
cukup besar. Kedua individu-individu tersebut harus mempunyai hubungan yang melahirkan
kerjasama diantara mereka, minimal pada suatu tingkatan interaksi. Ketiga hubungan
individu-individu sedikit banyak harus permanen sifatnya.
Dari beberapa pengertian di atas ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu bahwa
masyarakat itu kelompok yang terorganisasi dan masyarakat itu suatu kelompok yang
berpikir tentang dirinya sendiri yang berbeda dengan kelompok yang lain. Oleh karena itu
orang yang berjalan bersama-sama atau duduk bersama-sama yang tidak terorganisasi
bukanlah masyarakat. Kelompok yang tidak berpikir tentang kelompoknya sebagai suatu
kelompok bukanlah masyarakat. Oleh karena itu kelompok burung yang terbang bersama
dan semut yang berbaris rapi bukanlahmasyarakat dalam arti yang sebenarnya sebab
mereka berkelompok hanya berdasarkan naluri saja.
3
6. Manusia mempunyai kecenderungan sosial, yaitu seluruh tingkah laku yang
berkembang akibat interaksi sosial atau hubungan antar manusia. Dalam hidup
bermasyarakat, kebutuhan dasar kejiwaan ingin tahu, meniru, dihargai, menyatakan
rasaharu dan keindahan, serta memuja tertampung dalam hubungan antar manusia,
baik antar individu maupun kelompok.
Perdebatan sekitar lahir dan terbentuknya masyarakat telah berlangsung semenjak
era Plato. Kala itu, Plato yang berkeyakinan bahwa masyarakat terbentuk secara kodrati,
berseberang-pandang dengan kaum sofis yang berargumen bahwa masyarakat merupakan
bentukan manusia.Dapatlah ditilik, pandangan Plato lebih bersifat metafisik dan
mengawang, sedang kaum sofis ilmiah-rasional. Dalam hal ini, kiranya pembahasan
mengenai sejarah terbentuknya masyarakat lebih dititikberatkan pada pandangan kaum
sofis mengingat sifatnya yang ilmiah-rasional.
Merujuk pada perspektif terbentuknya masyarakat melalui “manusia”(antroposentris),
ditemui bahwa pada mulanya individu yang berlainan jenis bertemu satu sama lain,
kemudian membentuk keluarga. Lambat laun, entitas keluarga kian berkembang sehingga
membentuk “keluarga besar” atau “suku”. Pada tahapan berikutnya, suku kian berkembang
dan terbentuklah “wangsa”. Selanjutnya, wangsa-wangsa dengan ciri fisik dan kebudayaan
yang sama membentuk “bangsa”. Tahapan termutakhir dari proses tersebut adalah lahirnya
“negara-bangsa” sebagaimana kita temui saat ini.
Menurut Kimmel and Aronson, masyarakat tidak sekonyong-konyong ada. Masyarakat
sengaja diciptakan baik melalui metode bottom-up maupun up-to-bottom. Individu-individu
dan lembaga-lembaga di dalam masyarakat saling berinteraksi satu sama lain yang
menyebabkan masyarakat juga dikatakan sebagai sekumpulan interaksi sosial yang
terstruktur. Terstruktur diartikan bahwa setiap tindakan individu ketika berinteraksi dengan
sesamanya tidaklah terjadi bergerak di ruang vakum karena terjadi dalam konteks sosial.
Misalnya, interaksi tersebut berlangsung di dalam komunitaskeluarga, kelompok
keagamaan, hingga negara. Masing-masing konteks membutuhkan perilaku yang spesifik,
berbeda-beda. Namun, keseluruhan interaksi tersebut diikat oleh norma serta dimotivasi
oleh nilai-nilai yang diakui secara bersama.
4
Kata sosial mengacu pada fakta bahwa tidak ada individu dalam masyarakat yang hidup
sendiri. Individu selalu hidup di dalam keluarga, kelompok, dan jaringan. Kata interaksi
mengacu pada cara berperilaku disaat berhubungan dengan orang lain. Akhirnya, dapat
dikatan bahwa masyarakat diikat melalui struktur sosial. Perilaku hubungan ini
berbeda antara masyarakat satu dengan masyarakat lain.
Sejalan dengan pemahaman masyarakat diatas maka menurut teori sibernetiknya
tentang General System Of Action (Ankie M.M.. Hoogvelt : 1985) menjelaskan bahwa suatu
masyarakat akan dapat dianalisis dari sudut syarat-syarat fungsionalnya yaitu: Pertama,
Fungsi mempertahankan pola (Pettern Maintenance).Fungsi ini berkaitan dengan hubungan
antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub sistem kebudayaan. Hal itu berarti
mempertahankan prinsip-prinsip tertinggi dari masyarakat, oleh kerena diorientasikan
realitas yang terakhir; Kedua, Fungsi integrasimencakup jaminan terhadap koordinasi yang
diperlukan antara unit-unit dari suatu sistem sosial, khususnya yang berkaitan dengan
kontribusinya pada organisasi dan peranannya dalam keseluruhan sistem; Ketiga, Fungsi
pencapaian tujuan (Goal Attaindment) yakni berkaitan dengan hubungan antara masyarakat
sebagai sistem sosial dengan sub sistem aksi kepribadian. Fungsi ini menyangkut penentuan
tujuan-tujuan yang sangat penting bagi masyarakat, mobilisasi warga masyarakat untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut; Keempat , fungsi adaptasiyakni berkenaan dengan
hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub sistem organisme perilaku
dan dengan dunia fisik organik. Hal ini secara umum menyangkut penyesuaian masyarakat
terhadap kondisi-kondisi dari lingkungan hidupnya.
5
C. Hubungan antara Pendidikan dengan Masyarakat
Selain itu, dimensi sejarah juga berbicara serupa. Ratusantahun silam pendidikan
berjalan beriringan dengan struktur dankebutuhan sosial masyarakat setempat. Bagi
masyarakat sederhana yang belum mengenal tulisan maka para pemuda memperoleh
tranformasi pengetahuan lewat media komunikasi lisan yang berbentuk dongeng, cerita-
cerita dari orang tua mereka. Selain itu,pada siang hari pemuda-pemuda ini harus selalu
sigap dan tanggap mempelajari, mencermati dan belajar mengaplikasikan teknik-teknik
mencari nafkah yang dikembangkan oleh para orangtua baik itu menangkap ikan, memanah,
beternak, berburu dan sebagainya. Dalam cerita-cerita lisan itu tersirat pula adat dan
agama, cara bekerja dan cara bersosialisasi yang berkembang di masyarakatnya.
6
Tidak mengherankanapabila cerita yang sudah turun temurun diwariskan itu dianggap
sebagai sesuatu yang bernilai suci. Sejarah, adat istiadat, norma-norma bahkan cara
menangkap ikan atau berburu tida khanya dipandang sebagai hasil pekerjaan manusia
semata, tetapi memiliki makna sakral yang patut disyukuri dengan beberapapersembahan
serta upacara-upacara ritual.
Begitulah perjalanan pendidikan anak manusia telah berlangsung organis sesuai dengan
iklim sosialnya. Sedangkan keperluan khusus untuk mendirikan sebuah lingkungan
perguruan yang mapan dimulai ketika bangsawan-bangsawan feodal membutuhkanprajurit-
prajurit serta punggawa kerajaan yang tangguh demimempertahankan harta kekayaan milik
sang raja. Mereka secarakhusus dididik dalam lingkungan tersendiri agar memiliki
kecakapan dan keahlian tertentu sesuai dengan kebutuhan sistemsosial masyarakat
aristokrasi-feodal. Mereka-mereka ini menjadi ujung tombak pelaksana kekuasaan kerajaan
di hadapan ribuan rakyat jelata yang memang dibikin bodoh. Melihat situasi demikian, wajar
apabila jaman ini predikat golongan terdidikhanya bisa dimiliki oleh sanak saudara sang raja
serta kaum-kaum agamawan yang telah memperkuat hegemoni kekuasaannya.
Namun seiring dengan bertambahnya umur bumi ini makakisah pergulatan karakter
masyarakat tersebut mulai bergeser selaras dengan kecenderungan spirit jaman yang sudah
berubah.Bagaimanapun juga penderitaan rakyat yang menjadi bahan bakar perputaran
gerigi kehidupan feodal telah mencapai titik klimaksnya.Kekuasaan para raja yang
bersenyawa dengan kekuatan gereja secara perlahan-lahan mulai runtuh. Dimulai dengan
penentangan sejumlah ilmuwan yang mampu membuktikan kesalahan dogma- dogma
teologis tentang hukum alam. Berbagai peristiwa lain juga memiliki andil besar dalam
menentukan lahirnya semangat jaman yang semakin konsekuen menghargai arti
kebebasan,baik itu reformasi gereja oleh Martin Luther King, revolusisosial di beberapa
tempat yang secara simbolis telah dipresentasikan oleh gelora heroisme revolusi Perancis
pada sekitarpertengahanabad ke-18, serta meningkatnya hasil pemikiran-pemikiran ilmiah
para ilmuwan humanis yang mampu diterjemahkan dengan penciptaan teknik- teknik
peralatan industri.
7
Praktis kecenderungan fakta sosial demikian secara perlahan-lahan mampu mengubah inti
kebijakan masyarakat yang berhubungandengan pengajaran. Selain karena meluapnya
industri- industri manufaktur, pengaruh penerapan demokrasi, ditemukannya beberapa
wilayah baru yang bisa dieksploitasi kekayaan alamnya serta peningkatan diferensiasi
struktural maka masyarakat Eropa Barat harus bisa menyediakan kelompok manusia dalam
jumlah massal yang memiliki kemampuan teknis untuk menjalankan lahan-lahan pekerjaan
baru yang begitu kompleks dan cukuprumit. Oleh sebab itulah beberapa wilayah Eropa
Barat mulai menerapkan sistem pendidikan modern yang memanfaatkan mekanisme
organisasi formal dalam mengelola proses pendidikannya.Itulah cuplikan kecil argumentasi
sederhana tentang renik-renik karakter fungsi pendidikan di masyarakat
8
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan makalah di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Mayarakat adalah suatu kelompok yang sama identifikasinya meliputi unit biofisik
para individu, bertempat tinggal pada suatu geografis tertentu, selama pereode
tertentu pula, teratur sedemikian rupa di dalam menjalankan segala sesuatu yang
diperlukan bagi hidup bersama.
2. Para ahli berbeda pendapat tentang proses terbentuknya masyarakat. Plato
berkeyakinan bahwa masyarakat terbentuk secara kodrati. Sedangkan kaum sofis
berargumen bahwa masyarakat merupakan bentukan manusia. Pandangan Plato lebih
bersifat metafisik dan mengawang, sedang kaum sofis ilmiah-rasional. Dalam hal ini,
pembahasan mengenai sejarah terbentuknya masyarakat lebih dititik beratkan pada
pandangan kaum sofis mengingat sifatnya yang ilmiah- rasional. Pandangan kaum sofis
ini didukung oleh Kimmel and Aronson yang mengemukakan bahwa masyarakat tidak
sekonyong-konyong ada. Masyarakat sengaja diciptakan baik melalui metode bottom-
up maupun up-to-bottom.
3. Hubungan antara masyarakat dan pendidikan adalah bahwa pendidikan sebagai proses
transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan danaspek-aspek kelakuan
lainnya kepada generasi muda secara keseluruhan dilakukan sepenuhnya oleh
kekuatan-kekuatanmasyarakat. Di sisi lain pendidikan memiliki fungsi, peran dan
kiprah yang berkorelasi dengan kekuatan-kekuatan masyarakat.Pendidikan juga
memberikan andil menerjemahkan nilai-nilai baru yang tumbuh akibat proses
pergulatan sejarah dalam wujud emansipasi integrasi dengan sistem dan struktur
sosial masyarakat, sehingga dengan demikian masyarakat tidak pernah kering dari
dinamika perubahan dan evolusi sosialnya.
10
DAFTAR ISI
Sidi Gazalba, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi & Sosiografi, (Jakarta: Bulan Bintang,
1976), h. 11.
Gordon Marshall, A Dictionary of Sociology, (New York: Oxford University Press, 1998), h.
628.
Dalam:
http://mbahduan.blogspot.com/2012/04/makalah-terbentuknya masyarakat_01.html,
diakses, 19 Juni 2012.
Dalam:
http://mbahduan.blogspot.com/2012/04/makalah-prosesterbentuknya-masyarakat.html,
diakses, 19 Juni 2012.
Dalam:
http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_15.html, diakses, 19
Juni 2012.
Richard Harker (et al.), (Habitus X Modal) + Ranah = Praktek, (Yogyakarta: Jalasutra, 2005),
h. xv.
Sidi Gazalba, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi & Sosiografi, (Jakarta: Bulan Bintang,
1976), h. 11.
Dalam:
Dalam:
http://mbahduan.blogspot.com/2012/04/makalah-proses-terbentuknya-masyarakat.html,
diakses, 19 Juni 2012.
Dalam:
http://mbahduan.blogspot.com/2012/04/makalah-proses-terbentuknya-masyarakat.html,
diakses, 19 Juni 2012.