Anda di halaman 1dari 17

Tugas Makalah  

. Dosen Pengampu       .
Study Masyarakat Indonesia Mahdar Ernita M.Ed

MAKALAH

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 7:
FIBRA VINOTI ANANDI
SRI INDAH LESTARI

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

2022
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukurnya kami panjatkan kepada ALLAH SWT, yang atas
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Adapun tugas ini untuk memenuhi tugas Study Masyarakat Indoeisa. Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebanyak banyaknya kepada
dosen mata kuliah Pengantar ilmu ekonomi yang telah memberikan tugas terhadap
kami. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak pihak yang membantu
dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami jauh dari sempurna, dan ini merupakan langkah yang baik dari studi
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami,
maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga
makalah ini dapat berguna bagi saya khususnya dan pihak lain nya.

Pekanbaru, 23 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i


DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................2
C. Rumusan Masalah ................................................................................2
BAB II PRODUKSI........................................................................................3
A. Pengelompokan sosial..........................................................................3
B. Starrifikasi sosial..................................................................................5
C. Peubahan Sosial....................................................................................9
D. Faktor – faktor yang menyebabkan peubahan sosial............................11
E. Konflik sosial........................................................................................12
BAB III PEUTUP...........................................................................................13
A. Kesimpulan...........................................................................................13
DAFTAR ISI...................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada konteks pemikiran sistem, masyarakat akan dapat dipandang


sebagai sebuah sistem. Pada satu segi, hal ini menunjukkan adanya suatu
satuan masyarakat kecil seperti keluarga, sekolah, perkantoran dan
sebagainya. Dan pada segi lainnya, pandangan ini menunjukkan adanya suatu
satuan masyarakat besar seperti masyarakat kota, atau masyarakat desa.
Di segi lain, Jika kita melihat masyarakat sebagai suatu sistem sosial,
maka sistem sosial tersebut dikonstruksikan terdiri dari beberapa sub-sistem
yang diantaranya merupakan hal penting adalah fungsi untuk
mempertahankan atau menegakkan pola dan struktur masyarakat. Diantara
stuktur yang kerap dibicarakan para ahli adalah mengenai pengelompokan
sosial, stratifikasi (lapisan) sosial, perubahan sosial dan konflik pertentangan
sosial. Pemahaman dalam pengetahuan tentang struktur masyarakat ini dapat
membantu kita dalam mengenal suatu eksistensi dalam tatanan masyarakat
tertentu, juga dalam usaha menyelesaikan problematika yang muncul dalam
masyarakat.
Kata masyarakat diambil dari sebuah kata Arab yakni musyarak, yang
kemudian berubah menjadi musyarakat, dan selanjutnya disempurnakan
dalam bahasa Indonesia menjadi masyarakat. Adapun musyarak
pengertiannya adalah bersama-sama, lalu musyarakat artinya berkumpul
bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Sedangkan pemakaiannya dalam bahasa Indonesia telah
disepakati dengan sebutan masyarakat.1

1
Abdul Syani. Sosiologi; Kelompok dan Masalah Sosial. (Jakarta, Fajar Agung 1987), h. 1

1
B. TUJUAN

Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk :

1. Mengetahui Pengertian struktur social


2. Mengetahui Parameter struktur social
3. Mengetahui Factor yang mempengaruhi struktur social
4. Mengetahui Tujuan dan fungsi struktur social
5. Mengetahui Bentuk struktur social dan struktur masyarakat indonesia
6. Mengetahui Problematika struktur sosial

C. RUMUSAN MASALAH

Berikut Rumusan masalah:

1. Pengertian struktur social?


2. Parameter struktur social?
3. Factor yang mempengaruhi struktur social?
4. Tujuan dan fungsi struktur social?
5. Bentuk struktur social dan struktur masyarakat indonesia?
6. Problematika struktur sosial?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGELOMPOKAN SOSIAL
Menurut sosiologi istilah kelompok mempunyai arti khusus, yang
mana berbeda halnya dengan pengertian yang lazim dipergunakan secara
umum. Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang memiliki hubungan dan
interaksi antar anggotanya, di mana dapat mengakibatkan timbulnya perasaan
bersama.
Menurut pendapat Mayor Polak (1979), kelompok didefinisikan
sebagai berikut; “Group atau kelompok adalah sejumlah orang yang ada
diantara hubungan satu sama lain dan antar hubungan itu bersifat sebagai
sebuah struktur.2
Pendapat diatas menunjukkan betapa pentingnya faktor hubungan atau
interaksi di dalam suatu kelompok. Sekelompok orang belum tentu dapat
disebut sebagai kelompok dalam arti sosiologis. Dikatakan demikian karena
terbentuknya suatu kelompok sangat tergantung pada adanya jalinan hubungan
antara anggota-anggotanya.
Suatu kelompok terdiri dari dua orang atau lebih anak manusia, yang
juga diantara mereka terdiri dari beberapa pola interaksi yang dapat dipahami
oleh anggota kelompok tersebut atau orang lainnya secara menyeluruh.
Namun juga ada kumpulan sosial yang secara longgar disebut kelompok, akan
tetapi ia sebenarnya bukanlah kelompok menurut definisi sosiologi yang
sebenarnya. Sebagai contoh penggunaannya adalah seperti “kelompok
seusia/sebaya” bagi semua orang. Walaupun kita dapat mengelompokkan
manusia dengan cara demikian mengikuti segala sifat yang mereka miliki,
namun ini bukanlah suatu kelompok sosiologis, akan tetapi karena interaksi

2
Ibid, h. 40

3
diantara mansuai sebagai anggota pada keseluruhannya. Ada beberapa macam
bentuk kelompok-kelompok sosial diantaranya adalah:
Pertama, kelompok inti atau primer. Kelompok ini dicirikan dengan
kemesraan, kontak antar person. Bagian kelompok ini adalah seperti keluarga,
sepermainan anak-anak dan kelompok tetangga, karena kelompok tetangga
atau jiran ini adalah sebagai asas karena dapat membentuk pola tingkah laku
dan sikap anggotanya. Diantara ketiga kelompok ini, keluargalah yang paling
penting. Hanya sedikit kelompok lain yang menyamai keluarga tentang
kemesraan, yaitu sebuah ciri terpenting dari semua ciri yang dipaparkan
diatas.
Kedua, kelompok sekunder, yaitu kelompok yang hanya melibatkan
keakraban kecil, wujudnya temporer dan melibatkan kurangnya kontak antar
pribadi. Saat kemesraan adalah merupakan ciri dari kelompok inti/primer,
maka keacuhan adalah ciri kelompok sekunder.
Ketiga, kelompok formal. Kelompok ini adalah kelompok yang
tersusun menurut sturktur yang telah tetap dan mengikuti peraturan yang
mengawasi interaksi antar anggotanya. Ia biasanya memiliki struktur dan tata
cara yang jelas dalam peraturan dan juga undang-undang atau yang sejenis
dengan hal demikian. Kelompok ini biasanya memiliki kedudukan resmi, atau
organisasi, dimana para anggotanya menjalankan tugas sebagaimana yang
tertuang dalam peraturan atau undang-undang kelompok. Hak dan kewajiban
anggota juga termaktub didalamnya. Contoh kelompok ini adalah klub-klub
umum, persatuan wanita, sistem sekolah, dalam negara serta persatuan
bangsa-bangsa. Kelompok ini biasanya disebut perserikatan atau semakna
dengannya.
Keempat, kelompok informal. Kelompok ini adalah kelompok yang
tidak memiliki sistem organisasi yang mencantumkan secara khusus hak dan
kewajiban para anggotanya. Kelompok ini biasanya terbentuk berdasarkan
konteks beraturan yang mengarah pada minat dan karakter yang sama, dengan
menerapkan pengalaman dan keahlian bersama. Contoh kelompok ini adalah
kelakonan anak-anak dan juga suatu kelompok persahabatan. Dalam contoh

4
diatas dapat difahami bahwa kelompok ini kecil tanpa ada struktur yang
formal. Kelompok ini dicirikan dengan adanya hubungan timbal balik
mengenai kepercayaan dan juga kerja sama antar kesemua anggotanya.
Setiap kelompok-kelompok diatas berbeda menurut ukuran dimana ia
akan menuju kepada jenis kelompok yang terlalu formal atau kelompok yang
terlalu informal.3
B. STRATIFIKASI SOSIAL
Kata stratifikasi diadobsi dari kata stratification yang berasal dari kata
stratum bentuk plural dari strata yang artinya lapisan. Pitirim.A. Sorokin
menyatakan bahwa social stratification adalah pembedaan suatu masyarakat
ke dalam kelas-kelas bertingkat secara hirarkis.4
Setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargai. Dan selama
suatu kelompok masyarakat memiliki sesuatu yang dihargai, maka hal itu akan
menjadi bibit dan benih yang menumbuhkan adanya sistem berlapis-lapis
dalam masyarakat tersebut. Barang sesuatu yang dihargai ini dapat berupa
uang, benda-benda yang bernilai ekonomis, dan mungkin juga berupa tanah,
kekuasaan, ilmu pengetahuan atau bahkan kesalehan dan juga keturunan dari
keluarga terpandang.5
Dalam tiap-tiap negara, terdapat tiga unsur yang menjadikan suatu
negara tersebut memiliki variasi lapisan. Diantara manusia dalam ruang
lingkup negara ada yang kaya sekali dan juga ada yang hidup dalam garis
kemiskinan, serta ada kelompok yang berada diantara keduanya. Hal ini realita
yang kerap terjadi sejak dari zaman dahulu hingga sampai sekarang, yang
kerap terdapat berbagai lapisan di dalam tatanan bermasyarakat dari golongan
atas hingga golongan terbawah.
Hal ini senada dengan yang diutarakan oleh Pitirim A. Sorokin bahwa
sistem berlapis-lapis tersebut merupakan suatu ciri tetap dan umum dalam

3
Josep. S. Roucek. Sosiologi An Introdution. Tejm Sahat Simamora (Jakarta: Bina Aksara, 1984),
h. 218.

4
Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta: Rajawali Press, 1982), h. 203.
5
Ibid, 204

5
suatu kelompok bermasyarakat yang hidup teratur. Seseorang yang memiliki
barang-barang yang berharga dalam jumlah yang banyak, maka akan dianggap
masyarakat sebagai orang yang berkedudukan dalam lapisan atas. Sedangkan
orang yang memiliki sedikit harta atau barang yang berhaga atau bahkan tidak
memiliki sama sekali harta disebut sebagai golongan menengah dan golongan
bawah.
Biasanya golongan yang berada pada lapisan atas tidak hanya memiliki
satu bentuk saja dari apa yang dihargai masyarakat, akan tetapi kedudukan
tinggi tersebut bersifat kumulatif, yang artinya orang-orang tersebut memiliki
banyak uang dan akan mudah sekali bagi mereka untuk mendapatkan tanah,
kekuasaan atau bahkan kehormatan, sedangkan mereka yang memiliki
kekuasaan besar dan juga kekayaan akan mudah mendapat semua
keinginannya, yang juga terkadang dapat mempermainkan dunia pendidikan
dengan mengamalkan suatu praktek yang pada belakangan terakhir kita kenal
dengan nama “ijazah palsu”, demi untuk mendapatkan kekuasaan.
Stratifikasi sosial ini selalu saja ada dalam setiap masyarakat. Baik
dalam ruang lingkup besar seperti negara, atau juga dalam ruang lingkup kecil
seperti pedesaan dan lingkungan, atau juga ruang lingkup terbesar seperti
dunia yang juga berisikan bermacam bentuk golongan manusia yang duduk di
dalamnya, ada yang kaya dan juga ada yang miskin.
Dalam lapisan sosial ini, selalu saja ada ketimpangan yang kerap
terjadi. Bahkan fenomena ini telah sejak lama terjadi. Kita lihat saja pada
zaman dinasti Abbasiyah, yang dipenuhi dengan berbagai golongan lapisan
masyarakat, dari yang penguasa, pengusaha bahkan orang-orang lapisan
bawah. Sangat jarang kita temui orang lapisan atas dapat bergaul dengan
orang lapisan bawah, namun hal ini bukan berarti tidak ada. Salah satu contoh
adalah Ali bin Makmun, anak seorang khalifah Abbasiyah yang di dalam
kehidupannya, rela menghabiskan masa kehidupannya dalam lingkungan

6
orang-orang miskin, disebabkan beliau terinsfirasi oleh seorang pemuda
miskin yang hidup dengan gelempingan ibadah dan juga qanaah.6
Karakteristik stratifikasi sosial meliputi perbedaan dalam kemampuan
dan kesanggupan. Seorang pejabat istana misalnya, pasti memiliki rumah
megah karena ia mampu untuk membelinya. Berbeda halnya dengan pegawai
rendahan istana yang hanya mungkin dapat membeli gubuk dan sebuah sepeda
untuk mengantarkannya ke tempat kerjanya.
Seorang dosen misalnya, biasanya memiliki kehidupan yang lebih baik
dibanding dengan guru biasa yang terkadang kerap mengojek dan mencari
tambahan di luar jam pelajaran, untuk menambah dan mensejahterakan
kehidupan keluarganya. Perbedaan dalam hal hak dan akses dalam
memanfaatkan sumber daya, seorang yang berkedudukan lebih tinggi biasanya
semakin banyak hak dan juga fasilitas yang dimilikinya.
 Unsur-unsur Stratifikasi Sosial
Ada dua unsur sistem pelapisan sosial dalam masyarakat menurut
teori sosiologi yaitu;
1. Kedudukan (Status).
2. Peran (Role)
Kedudukan dan peran disamping unsur pokok dalam sistem lapisan di
dalam masyarakat, juga memiliki makna yang sangat penting bagi sistem
sosial masyarakat. Status menunjukkan tempat atau kedudukan seseorang di
dalam suatu masyarakat, sedangkan peranan menunjukkan aspek dinamis dari
status, merupakan suatu tingkah laku yang diharapkan dari seorang individu
tertentu yang menduduki status tertentu.
Kedudukan status seringkali dibedakan dengan kedudukan sosial
(social status). Kedudukan adalah sebagai tempat atau posisi seseorang dalam
kelompok sosial, sehubungan dengan orang lain dalam kelompok tersebut,
atautempat suatu kelompok sehubungan dengan kelompok-kelompok lain di
dalam kelompok yang lebih besar lagi.
6
Aid Abdullah al Qarniy. al Misk wal ‘Anbar. Terj Abd Rahman dan Mhd Zuhirsyan, (Kuala
Lumpur: Jasmin Enterprise, 2006), h. 475.

7
Sedangkan kedudukan sosial adalah tempat seseorang secara umum
dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan
pergaulannya, prestisenya, hak dan kewajibannya. Untuk mengukur status
seseorang, dapat dilihat dari jabatan atau pekerjaannya, pendidikan, luasnya
ilmu pengetahuan, kekayaan, keturunan dan sebagainya.

Dalam, masyarakat kedudukan dibedakan menjadi dua macam,

1. Ascribed status. Maksud status ini adalah kedudukan seseorang dalam


masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan
kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran, misalnya
kedudukan anak bangsawan adalah bangsawan pula. Pada umumnya
kedudukan ini dijumpai pada masyarakat feodal.
2. Achieved Status. Status ini dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha
yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran, akan
tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja hal mana tergantung kemampuannya
masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya.7
Sedangkan peranan(role) merupakan aspek yang dinamis dari
kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan kewajiban sesuai dengan
kedudukan, maka ia menjalankan sebuah peranan. Pembedaan antara
kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Keduanya tidak dapat dipisahkan, karena keduanya saling terkait.
Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan
posisi dalam Pergaulan kemasyarakatan. Posisi ini merupakan suatu unsur
statis yang menunjukkan tempat seorang individu di dalam suatu komunitas
masyarakat. Seseorang senantiasa berhubungan dengan pihak lain. Biasanya
setiap pihak mempunyai perangkat peranan tertentu. Seorang dokter misalnya
berinteraksi dengan pihak-pihak tertentu di dalam suatu sub-sistem sosial
rumah sakit.

7
Soekanto, Sosiologi, h. 218

8
Mengenai terjadinya stratifikasi sosial dalam suatu masyarakat dapat
dibedakan dengan dua macam. Pertama, sistem pelapisan yang terjadi dengan
sendirinya, tanpa adanya kesengajaan. Misalnya lapisan yang didasarkan oleh
usia, jenis kelamin, kepandaian, dan mungkin jug pada batas-batas tertentu
berdasarkan harta. Kedua, sistem pelapisan yang terjadi dengan adanya suatu
unsur kesengajaan, yang biasanya terkait dengan pembagian kekuasaan dan
juga wewenang yang resmi dalam organisasi formal seperti pemerintahan,
perusahaan, patai politik, dan sebagainya.8
Sedangkan sifat sistem pelapisan masyarakat ada dua sifat, yaitu
bersifat tertutup dan juga yang bersifat terbuka. Suatu sistem pelapisan
masyarakat dinamakan tertutup, mana kala setiap anggota masyarakat tetap
berada dalam status yang sama dengan orang tuanya. Bentuk yang seperti ini
dapat dilihat di negara Amerika misalnya, dimana terdapat pemisahan antara
golongan kulit putih dan kulit hitam yang dikenal dengan nama segregation.
C. PERUBAHAN SOSIAL
a) Pengertian
Menurut Selo Sumarjan perubahan sosial adalah perubahan yang
terjadi pada lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang
mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap,
dan pola prilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.9
Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan-perubahan, karena tidak
ada masyarakat yang bersifat mandek (stagant). Perubahan tersebut ada yang
sedikit dan ada juga yang banyak, ada yang cepat dan ada juga yang lambat.
Pengaruh perubahan hanya dapat diketahui oleh seseorang yang sempat
mengadakan penelitian susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada suatu
waktu tertentu, yang kemudian dibandingkan pada suatu waktu lain.

8
J. Dwi Narwoko. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. (Jakarta: Pranada Media Kencana,
2004, Ed I, h. 134.

9
Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi, Setangkai Bunga Sosiologi. (Jakarta: Fakultas
Ekonomi UI, 1964, Ed. I), h. 375.

9
Perubahan-perubahan di dalam masyarakat adalah perubahan-
perubahan norma-norma sosial, nilai-nilai sosial, interaksi sosial, pola-pola
prilaku, organisasi sosial, lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan
masyarakat, susunan kekuasaan dan wewenang.10
Setelah terjadi perubahan unsur-unsur sosial, ada sebagian angggota
masyarakat yang tidak dapat menyesuaikan antara unsur-unsur sosial yang ada
dalam kehidupan sosialnya, sehingga tidak akan terwujud pola kehidupan
masyarakat yang serasi. Apabila di dalam masyarakat proses integrasi sosial
tidak bekerja dengan baik, dapat mengakibatkan terjadinya disorganisasi dan
disintegrasi sosial.
Disorganisasi sosial akan mendahului disintegrasi sosial. Hal ini dapat
terjadi karena perbedaan paham mengenai tujuan sosial, sistem norma yang
tidak ketat, adanya prilaku menyimpang, dan pengendalian sosial kurang
berfungsi, serta sistem tindakan sosial yang kurang berfungsi.11
Perubahan dalam norma sosial telah banyak diteliti para pengkaji
memiliki hubungan dengan perubahan sosial. Apabil norma adalah suatu dasar
dari dari keteraturan kehidupan sosial, maka perubahan sosial terjadi dalam
struktur masyarakat, terjadi sebagai akibat dari perubahan dalam norma-norma
sosial. Banyaknya kecendurngan-kecendrungan yang buruk masa kini, seperti
pemogokan buruh industri, tindakan-tindakan kriminal, kebebasan sex adalah
hasil dari kebobrokan moral, dan hanya dapat diatasi dengan regenerasi
moral.12
b) Beberapa bentuk perubahan sosial
Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat dapat dibedakan dalam
beberapa bentuk, diantaranya;

10
Dra Siti Waridah dkk. Sosiologi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 109.

11
Ibid, h. 110.

12
David Berry. The Principles of Sosiologi. Trjm Paulus Wirutomo, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 1995), Ed. I, Cet ke-3, h. 67.

10
1. perubahan yang terjadi secara lambat dan cepat. Perubahan-perubahan
yang memerlukan waktu yang lama, dimana terdapat suatu rentetan
perubahan-perubahan kecily saling mengikuti lambat dinamakan evolusi.
Pada evolusi perubahan terjadi dengan sendirinya, tanpa rencana atau
kehendakn tertentu. Perubah tersebut terjadi karena adanya usaha-usaha
masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan,
keadaan-keadaan dan kondisi-kondisi baru, yang timbul sejalan dengan
pertumbuhan masyarakat. Rentetan perubahan tersbut tidak perlu sejalan
dengan rentetan peristowa sejarah masyarakat bersangkutan.
2. perubahan yang dikehendaki dan perubahan yang direncanakan serta
perubahan-perubahan yang tidak dikehdaki dan perubahan yang tidak
direncanakan.

Perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan merupakan


perubahan-perubahan yang direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak
yang menginginkan perubahan dalam masyarakat. Perubahan sosial yang tidak
dikehendaki dan direncanakan adalah perubahan tanpa ada kehendak serta
berlangsung di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat
menimbulkan akibat-akibat yang tidak diharapkan masyarakat.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN PERUBAHAN SOSIAL


Pada umumnya dapat dikatakan bahwa sebab-sebab yang melatar
belakangi terjadinya perubahan dalam suatu komunitas masyarakat bersumber
pada masyarakat itu sendiri dan ada juga yang bersumber dari luar. Sebab-
sebab yang bersumber dari masyarakat itu sendiri misalnya;
1. Bertambah atau berkurangnya penduduk. Misalnya perubahan pesat yang
terjadi di pulau Jawa, menyebabkan terjadinya perubahan dalam sturktur
masyarakat.
2. Adanya penemuan-penemuan baru. Misalnya penemuan dalam bidang
iptek, yang membawa pengaruh dalam metode peperangan, yang
kemudian pada akhirnya menambah perbedaan antara negara-negara besar
dan maju dengan negara-negara kecil dan yang sedang berkembang.

11
E. KONFLIK SOSIAL
Konflik atau pertentangan di dalam suatu asyarakat juga mungkin
menjadi penyebab terjadinya perubahan sosial dalam suatu komunitas
masyarakat. Pertentangan-pertentangan ini mungkin terjadi antar individu
ataupun antar suatu kelompok dalam suatu masyarakat.
Masyarakat tradisional Indonesia, pada umumnya bersifat kolektif.
Segala kepentingan didasarkan pada kepentingan masyarakat. Kepentingan-
kepentingan individu walupun diakui mempunyai fungsi sosial. Tidak jarang
timbul pertentangan antara kepentingan-kepentingan individu dengan
kelompok tersebut, dalam dalam hal-hal tertentu dapat menimbulkan
perubahan-perubahan. Misalnya di kalangan suku batak yang sistem
kekeluargaannya adalah patrinial murni.
Petentangan antar kelompok mungkin saja terjadi antara generasi tua
dengan generasi muda. Pertentangan tersebut kerap terjadi apalagi pada
masyarakat yang sedang berada pada tahap berkembang dari tradisonal ke
tahap modren. Generasi muda yang keperibadainnay belum terbentuk, lebih
mudah untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang dalam beberapa
bidang memiliki taraf yang lebih tinggi. Keadaan tersebut dapat menimbulkan
perubahan-perubahan tertentu dalam masyarakat, misalnya pergaulan yang
lebih bebas antara pria dan wanita, kedudukan wanita yang sederajat dengan
kaum lelaki di dalam masyarak dan juga lain sebagainya.13
Sebenarnya pertentangan ini bukanlah suatu hal yang harus ditakuti,
karena terkadang pertentangan ini dapat membantu menghilangkan unsur-
unsur yang memisahkandalam suatu antar hubungan sosial dan untuk
membangun kesatuan kembali. Selain pertentangan itu dapat menyelesaikan
ketegangan antar pihak-pihak yang bertentangan, ia juga berfungsi

13
Soekanto, Sosiologi, h. 305

12
menstabilkan dan menjadi satu komponen yang menyatukan antara hubungan
sosial.14

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pemaparan singkat menganai masyarakat dan struktur sosial,
dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakatb merupakan suatu sistem sosial.
Di dalam masyarakat terbentuk suatu susunan struktur sosial yang ditandai
adanya pengelompokan sosial yang terdiri dari kelompok inti, sekunder serta
kelompok forman dan informal. Didalam klasifikasi kelompok-kelompok
sosial, pembedaan yang luas dan fundamental adalah pembedaan antara
kelompok-kelompok kecil dimana hubungan antar anggotanya sangat rapat,
disisi laindengan kelompok-kelompok yang lebih besar.
Adanya lapisan sosial dalam masyarakat dilandaskan beberapa faktor
seperti, faktor ekonomis, politik, pangkat, jabatan serta status peran dalam
masyarakat. Sedangkan adanya pertentangan sosial baik yang sifatnya antar
individu maupun kelompok dengan masyarakat sekitar memiliki dampak
positif, disamping juga ada dampak negatif yang ditimbulkannya.
Dengan demikian struktur sosial yang ada dalam sebuah tatanan
bermasyarakat terdiri dari pengelompokan sosial, lapisan sosial, perubahan
sosial serta pertentangan sosial. Pemahaman mengenai hal ini dapat membantu
dalam memahami sebuah tatanan masyarakat, juga dalam usaha
menyelesaikan problematika yang muncul dalam masyarakat itu.

14
Soekandar Wiriaatmadja. Pokok-pokok Sosiologi. (Jakarta: Yasaguna, 1991), h. 115.

13
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Syani. Sosiologi: Kelompok dan Masalah Sosial. Fajar Agung Jakarta,
1987.
Aid Abdullah al Qarniy, al Misk wal ‘Anbar, Terj Abd Rahman dan Mhd
Zuhirsyan,
Kuala Lumpur, Jasmin Enterprise, 2006.
David Berry, The Principles of Sosiologi, Trjm Paulus Wirutomo, Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 1995, Ed. I, Cet ke-3.
J. Dwi Narwoko. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Pranada Media
Kencana, 2004, Ed I.
Josep. S. roucek. Sosiologi An Introdution. Tejm Sahat Simamora Jakarta: Bina
Aksara, 1984.
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press, 1982.
Dra Siti Waridah dkk, Sosiologi, Jakarta, Bumi Aksara, 2003, h. 109.
Soekandar Wiriaatmadja. Pokok-pokok Sosiologi. (Jakarta: Yasaguna, 1991),
Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi, Setangkai Bunga Sosiologi. (Jakarta:
Fakultas Ekonomi UI, 1964, Ed. I).

14

Anda mungkin juga menyukai