Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ASPEK LINGKUNGAN PENGARUH KELOMPOK

Disusun oleh Kelompok 15 :

Agung Budi Utomo (190910301103)


Khoirunnisa Rohimatussholeha (190910301003)

Kelas D1 Pengantar Psikologi


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah
ini dengan tepat waktu.
Terimakasih kami ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah Pengantar
Psikologi, Bu Senny Weyara D.S., S.Psi., M.A. yang telah memberikan tugas ini
sehingga kami dapat menambah wawasan mengenai tema terkait. Tidak lupa kami
ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu kami menyelesaikan
makalah ini.
Adapun tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pengantar Psikologi. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang konstruktif untuk perbaikan di kemudian hari.
Demikian semoga makalah ini memberi manfaat bagi pembaca pada
umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Jember, 11 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………....1
1.3 Tujuan………………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kelompok Sosial…………………………………………....3
2.2 Alasan Manusia Hidup Berkelompok……………………….………4
2.3 Macam-Macam Kelompok Sosial………………...…………………5
2.4 Teori………………………………………………………………….6
2.5 Pengaruh Kelompok terhadap Perilaku Individu……………………6
2.6 Contoh Pengaruh Kelompok terhadap Perilaku Individu…………...7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………..……9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………10

Iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak manusia lahir, individu merupakan bagian dari kelompok kecil bernama
keluarga. Selanjutnya, seiring tumbuh kembang individu, kelompok yang dimiliki
berkembang semakin besar dalam lingkungan rumah, sekolah, tempat kerja, dan
masyarakat. Dapat kita lihat bahwa sejak manusia lahir hingga meninggal,
individu tidak pernah lepas dari kelompok begitu juga sebaliknya. Hal ini sejalan
dengan apa yang dikatakan Aristoteles bahwa manusia adalah “Zoon Politicon”.
Aristoteles menerangkan bahwa manusia memang dikodratkan untuk hidup
berkelompok, bermasyarakat dan berinteraksi dengan manusia lain.
Lebih lanjut, kelompok dengan caranya sendiri dapat mempengaruhi individu.
Biasanya dengan norma atau aturan-aturan yang ada di dalamnya. Dalam praktek
nyatanya, hal ini bisa dilihat dengan jelas. Bahwasanya, ketika manusia menjadi
bagian dari suatu kelompok, maka cepat atau lambat, perilaku yang dimiliki tiap
individu akan menyesuaikan nilai dan norma suatu kelompok. Sebagaimana yang
telah diuraikan di atas, penulis ingin memaparkan bagaimana proses kelompok
dapat mempengaruhi individu dan apa saja pengaruhnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi kelompok sosial?
2. Mengapa individu hidup berkelompok?
3. Apa saja macam-macam kelompok sosial?
4. Apa teori pendukung pengaruh kelompok terhadap perilaku individu?
5. Apa saja pengaruh kelompok terhadap perilaku individu?
6. Bagaimana contoh kasus pengaruh kelompok terhadap perilaku individu?
1.3 Tujuan
1. Agar kita dapat mengetahui definisi kelompok sosial.
1
2. Agar kita dapat mengetahui alasan individu hidup berkelompok.
3. Agar kita dapat mengetahui macam-macam kelompok sosial.
4. Agar kita dapat mengetahui teori apa yang mendasari pengaruh kelompok
terhadap perilaku individu.
5. Agar kita dapat mengetahui pengaruh kelompok terhadap perilaku individu.
6. Agar kita dapat mengetahui contoh aplikatif pengaruh kelompok terhadap
perilaku individu

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kelompok Sosial


Rumusan umum mengenai kelompok sosial menurut Sherif (12) adalah: suatu
kesatuan sosial yang terdiri atas dua atau lebih individu yang telah mengadakan
interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga di antara individu itu sudah
terdapat pembagian tugas, struktur, dan norma-norma tertentu, yang khas kesatuan
sosial tersebut. Dalam rumusan ini nyata bahwa kelompok sosial, dapat terdiri atas
dua individu saja, seperti sepasang suami-istri, tetapi juga dapat terdiri atas puluhan
orang dan lebih dari itu, asal saja mereka itu merupakan kesatuan yang sudah
berinteraksi agak lama, dan mempunyai ciri-ciri yang khas, seperti misalnya suatu
bangsa.
Bedanya kelompok sosial dan “keadaan bersamaan” dalam arti Sherif itu
ialah, bahwa situasi sosial yang terakhir itu meliputi sejumlah orang yang belum
mempunyai ikatan interaksi yang khas, tetapi interaksi mereka berlangsung secara
kebetulan saja. Sejumlah orang yang berbelanja di sebuah toko besar ataupun di
pasar, misalnya, bukan merupakan kelompok sosial yang khas, oleh karena tidak
merupakan sudah cukup mendalam dan teratur. Orang-orang yang terlibat di dalam
suatu kesatuan sosial yang berstuktur. Situasi ini lebih tepat disebut massa daripada
kelompok sosial. Massa telah dirumuskan sebagai sejumlah orang banyak, ratusan
dan lebih, yang berkumpul untuk sementara karena kepentingan sementara, yang
dalam hal ini merupakan kepentingannya berbelanja. Situasi massa itu digolongkan
pula ke dalam pengertian “keadaan bersama” dalam artian Sherif.
Kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama
akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota
masyarakat. Kelompok juga dapat mempengaruhi perilaku para anggotanya.
3
(R.M. Macler & Charles H. Page: Society, An Introductory Analysis, Macmillan &
Co.Ltd., London, 1961: 213).
Kelompok sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan manusia yang
hidup bersama, karena adanya hubungan di antara mereka. Hubungan tersebut antara
lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu
kesadaran untuk saling menolong (Soejono Soekanto, 2006:104).
2.2 Alasan Manusia Hidup Berkelompok
Sejak zaman purba, manusia purba digambarkan hidup berkelompok pada
masa-masa berburu dan meramu (food gathering). Mencari tempat terdekat dari
sumber makanan dan mata air, tujuan manusia purba akhirnya hidup berkelompok
adalah guna menghadapi binatang buas dan saling membantu memenuhi kebutuhan
hidup. Terus berlanjut hingga masa-masa sekarang, alasan manusia hidup
berkelompok tak pernah jauh-jauh dari alasan untuk memudahkan mencapai tujuan
dan kebahagiaan tertentu. Berikut motif-motif atau alasan manusia hidup
berkelompok :
1. Terbentuknya kelompok sosial itu ialah karena bakal anggotanya berkumpul
untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dengan kegiatan bersama lebih
mudah dapat dicapai daripada atas usaha diri sendiri. Jadi, dorongan atau
motif bersama itu menjadi pengikat dan sebab utama terbentukya kelompok
sosial itu. Tanpa motif yang sama antara sejumlah individu itu sukar dapat
dibayangkan bahwa akan terbentuk suatu kelompok sosial yang khas. Tujuan
–tujuan bersama yang diusahakan oleh kelompok sisuak itu dapat bermacam-
macam jenisnya, misalnya keuntungan ekonomis, tujuan politik, tujuan
ilmiah, atau tujuan sosial lainnya.
2. Naluri alamiah manusia yang dalam sosiologi disebut dengan
“gregariousness” yaitu naluri untuk selalu hidup dengan orang lain. (Soejono
Soekanto, 2004: 25).

4
2.3 Macam-macam Kelompok Sosial
Kelompok sosial dapat digolongkan pula ke dalam bermacam-macam jenis. Suatu
penggolongan utama telah membedakan primary group dan secondary group
(Charles H. Cooley) atau kelompok primer dan kelompok sekunder.
1. Kelompok Primer
Dalam kelompok primer terdapat interaksi yang lebih intensif dan lebih erat antara
anggotanya daripada dalam kelompok sekunder. Kelompok primer itu disebut juga
face-to-face group, yaitu kelompok sosial yang anggota-anggotanya sering
berhadapan muka yang satu dengan yang lain dan saling mengenal dekat, dank arena
itu saling hubungannya lebih erat. Peranan kelompok primer dalam kehidupan
individu besar sekali karena di dalam kelompok primer itu manusia pertama-tama
berkembang dan dididik sebagai mahluk sosial. Sifat interaksi dalam kelompok rimer
ini bercorak kekeluargaan dan berdasarkan simpati. Contoh-contoh kelompok primer
ialah, misalnya, keluarga, rukun tetangga, kelompok kawan sepermainan di sekolah,
kelompok belajar, kelompok agama, dan sebagainya.
2. Kelompok Sekunder
Interaksi dalam kelompok sekunder terdiri atas saling hubungan yang tak langsung,
berjauhan dan formil, kurang bersifat kekeluargaan. Hubungan-hubungan dalam
kelompok sekunder biasanya lebih objektif. Peranan atau fungsi kelompok sekunder
dalam kehidupan manusia ialah untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam
masyarakat dengan bersama, objektif, rasional, dan atas dasar pertimbangan
perhitungan rugi-untung tertentu.
Gambaran mengenai perbedan primer dan sekunder sejalan dengan teori Tonnies,
yaitu bahwa kelompok primer bersifat Gemeinschaft sedangkan kelompok sekunder
bersidat Gesellschaft. Contoh-contoh kelompok sekunder ialah, misalnya, partai
poliik, perimpunan serikat kerja, dan sebagainya.

5
2.4 Teori

Bandura (1971) mengemukakan teori Pembelajaran Sosial sebagai penyempurna


teori terdahulu yaitu milik Miller dan Dorald. Dia mengatakan bahwa teori
pembelajaran sosial yang benar-benar melulu menggunakan pendekatan perilaku
dan lalu mengabaikan pertimbangan proses mental, perlu dipikirkan ulang.
Menurut versi Bandura, maka teori pembelajaran sosial membahas tentang
1. Bagaimana perilaku kita dipengaruhi oleh lingkungan melalui penguat
(reinforcement) dan observational learning.
2. Cara pandang dan cara pikir yang kita miliki terhadap informasi.
3. Begitu pula sebaliknya, bagaimana perilaku kita mempengaruhi lingkungan
kita dan menciptakan penguat (reinforcement) dan observational opportunity -
kemungkinan bisa diamati oleh orang lain.

2.5 Pengaruh Kelompok terhadap Perilaku Individu


Psikologi sosial berbagi elemen bersama dengan sosiologi, yaitu pengakuan
bahwa perilaku individu secara kritis dipengaruhi oleh apa yang (sedang) terjadi di
luar diri individu dalam lingkungannya. (Koentjoro Soeparno, 2011: 18)
Psikologi sosial menjelaskan bahwa lingkungan (dalam konteks ini kelompok).
Berikut adalah bentuk-bentuk pengaruh kelompok terhadap perilaku individu :
1. Peningkatan performa
Eksperimen awal dalam psikologi sosial yang dilakukan oleh Norman Triplett
pada tahun 1898, membandingkan individu yang mengendarai sepeda sendiri
dan mengendarai sepeda berpasangan dengan orang lain. Hasilnya didapat
bahwa indvidu yang mengendarai sepeda berpasangan laju sepedanya lebih
cepat. Kesimpulan yang diambil Triplett bahwa adanya orang lain
menimbulkan kompetisi sehingga merangsang peningkatan energy individu

6
yang selanjutnya dapat meningkatkan performa. Efek ini disebut efek
asilitatif, bahwasannya keberadaan orang lain memfasilitasi kinerja individu
menjadi lebih baik.
2. Menurunkan performa
Zajonc pada tahun 1965 memperkenalkan teorinya yang disebut Drive
Theory. Menurut teori ini, kehadiran orang lain menyebabkan individu berada
pada kondisi siaga sehingga terjadi rangsangan atau peningkatan motivasi.
Rangsang tersebut berfungsi sebagai pendorong (drive) munculnya respon
dominan benar (tingkah laku/tugas terasa mudah), maka kehadiran orang lain
menyebabkan peningkatan performa. Sebaliknya, jika respons dominan salah
(sulit), maka kehadiran orang lain menurunkan performa.
3. Ketakutan menaati peraturan kelompok
Seperti dalam definisinya, norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi
patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah
tertentu. Ketika individu menjadi bagian dari kelompok tersebut, individu
akan belajar menyesuaikan diri terhadap norma dan peraturan yang berlaku
dalam lingkup kelompok sosial tersebut agar diterima disana.

2.6 Contoh Kasus Pengaruh Kelompok Terhadap Perilaku Individu


Seorang anak pertama kali hadir ke dunia, tumbuh dan berkembang dalam
kelompok primer yaitu keluarga. Ajaran dan norma-norma yang berlaku dalam
keluarga, yang dibentuk oleh orang tua serta anggota keluarga lain misalnya om,
tante, atau kakek dan nenek. Disini ia memperoleh kerangkanya yang
memungkinkannya untuk mengembangkan sifat-sifat sosialnya, antara lain
mengindahkan norma norma, melepaskan kepentinan dirinya demi kepentingan
kelompok sosialnya, bekerja sama dengan individu lainnya dan mengembangkan
kecakapanna guna kepentingan kelompok.

7
Norma yang ia anut dalam lingkungan kelompok primer, akan ia bawa dalam
kelompok sosial yang lain. Misalnya jika orang tuanya berlaku demokratis
dalam keluarga, maka si anak akan membawa nilai-nilai yang sama pula, contoh
nilai-nilai tersebut adalah lebih menghargai individu lain dengan perbedaan
pendapat dan sudut pandang, tidak memutuskan perkara dalam kelompok
sosialnya yang lain sendiri, dan cerminan sifat dan nilai-nilai demokratis yang lain.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan paparan diatas, dapat kita simpulkan bahwa :
1. Kelompok sosial adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri atas dua atau lebih
individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan
teratur, sehingga di antara individu itu sudah terdapat pembagian tugas,
struktur, dan norma-norma tertentu, yang khas kesatuan sosial tersebut.
2. Tujuan individu hidup berkelompok adalah untuk mencapai suatu tujuan
tertentu yang dengan kegiatan bersama lebih mudah dapat dicapai daripada
atas usaha diri sendiri dan adanya naluri alamiah manusia yang dalam
sosiologi disebut dengan “gregariousness”.
3. Macam-macam kelompok sosial secara garis besar dapat dibedakan menjadi
dua yaitu primer dan sekunder.
4. perilaku kita dipengaruhi oleh lingkungan melalui penguat (reinforcement)
dan observational learning.
5. Pengaruh kelompok pada perilaku individu dapat terlihat dalam bentuk
peningkatan performa, penurunan performa, dan ketakutan menaati
kelompok.
6. Contoh kasus : seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga
demokratis maka sifatnya akan lebih terbiasa menerima perbedaan, dan
memutuskan perkara dalam kelompok sosialnya secara demokratis pula.

9
DAFTAR PUSTAKA
Gerungan. 1964. Psikologi Sosial. Bandung : Eresco.
Sarwono Wirawan, Sarlito. 2010. Psikologi Remaja. Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada
Ilham Fajri. 2017. Pengaruh Kelompok Terhadap Tingkah Laku Individu di
https://academia.edu (di akses 14 September)
Tripplet, N. (1898). The Dynamogenic Factors in Pacemaking and Competition.
American Journal of Psychology.
Hasan Mustafa. 2011. Perilaku Manusia Dalam Perspektif Psikologi Sosial di
unpar.ac.id (di akses 15 September)

10

Anda mungkin juga menyukai