“Konselor Menemukan Siswa Yang Memiliki Satu Permasalahan Khusus Dan Masalah
Perilaku Menyimpang Pada Remaja”
Disusun Oleh:
Amalia Dwi Pratiwi (1203351016)
Ayu Sri Muliati (1203351011)
Aurora Anjali (1203351019)
Kelompok :
5 (Lima)
Kelas:
BK REGULER C 2020
Dosen Pengampu:
Asiah, S.Pd., M.Pd.
Mata Kuliah:
Konseling Remaja
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku menyimpang pada remaja merupakan masalah sosial yang sering kita temui
dalam kehidupan bermasyarakat. Masalah sosial merupakan masalah yang identik dengan
perilaku para remaja ini sedang dicari jalan keluarnya. Namun untuk mengetahui dan
mencegah perilaku menyimpang yang juga merupakan masalah sosial ini maka terlebih
dahulu harus di telusuri penyebab mengapa seseorang bisa sampai berbuat atau berperilaku
menyimpang.
Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh banyak orang terkait dengan
perilaku menyimpang ini, ternyata ada banyak faktor yang menjadi penyebab perilaku
menyimpang pada remaja, salah satunya adalah yang dikemukakan oleh Arrahman.
Menurut (Arrahman, dalam Jonaidi dkk, 2013:12). Menjelaskan bahwa keluarga yang
dapat menjadi sebab timbulnya perilaku menyimpang berupa keluarga yang tidak normal
(broken home), keadaan jumlah keluarga yang kurang menguntungkan. Broken home pada
prinsipnya struktur keluarga tersebut sudah tidak lengkap lagi yang menurut Arrahman
disebabkan hal-hal seperti, salah satu kedua orang tua atau keduaduanya meninggal dunia,
perceraian orang tua, anak yang sering ditinggalkan kedua orang tuanya karena mencari
nafkah, dan salah satu kedua orang tua atau keduanya “tidak hadir” secara kontinyu dalam
tenggang waktu yang cukup lama.
Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap,
disamping itu masa remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruh negatif, seperti narkoba,
kriminal, dan kejahatan seks. Namun kita harus mengakui pula bahwa masa remaja adalah
masa yang amat baik untuk mengembangkan segala potensi positif yang mereka miliki,
seperti bakat, kemampuan, dan minat. Perkembangan menuju kedewasaan memerlukan
perhatian kaum pendidik secara sungguh-sungguh. Diperlukan pendekatan psikologis-
pedagogis dan pendekatan sosiologis terhadap perkembangan remaja (Willis, 2010).
Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah sosial karena dapat
membahayakan masyarakat secara umum. Disebut perilaku menyimpang karena ada norma
dan niali-nilai yang tidak di ikuti atau melanggar dari ketentuan norma dan nilai-nilai yang
sudah berlaku di dalam ketentuan bermasyarakat. Perilaku yang tidak sesuai dengan norma
dan nilai di dalam tatanan masyarakat tersebut berarti telah menyimpang.
B. Rumusan Masalah
Negeri 7 Medan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja perilaku menyimpang yang terjadi di sekolah SMA N 7
MEDAN
2. Untuk mengetahui macam-macam bentuk perilaku menyimpang yang terjadi di
SMA N 7 MEDAN
3. Untuk mencari solusi masalah perilaku menyimpang yang ada di sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pencarian Data
Istilah Perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma
sosial di masyarakat atau suatu kelompok atau aturan yang telah diinstitusikan, yaitu
aturan yang telah disepakati bersama dalam sistem sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau
tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan
hukum yang ada di dalam masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan
manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan
sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Apabila tindakan yang tidak sesuai
dengan nilai dan norma dalam masyarakat disebut perilaku menyimpang
(nonkonformitas, atau antisosial). Sebagai contoh, di tengah kehidupan masyarakat
kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan
(norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat
ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain,terlambat datang ke sekolah
,indisipliner waktu dan penampilan,bolos jam mata pelajaran,sering ,melakukan
absen/tidak hadir tanpa keterangan.
Saat ini, banyak diberitakan tentang peserta didik, baik itu prestasi maupun
penyimpangan-pemyimpangan yang dilakukan oleh peserta didik. Kedua hal tersebut
menjadi fokus pemerintah. Karena peserta didik merupakan generasi penerus bangsa
yang akan meneruskan cita-cita dan nantinya akan membawa bangsa ini menjadi
bangsa yang maju dan bisa bersaing diera ini. Namun, yang mendominasi pemberitaan
peserta didik adalah penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh peserta didik
itu sendiri.
Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat semakin
memprihatinkan. Secara sosiologis, remaja (siswa) pada umumnya memang sangat
rentan terhadap pengaruh-pengaruh eksternal. Karena proses pencarian jati diri, mereka
mudah sekali terombang-ambing, masih merasa sulit menentukan tokoh panutannya.
Mereka juga mudah terpengaruh oleh gaya hidup masyarakat di sekitarnya. Sebab
kondisi kejiawaannya masih labil, remaja gampang terpengaruh oleh keadaan
lingkungan sehingga berdampak pada kepribadiannya.
Sementara itu, krisis akhlak yang menimpa pada masyarakat umum terlihat pada
sebagian sikap mereka yang dengan mudah merampas hak orang lain (menjarah), main
hakim sendiri, melanggar peraturan tanpa merasa bersalah, mudah terpancing emosinya
dan sebagainya. Sedangkan krisis akhlak yang menimpa kalangan pelajar terlihat dan
banyaknya keluhan orang tua, ahli didik, dan orang-orang yang berkecimpung dalam
bidang agama dan sosial berkenaan dengan ulah sebagian pelajar yang sukar
dikendalikan, nakal, keras kepala, sering membuat keonaran, tawuran dll.
Kondisi remaja hari ini semakin memprihatinkan dalam berbagai dimensi
kehidupan. Seringkali kita menyaksikan baik melalui media televisi, majalah, media
sosial, dan lain sebagainya tindakan-tindakan penyimpangan pelajar, dan kriminalitas
yang terjadi. Dari penjelasan di atas memberikan pemahaman kepada kita tentang
kondisi perilaku siswa atau muda dewasa ini. Dimana perilaku tidak dapat terkontrol
oleh nilai dan norma kehidupan sehingga memberikan dampak sosial dalam hidup
bermasyarakat.
b. Pengajuan Gagasan
Adapun solusi yang dapat diberikan untuk masalah tentang perilaku menyimpang pada
remaja yang terjadi yaitu dapat dilakukan dengan Layanan Konseling Individual dan
pemberian layanan informasi
c. Validasi
Menurut Yusuf, dkk(2016), konseling individu adalah hubungan yang dilakukan
secara tatap muka antara konselor dan konseli, yang mana konselor sebagai seseorang
yang memiliki kompetensi khusus memberikan suatu situasi belajar kepada klien yang
sebagai orang normal untuk dibantu dalam mengetahui dirinya sendiri, situasi yang
dihadapi dan masa depan, sehingga klien dapat menggunakan potensinya untuk
mencapai kebahagiaan pribadi maupun sosial dan lebih lanjut klien akan belajar
mengenai bagaimana memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan di masa depan.
Konseling individu adalah layanan pemberian bantuan yang dilakukan secara
wawancara tatap muka antara konselor dan konseli dalam rangka pembahasan dan
pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya sehingga klien dapat menggunakan
potensinya untuk mencapai kebahagiaan pribadi maupun sosial. Konseling individu
merupakan suatu layanan konseling yang diselenggarakan oleh konselor terhadap klien
dengan pertemuan yang bersifat individual, artinya pertemuan tersebut dilakukan
secara tatap muka oleh dua orang yang disebut konselor dan klien, untuk membantu
klien menyelesaikan masalahnya serta bertujuan agar klien dapat mengaktualisasikan
dirinya dan ke depannya klien dapat mengatasi masalah yang ada pada dirinya.
Konseling individu memandang bahwa setiap manusia pada dasarnya mempunyai
perasaan rendah diri (inferiority), yaitu perasaan lemah dan tidak berdaya yang timbul
sebagai pengalaman dalam interaksinya dengan orang-orang atau lingkungannya.
Perasaan tersebut dapat bersumber kepada perbedaan-perbedaan kondisi fisik,
psikologis, maupun ataupun sosial.
Tujuan umum konseling individu adalah membantu klien menstrukturkan kembali
masalahnya dan menyadari life style serta mengurangi penilaian negatif terhadap
dirinya sendiri serta perasaan-perasaan inferioritasnya. Kemudian membantu dalam
mengoreksi persepsinya terhadap lingkungan, agar klien bisa mengarahkan tingkah
laku serta mengembangkan kembali minat sosialnya.
Pada Case method ini kelompok kami menggunakan metode wawancara, bersama guru
bk yang menjadi narasumber. Kelompok kami mengajukan beberapa pertanyaan kepada
guru bk terkait perilaku yang menyimpang yang biasanya sering terjadi atau sering dialami
oleh siswa-siswi di SMA Negeri 7 Medan. Pelanggaran yang sering terjadi atau perilaku
yang menyimpang pada siswa/i di SMA Negeri 7 Medan sangatlah banyak.
Berikut ini hasil dari wawancara mengenai pertanyaan dan disertai oleh jawaban,
terkait perilaku menyimpang pada siswa/i SMA Negeri 7 Medan :
e. Perumusan Solusi
Adapun solusi yang dapat dilakukan untuk penanganan masalah penyimpangan
yang terjadi di kalangan remaja adalah dengan menggunakan konseling individual dan
juga menggunakan layanan informasi. Berdasarkan validasi di atas maka konseling
individu dapat membantu klien menyelesaikan masalah yang di miliki. membantu klien
menstrukturkan kembali masalahnya dan menyadari life style serta mengurangi
penilaian negatif terhadap dirinya sendiri serta perasaan-perasaan inferioritasnya.
Kemudian membantu dalam mengoreksi persepsinya terhadap lingkungan, agar klien
bisa mengarahkan tingkah lakunya.
Langkah-langkah konseling individual yang dapat dilakukan antara lain sebagai
berikut : ada 3 tahapan konseling individual
1) Tahap Awal Koseling Tahap ini terjadi sejak klien menemui konselor hingga berjalan
proses konseling sampai konselor dan klien menemukan definisi masalah klien atas
dasar isu, kepedulian, atau masalah klien. Kunci keberhasilan proses konseling
ditentukan oleh keterbukaan konselor dan keterbukaan klien.
2) Tahap Pertengahan Tahap Kerja Pada tahap pertengahan ini kegiatan yang adalah
memfokuskan pada penjelajahan masalah klien dan bantuan apa yang akan diberikan
berdasarkan penilaian kembali apa-apa yang telah dijelajah tentang masalah klien.
3) Tahap Akhir Konseling Tahap Tindakan Pada tahap akhir konseling ini yang dilakukan
adalah membuat kesimpulan mengenai hasil proses konseling, mengevaluasi jalannya
proses konseling, dan membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.
Menurut Willis (2010), teknik-teknik yang biasa digunakan dalam konseling individu
antara lain adalah sebagai berikut:
1) Attending
Attending merupakan salah satu teknik dalam kegiatan konseling individual.
Teknik ini dilakukan oleh konselor dalam upaya membangun rasa aman dan
kenyamanan dalam diri klien, sehingga memudahkan klien untuk berekspresi secara
bebas. Perilaku Attending meliputi kontak mata, gesture, dan bahasa verbal. Kontak
mata ketika dalam proses konseling individual diusahakan tetap fokus kepada klien,
hal ini bertujuan agar klien merasa bahwa apa yang klien bicarakan benar-benar
didengar oleh konselor. Gesture adalah bahasa tubuh konselor yang diperlihatkan
ketika menghadapi klien seperti ekspresi wajah yang tenang, posisi tubuh agak
condong ke arah klien. Bahasa verbal, bahasa merupakan alat komunikasi termasuk
juga dalam proses konseling individual, bahasa verbal yang digunakan dalam
proses konseling individual yakni dapat berupa anggukan sebagai tanda persetujuan
dan juga sebagai tanda bahwa konselor mendengarkan pembicaraan klien.
2) Empati
Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien,
merasa dan berpikir, bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati
dilakukan bersama attending, tanpa perilaku attending mustahil terbentuk empati.
Terdapat dua macam empati, yaitu:
Empati primer yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami
perasaan, pikiran, keinginan, dan keinginan klien, dengan tujuan agar klien
dapat terlibat dan terbuka.
Empati tingkat tinggi yaitu keikutan konselor membuat klien tersentuh dan
terbuka untuk mengemukakan isi hati yang terdalam, berupa perasaan,
pikiran, pengalaman termasuk penderitaannya.
3) Refleksi
Refleksi adalah keterampilan konselor untuk memantulkan kembali perasaan,
pikiran, dan pengalaman klien berdasarkan pengamatan konselor terhadap bahasa
verbal dan nonverbal dari klien. Refleksi ada tiga yaitu refleksi perasaan, refleksi
pengalaman dan refleksi pikiran.
4) Eksplorasi
Eksplorasi adalah suatu keterampilan yang dimiliki oleh konselor yang bertujuan
untuk menggali perasaan, pengalaman dan pikiran klien. Teknik ini penting karena
sering kali klien menyimpan rahasia sehingga menutup diri dan tidak mampu
mengemukakan pendapatnya secara bebas dan terus terang. Teknik eksplorasi
dilakukan untuk membantu klien agar klien dapat berbicara secara bebas, tanpa rasa
takut, tertekan, maupun terancam. Eksplorasi ada tiga macam yaitu eksplorasi
perasaan, eksplorasi pengalaman, eksplorasi pikiran.
5) Paraphrasing
Paraphrasing adalah kemampuan konselor untuk mengemukakan kembali pesan
atau inti pembicaraan yang telah diungkapkan oleh klien. Paraphrasing ini bertujuan
untuk menyamakan persepsi dan pemahaman konselor terhadap apa yang telah
diungkapkan oleh klien. Paraphrasing baiknya diungkapkan dengan bahasa dan
kata-kata yang sederhana serta kalimat yang mudah dipahami oleh klien.
Paraphrasing ini merupakan bentuk ringkasan dari ungkapan yang disampaikan
oleh klien, dalam penyampaian paraphrasing, konselor melihat respon dari klien.
6) Open Question
Open Question adalah suatu bentuk pertanyaan yang mana memerlukan jawaban
yang berupa sebuah penjelasan. Pertanyaan ini digunakan apabila klien merasa
kesulitan dalam mengungkapkan permasalahanya atau ketika konselor menghadapi
klien yang tertutup. Tujuan pertanyaan ini adalah untuk memperoleh informasi
lebih dalam mengenai permasalahan klien. Hal yang harus diperhatikan dalam open
question adalah pertanyaan sebaiknya tidak menggunakan kata "kenapa" atau
"mengapa" hal ini dikarenakan pertanyaan dengan menggunakan kata tersebut
dapat membuat klien merasa kesulitan dalam menjawab pertanyaan sehingga klien
akan tertutup.
7) Closed Question
Dalam proses konseling individual, tidak hanya memerlukan pertanyaan terbuka,
tetapi penggunaan pertanyaan tertutup pun diperlukan. Pertanyaan tertutup atau
closed qestion merupakan jenis pertanyaan yang mana jawaban dari pertanyaan
tersebut tidak harus berupa penjelasan, artinya jawaban dari pertanyaan tertutup
dalam bentuk singkat seperti "ya" dan "tidak".
8) Dorongan Minimal
Dorongan minimal adalah sebuah upaya yang dilakukan oleh konselor agar klien
selalu terlibat dalam pembicaraan. Dorongan minimal dapat berupa sebuah
ungkapan pendek dan singkat yang dilakukan apabila klien akan mengurangi atau
menghentikan pembicaraan, ketika klien kurang memusatkan pembicaraan, dan
ketika klien merasa ragu terhadap apa yang dibicarakan oleh klien. Tujuan
dorongan minimal adalah agar dapat membuat klien terus berbicara dan
mengarahkan klien agar pembicaraan klien mencapai tujuan.
9) Interpretasi
Interpretasi merupakan upaya yang dilakukan oleh konselor untuk mengulas
pemikiran, perilaku, pengalaman klien dengan merujuk kepada teori-teori. Dalam
teknik ini konselor berupaya memberikan penjelasan kepada klien yang bertujuan
agar klien mengerti dan memiliki pemahaman serta dapat mengubah pandangannya
terhadap sesuatu hal berdasarkan rujukan teori yang dijelaskan oleh konselor.
10) Directing
Directing adalah suatu teknik dalam proses konseling individual yang bertujuan
untuk mengarahkan klien agar klien dapat berpartisipasi secara penuh dalam proses
konseling individual. Dengan kata lain, bahwa dalam teknik ini konselor
mengarahkan klien untuk berbuat sesuatu, misalnya dengan bermain peran dengan
konselor atau meminta klien untuk berimajinasi atau mengkhayalkan sesuatu hal.
11) Summarizing
Summarizing merupakan suatu teknik konseling individual yang dilakukan dengan
menyimpulkan sementara pembicaraan klien dalam waktu tertentu. Mengenai
waktu kapan akan melakukan summarizing hal ini bergantung kepada konselor.
Summarizing diperlukan agar klien merasa bahwa konselor benar-benar mendengar
dan memahami apa yang telah dibicarakan. Selain itu, untuk menyamakan persepsi
mengenai apa yang dibicarakan klien dengan apa yang didenger oleh konselor.
12) Leading
Leading merupakan teknik konseling individual yang dilakukan konselor untuk
memimpin arah pembicaraan dengan klien apabila pembicaraan dan wawancara
konseling tidak melantur atau menyimpang sehingga proses konseling akan
mencapai tujuan. Dengan kata lain, teknik digunakan apabila dalam proses
konseling pembicaraan klien melebar, sehingga konsleor perlu untuk memimpin
klien agar fokus pada permasalahan klien.
13) Fokus
Dalam proses konseling individual sering kali klien terpecah perhatiannya sehingga
arah pembicaraan klien menjadi melebar. Peran konselor disini harus mampu
membuat fokus dengan perhatiannya agar klien dapat memusatkan perhatian pada
pokok pembicaraannya. Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan seorang
konselor yaitu fokus pada diri klien, fokus pada orang lain yang diceritakan klien,
fokus pada topik yang tegah dibicarakan klien, dan fokus mengenai budaya klien.
14) Konfrontasi
Konfrontasi adalah suatu teknik dalam konseling individual yang mana teknik ini
dilakukan apabila dalam proses konseling individual, konselor menemukan bahwa
gesture atau bahasa tubuh klien tidak sesuai atau tidak konsisten dengan apa yang
dikatakan. Misalnya dalam proses konseling individual, klien mengatakan dalam
keadaan sedih , namun ekspresi dari klien terlihat tersenyum, dalam hal ini konselor
akan melakukan teknik konfrontasi.
15) Clarifying
Clarifying adalah suatu teknik dalam konseling individual untuk menjernihkan atau
mengklarifikasi ucapan-ucapan klien yang terdengar samar-samar, kurang jelas,
atau agak meragukan. Tujuan dari teknik clarifying ini adalah untuk meminta agar
klien menyatakan pesannya kembali dengan jelas, dengan ungkapan kata-kata yang
tegas, dan dengan alasan-alasan yang logis serta agar klien menjelaskan,
mengulang, dan mengilustrasikan perasaannya.
16) Mengambil Inisiatif
Teknik Mengambil inisiatif ini dilakukan konselor apabila mendapati klien kurang
bersemangat untuk berbicara, hal ini dapat dilihat dari cara klien yang sering diam,
dan kurang partisipatif dalam proses konseling individual. Dalam hal ini konselor
akan mengucapkan kata-kata yang mengajak klien untuk berinisiatif dalam
menuntaskan diskusi. Tujuan dari teknik ini yakni untuk mengambil inisiatif jika
klien kurang bersemangat untuk mengambil keputusan, dan jika klien merasa
kesulitan mengambil keputusan serta jika klien kehilangan arah pembicaraan.
17) Memberi Nasehat
Pemberian nasehat ini dilakukan oleh konselor apabila klien meminta nasehat
kepada konselor. Namun meskipun demikian konselor sebaiknya
mempertimbangkan nasehat yang diberikan kepada klien merupakan sesuatu hal
yang pantas. Hal ini disebabkan karena pemberian nasehat tetap harus dijaga agar
kemandirian yang merupakan tujuan dari konseling harus tetap dicapai.
18) Pemberian Informasi
Tidak berbeda dengan pemberian nasehat pemberian informasi ini dilakukan
apabila klien meminta sebuah informasi dari konselor, artinya konselor akan
memberikan informasi jika klien meminta informasi. Namun, perlu diperhatikan
bahwa dalam pemberian informasi, konselor harus tetap bersikap jujur, artinya
apabila konselor tidak memiliki informasi sebaiknya dikatakan kepada klien dengan
apa adanya, berbeda jika konselor mengetahui informasi yang diminta oleh klien
maka konselor akan mengusahakan dan memberinya informasi yang diminta klien.
19) Merencanakan
Teknik perencanaan ini dilakukan menjelang akhir sesi konseling individual.
Perencanaan maksudnya adalah konselor membantu klien untuk membuat
perencanaan tindakan-tindakan atau perbuatan dan hal-hal yang harus dilakukan
untuk kemajuan dari klien itu sendiri.
20) Menyimpulkan
Menyimpulkan merupakan suatu teknik yang terdapat pada akhir sesi konseling
individual. Dalam teknik ini konselor membantu klien untuk menyimpulkan hasil
pembicaraan yang menyangkut perasaan klien setelah melakukan proses konseling.
Selain itu pada tahap akhir sesi konseling, klien akan memantapkan rencana yang
telah dibuat, dan pokok-pokok yang dibicarakan pada sesi berikutnya apabila sesi
konseling individual masih berlanjut.
A. Kesimpulan
Peranan orang tua dalam memberikan gambaran yang baik dalam memberikan
pendidikan untuk menghindari hal-hal yang menyimpang antara lain: (a. Memberikan
tauladan (b. Membentuk identitas remaja (c. Membatasi dan mengawasi penggunaan media
sosial kepada anak-anak. (d. Memberikan contoh atau suri tauladan yang sesuai norma yang
berlaku dari pihak orangtua kepada anak-anaknya (e. Mengajarkan dan memberikan
pelajaran agama yang baik kepada anak-anak (f. Meluangkan waktu dan perhatian kepada
anak-anak setiap harinya.
Adapun peran masyarakat ini sangat penting dalam menanggulangi penyimpangan
sosial tersebut. Berikut beberapa upaya masyarakat dalam menanggulangi penyimpangan
sosial antara lain: (a. Menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan dari pengaruh negatif
yang ada (b. Memperbanyak kegiatan kemasyrakatan yang positif (c. Menetapkan suatu
sanksi sosial kepada setiap pelanggar norma sosial yang terjadi dalam masyarakat.
B. Saran
Adapun saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:
1) Bagi orang tua, disaranan untu dapat mengajarkan agama pada usia dini melalui
lembaga pendidikan, sehingga remaja dapat terhindar dari perilaku menyimpang.
2) Bagi masyarakat, untuk dapat bekerja sama dalam mengontrol putra-putrinya dalam
bergaul di lingkungan masyarakat.
3) Bagi remaja, remaja sebagai generasi muda dan pembaharu harus tanggap dan kritis
serta member solusi terhadap setiap fenomena-fenomena sosial yang terjadi di sekitar
kita terutama masalah yang menjadi sasaran objek komersilisasi hak anak.
Lampiran Surat
Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA