Anda di halaman 1dari 8

Kepemimpinan Pendidikan Dalam Masyarakat Multikultur

Oleh: Asti Inawati

A. PENDAHULUAN
Pemimpin menempati posisi utama dalam kehidupan manusia terutama
dalam bidang pendidikan. Apalagi kondisi masyarakat yang majemuk sangat
membutuhkan pemimpin yang dapat mengatur, mengarahkan dan mengendalikan
pendidikan agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Masyarakat sebagai
pelaksana pendidikan membutuhkan pemimpin untuk menghadapi berbagai
persoalan yang berkaitan dengan keberagaman atau kemajemukan serta akibat
yang ditimbulkan dari keberagaman tersebut. Sedangkan pendidikan merupakan
usaha transfer nilai-nilai yang diharapkan dapat memberikan perannya untuk
menanamkan nilai toleransi, menghargai keberagaman dan mengambil nilai
positif dalam lingkungan masyarakat yang majemuk. Sehingga pemimpin dalam
bidang bidang pendidikan mempunyai tugas dalam menghadapi masyarakat
multikultural
Nilai-nilai yang akan membentuk kesadaran multikulturalisme tidak akan
terbentuk dengan sendirinya dalam pribadi individu, akan tetapi nilai-nilai
tersebut harus ditanamkan sejak dini melalui proses pendidikan. 1 Oleh karena itu
diperlukan pemimpin yang mempunyai visi dan misi besar dalam membangun
masyarakat agar menjadi masyarakat yang terdidik yang menghargai perbedaan
yang ada. Para pemimpin dihadapkan pada kebutuhan untuk mempengaruhi orang
dari budaya yang berbeda dan pengaruh yang berhasil membutuhkan pemahaman
yang baik atas budaya-budaya. Para pemimpin juga harus mampu memahami
bagaimana orang dari budaya yang berbeda memandang mereka dan
mnerjemahkan tindakan mereka.2

1
Yulia Riswanti, “Urgensi Pendidikan Islam dalam Membangun Multikulturalisme”,
Jurnal Kependidikan, Riset, dan Pengembangan Pendidikan Islam, Jurusan Kependidikan Islam
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, Vol.3 No. 2, Juli-Desember 2008. hlm. 45.
2
Gary Yuki, Kepemimpinan Dalam Organisasi, cet ke-5, Terj. Budi Supriyanto,
(Jakarta: PT. Indeks, 2005) hlm. 494-495.

1
Saat ini, globalisasi, kemajuan informasi tehnologi dan berbagai macam
informasi dapat dengan mudah kita temukan. Hal tersebut bisa memberikan
dampak negatif yaitu nilai-nilai negatif dapat diakses dengan mudah dan
menyebabkan menjamurnya sifat-sifat mementingkan kepentingan pribadi
maupun kelompoknya untuk mencapai kepentingan pribadinya. Dalam hal ini
pendidikan menghadapi masalah besar untuk menetralisir informasi yang masuk
dan memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk menghadapi kemajuan
zaman dengan cara yang bijaksana yaitu dengan menyerap hal yang positif dan
meninggalkan pengaruh yang negatif. Konsep pendidikan Islam saat ini harus
mampu mengembangkan nilai nilai multikulturalisme yang memang sudah
terkandung dalam ajaran Islam.3 Sehingga perlu adanya pembahasan tentang
bagaimana konsep kepemimpinan dalam bidang pendidikan dan pedoman bagi
pemimpin untuk menghadapi kondisi masyarakat multikultur.

B. PEMBAHASAN
1. Konsep Kepemimpinan
Pengelolaan masyarakat multikulural membutuhkan pemimpin yang dapat
mengolah dan mengatur perbedaan-perbadaan agar tidak berkembang menjadi
konflik sehingga dibutuhkan pemimpin yang dapat mengatur manusia sebagai
pelaku utama dalam proses pendidikan. Pendidikan harus berangkat dari
pemahaman terhadap jati diri manusia yang menjadi subjek sekaligus objek
pendidikan. Sebagai subjek, manusia menentukan corak dan arah pendidikan serta
bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pendidikan dan secara moral
berkewajiban atas perkembangan pribadi peserta didik.4 Manusia sebagai subjek
pendidikan dapat juga diartikan bahwa manusia sebagai pemimpin yang
mempunyai tugas untuk mengatur, mengarahkan dan menggerakkan anggotanya
demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

3
Yulia Riswanti, Urgensi Pendidikan Islam.... hlm. 38.
4
Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter Menghadapi
Arus Global (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2015) hlm. 61.

2
Surat Al-Baqarah (2):30, Hud (11):61, Maryam (19):93, Ali Imran (3): 51
menyatakan bahwa kedudukan manusia diciptakan ialah sebagai khalifah dibumi
sekaligus sebagai hamba.5 Sebagai khalifah berarti manusia mempunyai tugas
sebagai pemimpin yang bertanggungjawab kepada Allah sebagai penciptanya dan
bertugas memimpin dan menjaga hubungan baik dengan sesama manusia dalam
kondisi yang penuh dengan keragaman. Hubungan antar manusia yang sama-sama
mendapat tugas sebagai khalifah adalah hubungan ta’awun (saling menolong dan
kerjasama), ‘adalah (persamaan dan keadilan) dan Ihsan (berbuat baik kepada
sesama yang terbaik dan paling baik) untuk mewujudkan materi penugasan dari
sang pencipta. Jika nilai-nilai dasar hubungan itu berjalan baik, maka akan
menciptakan tatanan kehidupan yang bermartabat dan berkemakmuran dalam
kerangka nilai-nilai spiritual keagamaan.6 Begitu pentingnya konsep pemimpin
dalam pandangan Islam sehingga seorang pemimpin harus mampu memahami
kondisi manusia dan lingkungannya dalam konteks pendidikan pada masyarakat
multikultural
2. Kepemimpinan Dalam Masyarakat Multikultural
Indonesia merupakan negara majemuk dengan berbagai ciri khas
kebudayaan dan tradisi. Kemajemukan tersebut dapat dilihat secara horizontal dan
vertikal, seperti pendapat Usman Pelly dan Asih Menanti yang dikutip oleh
Choirul Mahfud bahwa dari perspektif horizontal, kemajemukan bangsa kita dapat
dilihat dari perbedaan agama, etnis, bahasa daerah, geografis, pakaian, makanan,
dan budayanya. Sedangkan dalam perspektif vertikal, kemajemukan bangsa
Indonesia dapat dilihat dari perbedaan tingkat pendidikan, ekonomi, pemukiman,
pekerjaan, dan tingkat sosial budaya.7 Indonesia mempunyai keragaman bahasa,
sosial, budaya, agama, politik dan ekonomi. Keragaman tersebut sangat kondusif
bagi munculnya konflik dalam berbagai dimensi kehidupan, baik konflik vertikal

5
Ibid. hlm. 79.
6
Ibid. hlm. 82.
7
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm.
176.

3
maupun konflik horizontal8 serta bisa menyebabkan benturan kebudayaan jika
tidak diatur atau dikelola dengan baik.
Kondisi masyarakat yang majemuk menyebabkan perlunya pemimpin
untuk mengarahkan dan mengatasi berbagai masalah terutama yang berkaitan
dengan pendidikan. Masalah tersebut diperparah dengan arus globalisasi yang
secara tidak langsung dapat mempengaruhi peserta didik sebagai objek
pendidikan. Masyarakat multikultural dan akibat negatif globalisasi merupakan
kondisi yang harus dihadapi agar tidak memberikan pengaruh buruk pada
pendidikan. Dalam hal ini diperlukan seorang pemimpin yang mempunyai
kemampuan dan visi untuk membangun masyarakat yang multikultur agar
menjadi masyarakat yang terdidik, dan menghormati keberagaman. Tantangan
besar yang dihadapi oleh seorang pemimpin dalam masyarakat multikultur
mengharuskan seorang pemimpin mempunyai pedoman dalam mengelola
keragaman. Pedoman bagi pemimpin dalam mengelola keberagaman yaitu:
1. Menetapkan sebuah contoh dalam perilaku untuk apresiasi keragaman
2. Mendorong rasa hormat bagi perbedaan individual
3. Mempromosikan pemahaman akan nilai, keyakinan dan tradisi yang berbeda
4. Menjelaskan manfaat dari keragaman untuk tim atau organisasi
5. Mendorong dan mendukung orang lain yang berusaha mempromosikan
toleransi keragaman
6. Tidak mendorong penggunaan stereotipe untuk menggambarkan orang
7. Mengidentifikasikan bias keyakinan dan harapan peran untuk wanita atau
minoritas. 9
Pemimpin dalam bidang pendidikan merupakan orang terdepan dalam
melakukan gerakan kemajuan, baik kemajuan untuk peserta didik maupun
kemajuan untuk pendidikan secara umum. Pendidikan juga dihadapkan pada
persoalan keberagaman, baik dari peserta didik maupun dari lingkungan sosial
suatu lembaga pendidikan sehingga perlu seorang pemimpin yang memahami
kondisi dan mengerti bagaimana memperlakukakan seseorang dalam lingkungan

8
Ibid, hlm. 8.
9
Gary Yuki, Kepemimpinan Dalam Organisasi, hlm. 500.

4
yang beragam. Hal ini berarti pemimpin harus memberikan contoh dalam
menghormati keberagaman yang ada dalam kelompoknya. Cara menghormatinya
bisa dalam bentuk menghargai budaya lain, menghormati orang yang berbeda
agama dan menghormati hak asasi manusia walaupun secara agama, sosial,
budaya dan ekonomi berbeda.
Menghadapi kondisi masyarakat multikultural mengharuskan seorang
pemimpin pendidikan untuk memahami kondisi seseorang dengan status ekonomi,
sosial, budaya dan kebiasaan yang berbeda serta dapat mempengaruhi dan
mengatur masyarakat agar menjalankan tugasnya sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Untuk menghadapi masyarakat multikultur seorang pemimpin harus
mempunya kriteria tertentu agar berbagai masalah yang mungkin akan timbul
dapat diminimalkan.
Kriteria seorang pemimpin dalam memimpin diantaranya
1. Mau bersikap terbuka dan obyektif
2. Mampu mendiagnosis masalah-masalah tim secara akurat
3. Memiliki kapabilitas dala melakukan tindakan yang tepat
4. Mampu menolong tim untuk mencapai tujuan
5. Dalam kaitannya dengan hasil, kepemimpinan tim seharusnya:
a. Bersifat praktis, disamping fungsional dan juga kompleks
b. Fokus pada kebutuhan dan hasil tim
c. Fokus pada apa yang dapat menjadikan tim lebih efektif dan unggul.10
Seorang pemimpin dalam dunia pendidikan harus memahami kondisi
lingkungannya, terutama pada masyarakat multikultur dengan berbagai kebiasaan
dan tradisi yang dimilikinya. Sikap membuka diri terhadap budaya lain memang
diperlukan untuk melihat bagaimana perkembangan suatu ilmu atau budaya yang
dimiliki orang lain. Sikap terbuka ini harus diarahkan oleh seorang pemimpin agar
yang terserap nilai-nilai yang positif saja. Sikap terbuka harus diarahkan untuk
mengambil hal yang positif dan meninggalkan pengaruh negatif yang
kemungkinan akan merusak atau mengikis nilai-nilai positif yang sudah ada.

10
Tikno Lensufiie, Leadership Untuk Profesional Dan Mahasiswa (tanpa kota penerbit:
Esensi, 2010) hlm. 144-145.

5
Seorang pemimpin pendidikan dalam menghadapi masyarakat multikultur
juga harus memiliki visi yang besar agar dapat memberikan pengaruh yang besar
pada orang-orang dipimpinnya atau lingkungan sekitarnya. Visi harus menyentuh
tiga hal yaitu (1) inspirasi atau imajinasi; (2) Visi harus sesuai dengan nilai-nilai
budaya yang dianut oleh seluruh anggota; (3) Visi harus memberikan roh pada
pengelolaan organisasi. Visi harus dijabarkan dalam gaya manajemen yang ada
pada organisasi tersebut.11 Visi merupakan impian seorang pemimpin terhadap
kelompok yang dipimpinnya. Visi ini menjadi acuan untuk mewujudkan tujuan
yang pada awalnya sudah direncanakan. Dalam sebuah visi harus disesuaikan
dengan nilai-nilai budaya positif yang sudah menjadi kebiasaan dari anggotanya.
Agar visi dapat memberikan pengaruh dalam setiap kebijakan maka diperlukan
manajemen yang dikendalikan oleh seorang pemimpin karena manajemen dapat
dijadikan sarana bagi seorang pemimpin untuk mengatur agar tujuan dan visinya
dapat tercapai. Manajemen juga dapat dijadikan sebagai alat untuk menanamkan
nilai-nilai toleransi dan pentingnya keberagaman.
Tanggung jawab yang penting bagi para pemimpin dalam abad baru ini
adalah manajemen keragaman. Para pemimpin memiliki peran penting dalam
membantu mengedepankan kesempatan yang sama dan penghilangan diskriminasi
yang tidak adil dalam keputusan seleksi dan promosi. Para pemimpin dapat
melakukan banyak hal untuk mendorong toleransi dan apresiasi keragaman dalam
organisasi. Namun, akan menjadi tantangan bagi pemimpin untuk memupuk
keragaman sambil juga berupaya untuk membangun budaya organisatoris yang
kuat yang memiliki nilai bersama dan identifikasi kolektif. 12

C. KESIMPULAN

11
Toto Tasmara, Kepemimpinna Berbasis Spiritual, cet. ke-2 (Jakarta: Gema Insani,
2006) hlm. 280.
12
Gary Yuki, Kepemimpinan dalam Organisasi, hlm 502.

6
Konsep kepemimpinan dalam bidang pendidikan sangat ditentukan oleh
peran manusia sebagai mahluk ciptaan Allah yang mempunyai tugas untuk
menjalani kehidupan. Tugas itu adalah sebagai khalifah atau pemimpin. Manusia
sebagai pemimpin sangat terkait dengan dunia pendidikan, dimana manusia
merupakan makhluk yang membutuhkan pendidikan dan harus bisa mendidik.
Sehingga konsep kepemimpinan dalam bidang pendidikan menjadi hal utama
untuk menghadapi kehidupan dengan berbagai keberagaman. Konsep
kepemimpinan dalam bidang pendidikan juga dapat dijadikan sebagai solusi untuk
menanamkan nilai-nilai toleransi keberagaman.
Pedoman bagi pemimpin untuk menghadapi kondisi masyarakat
multikultur harus dimulai dari diri seorang pemimpin yang harus mempunyai visi
dan kemampuan dalam memahami kondisi lingkungan dan budaya yang beragam.
Kemampuan dan pemahaman akan perbedaan tersebut akan menimbulkan sikap
menghormati dan menghargai keberagaman. Untuk dapat menuangkan segala ide
dan pemikirannya seorang pemimpin memerlukan kemampuan manajemen
keberagaman sebagai sarana untuk mengatur, mengkoordinasikan, mengawasi dan
mendorong toleransi dan apresiasi keberagaman. Sehingga keberagaman dapat
dilihat dengan cara yang positif sebagai sesuatu yang saling melengkapi.

DAFTAR PUSTAKA

7
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.

Gary Yuki, Kepemimpinan Dalam Organisasi, cet ke-5, Terj. Budi Supriyanto.

Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter Menghadapi Arus Global
Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2015.

Tikno Lensufiie, Leadership Untuk Profesional Dan Mahasiswa, tanpa kota penerbit: Esensi,
2010.

Toto Tasmara, Kepemimpinna Berbasis Spiritual, cet. ke-2, Jakarta: Gema Insani, 2006.

Yulia Riswanti, “Urgensi Pendidikan Islam dalam Membangun Multikulturalisme”, Jurnal


Kependidikan, Riset, dan Pengembangan Pendidikan Islam, Jurusan Kependidikan
Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, Vol.3 No. 2, Juli-Desember 2008.

Anda mungkin juga menyukai