Anda di halaman 1dari 17

A.

LATAR BELAKANG
Membahas mengenai pendidikan selalu terkait dengan cara
penyampaian dan penyajiannya. Pendidikan merupakan suatu hal yang wajib
diberikan kepada para peserta didik, baik itu berupa pendidikan formal, non
formal maupun informal. Di Indonesia itu sendiri sistem dan kebijakan
pendidikan di dasarkan pada undang-undang dasar yang berlaku dalam negara
tersebut. Isi undang-undang No. 20 tahun 2003 dalam sistem pendidikan
nasional yang ada di Indonesia yaitu “Berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab”,1 dalam tujuan
tersebut di atas jelas bahwa dalam sebuah wadah pendidikan siswa tidak
hanya di berikan berupa materi saja tetapi peserta didik juga di dorong untuk
dapat memunculkan ide-ide kreatif, pembentukan ahlak yang baik serta dapat
bertanggung jawab.
Pendidikan merupakan sebagian dari kehidupan masyarakat dan juga
sebagai dinamisator masyarakat itu sendiri. Dalam aspek ini peran pendidikan
memang sangat strategis karena menjadi tiang sanggah dari kesinambungan
masyarakat itu sendiri. Salah satu tugas dari Sistem Pendidikan Nasional
(SISDIKNAS) yaitu, menjaga, melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai
luhur bangsa serta aspek yang dihadapi SISDIKNAS ialah dinamika dari
kehidupan nasional itu sendiri.2
Terkait dengan manajemen, sebuah pendidikan yang harus di kuasai
dalam suatu penelitian. Ada beberapa indikator yang dapat membantu dalam
proses penelitian tersebut, seperti perencanaan pembelajaran,
pengorganisasian, manajemen personalia dan pengawasan. Beberapa
indikator atau variabel tersebut saling kait mengaitkan untuk membentuk
sebuah pengkondisian dalam manajemen pembelajaran.

1
Haidar Putra Daulay, “Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di
Indonesia”, Jakarta: Kencana, 2006
2
H. A. R. Tilaar, “Manajemen Pendidikan Nasional”, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
November (2013), Cet. 11, h. 80

1
Dalam manajemen suatu pendidikan tersebut, seorang pendidik harus
memiliki pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang lebih untuk dapat
menyusun sebuah strategi dan rencana dalam menjalankan sebuah lembaga
pendidikan baik formal maupun nonformal. Hal ini didasarkan bahwa
pendidik adalah seorang yang bisa mencerminkan sikap baik dalam aspek
afektifnya.
Manajemen pendidikan sebagai suatu sistem, bahwa penerapan fungsi-
fungsi menajemen pendidikan merupakan kegiatan yang kompleks meliputi
berbagai komponen yang saling berkaitan satu sama lainnya. Manajemen
pendidikan dilaksanakan secara tererncana dan teratur, serta berbagai
komponen yang terlibat dalam manajemen pendidikan. Pandangan
manajemen pendidikan sebagai suatu sistem, dapat dilihat secara mikro dan
makro. Secara mikro manajemen pendidikan dapat dilihat dari hubungan
komponen peserta didik, pendidik dan interaksi keduanya dalam proses
pembelajaran. Sedangkan secara makro manajemen pendidikan harus mampu
menjangkau dan mengelola komponen-komponen yang lebih luas dalam
penerapan dan interaksi antar komponen.3
Didalam manajemen suatu pendidikan terdapat pengoordinasian dalam
sebuah lingkup pendidikan yang dibentuk dengan adanya organisasi.
Organisasi merupakan suatu sistem interaksi antar orang yang ditunjukkan
untuk mencapai tujuan organisasi, dimana sistem tersebut memberikan arahan
perilaku bagi anggota organisasi. 4
Secara teori manajemen orang (insan) tidak berbeda dari manajemen
sumber daya organisasi lainnya. Satu perspektif memandang bahwa manusia
berpotensi menjadi sumber perilaku seluruh kreatif dan kompleksitas yang
dipengaruhi banyak faktor beragam yang berasal baik dari individu atau
lingkungan sekitar. Sumber daya manusia berbeda dari sumber daya lain,
karena sebagian individu dibekali dengan berbagai tingkatan kemampuan
(termasuk bakat, keterampilan dan pengetahuan), dengan ciri-ciri

3
Juhri, “Perspektif Manajemen Pendidikan”, Lembaga Penelitian UM Metro Press,
November (2006), h. 18-19
4
Dadang Suhardan dkk, “Manajemen Pendidikan”, Bandung: Alfabheta, Juni (2010),
Cet. 3, h. 70

2
kepribadian, jenis kelamin, persepsi peran dan perbedaan dalam pengalaman,
dan sebagai akibat dari perbedaan motivasi dan komitmen.5
Bagi masyarakat Indonesia, termasuk pondok pesantren (Ponpes),
pengembangan Sumber Daya manusia (SDM) merupakan suatu keharusan.
Sebab untuk mencapai kemajuan masyarakat harus dipenuhi persyaratan yang
di perlukan. Dengan pengembangan SDM akan memberikan konstribusi
signifikan bagi upaya peningkatan kehidupan masa depan kehidupan
masyarakat. Dalam hal ini pondok pesantren sebagai agen pengembangan
masyarakat sangat diharapkan mempersiapkan konsep pengembangan SDM,
baik untuk peningkatan kualitas pondok pesantren itu maupun untuk
peningkatan kualitas kehidupan masyarakat.
Berbicara mengenai SDM, dapat dilihat dari dua aspek yakni kuantitas
dan kualitas. Kuantitas menyangkut jumlah SDM yang umumnya di anggap
kurang penting kontribusinya terhadap pembangunan masyarakat,
dibandingkan aspek kualitas. Sedangkan kualitas menyangkut mutu SDM
yang berkaitan dengan kemampuan, baik kualitas fisik maupun kualitas non-
fisik (kecerdasan dan mental).6
Pengembangan sumber daya manusia menyangkut berbagai lembaga,
seperti lembaga sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan. Demikian halnya
dalam pengembangan sumber daya manusia (PSDM) di bidang pendidikan
(tenaga kependidikan). Kemampuan melihat interdepedensi berbagai kegiatan
dari berbagai lembaga menjadi sangat perlu bagi seorang perencana dan
mengambil kebijakan, pembangunan SDM secara keseluruhan, serta melihat
hubungan antar berbagai komponen yang saling berpengaruh.7
Dalam sejarah pendidikan Islam di Indonesia, pondok pesantren
dipandang sebagai lembaga pendidikan Islam tertua. Pondok pesantren
sebagai lembaga pendidikan tetap istiqomah dan konsisten melakukan
perannya sebagai pusat pendalaman ilmu-ilmu agama (tafaqquh fiddin) dan
lembaga dakwah Islamiyah serta ikut mencerdaskan bangsa telah diakui oleh

5
Abdus Salam, “Manajemen Insani (Dalam Pendidikan), Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
April (2014), h. 36
6
A. Halim dkk, “Manajemen Pesantren”, Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara, Juli
(2005). h. 3-4
7
Juhri, Op. Cit, h. 37

3
masyarakat.8 Dalam aspek sistem dan metodologis dapat disamakan dengan
model lembaga keagamaan pra Islam, tetapi dalam aspek materi dan
substansinya berbeda. Dalam perkembangannya pesantren mengalami
berbagai perubahan baik dalam berbagai aspek dalam rangka mengikuti
perkembangan zaman.9
Tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan
kepribadian Muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan, berahlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau berkhidmat kepada
masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat, yaitu menjadi
pelayan masyarakat sebagaimana kepribadian Nabi Muhammad saw
(mengikuti Sunnah Nabi), maupun berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam
kepribadian, meyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat
di tengah-tengah masyarakat dan mencintai ilmu dalam rangka
mengembangkan kepribadian manusia.10
Hadirnya pondok pesantren Darul Arqom di Kota Metro ini menambah
sebuah lembaga pendidikan yang lebih spesifik yakni pendidikan Islam.
Pondok pesantren ini mengajarkan materi tambahan yang tidak diberikan dari
sekolah umum di luar. Dalam pendirian suatu lembaga yang berbasis Islam
tersebut, seorang pengelola di tuntut untuk dapat memiliki kemampuan yang
bisa menyeimbangkan antara kepengurusan dan pengajaran yang tercantum
dalam sebuah bentuk manajemen pendidikan dan pembelajaran dalam sebuah
pondok pesantren yang ada di Kota Metro, yaitu Pondok Pesantren Darul
Arkom Metro.
Berdirinya Pondok Pesantren Darul Arqom pada dasarnya tidak
terlepas dari berdirinya Madrasah Aliyah Muhammadiyah Metro. Sejak awal
berdirinya MA Muhammadiyah Metro Pondok Darul Arqom adalah bagian
dari MA Muhammadiyah Metro, sehingga mayoritas siswa-siswi MA
Muhammadiyah Metro adalah santri di Pondok Pesantren Darul Arqom.

8
Samsul Nizar, Muhammad Syaifudi, “Isu-isu Kontemporer Tentang Pendidikan Islam”,
Jakarta: Kalam Mulia, (2010), h. 191
9
Ibid, h. 194
10
Mujamil Qomar, “Pesantren (Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi)”, Jakarta: Erlangga, h. 4

4
Letak Pondok Pesantren tersebut tidak jauh dari sekolah dan Universitas yang
ada di Kota Metro.
Pengelolaan Pondok Pesantren ini diserahkan kepada pengelola Pondok
Pesantren Darul Arqom baik putra maupun putri. Pondok Pesantren Darul
Arqom ini merupakan Pondok Pesantren dasar yang diperuntunkan untuk
santri-santri sederajat. Pondok Pesantren ini mengajarkan pelajaran tambahan
yang diberikan di luar forum sekolah, seperti pelajaran siroh nabawiyah,
tahsin, fiqih tarjih, tauhid dan muroja’ah. Dalam pengajarannya santri-santri
yang ada di Pondok Pesantren Darul Arqom ini diajarkan oleh Ustadz-ustadz
yang sudah berpengalaman yang ada di Kota Metro, namun terdapat kendala
saat pengajaran tidak berlangsung sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Menurut salah satu ustadz sekaligus pengasuh santri-santri Pondok
pesantren Darul Arqom kota Metro, dalam proses belajar mengajar mereka
disesuaikan dengan jadwal dan kebutuhan mereka di Pondok tersebut, hal ini
terjadi dikarenakan para santri tidak hanya terfokus belajar di Pondok saja,
melainkan mereka juga sekolah diluar Pondok yang sifatnya Formal.11 Namun
hal tersebut akan menjadi sebuah motivasi untuk mereka dalam mengejar
sebuah pendidikan.
Pembelajaran di Pondok tersebut sudah dilengkapi dengan kurikulum
yang ada dan sistem pembelajaran yang sudah dibuat untuk memudahkan
mereka (para pendidik) dalam mengalokasikan waktu serta dalam memanaj
sebuah proses belajar mengajar berlangsung. Pondok pesantren tersebut
memiliki target, yaitu agar semua para santri baik putra maupun putri yang
ada di Pondok tersebut dapat mampu mengahafal Al-Qur’an dalam kurun
waktu yang telah ditentukan.
Dalam hal ini penulis memilih objek pada Pondok Pesantren Darul
Arqom tersebut karena ingin mengetahui manajemen pembelajaran dalam
salah satu Pondok Pesantren yang ada di Kota Metro. Ini lah yang membuat
penulis tertarik untuk mengkaji sejauh mana Pondok tersebut berkembang
dalam pembelajarannya.

11
Observasi, Kamis, 10 November 2016, 13.00 (Pondok Pesantren Darul Arqom)

5
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian lebih mendalam yang terkait dengan manajemen
pembelajaran pada Pondok Pesantren Darul Arqom. Sehingga penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana implementasi manajemen pembelajaran Pondok Pesantren
darul Arqom di Kota Metro ?
2. Bagaimana keberhasilan manajemen pembelajaran pada Pondok
Pesantren Darul Arqom di Kota Metro ?
3. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat manajemen
pembelajaran di Pondok Pesantren Darul Arqom di Kota Metro ?

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN


Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Implementasi Manajemen Pembelajaran Pondok
Pesantren Darul Arqom di Kota Metro
2. Untuk mengetahui keberhasilan manajemen pembelajaran Pondok
Pesantren Darul Arqom di Kota Metro
3. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendukung dan
menghambat manajemen pembelajaran di Pondok Pesantren Darul Arqom
di Kota Metro

Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi pemanajemenan pada Pondok Pesantren
Darul Arqom Kota Metro.
2. Sebagai bahan perbandingan dan perbaikan bagi observasi-observasi
peneliti yang selanjutnya.

D. PEMBATASAN MASALAH
Dalam penguraian sebuah masalah, penulis tidak menjabarkan secara luas
mengenai permasalahan ini. Maka penulis akan membatasi permasalahan
yang akan diuraikan, pembatasan tersebut, yaitu :

6
1. Implementasi manajemen pembelajaran Pondok Pesantren Darul Arqom
Kota Metro.
2. Faktor pendukung dan penghambat keberhasilan manajemen
pembelajaran pada Pondok Pesantren Darul Arqom Dasar Kota Metro.

E. KAJIAN PUSTAKA
1. Manajemen Pendidikan
Manajemen merupakan kemampuan dan keterampilan khusus yang
dimiliki oleh seseorang untuk melakukan kegiatan baik secara perorangan
ataupun bersama orang lain atau melalui orang lain dalam upaya
mencapai tujuan organisasi produktif, efektif dan efisien. Beberapa
pandangan manajemen menurut beberapa ahli, yaitu :
- Stoner menjelaskan bahwa manajemen merupakan proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-
usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.12
- Sudjana menjelaskan bahwa manajemen merupakan rangkaian
berbagai kegiatan wajar yang dilakukan seseorang berdasarkan
norma-norma yang telah ditetapkan dan dalam pelaksanaanya
memiliki hubungan dan saling keterkaitan dengan lainnya.13
Dengan demikian manajemen merupakan suatu proses yang
kontinue yang bermuatan kemampuan dan keterampilan khusus yang
dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu kegiatan, baik secara
perorangan ataupun bersama orang lain dalam mengkoordinasi dan
menggunakan segala sumber untuk mencapai tujuan organisasi secara
produktif, efektif dan efisien.14
Manajemen pendidikan adalah suatu penataan bidang garapan
pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas perencanaan,
pengorganisasian, penyususnan staf, pembinaan, pengoordinasian,
12
Dadang Suhardan dkk, Op. Cit, h. 86
13
Ibid, h. 87
14
Engkoswara, Aan Komariah, “Administrasi Pendidikan”, Bandung: Alfabheta, Maret
(2011), Cet. 2, h. 87

7
pengkomunikasian, pemotivasian, penganggaran, pengadilan,
pengawasan, penilaian dan pelaporan secara sistematis untuk mencapai
tujuan pendidikan secara berkualitas.15
Manajemen pendidikan adalah manajemen yang diterapkan dalam
pengembangan pendidikan. Manajemen pendidikan lebih bersifat umum
untuk semua akvitas pendidikan pada umumnya, sedangkan manajemen
pendidikan Islam lebih khusus lagi mengarah pada manajemen yang
diterapkan dalam pengembangan pendidikan Islam.16 Manajemen
Personalia adalah bagian manajemen yang memperhatikan orang-orang
dalam organisasi yang merupakan salah satu sub sistem manajemen. 17
Peranan dari manajemen personalia ini adalah memajukan organisasi dan
sekaligus memperhatikan dan memajukan personalia.18
2. Perencanaan
Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang
hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk
mencapai tujuan itu seefesien dan seefektif mungkin. Perencanaan
merupakan tindakan menetapkan terlebih dahulu apa yang akan
dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa yang harus dikerjakan dan
siapa yang mengerjakannya. Perencanaan pendidikan merupakan
keputusan yang diambil untuk melakukan tindakan selama waktu tertentu
(sesuai dengan jangka waktu perencanaan) agar penyelenggaraan sistem
pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien serta menghasilkan lulusan
yang lebih bermutu, dan relevan dengan kebutuhan pembangunan.19
3. Pengorganisasian
Pengorganisasian sebagai proses membagi kerja kedalam tugas-
tugas yang lebih kecil, membebaskan tugas-tugas itu kepada orang yang
sesuai dengan kemampuannya, dan mengalokasikan sumber daya, serta

15
Ibid, h. 89
16
Muhaimin dkk, “Manajemen Pendidikan (Aplikasinya dalam Penyususnan Rencana
Pengembangan Sekolah/Madrasah), Jakarta: Kencana, cet. 2 April (2010), h. 5
17
Made Pidarta, “Manajemen Pendidikan Indonesia”, Jakarta: Rineka Cipta, Oktober
(2011), Edisi 3, h. 113
18
Ibid, h. 115
19
Nanang Fatah, “Landasan Manajemen Pendidikan”, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
Desember (1006), Cet. 8, h. 49

8
mengkoordinasikannya dalam rangka efektifitas pencapaian tujuan
organisasi.20
4. Pengawasan
Menurut Murdick pengawasan merupakan proses dasar yang secara
esensial tetap diperlukan bagaimanapun rumit dan luasnya suatu
organisasi. Proses dasarnya terdiri dari tiga tahap, yaitu :
 Menetapkan standar pelaksanaan
 Pengukuran pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan standar
 Menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan dengan standar
dan rencana.21 Adapun fungsi pengawasan atau supervisi dalam
pendidikan bukan hanya sekedar kontrol melihat apakah segala
kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana atau program yang
telah digariskan, tetapi lebih dari itu. Kegiatan supervisi mencakup
penentuan kondisi-kondisi atau syarat-syarat personel maupun
material yang diperlukan untuk terciptanya situasi belajar mengajar
yang efektif, dan usaha memenuhi syarat-syarat itu.22
5. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
melakukan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.23
Beberapa pengertian pembelajaran menurut para ahli, diantaranya yaitu :
a. Knirk dan Gustafson menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan
setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang
mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru dalam suatu proses
yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi
dalam konteks kegiatan belajar mengajar.
b. Dimyati dan Mudjiono menjabarkan bahwa pembelajaran adalah
kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional untuk

20
Ibid, h. 71
21
Ibid, h. 101
22
M. Ngalim Purwanto, “Administrasi dan Supervisi Pendidikan”, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, Februari (2004), Cet. 13, h. 76
23
Slameto, “Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”, Jakarta: Rineka Cipta,
(2010), Edisi Revisi, Cet. 5, h. 2

9
membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada
penyediaan sumber belajar.
c. Menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.
Jadi secara umum pembelajaran dapat diartikan suatu proses perubahan,
yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi antara dirinya
dengan lingkungannya.24 Dalam belajar mengajarpun perlu adanya
sumber daya manusia yang menggerakkan terjadinya proses aktifitas
belajar mengajar. Sumber daya manusia merupakan satu-satunya sumber
daya yang memiliki akal perasaan, keinginan, keterampilan,
pengetahuan, dorongan, daya dan karya (rasio, rasa dan karsa).25
6. Pondok (asrama)
Pondok atau asrama adalah tempat tinggal santri di pesantren.
Sebutan pondok sendiri berkonotasi pada bangunan yang sangat
sederhana. Asrama-asrama di pesantren biasanya dibangun dengan tanpa
perencanaan tata ruang yang bagus, karena pembagunanya tidak
bersamaan.26

F. METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata penulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Menurut Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa
penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial
yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia
dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut
dalam bahasanya dan dalam peristiwanya.27

24
Saifuddin, “pengelolaan Pembelajaran Teoritis dan Praktis”, Yogyakarta: Depublish,
Oktober (2014), h. 3
25
Edy Sutrisno, “Manajemen Sumber Daya Manusia”, Jakarta: Kencana, Maret (2010),
Cet. 2, h. 3
26
Abdul Mughits, “Kritik Nalar Fiqh Pesantren”, Jakarta: Kencana, September (2008), h.
153

10
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang di pilih oleh penulis yaitu di Pondok Pesantren
Darul Arqom Kota Metro yang terletak di Jl. KH. Ahmad Dahlan No. 01
Imopuro Metro (Asrama Putri) dan Jl. Imam Bonjol No 22 Hadimulyo Metro
(Asrama Putra).

Sumber Data
Perolehan sumber data yang ada pada penulis ini didapat dari beberapa
informan, antara lain Mudir Pondok Pesantren Darul Arqom Putra dan Putri
Ahmad Kholil, S. H.I, Waka Kurikulum Abu Hamid al-Ghazali, S. Pd.I,
Dewan Pembinaan santri putri Nur Rohman, S. Pd. I, Dewan Pembinaan
santri putra Shoby Any Cahya, para santri-santri Darul Arqom baik putra
maupun putri.

Teknik Pengumpul Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian. Maka, dalam penelitian proposal ini, penulis memperoleh
data dengan menggunakan metode sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi
langsung merupakan pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap
objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi
berada berasama objek yang diselidiki. Sedangkan observasi tidak
langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat
berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diselidiki.28 Metode ini
digunakan untuk memperoleh data tentang keadaan Pondok Pesantren
Darul Arqom, antara lain seperti letak geografis, sarana dan prasarana.
Dengan demikian penulis melakukan observasi langsung terhadap
fenomena yang terjadi dilapangan terkait dengan objek yang akan diteliti.

27
Margono, “Metodologi Penelitian Pendidikan”, Jakarta: Rineka Cipta, Desember (2007),
Cet. 6, h. 36.
28
Ibid, h. 158

11
2. Wawancara/Interviu
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu. Cara mengumpulkan data melalui
kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data dengan sumber data.
Interviu alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah
pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.29 Metode ini
digunakan untuk mendapatkan informasi tentang sejarah dan
perkembangan serta pendapat pengasuh dan para stafnya terkait dengan
manajemen pendidikan pada Pondok Pesantren Darul Arqom di Kota
Metro.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental
dari seseorang. Study dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.30 Metode ini
digunakan untuk memperoleh data-data berupa catatan, dokumen, surat-
surat serta buku-buku yang berkaitan dengan pengelolaan manajemen
pendidikan di Pondok Pesantren Darul Arqom Kota Metro.

Teknik Analisa Data


Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung, dan setelah pengumpulan data dalam periode
tertentu. Menurut Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa aktifitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Ada
beberapa analisis data menurut Miles dan Huberman, yaitu :
1. Data Reduction (reduksi data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

29
Ibid, h. 165
30
Sugiyono, “Memahamai Penelitian Kualitatif”, Bandung: Alfabheta, Februari (2014), Cet.
9, h. 82

12
Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Dalam mereduksi data,
setiap peneliti akan dipendu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama
dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Reduksi data merupakan
proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan
kedalaman wawasan yang tinggi. Melalui diskusi, wawasan peneliti akan
berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai
temuan dan pengembangan teori yang signifikan.31
2. Data Display (penyajian data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dalam
mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang
terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami tersebut. “Loking at displays help us to understand what is
hapening and to do some thing-further analysis or coutions on that
understanding.32
3. Conclusion Drawing/Verification
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan
baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi
atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang
sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau
interaktif, hipotesis atau teori.33

Langkah-langkah Penelitian

31
Ibid, h. 93
32
Ibid, h. 95
33
Ibid, h. 99

13
Dalam penyusunan laporan penelitian yang dilaksanakan di Pondok Pesantren
Darul Arqom, penulis merangkum semua data dari berbagai sumber dengan
cara sebagai berikut :
1. Merancang dan menyusun kerangka untuk mengumpulkan bahan-bahan
terkait dengan manajemen pendidikan Pesantren.
2. Mengumpulkan data-data yang terkait dengan manajemen di Pondok
Pesantren Darul Arqom.
3. Mengumpulkan informasi-informasi dari pengelola dan pengasuh Pondok
Pesantren Darul Arqom.
4. Mengumpulkan informasi-informasi dari para santriwan dan santriwati
terkait dengan pendidikan di pondok Pesantren Darul Arqom.
5. Memilah dan memilih serta meringkas data-data yang sudah didapat
untuk dijadikan laporan penelitian

Sistematika Penulisan
A. Halaman Judul
Memuat judul yang akan dibahas
B. Latar Belakang Masalah
Berisikan masalah-masalah yang terkait dengan judul yang dibahas
C. Rumusan Masalah
Memuat pertanyaan dan masalah yang akan dibahas
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Memuat tujuan dan kegunaan penelitian terjait dengan masalah yang
dibahas
E. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah yang akan dibahas
F. Kajian Pustaka
Memuat tentang konsep-konsep dasar dan teori-teori yang relevan
G. Metodologi Penelitian
Memuat tentang pendekatan penelitian, lokasi penelitian, sumber data,
informan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, dan
langkah-langkah penelitian

14
H. Daftar Pustaka
Memuat bahan bacaan dan referensi buku

DAFTAR PUSTAKA

15
Daulay, Haidar Putra, “Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional
di Indonesia”, Jakarta: Kencana, 2006.
Engkoswara, Komariah, Aan, “Administrasi Pendidikan”, Bandung:
Alfabheta, Maret (2011), Cet. 2
Fatah, Nanang, “Landasan Manajemen Pendidikan”, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, Desember (1006), Cet. 8.
Halim, A, dkk, “Manajemen Pesantren”, Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi
Aksara, Juli (2005).
Juhri, “Perspektif Manajemen Pendidikan”, Lembaga penelitian UM Metro
Press, November (2006).
Margono, “Metodologi Penelitian Pendidikan”, Jakarta: Rineka Cipta,
Desember (2007), Cet. 6.
Mughits, Abdul, “Kritik Nalar Fiqh Pesantren”, Jakarta: Kencana,
September (2008)
Muhaimin dkk, “Manajemen Pendidikan (Aplikasinya dalam Penyususnan
Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah), Jakarta: Kencana,
April (2010), cet. 2
Ngalim, M. Purwanto, “Administrasi dan Supervisi Pendidikan”, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, Februari (2004), Cet. 13.
Nizar, Samsul, Syaifudi Muhammad, “Isu-isu Kontemporer Tentang
Pendidikan Islam”, Jakarta: Kalam Mulia, (2010)
Pidarta, Made, “Manajemen Pendidikan Indonesia”, Jakarta: Rineka Cipta,
Oktober (2011), Edisi 3
Qomar, Mujamil, “Pesantren (Dari Transformasi Metodologi Menuju
Demokratisasi Institusi)”, Jakarta: Erlangga
Saifuddin, “pengelolaan Pembelajaran Teoritis dan Praktis”, Yogyakarta:
Depublish, Oktober (2014).
Salam, Abdus, “Manajemen Insani (Dalam Pendidikan), Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, April (2014).
Slameto, “Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”, Jakarta:
Rineka Cipta, (2010), Edisi Revisi, Cet. 5

16
Sugiyono, “Memahamai Penelitian Kualitatif”, Bandung: Alfabheta,
Februari (2014), Cet. 9
Sutrisno, Edy, “Manajemen Sumber Daya Manusia”, Jakarta: Kencana,
Maret (2010), Cet. 2

17

Anda mungkin juga menyukai