Anda di halaman 1dari 12

MANAJEMEN PENDIDIKAN DI MADRASAH

Anisatun Apriliani
UIN Prof. KH. Saifuddin Zuhri Purwokerto
nstnapriliani@gmail.com
Abstrak
Madrasah pada awalnya merupakan perkembangan dari institusi pendidikan Islam di
surau/masjid dan pesantren. Selanjutnya, madrasah tidak selalu harus memiliki penekanan
yang sama dengan institusi yang membidani kelahirannya, serta harus bisa bersama-sama
tumbuh berkembang dan saling melengkapi. Perkembangan madrasah tidak sepenuhnya
merupakan kelanjutan lembaga pendidikan tradisional yang sudah ada sebelumnya. Ada dua
faktor yang melatarbelakangi pertumbuhan madrasah di Indonesia, yakni, faktor adanya
respons terhadap politik kolonial Belanda dan faktor munculnya pembaruan pemikiran
keagamaan, yakni dengan munculnya gerakan pembaruan yang dimotori oleh tokoh intelektual
muslim di berbagai daerah dan organisasi sosial keagamaan. Berkat dukungan politik
pemerintahan Indonesia dengan dikeluarkannya keputusan bersama mentari dan UU Sistem
Pendidikan Nasional, maka semakin memperkuat posisi madrasah sebagai bagian dari sistem
pendidikan nasional.
Kata Kunci : Manajemen Pendidikan, Madrasah

Pendahuluan
Membahas tentang madrasah merupakan hal menarik di era kontemporer., madrasah
merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang lebih dekat dan familiar dengan rakyat daripada
sistem pendidikan formal lainnya. Dalam analisis para pakar pendidikan, madrasah juga lebih strategis
dalam pencapaian PUS- EFA (Pendidikan untuk Semua-Education for All), karena madrasah lebih
murah dalam hal pembiayaan dan lebih mudah dijangkau oleh rakyat kebanyakan (grass root). Hal ini
yang menjadikan madrasah semakin menemukan signifikansinya dalam kompetisi global saat ini,
sehingga madrasah dapat dikatakan sebagai lembaga pendidikan Islam formal yang amat berkontribusi
dalam pemberantasan buta huruf rakyat (Indonesia).1
Pada hakikatnya timbulnya madrasah-madrasah di dunia Islam merupakan usaha
pengembangan dan penyempurnaan kegiatan proses belajar mengajar dalam upaya untuk
menampung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan jumlah pelajar yang
semakin meningkat dan bertambah setiap tahun ajaran. Sementara itu, madrasah boleh
dikatakan sebagai fenomena baru dari lembaga pendidikan Islam yang ada di Indonesia, yang
kehadirannya sekitar permulaan abad ke-20. Namun dalam penyelenggaraan pendidikan dan

1
Didik Supriyanto and others, ‘Madrasah Bermutu Berbasis Manajemen Mutu Terpadu (Mmt)’, 70–
84.

1
pengajarannya masih belum punya keseragaman antara daerah yang satu dengan daerah yang
lain, terutama sekali menyangkut kurikulum dan rencana pelajaran. Usaha ke arah penyatuan
dan penyeragaman sistem tersebut, baru dirintis sekitar tahun 1950 setelah Indonesia merdeka.
Dan pada perkembangannya madrasah terbagi dalam jenjang-jenjang pendidikan; Madrasah
Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah.2.

Pembahasan
Hakikat Pendidikan Islam
Kedudukan Pendidikan dalam Islam
Pendidikan Islam adalah suatu konsep yang mencerminkan secara mendalam dan rinci
tentang masalah pendidikan yang berakar pada ajaran Islam dari rumusan konsep dasar, model,
sistem, tujuan, metode, dan materi pendidikan. Realitas pendidikan Islam adalah proses
membimbing dan mengarahkan tumbuh kembang peserta didik agar menjadi dewasa sesuai
dengan tujuan pendidikan Islam. Dasar pendidikan Islam adalah dasar pertumbuhan dan
kedewasaan dalam suatu kontinum antara kehidupan duniawi dan ukhrawiyyah, kehidupan
jasmani dan rohani atau antara kehidupan material dan spiritual. Selain itu juga terdapat asas-
asas lain dalam pelaksanaan operasional seperti asas adil dan merata, asas menyeluruh dan asas
integralitas.3

Tujuan Pendidikan Islam


Tujuan pendidikan Islam merupakan penggambaran nilai-nilai Islam yang hendak
diwujudkan dalam pribadi peserta didik pada akhir dari proses kependidikan. Dengan kata lain,
tujuan pendidikan Islam adalah perwujudan nilai-nilai Islami dalam pribadi peserta didik yang
diperoleh dari pendidik muslim melalui proses yang terfokus pada pencapaian hasil yang
berkepribadian Islam yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab, sehingga sanggup mengembangkan dirinya menjadi hamba Allah swt yang
taat dan memiliki ilmu pengetahuan yang seimbang dengan dunia akhirat sehingga

2
Akhmad Sirojudin, ‘Manajemen Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah’, MODELING: Jurnal Program Studi
PGMI, 6.2 (2019), 204–19 <https://doi.org/10.36835/modeling.v6i2.162>.
3
Faridah Alawiyah, ‘Pendidikan Madrasah Di Indonesia: Islamic School Education in Indonesia’, Jurnal
Aspirasi, 5.1 (2014), 51–58.

2
terbentuklah manusia muslim yang paripurna serta berjiwa tawakkal secara total kepada Allah
swt.4

Konsep Manajemen Pendidikan di Madrasah


Manajemen pendidikan diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian tenaga kependidikan dan sumber daya pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan, mencerdaskan kehidupan bangsa, mewujudkan potensi manusia,
mengenal manusia beriman, beriman. pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, memiliki
pengetahuan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berbudi pekerti luhur, mandiri dan
bertanggung jawab kepada masyarakat dan negara.5
Madrasah merupakan garda terdepan dalam melaksanakan proses pendidikan Islam.
Madrasah sebagai lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang dari tradisi pengajaran
agama di masyarakat, penting untuk terus diperjuangkan eksistensinya. Madrasah adalah
“sekolah umum yang bercirikan Islami”. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa madrasah
memberikan ilmu pengetahuan umum yang sama dengan sekolah umum yang nilainya sama
dari segi materi kurikulum, madrasah berbeda dengan sekolah umum hanya pada jumlah ilmu
agama yang diberikan sebagai ciri khas Islam atau Pendidikan yang berada di bawah naungan
Departemen Agama.6

Oleh karena itu, secara konseptual, Manajemen Pendidikan Madrasah dapat


digambarkan sebagai perubahan formal dalam struktur administrasi sebagai bentuk
desentralisasi yang mengakui sekolah itu sendiri sebagai unit perbaikan utama dan bergantung
pada otoritas pengambilan keputusan sebagai sarana perbaikan yang penting. Manajemen
pendidikan madrasah merupakan bentuk alternatif yang dapat diartikan dilakukan secara
mandiri oleh madrasah untuk mengkoordinasikan dan mengharmonisasikan sumber daya
yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan madrasah. Administrasi
Pendidikan Madrasah berencana untuk mandiri atau memberdayakan madrasah dengan
memberikan kekuatan dan keleluasaan sumber daya untuk meningkatkan mutu sekolah
dengan meningkatkan produktivitas sekolah, memberikan fleksibilitas, meningkatkan
akuntabilitas dan kemampuan melakukan perubahan untuk perbaikan.7

4
Muhammad Rusmin B., ‘Konsep Dan Tujuan Pendidikan Islam’, Inspiratif Pendidikan, 6.1 (2017), 72
<https://doi.org/10.24252/ip.v6i1.4390>.
5
Soebagia Atmodiweirio, Manajemen Pendidikan Islam, ( Jakarta: PT. Ardadizya Jaya, t.t, ), hlm. 22
6
Departemen Agama, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Jakarta:Ditjenbinbaga Islam, 1991).
7
Mulyasa E., Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001)

3
Fungsi Manajemen Pendidikan di Madrasah

Perencanaan (Planning)

Menurut Petter P. Shcoder Bheck yang dikutip oleh Nanang Fatah, perencanaan
adalah tindakan menentukan terlebih dahulu apa yang harus dilakukan dan siapa yang harus
melakukannya. Konsep ini menjelaskan bahwa perencanaan yang akan dilakukan harus
disesuaikan dengan situasi dan keadaan yang berlaku serta didasarkan pada prakiraan yang
akan datang. Oleh karena itu, untuk merencanakan masa depan, perlu mempelajari masa lalu
dan kemudian mengondisikannya di masa kini.

Dalam perencanaan dibutuhkan data dan informasi yang valid agar natijah yang
diambil tidak lepas dari kaitannya dengan masalah yang dihadapi pada masa yang akan
datang. Karena planning merupakan aktivitas konseptual berupa memikirkan hal-halterkait
dengan pekerjaan guna mendapatkan hasil secara maksimal, maka ketika mermbuat
perencanaaan ada beberapa aspek yang harus diperhatikan, antara lain :
1) Hasil yang ingin dicapai
2) Orang yang akan melakukan
3) Waktu dan skala prioritas
4) Adanya dana.8

Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian (organizing) baru dapat ddilakukan setelah perencanaan (planning)
selesai. Pengorganisasian (Organizing) merupakan langkah untuk menetapkan,
menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas pokok dan
wewenang serta pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai
tujuan. Pada tahap pengorganisasian ini adalah menetapkan siapa mengerjakan apa.

Dalam konteks ajaran Islam, Allah SWT selalu menganjurkan umatnya untuk
melakukan segala aktivitas secara terkendali dan teratur. Organisasi tidak hanya berfungsi
sebagai wadah, lebih ditekankan pada bagaimana pekerjaan dilakukan dengan benar.
Organisasi semakin berusaha membangun mekanisme kerja. Tentu saja ada manajer dan
bawahan dalam organisasi.9 Pengorganisasian dalam ajaran Islam cenderung diharuskan,

8
Amrullah Haris Budiyono, Pengantar Manajemen, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), cet.2, hlm.13
9
Didin Hafidudin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktek, (Jakarta: Gema Insani,
2003), h. 101

4
karena untuk meminimalisir suatu kegagalan. Mengapa demikian, karena bisa jadi suatu
kebenaran yang tidak terorganisir dengan baik dan rapi akan dengan mudah bisa
diluluhlantakan oleh kebathilan yang tersusun rapi, karenanya sangat mengharuskan suatu
organizing. Hal inilah yang kemudian disinggung oleh Terry bahwa pengorganisasian
merupakan kegiatan dasar dari manajemen yang dilaksanakan untuk mengatur seluruh sumber
daya yang ada dan yang dibutuhkan, termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan dengan sukses.10

Selain itu, suatu organisasi manajemen pendidikan Islam dapat berjalan dengan lancar
dan sesuai dengan tujuannya apabila senantiasa berpedoman pada prinsip-prinsip yang
merencanakan perjalanan organisasi tersebut, yang meliputi kebebasan, keadilan dan
kebijaksanaan. Jika semua prinsip tersebut dapat diterapkan secara konsisten dalam proses
pengelolaan lembaga pendidikan Islam, maka akan sangat bermanfaat bagi para pengelola
lembaga pendidikan Islam.

Menggerakan (Actuating)

Fungsi manajemen tidak berhenti pada tataran planning dan organizing semata, namun
harus sampai pada tahap selanjutnya, yaitu penggerakan (actuating). Dengan kata lain,
penggerakan merupakan implementasi dari perencanaan dan pengorganisasian secara konkrit.
Oleh sebab itu, actuating dikatakan juga sebagai proses pemberian perintah, petunjuk,
pedoman dan nasehat serta keterampilan dalam berkomunikasi.11

Selanjutnya, actuating didefinisikan oleh Terry sebagai usaha untuk menggerakkan


anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk
mencapai sasaran-sasaran perusahaan yang bersangkutan dan sasaran-sasaran anggota
perusahaan tersebut, oleh karena para anggota itu ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.65
Oleh sebab itu, actuating disebut juga sebagai gerakan aksi dari perancanaan dan
pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai.12

Actuating merupakan fungsi manajemen yang komplek dan merupakan ruang lingkup
yang cukup luas serta sangat berhubungan erat dengan sumber daya manusia yang pada
akhirnya actuating merupakan pusat sekitar aktivitas-aktivitas manajemen. Penggerakan

10
George R Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 73
11
Sondang P. Siagian, Sistem Informasi untuk Mengambil Keputusan, (Jakarta: Gunung Agung, 1997),
h. 88
12
George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, Terj. J. Smith, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 313

5
(actuating) pada hakekatnya adalah menggerakkan orang-orang untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Dalam konteks manajemen pendidikan Islam, arah ini sangat rumit karena tidak hanya
mempengaruhi manusia, tetapi juga pola perilaku yang berbeda dari orang itu sendiri. Orang
dengan pola perilaku yang berbeda dapat mewarnai proses pendidikan Islam dengan pola
perkembangan yang berbeda.13

Pengawasan (Controlling)
Pengawasan (controlling) dalam pendidikan Islam merupakan proses penentuan apa
yang dicapai, yaitu standar apa yang sedang dipakai, wujud apa yang dihasilkan, berupa
pelaksanaan yang sesuai dengan standar, menilai pelaksanaan (performansi) dan bilamana
perlu mengambil tindakan korektif, sehingga pelaksanaan dapat berjalan sesuai rencana,
yakni sesuai dengan standar untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Maksudnya, kunci
utama dalam konteks pengawasan (controlling) ini adalah kesesuaian antara yang dikerjakan
dengan standar dan tidak ada bentuk kamuflase antara standar dan hasil yang dicapai.14

Sehingga dalam kerangka ini, yang paling dibingkai adalah tujuan akhir dari
manajemen pendidikan Islam, yaitu menyiapkan manusia yang bertaqwa sesuai dengan tujuan
Tuhan-Nya. Sedangkan berkaitan dengan pengawasan (controlling) di Lembaga Pendidikan
Islam dapat dilakukan sejak penyusunan rencana, pelaksanaan kegiatan, aktivitas orang-orang
yang terlibat dalam pengelolaan di Lembaga Pendidikan Islam serta berbagai upaya
menggerakkannya, sehingga tujuan yang ingin dicapai dapat berhasil dengan baik sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Kemampuan pimpinan dalam pengawasan
(controlling) ini adalah untuk proses pengukuran kinerja, memperbaiki penyimpangan dengan
tindakan pembetulan. Oleh sebab itu, kemampuan pimpinan sangat diperlukan; bagaimana
pimpinan merencanakan, mengorganisasikan dan menggerakkan, yang semua itu sangat
terkait dengan pengawasan terhadap setiap program yang telah ditetapkan.15

Pengawasan (controlling) di Lembaga Pendidikan Islam berfungsi sebagai supervisi


dan evaluasi yang erat kaitannya dengan perencanaan masa yang akan datang sesuai dengan
pencapaian yang diperoleh sebelumnya. Sesuatu yang diasumsikan sebagai penghambat harus
segera ditanggulangi, diminimalisir atau dihilangkan. Sedangkan halhal yang diasumsikan

13
Mukhamat Ilyasin dan Nanik Nurhayati, Manajemen Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Aditya Media
Publishing, Cet. 1., 2012), h. 142.
14
Kamal Muhammad, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Fikahati Aneska, 1994), h. 163
15
Fungsi Manajemen, ‘Pendidikan Islam’.

6
sebagai pendorong untuk pengembangan Lembaga Pendidikan Islam dipertahankan dan
bahkan ditingkatkan. Sebagaimana prinsip yang didengungkan pada pondok pesantren yakni
al-muhafadhah ‘ala alqadim al-shalih wa al-ahdzu bi al-jadid al-aslah. Prinsip
mempertahankan nilainilai lama yang baik dan mentransfer nilai-nilai baru yang lebih baik.16

Eksistensi Madrasah
Berbicara masalah eksistensi madrasah, maka hal tersebut hendaknya mempunyai
landasan tentang peningkatan mutu madrasah. Sehingga dengan landasan tersebut akan
menjadi penguat, sebagaimana dalam penjabaran Keppres No. 34 tahun 1772 dan Ipres No. 15
Tahun 1972 pada tahun 1973 dalam bentuk usaha peningkatan mutu madrasah melalui Surat
Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri, yaitu Mendikbud, Mentri dalam Negeri, dan Menteri
Agama No. 6 Tahun 1973, No, 037/U/1976 dan No. 36 tahun 1975. yang dalam hal tersebut
menyebutkan bahwa agar dilakukan usaha bersama untuk meninkatkan mutu pendidikan pada
madrasah sehingga kualitas pengetahuan umum siswa madrasah bisa mencapai tingkat yang
sama dengan tingkat mata pelajaran umum siswa sekolah umum yang sederajat. Sehingga
dengan demikian standar mata pelajaran umum pada madrasah sama dengan sekolah umum.17

Problema Madrasah
Dampak atau masalah yang utama dihadapi oleh madrasah pada umumnya yaitu :
1) Masalah identitas diri madrasah, sehingga program pengembangannya sering kurang
jelas dan tidak terarah.
2) Masalah jenis pendidikan yang dipilih sebagai alternatif dasar yang akan dikelola untuk
menciptakan satu sistem pendidikan yang masih memiliki titik tekan keagaman
(IMTQ), tetapi IPTEKS (Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni) tetap diberi porsi
yang seimbang sebagai basis mengantisipasi perkembangan masyarakat yang semakin
global. Dalam arti, bagaimana membangun keseimbangan dalam porsi yang sama dan
tidak saling menindih antara satu dengan yang lainnya.
3) Semakin langkanya generasi muslim yang mampu menguasai ajaran Islam, baik secara
kuantitatif maupun kualitatif, apalagi sampai langka menguasai totalitas agama (akidah,
syariah dan akhlak). Ini menunjukkan kemunduran kualitas ajaran Islam, yang

16
Ali Anwar, Pembaruan Pendidikan di Pesantren Lirboyo Kediri, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011),
h. 148.
17
Samsul Susilowati, ‘EKSISTENSI MADRASAH DALAM PENDIDIKAN INDONESIA Samsul Susilowati
Dosen Pada Program Studi PIPS Dan PGMI UIN Malang’, 1.1 (2008).

7
berimplikasi pada kedangkalan pemahaman Islam dan munculnya persepsi eksklusif
dan sebagainya.
4) Masalah sumber daya internal yang ada dan pemanfaatannya bagi pengembangan
madrasah sendiri di masa depan.
Keempat masalah tersebut intinya terkait dengan aspek manajerial, yakni manajemen
pengembangan Madrasah yang belum banyak bertolak dari visi dan misi serta tujuan dan
sasaran yang jelas, sehingga pengelolaannya sering kurang arah bahkan meninggalkan identitas
Madrasah sendiri. Madrasah juga bisa dan memang harus dikelola secara demikian. Apalagi
Madrasah sekarang sama dengan SD sehingga diperlukan ciri khas Islam. Ciri khas ini jangan
diartikan Madrasah harus mengisolasikan diri dari perkembangan zaman. Sebaliknya, dengan
ciri ke Islamannya, madrasah menyongsong kemajuan zaman dengan optimis. Disinilah kita
membutuhkan Madrasah percontohan dan di sini pula dana pemerintah tadi bisa digunakan.18

Kedudukan Madrasah dalam Sistem Pendidikan Nasional


Undang – undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
memposisikan madrasah dan lembaga pendidikan lainnya (persekolahan) sama, yaitu sebagai
bagian tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional. Sebagai lembaga pendidikan, baik
madrasah maupun sekolah berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Bentuk dan jenjang
pendidikan madrasah secara konstitusional setara dengan bentuk dan jenjang pendidikan
persekolahan. Pasal 17 ayat (2) menyebutkan, Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD)
dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS) atau bentuk lain sederajat. Selanjutnya pada bagian
kedua Pendidikan Menengah pasal 18 ayat (3) , disebutkan, ”Pendidikan Menegah Atas
(SMA), Madrasah Aliyah (MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah
Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat.19

18
Khoirul Huda, ‘Problematika Madrasah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Islam’, Jurnal
Dinamika Penelitian, 16.2 (2016) <https://doi.org/10.21274/dinamika.2016.16.2.309-336>.
19
Rubini, ‘KEDUDUKAN MADRASAH DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL (SISDIKNAS) Rubini
Sekolah Tinggi Agama Islam Masjid Syuhada Yogyakarta’, 20.

8
Pengembangan Manajemen Mutu Pendidikan Islam di Madrasah
1. Kerjasama Tim (Team Work)
Kerjasama tim merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya
meningkatkan mutu Pendidikan Islam di madrasah. Tim adalah sekelompok orang
bekerja secara bersama-sama dan mempunyai tujuan bersama yaitu untuk memberikan
kepuasan kepada seluruh satakeholders. Kerja tim dalam sebuah organisasi merupakan
komponen penting dalam TQM, mengingat kerja tim akan meningkatkan kepercayaan
diri, komunikasi dan mengembangkan kemandirian. Kerjasama tim dalam menangani
proyek perbaikan atau pengembangan mutu pendidikan merupakan salah satu bagian
dari pemberdayaan (empowerment) pegawai dan kelompok kerjanya dengan pemberian
tanggungjawab yang lebih besar. Eksistensi kerjasama dalam sebuah lembaga
pendidikan madrasah sebagai modal utama dalam meraih mutu dan kepuasan
stakeholders melalui proses perbaikan mutu secara berkesinambungan. Fungsi
kerjasama tim sebagai berikut: a. Bertanggungjawab pada mutu pembelajaran di
madrasah. b. Bertanggungjawab pada pemanfaatan waktu para guru, material serta
ruang yang dimanfaatkan. c. Menjadikan sarana untuk mengawasi, mengevalusai dan
meningkatkan mutu. d. Bertindak sebagai penyalur informasi kepada pihak manajemen
tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses peningkatan mutu tim.
2. Keterlibatan Stakeholders
Misi utama dari pengembangan mutu pendidikan Islam di madrasah adalah
untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan seluruh pelanggan. Madrasah yang baik
adalah madrasah yang mampu menjaga hubungan dengan pelanggannya dan
mempunyai obsesi terhadap mutu. Pelanggan madrasah ada dua macam: a) Pelanggan
Internal: guru, pustakawan, laborat, teknisi dan administrasi. b) Pelanggan Eksternal
terdiri dari: Pelanggan primer: siswa, Pelanggan sekunder: orang tua, pemerintah dan
masyarakat, dan Pelanggan tertier : pemakai/penerima lulusan (perguruan tinggi dan
dunia usaha). Menurut Edward Sallis dalam institusi pendidikan pelanggan utama
adalah pelajar yang secara langsung menerima jasa, pelanggan kedua yaitu orang tua
atau sponsor pelajar yang mempunyai kepentingan langsung secara individu maupun
institusi dan pelanggan ketiga yaitu pihak yang mempunyai peran penting, meskipun
tak langsung seperti pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan.20

20
Edward Sallis, Total Quality Management in Education. (London: Kogan Page Educational Series
1993). Hlm. 39

9
Guru, staf dan setiap orang yang bekerja dalam masing-masing institusi turut
memberikan jasa kepada para kolega mereka adalah pelanggan internal. Hubungan
internal yang kurang baik akan menghalangi perkembangan sebuah institusi sekolah
dan akhirnya membuat pelanggan eksternal menderita. Salah satu tujuan TQM adalah
untuk merubah sebuah institusi sekolah manjadi sebuah tim yang ikhlas, tanpa konflik,
dan kompetisi internal, untuk meraih sebuah tujuan tunggal yaitu memuaskan seluruh
pelanggan.
3. Keterlibatan Siswa
Upaya melibatkan siswa telah menjadi fenomena yang berkembang pada
madrasah atau sekolah akhir-akhir ini, tetapi belum maksimal siswa yang terlibat dan
mempengaruhi proses penyusunan kegiatan belajar mengajar dimadrasah. Perlu
didesain agar supaya dalam penyusunan kurikulum dan peraturan-peraturan dimadrsah
disusun secara fair dan efektif dengan melibatkan siswa. Adalah penting melibatkan
siswa dalam proses pembuatan keputusan seperti dalam penyusunan kurikulum dan hal-
hal yang berkenaan dengan desain materi pembelajaran. Sebuah lingkungan kelas yang
memberi otonomi atau keleluasaan bagi siswa mempunyai kaitan erat dengan
kemampuan siswa dalam berekspresi, kreatif menunjukkan kemampuan diri belajar
secara konseptual dan senang terhadap tantangan. Si siswa yang mempunyai andil
dalam kegiatan-kegiatan instrusional atau pembuatan peraturan madrasah mempunyai
rasa cinta terhadap madrasah dan pada gilirannya secara signifikan keterlibatan mereka
terhadap kegiatan kegiatan sekolah. Selama ini, siswa lebih banyak dijadikan objek
daripada subjek di dalam kelas. Siswa harus mengikuti semua peraturan yang diberikan
sekolah, siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengekspresikan bakatnya. Siswa
menerima instruksi dari guru dan mengikuti aturan yang ditetapkan di sekolah di bawah
tekanan karena merasa tidak nyaman dan tidak terlibat dalam perencanaan
pembelajaran dan pembuatan aturan.
4. Keterlibatan Orang Tua
Keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan anak dimadrasah merupakan
hal yang penting dilakukan oleh institusi pendidikan dan inilah salah satu unsur penting
dalam Total Quality Management (TQM). Peran orang tua dalam pembentukan
motivasi dan penguasaan diri anak sejak dini merupakan modal besar bagi kesuksesan
anak di madrasah. Peran orang tua adalah mendukung perkembangan intelektual anak
dan kesuksesan akademik anak dengan memberi mereka kesempatan dan akses ke
sumber-sumber pendidikan seperti jenis sekolah yang dimasuki anak atau akses ke
10
perpustakaan, multi media seperti internet dan televisi pendidikan. Orang tua juga dapat
membentuk perkembangan kognitif anak dan pencapaian akademik secara langsung
dengan cara terlibat langsung dalam aktivitas pendidikan mereka. Orang tua juga
mengajarkan anak norma dalam berhubungan dengan orang dewasa dan teman sebaya
yang relevan dengan suasana kelas.21

Kesimpulan
Pada hakikatnya timbulnya madrasah-madrasah di dunia Islam merupakan usaha
pengembangan dan penyempurnaan kegiatan proses belajar mengajar dalam upaya untuk
menampung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam perspektif historis,
Indonesia merupakan sebuah negeri muslim yang unik, letaknya sangat jauh dari pusat lahimya
Islam (Mekkah). Meskipun Islam baru masuk ke Indonesia pada abad ke tujuh, dunia
internasional mengakui bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang mayoritas
penduduknya beragama Islam. Hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan Pendidikan
Agama Islam di Indonesia.

21
Suparyanto dan Rosad (2015), ‘Upaya Lembaga Pendidikan Islam Dalam Pengembangan
Manajemen Mutu Pendidikan Islam Di Madrasah Mudiyono, Nurul Hidayati Murtafiah’, Suparyanto Dan Rosad
(2015, 5.3 (2020), 248–53.

11
Daftar Pustaka

Alawiyah, Faridah, ‘Pendidikan Madrasah Di Indonesia: Islamic School Education in


Indonesia’, Jurnal Aspirasi, 5.1 (2014), 51–58
Huda, Khoirul, ‘Problematika Madrasah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Islam’,
Jurnal Dinamika Penelitian, 16.2 (2016)
<https://doi.org/10.21274/dinamika.2016.16.2.309-336>
Manajemen, Fungsi, ‘Pendidikan Islam’
Rubini, ‘KEDUDUKAN MADRASAH DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
(SISDIKNAS) Rubini Sekolah Tinggi Agama Islam Masjid Syuhada Yogyakarta’, 20
Rusmin B., Muhammad, ‘Konsep Dan Tujuan Pendidikan Islam’, Inspiratif Pendidikan, 6.1
(2017), 72 <https://doi.org/10.24252/ip.v6i1.4390>
Sirojudin, Akhmad, ‘Manajemen Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah’, MODELING: Jurnal
Program Studi PGMI, 6.2 (2019), 204–19
<https://doi.org/10.36835/modeling.v6i2.162>
Suparyanto dan Rosad (2015), ‘Upaya Lembaga Pendidikan Islam Dalam Pengembangan
Manajemen Mutu Pendidikan Islam Di Madrasah Mudiyono, Nurul Hidayati Murtafiah’,
Suparyanto Dan Rosad (2015, 5.3 (2020), 248–53
Supriyanto, Didik, Kata Kunci, Madrasah Bermutu, Dan Manajemen, and Mutu Terpadu,
‘Madrasah Bermutu Berbasis Manajemen Mutu Terpadu (Mmt)’, 70–84
Susilowati, Samsul, ‘EKSISTENSI MADRASAH DALAM PENDIDIKAN INDONESIA
Samsul Susilowati Dosen Pada Program Studi PIPS Dan PGMI UIN Malang’, 1.1
(2008)

12

Anda mungkin juga menyukai