Disusun oleh :
DESMIYATI
NIM. 801210085
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Shalawat dan salam
kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. karena atas
hidayah-Nya-lah makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini penulis sampaikan kepada pembina mata kuliah
Manajemen Lembaga Pendidikan Islam. sebagai salah satu syarat kelulusan
mata kuliah tersebut. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada bapak dosen
yang telah berjasa mencurahkan ilmu kepada penulis dalam mengajar mata
kuliah ini.
Penulis memohon kepada bapak khususnya. umumnya para
pembaca untuk memberikan saran perbaikan apabila menemukan kesalahan atau
kekurangan dalam sistematika penulisan maupun dalam penyampaian isi. Selain
itu. penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada
semua pembaca demi lebih baiknya karya-karya tulis yang akan datang.
Penulis
A. Pendahuluan
Pembiayaan Pendidikan adalah merupakan hal yang vital dalam rangka
terlaksananya sebuah pendidikan yang ada. Karena segala aktifitas kegiatan
tersebut memerlukan sebuah penanganan dalam segi finansial yang memadai
pula. Pembiayaan dalam konteks ini dalam berupa uang atau barang dalam rangka
menunjang proses pendidikan tersebut.
Kemudian upaya untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, perlu
adanya pengelolaan secara menyeluruh dan profesional terhadap sumberdaya
yang ada dalam lembaga Pendidikan Islam salah satu sumberdaya yang perlu
dikelola dengan baik adalah masalah keuangan. Dalam konteks ini keuangan atau
biaya adalah merupakan sumber dana yang sangat diperlukan sekolah Islam
sebagai alat untuk melengkapkan berbagai sarana dan prasarana pembelajaran di
sekolah Islam, meningkatkan kesejahteraan guru, layanan, dan pelaksanaan
program supervisi.1
Dalam sejarah kejayaan Islam dulu, dalam hal pendidikannya menjadi
mercusuar dunia yang kemudian melahirkan tokoh-tokoh yang ahli dalam
berbagai cabang bidang keilmuan yang dimiliki. Dan tentunya mereka juga
terlahir dari sebuah tempat/lembaga pendidikan yang juga sangat baik pada
zamanya. Sebut saja madrasah Nidhomiyah yang merupakan prakarsa dari
penguasa waktu itu yaitu Nizham al-Mulk yang kemudian tersebar di berbagai
wilayah, antara lain, Baghdad, Naisapur, Isfahan, Bashra, dan Mosul.2
Lembaga pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai
keberhasilan proses pendidikan karena lembaga berfungsi sebagai mediator dalam
mengatur jalannya pendidikan. Dan pada zaman sekarang ini tampaknya tidaklah
disebut pendidikan jika tidak ada lembaganya. Lembaga pendidikan dewasa ini
juga sangat mutlak keberadaannya bagi kelancaran proses pendidikan. Apalagi
lembaga pendidikan itu dikaitkan dengan konsep islam. Lembaga pendidikan
islam merupakan suatu wadah dimana pendidikan dalam ruang lingkup keislaman
melaksanakan tugasnya demi tercapainya cita-cita umat islam. Keluarga, masjid,
1
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, (Surabaya: elKAF, 2006), hal. 98
2
Mahmud Arif, Pendidikan Islam Transformatif, (Yogyakarta: LKiS, 2008), hal. 135
1
2
B. Pembahasan
1. Pengertian Lembaga Pendidikan Islam
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kosakata lembaga mempunyai
empat arti, yaitu : 1) Asal mula (yang akan terjadi sesuatu) 2) Bentuk (rupa,
wujud) yang asli, acuan 3) Ikatan. 4) Badan (organisasi) yang bermaksud
melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan sesuatu usaha. Secara
etimologi lembaga adalah asal sesuatu, acuan, sesuatu yang memberi bentuk pada
yang lain, badan atau organisasi yang bertujuan mengadakan suatu penelitian
keilmuan atau melakukan sesuatu usaha. Dari pengertian di atas dapat dipahami
bahwa lembaga mengandung dua arti, yaitu: 1) pengertian secara fisik, materil,
kongkrit, dan 2) pengertian secara non-fisik, non-materil, dan abstrak.3
Dalam bahasa inggris, lembaga disebut institute (dalam pengertian fisik),
yaitu sarana atau organisasi untuk mencapai tujuan tertentu, dan lembaga dalam
pengertian non-fisik atau abstrak disebut institution, yaitu suatu sistem norma
untuk memenuhi kebutuhan. Lembaga dalam pengertian fisik disebut juga dengan
bangunan, dan lembaga dalam pengertian nonfisik disebut dengan pranata.4
Secara terminologi, Amir Daiem mendefinisikan lembaga pendidikan
dengan orang atau badan yang secara wajar mempunyai tanggung jawab terhadap
pendidikan. Rumusan definisi yang dikemukakan Amir Daiem ini memberikan
penekanan pada sikap tanggung jawab seseorang terhadap peserta didik, sehingga
3
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), hal. 277
4
Ibid., hal. 278
3
5
Amir Daiem Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 2010), hal.
25
6
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Op.Cit., hal. 278
7
8
Muhaimin, Pemikiran dan pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hal. 39
4
9
Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hal. 127
5
10
Abudin Nata, Manajemen Pendidikan (Bogor: Kencana, 2009), hal. 146
11
Ibid., hal. 152
6
12
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Putra Grafika, 2006), hal.
223-224
7
13
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Op.Cit., hal. 317
8
Agama Islam adalah agama yang universal, serba tetap dan tidak terikat
oleh ruang dan waktu, dan merupakan agama yang diridhai Allah SWT.14
b. Lembaga Pendidikan Islam Ditinjau dari Aspek Penanggung Jawab
Tanggung jawab kependidikan merupakan suatu tugas wajib yang harus
dilaksanakan, karena tugas ini satu dari beberapa instrumen masyarakat dan
bangsa dalam upaya pengembangan manusia sebagai khalifah di bumi. Tanggung
jawab ini dapat dilaksanakan secara individu dan kolektif. Secara individu
dilaksanakan oleh orang tua dan kolektif kerjasama seluruh anggota keluarga,
masyarakat dan pemerintah.
Menurut al-Qabisy, pemerintah bertanggung jawab terhadap pendidikan
anak baik berupa bimbingan, pengajaran secara menyeluruh. Konsep tanggung
jawab pendidikan yang dikemukakan al-Qabiys ini berimplikasi secara tidak
langsung dalam melahirkan jenis-jenis lembaga pendidikan sesuai dengan
penanggung jawabnya. Jika penangung jawabnya orang tua maka jenis lembaga
pendidikan dimunculkan adalah lembaga pendidikan keluarga. Jika penanggung
jawabnya pemerintah maka jenis lembaga pendidikan yang dilahirkan ini ada
beberapa macam, seperti sekolah lembaga pemasyarakatan dan sebagainya. Jika
penanggung jawabnya adalah masyarakat, lembaga pendidikan yang dimunculkan
seperti panti asuhan, panti jompo, dan sebagainya. Dengan demikian ada tiga jenis
lembaga pendidikan.15
1) Lembaga Pendidikan In-Formal (keluarga)
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat adalah persekutuan antara
sekelompok orang yang mempunyai pola-pola kepentingan masing-masing dalam
mendidik anak yang belum ada dilingkunganya. Kegiatan pendidikan dalam
lembaga ini tanpa ada satu organisasi yang ketat. Tanpa ada program waktu dan
evaluasi.
Dalam islam istilah keluarga dikenal dengan istilah usrah, dan nasb.
Sejalan dengan pengerian di atas, keluarga juga dapat diperoleh lewat persusuan
14
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Op.Cit., hal. 318
15
Ibid., hal. 318
9
16
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemah, Tafsir Perkata (Bandung: PT. Sygma
Examedia Arkenleema, 2010) hal. 522
17
Ibid., hal. 522
10
18
Abudin Nata. Ilmu Pendidikan Islam, Op.Cit., hal. 192
11
22
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam (Malang; Erlangga, 2013), hal. 47-52
23
Ibid., hal. 55-56.
13
29
Dedi Supriadi, Satuan Biaya Pendidikan dasar dan Menengah, Rujukan bagi Penetapan
Kebijakan Pembiayaan Pendidikan pada Era Otonomi dan manajemen Berbasis Sekolah,
Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, Cet.V, 2010, hal.. 94
30
Abudin Nata. Ilmu Pendidikan Islam, Op.Cit., hal. 197
16
31
Ibnu Hazm, Al-Ahkam fi Ushulil Ahkam (Kairo: Al-Azhar, Darul Hadits, 1984), hal. 114
32
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
17
dasar kewajiban mendidik anak yang diperintahan oleh Tuhan, dengan cara
membiayai pendidikan anak tersebut.
3) Ketiga, prinsip, suka rela. Prinsip ini antara lain terlihat pada dana yang
berasal dari bantuan hibah perorangan yang tergolong mampu dan menyukai
kemajuan Islam. Keempat, prinsip halal. Prinsip ini terlihat pada seluruh dana
yang digunakan untuk pendidikan yang berasal dari dana yang halal dan
menurut hukum Islam.
4) Kelima, prinsip kecukupan. Prinsip ini antara lain terlihat pada dana yang
dikeluarkan oleh pemerintah yang berasal dari kas negara.
5) Keenam, prinsip berkelanjutan. Prinsip ini antara lain terlihat pada dana yang
berasal dari wakaf yang menegaskan, bahwa sumber (pokok) dana tcrsebut
tidak boleh hilang atau dialihkan kepada orang lain, yang menyebabkan
hilangnya hasil dari dana pokok tersebut.
6) Ketujuh, prinsip keseimbangan dan proporsional. Prinsip ini antara lain
terlihat dari pengalokasian dana untuk seluruh kegiatan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pendidikan, seperti dana untuk membangun infrastruktur,
sarana prasarana, peralatan belajar mengajar, gaji guru, beasiswa para pelajar,
dan sebagainya. 33
C. Kesimpulan
1. lembaga pendidikan Islam adalah suatu wadah berlangsungnya
penyelenggaraan pendidikan Islam dengan berbagai sarana, peraturan, dan
penanggung jawab pendidikan yang dijiwai oleh semangat ajaran dan nilai-
nilai Islam dengan niat untuk mengejawantahkan ajaran-ajaran Islam.
2. Lembaga pendidikan Islam secara umum bertujuan untuk meningkatkan
keimanan, pemahaman, penghayalan danpengalaman peserta didik tentang
33
Abudin Nata. Ilmu Pendidikan Islam, Op.Cit., hal. 230
18
agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
3. Lembaga pendidikan Islam berfungsi sebagai pengembangan jasmani, akal,
emosi, rohani, dan akhlak manusia dan peserta didiknya.
4. Jenis lembaga pendidikan Islam di dilihat dari Aspek ajaran Islam sebagai
asasnya terbagi dua, yakni yang tidak berubah dan yang berubah. lembaga
pendidikan islam ditinjau dari aspek penanggung jawab terbagi menjadi 3
yakni Lembaga pendidikan in-formal (keluarga), lembaga pendidikan formal
(sekolah/madrasah) dan lembaga pendidikan non-formal (masyarakat).
5. Strategi yang perlu ditawarkan dalam mengelola dan mengembangkan
lembaga pendidikan Islam baik berupa pesantren, madrasah, sekolah, serta
perguruan tinggi, yaitu pertama, Merumuskan visi, misi dan tujuan lembaga
secara jelas serta berusaha keras mewujudkannya melalui kegiatan-kegiatan
riil sehari-hari. Kedua. Membangun kepemimpinan yang benar-benar
professional (terlepas dari intervensi ideology, politik, organisasi, dan mazhab
dalam menempuh kebijakan lembaga). Ketiga, Menyiapkan pendidik yang
benar-benar berjiwa pendidik sehingga mengutamakan tugas-tugas
pendidikan dan bertanggung jawab terhadap kesuksesan peserta didiknya.
Keempat, Merumuskan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan peserta
didik dan masyarakat dan sebagainya.
Realitas pembiayaan pendidikan islam yang terjadi diberbagai daerah
(otonomi daerah) mengindikasikan bahwa implementasi tentang kebijakan
pendidikan berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
secara umum masih belum banyak memperhatikan eksistensi madrasah baik
dalam kebijakan pembinaan pendidikan, anggaran maupun bantuan sarana
prasarana. Masih banyak dijumpai berbagai kebijakan yang kurang
memperhatikan pada madrasah, terutama yang berkaitan dengan alokasi
anggaran daerah yang tidak mempertimbangkan aspek rasionalisasi anggaran
pendidikan dengan jumlah lembaga yang ada atau jumlah siswa yang berada
dibawah pembinaan Kemendikdub dan lembaga pendidikan yang berada
19
D. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan dalam penyusunan makalah
ini antara lain yaitu perlunya banyak literasi dan pemahaman dalam mengkaji
pembahsan ini. Juga adanya keluesan dalam menerima pendapat dari beberapa
tokoh dan literasi amat sangat membantu dalam pemahaman. Kepada seluruh
pembaca, diharapkan kritik dan sarannya yang bersifat membangun demi
memperbaiki makalah dan peneliti menjadi lebih baik lagi dimasa mendatang.
20
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Putra Grafika,
2006.
Abudin Nata, Manajemen Pendidikan. Bogor: Kencana, 2009.
Amir Daiem Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional, 2010.
Ayu Komang Ratna Dewi, I Made Yudana & Anak Agung Gede Agung,
“Efektivitas Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pada SMP
Negeri 4 Seririt Kabupaten Buleleng” e-Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Administrasi Pendidikan.
Volume 6, No 1 Tahun (2015)
Dedi Supriadi, Satuan Biaya Pendidikan dasar dan Menengah, Rujukan bagi
Penetapan Kebijakan Pembiayaan Pendidikan pada Era Otonomi dan
manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, Cet.V,
2010, hal.. 94
H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan: Pengantar Untuk
memaami Kebjijakan Pendidikan dan Kebijakan Pendidikan Sebagai
Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
H.M. Hasbullah, Kebijakan Pendidikan (Dalam Perspektif Teori, Aplikasi, dan
Kondisi Objektif Pendidikan di Indonesia). Jakarta: Rajawali Pers, 2015.
Ibnu Hazm, Al-Ahkam fi Ushulil Ahkam. Kairo: Al-Azhar, Darul Hadits, 1984.
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemah, Tafsir Perkata. Bandung: PT.
Sygma Examedia Arkenleema, 2010.
Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2011.
Mahmud Arif, Pendidikan Islam Transformatif, Yogyakarta: LKiS, 2008.
Muhaimin, Pemikiran dan pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam. Malang; Erlangga, 2013.
Nanang Fatah, Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya,
2013.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2011.
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, Surabaya: elKAF, 2006.