Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGEMBANGAN ORGANISASI/ LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kepemimpinan dan Teori Pelaku Organisasi

Oleh:
Nadyya Zahratul Jannah : 10222009

Dosen Pengampu:
Dr. Hidayani Syam, M.Pd

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYECH M. DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
TAHUN 2023 / 1444H
PENGEMBANGAN ORGANISASI/ LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam


Pengembangan merupakan sebuah usaha untuk meningkatkan
kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral sesuai dengan kebutuhan
melalui pendidikan dan Latihan. Adapun Lembaga pendidikan Islam adalah
tempat atau organisasi yang menyelenggarakan pendidikan Islam yang
mempunyai struktur yang jelas dan bertanggung jawab atas terlaksananya
pendidikan Islam. Maka Lembaga pendidikan Islam tersbut harus mampu
menciptakan suasana yang memungkinkan terlaksananya pendidikan dengan
baik dengan melaksanakan proses pendidikan Islam. Abuddin Nata
mengungkapkan dalam bukunya Filsafat Islam bahwa kajian Lembaga
pendidikan Islam biasanya terintegrasi secara implisit dengan pembahan dan
mengenai macam-macam Lembaga pendidikan. Namun, dapat dipahami bahwa
Lembaga pendidikan Islam adalah suatu lingkungan yang didalamnya terdapat
ciri-ciri ke-Islaman yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan Islam
dengan baik.(Jaya, 2019)
Lembaga pendidikan Islam sejak masa awal Islam telah mengalami
perkembangan dari segi bentuknya. Pendidikan Islam pada masa Rasulullah
SAW hingga masa Bani Umayyah berpusat pada masjid-masjid. Kemudian
pada masa bani Abbasiyah, pendidikan Islam jua diselenggarakan di
perpustakaan-perpustakaan, istana khalifah dan kediaman para Ulama. Dalam
masa berikutnya, dibangun tempat-tempat belajar di luar masjid yang disebut
dengan Kuttab. Selanjutnya pendidikan Islam dilaksanakan dengan system
halaqah. Selain itu dikenal juga dengan istilah majlis. Pada masa Abbasiyah
juga dibangun zawiat (Khanqah atau ribat) yang terletak disekitar atau terpisah
dari masjid sebagai tempat belajar-mengajar secara teratur. Kemudian pada
masa bani Saljuk didirikan Madrasah Nizamiyah sebagai Lembaga pendidikan
pertama di dunia Islam yang system dan bentuk nya mendekati pola
modern.(Fikri, 2022)
Asma Hasan Fahmi mengemukakan bahwa, “Lembaga-lembaga
pendidikan Islam merupakan hasil pikiran setempat yang dicetuskan oleh

1
kebutuhan-kebutuhan suatu masyarakat Islam dan berpedoman kepada ajaran-
ajaran dan tujuan-tujuannya”. Dalam perkembangannya, Lembaga pendidikan
dapat dibedakan kepada:
1. Langgar atau Surau, merupakan tempat mengenalkan dasar-dasar
dan jiwa-jiwa keagamaan. Pengajaran al-Quran, doa serta bacaan
sholat bagi anak-anak dilakukan dengan cara meniru, mengulang
dan menghafal dengan tujuan agar murid dapat membaca al-Quran
sampai khatam.
2. Pondok Pesantren, merupakan Lembaga pendidikan Islam dengan
ciri khas masjid sebagai pusat kegiatan para santri. Lamanya belajar
di pesantren tidak dibatasi, sedangkan materi yang disampaikan
hanya berupa pelajaran keagamaan. Namun, system ini lambat laun
berkembang seiring dengan perubahan dan perkembangan zaman.
Selain materi keagamaan, pesantren mulai menerapkan
pembelajaran dengan materi-materi lain tanpa mengesampinhkan
nuansa keagamaannya.
3. Madrasah, merupakan Lembaga pendidikan formal. Tidak hanya
mempelajari ilmu pengetauan keagamaan, tetapi juga mempelajari
ilmu pengetahuan umum. Madrasah ini mempunyai beberapa
tahapan, MI (Madrasah Ibtidaiyah), MTs (Madrasah Tsanawiyah),
MA (Madrasah Aliyah) dan al-Jami’ah (Perguruan Tinggi).
(Mudiyono, 2022)
4. Perguruan Tinggi Islam, pendirian Lembaga pendidikan tinggi islam
diawali dengan pendirian Sekolah Tinggi Islam (STI) pada bulan
Juli 1945. Selanjutnya nama STI diubah menjadu Universitas Islam
Indonesia dengan empat fakultas yaitu agama, pendidikan, hukum,
dan ekonomi yang selanjutnya fakultas agama UII berubah menjadi
Perguruan Tinggi Agam Islam Negeri (PTAIN). Pada awalnya
kosentrasi keilmuan di IAIN/STAIN adalah pengembangan ilmu-
ilmu agama. Menyikapi globalisasi dengan tuntutan yang semakin
berkembang muncullah ide untu mengembangkan IAIN menjadi
Universitas yang pada akhirnya melahirkan Universitas Islam Negei

2
(UIN). Perubahan dan perkembangan yang terjadi diharapkan
mampu memberipeluang bagi rekonstruksi atau reintegrasi
keilmuan yang menjembatani ilmu-ilmu agama dan umum yang
mana para alumni nya adalah orang yang memiliki ilmu
pengetahuan yang berguna bagi dirinya dan masyarakat. (Rasyid,
2014)
B. Peluang Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia
Terdapat beberapa peluang dalam pengembangan Lembaga pendidikan
Islam:
1. Indonesia merupakan negara yang mempunyai penduduk muslim
mayoritas.
2. Pendidikan Islam mempunyai kekuatan konsep yang bersifat teologis
yaitu al-Quran dan Hadits
3. Pada saat ini pemerintah sudah memberi kesempatan kepada masyarakat
terutama unat Islam untuk mengembangkan Lembaga pendidikan Islam
.
4. Indonesia merupakan negara terkaya dalam jenis jenjang pendidikan
Islam dibanding negara-negara lainnya. (Khojir, 2011)
C. Strategi Pengembangan Lembaga Pendidikan
Secara umum terdapat beberapa hal yang menjadi substansi dalam
pengembangan Lembaga pendidikan Islam, diantaranya:
1. Strategi Pengembangan Kepemimpinan
Pengembangan kepemimpinan merupakan usaha untuk
meningkatkan kemampuan kepemimpinan kepada tingkat yang lebih
tinggi. John Maxwell mengatakan “Satu-satunya cara agar tetap
menjadi pemimpin adalah senantiasa tumbuh. Ketika saya berhenti
tumbuh, orang lain akan mengambil alih kepemimpinan tersebut.”
Menurut Joe Reynold terdapat tujuh karakter umum yang dimiliki oleh
pemimpin yang baik, yaitu:
a) Integritas, memiliki integritas berarti bersedia menerima
tanggung jawab serta mau bertanggung jawab terhadap Amanah
yang diemban.

3
b) Kasih sayang
c) Pemahaman, Pemimpin mampu mengintegritaskan masa
sekarang dengan masa yang akan datang.
d) Keberanian
e) Komitmen
f) Keyakinan
g) Komunikasi
2. Strategi pengembangan SDM
Sumber daya yang berkualitas perlu disiapkan matang-matang untuk
mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Ciri-ciri SDM yang
berkualitas, yaitu: Memiliki kemampuan dalam menguasai keahlian
dalam bidang yang berkaitan dengan iptek, mampu bekerja secara
professional, dan dapat menghasilkan karya-karya unggul yang mampu
bersaing secara global. Sumber daya manusia (guru) selama ini
dipandang sebagai kendala dalam mencapai pendidikan berkualitas,
maka perlu ditangani dengan beberapa Langkah berikut:
a) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pendidikan.
b) Memberikan peluang bagi guru untuk melanjutkan studi.
c) Realisasi peningkatan kesejahteraan guru.
3. Strategi pengembangan partisipasi masyarakat.
Terdapat beberapa bentuk partisipasi masyarakat dalam pendidikan,
diantaranya:
a) Partisipasi sebagai pengurus Komite Madrasah
Dalam kenyataannya, bahwa komite madrasah diisi oleh
berbagai komponen masyarakat mulai dari orang tua siswa,
tokoh agama, tokoh masyarakat dan berbagai pihak lainnya yang
mempunyai perhatian khusus terhadap perkembangan
pendidikan.
Diantara beberapa peran komite sekolah:
1) Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan
dan pelaksanaan kebijakan pendidikan.

4
2) Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud
finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan
pendidikan.
3) Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi
dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan.
4) Mediator antara pemerintah (executive) dengan masyarakat.
b) Partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan sekolah
Dalam pelaksanaan kegiatan tertentu pihak madarasah juga
senantiasa menggalang dukungan dari masyarakat luas pada
umumnya dan orang tua siswa pada khususnya baik dalam
bentuk material maupun non material. Terdapat beberapa “tools”
(sarana/alat manajemen) pada madrasah dalam rangka mencapai
tujuan manajemen yang sebaik-baiknya yang dirumuskan dalam
istilah 6M, yaitu:
1) Men (tenaga kerja manusia)
2) Money (dana yang diperlukan untuk proses kegiatan)
3) Methods (cara/sistem/teknik untuk mencapai tujuan)
4) Materials (bahan/benda yang diperlukan)
5) Machines (mesin-mesin yang diperlukan)
6) Market (pasar hasil produksi)
c) Partisipasi masyarakat dalam menjaga keamanan sekolah.
Untuk mendukung ketertiban, keamanan dan disiplin siswa,
madrasah senantiasa mengoptimalkan peran serta masyarakat
dalam menciptakan suasana kondusif bagi terlaksananya proses
pembelajaran, serta memberikan kontrol sosial agar para siswa
tidak melakukan tindakan asusila. Dalam konteks ini,
keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan proses
menyebabkan mereka merasa memiliki dan bertanggung jawab
sekaligus akan berpartisipasi aktif dalam upaya memelihara dan
melestarikan pendidikan.(Kholiq Abdul, 2020)

5
Sirozi mengemukakan terdapat empat strategi yang layak untuk
diterapkan dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi Lembaga
Pendidikan Islam:
1. Strategi substantive; Lembaga Pendidikan Islam perlu
menyajikan program-program yang komprehensif meliputi
aspek Kognitif (pemahaman), afektif (penerimaan atau sikap)
dan psikomotorik (pengalaman atau keterampilan).
2. Strategi bottom-up;Pertumbuhan dan perkembanganLPI harus
dimulai dari bawah. Artinya konsep dan rancang bangun
kurikulum serta berbagai kebijakan pengembangan kualitas
SDM dan sarana fisik lainnya harus disesuaikan dengan
kebutuhan, potensi dan cita-cita masyarakat.
3. Strategi deregulatory; Sekolah-sekolah Islam/madrasah dan LPI
lainnya seharusnya diberi kebebasan untuk berkreasi dan
berimprovisasi terhadap program-program pembinaan dan
pengembangan, tidak terlalu terpaku dan kaku pada aturan
umum yang di buat oleh pemerintah. Dengan strategi seperti ini
akan menjadikan LPI institusi yang mandiri dan memiliki
peluang maju yang lebih besar sehingga mampu tumbuh menjadi
lembaga pendidikan alternatif.
4. Strategi cooperative; Dalam proses pembinaan dan
pengembangannya, maka sekolah/madrasah dan LPI lainnya
harus bisa bekerja sama, (berkolaborasi) dan memberdayakan
semua potensi dan sumber daya yang ada baik dari internal
maupun dari lingkungan sekitarnya. (Riyuzen, 2017)

Dalam menyusun sebuah strategi pengembangan pendidikan Islam,


terdapat tiga peningkatan yang harus diperhatikan. Pertama, peningkatan
daya tampung. Hal ini dimaksudkan melalui perluasan kapasitas program
Diploma, S1, S2 dan S3 yang ada dengan proritas pada bidang studi
unggulan sebagai ciri khas. Kedua, peningkatan kualitas. Maksudnya
peningkatan ini meliputi beberapa hal, yaitu: a). Penerapan standar

6
pelayanan minimal (SPM), b). Penerapan sistem penjaminan mutu
akademik, c). Peningkatan kualitas dan pengembangan staf akademik, d).
Peningkatan mutu manajemen, e). Pembinaan suasana akademik, f).
Pengembangan mekanisme pengelolaan staf akademik, g). Peningkatan
peran lembaga pendidikan Islam dalam perencanaan dan
pengembangannya, h). Pengembangan kemitraan dalam pengembangan
program pendidikan bagi tenaga kependidikan dengan kemampuan
profesional tinggi.

Peningkatan ketiga, yaitu peningkatan relevansi kegiatan penelitian


dan pengabdian masyarakat. Program strategis dalam rangka peningkatan
relevansi kegiatan penelitian dan pengabdian pada masyarakat di lembaga
pendidikan Islam diarahkan pada: a). Pengembangan penelitian yang
memberdayakan tenaga peneliti dan akademik secara efektif dalam
menanggapi tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perkembangan kehidupan masyarakat. b). Peningkatan kegiatan penelitian
yang menunjang pembangunan nasional.

Keempat, Perubahan paradigma lembaga pendidikan. Perubahan


paradigma yang dimaksudkan adalah perubahan paradigma lama menuju
paradigma baru, yakni perguruan tinggi Islam seharusnya tidak berkutat
pada disiplin ilmu keagamaan semata, tetapi mulai membuka diri untuk
disiplin ilmu umum dengan integral Islam. Sehingga akan menghasilkan
sarjana ilmu umum yang handal dan memiliki pemahaman keislaman yang
baik. Demikian pula perguruan tinggi Islam seharusnya menjadi lembaga
yang mandiri dan tidak terlalu banyak bergantung kepada pemerintah.
Sehingga akan menjadi lebih leluasa dalam mengatur dan merencanakan
hal-hal yang dianggap lebih proritas untuk kondisi perguruan tinggi masing-
masing.

D. Problematika yang Dihadapi Lembaga Pendidikan Islam


Dilihat dari segi lemahnya Visi dan Misi Kelembagaan. Dengan visi
dan misi itulah, suatu lembaga pendidikan dapat merencanakan dan
menentukan hal-hal yang diperlukan dalam kegiatan pendidikan. Sekarang

7
ini, visi dan misi menjadi masalah serius bagi lembaga pendidikan Islam.
Jika ditinjau di lapangan, banyak lembaga khususnya madrasah di Tanah
Air tidak memiliki visi atau arah yang jelas mengenai pengelolaan
pendidikan yang baik sehingga madrasah belum mempunyai perencanaan
dan penataan baik yang mengakibatkan pada tatanan implementasi
cenderung berjalan apa adanya.
Dilihat dari segi kurikulum, satu hal yang paling penting dalam
masalah pendidikan formal adalah pengaturan kurikulum karena
kurikulumlah yang dijadikan sebagai acuan bagi berjalannya proses
pendidikan. Bahkan termasuk sebagai acuan bagi evaluasi berhasil atau
tidaknya proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang
guru atau sekolah. Materi pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum
pendidikan Islam pada masa sekarang nampaknya semakin luas. Hal ini
karena dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya,
selain juga semakin beratnya beban yang ditanggung oleh pihak sekolah
sebagai penyelenggara pendidikan. Oleh karena tuntutan perkembangan
yang demikian pesatnya, para perancang kurikulum pendidikan Islam juga
dituntut untuk memperluas cakupan yang terkandung dalam kurikulum
pendidikan Islam, antara lain berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai
dalam proses pembelajaran dan pendidikan.
Dilihat dari segi rendahnya daya saing lulusan Lembaga pendidikan,
Rendahnya investasi pendidikan telah memposisikan kegiatan pendidikan
sebagai mesin penghasil manusia “berijazah”, namun miskin kompetensi.
Lulusan lembaga pendidikan menjadi produk massa, dan program
pendidikan lebih diarahkan sebagai program populis ketimbang sebagai
program sistematis untuk meningkatkan mutu SDM. Hal ini tidak terlepas
dari tarik-menarik kepentingan pendekatan kualitas dan kuantitas dalam
kebijakan pendidikan kita.
Dilihat dari segi sarana dan prasarana, Hal yang menjadi problem
dalam pendidikan Islam adalah keterbatasan sarana dan prasarana, baik dari
segi bangunan, media pembelajaran, maupun teknologi. Berkenaan dengan
tempat, sering dijumpai lembaga Pendidikan Islam (madrasah) yang berada

8
di pedesaan mempunyai gedung yang sudah tidak memungkinkan lagi
untuk mengadakan proses pembelajaran. Di samping itu, media
pembelajaran yang digunakan untuk mendukung proses belajar mengajar
juga kurang memadai. Jika ditinjau dari segi kemajuan sains teknologi,
lembaga Pendidikan Islam masih tertinggal jauh dengan sekolah umum
lainnya.
Dilihat dari segi Tenaga Pendidik dan Kependidikan yang kurang
professional. Tenaga pendidik adalah ujung tombak dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa, melalui berbagai jenis, jalur dan jenjang pendidikan.
Anak didik adalah anggota masyarakat yang akan masuk ke dalam dunia
pendidikan (persekolahan) dan akan dikembalikan kepada masyarakatnya.
Proses pembekalan komponen-komponen untuk hidup tersebut menjadi
tugas guru sebagai tulang punggung di sekolah. Guru merupakan orang
yang berada di garda terdepan dan ujung tombak pada proses pendidikan.
Hal tersebut disebabkan guru mempunyai posisi sebagai perancang,
pelaksana, dan pengevaluasi pembelajaran. Pendidikan akan berhasil
dengan baik apabila dilakukan oleh guru yang professional dan bertanggung
jawab. Pada lembaga pendidikan Islam, khususnya madrasah, banyak guru
yang mengajar bukan pada bidang keahliannya. Hal ini menjadikan aspek
profesionalisme guru terabaikan. Oleh karena itu proses pembelajaran yang
berlangsung lebih cenderung pada pola mengajar (teaching, ta’lim) saja,
bukan mendidik (education, tarbiyah atau ta’dib).
E. Upaya Konstruktif dalam Meningkatkan Mutu Lembaga Pendidikan
Islam
1. Membangun kepercayaan masyarakat terhadap Pendidikan Islam.
Lembaga pendidikan adalah lembaga yang dibangun di atas cita-cita
masyarakat. Sehingga segala program-program yang telah dicanangkan
harus diketahui oleh peserta didik dan masyarakat sekitar. Lembaga
pendidikan yang mempunyai kontak hubungan yang baik dengan
masyarakat, akan terus maju. Walaupun pada mulanya lembaga
pendidikan tersebut belum mempunyai banyak fasilitas dan dana
terbatas, namun kemampuan manajemen yang baik dalam mendekati

9
para dermawan, orang-orang yang berpengaruh dan cinta pendidikan,
dan himbauan-himbauan yang menarik dan rasional, akan menjadikan
masyarakat berbondong-bondong untuk menyekolahkan putra-putrinya
ke lembaga pendidikan tersebut. Oleh karena itu, lembaga Pendidikan
Islam harus mempunyai standar mutu yang diinginkan dan
programprogram mutu yang ditawarkan kepada masyarakat pengguna
lembaga pendidikan. Program-program mutu ini harus disertai dengan
standar mutu yang telah ditetapkan serta perlu adanya perencanaan
strategis dan profesionalitas SDM yang menjalankan program-program
mutu tersebut.
2. Menentukan Visi dan Misi Pendidikan Islam yang Matang berdasarkan
al-Quran dan Hadis.
Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan berdaya saing
tinggi, visi lembaga Pendidikan Islam harus dirumuskan berdasarkan
tujuan pendidikan Islam, harapan dan keinginan masyarakat dan
stakeholders pendidikan serta memuat cita-cita yang luhur dalam
mewujudkan Pendidikan Islam yang berkualitas. Setelah mempunyai
visi dan misi yang matang, lembaga Pendidikan Islam juga harus
mempunyai kepemimpinan yang visioner sehingga visi dan misi dapat
disosialisasikan dan ditansformasikan kepada civitas akademika dan
masyarakat agar visi dan misi dapat berjalan dengan baik.
3. Merancang Kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Kurikulum ini terus dikembangkan dari waktu ke waktu sejalan dengan
tuntutan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta tuntutan dunia kerja. Dengan demikian, terjadi hubungan yang
sinergis antara lembaga Pendidikan Islam dengan masyarakat.
Manajemen kurikulum yang baik akan berdampak pad output peserta
didik yang baik pula. Lembaga pendidikan yang menghasilkan output
yang baik akan menarik minat masyarakat terhadap lembaga tersebut
sehingga mereka akan menyekolahkan anak-anaknya di sana karena
mereka percaya bahwa lembaga pendidikan tersebut memiliki mutu
yang bagus.

10
4. Mencetak lulusan yang memiliki daya saing tinggi.
Lembaga pendidikan yang bermutu adalah mereka mampu
membelajarkan peserta didik secara efektif, sesuai dengan kendala,
sumber daya, dan lingkungannya. Untuk mencetak output yang
memiliki daya saing tinggi, harus didukung oleh proses belajar mengajar
yang berbasis pada pemberdayaan para siswa (student centrist), yaitu
proses pembelajaran yang lebih interaktif, inspiratif, menggairahkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk aktif, menumbuhkan
prakarsa, kreativitas, kemandirian, sesuai dengan bakat dan minat, serta
memberi keteladanan. Melalui proses belajar mengajar yang demikian,
diharapkan dapat melahirkan lulusan yang unggul, terberdayakan, serta
penuh percaya diri
5. Memiliki Sarana dan Prsarana yang memadai serta meningkatkan daya
saing melalui IPTEK
Lembaga Pendidikan Islam harus memiliki sarana dan prasarana yang
sesuai standar pendidikan nasional. Misalnya ruang belajar yang baik
dan mencukupi, tempat olahraga, tempat ibadah, perpustakaan,
laboratorium, serta sumber belajar lainnya yang menunjang proses
pembelajaran termasuk penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi. . Selain itu, untuk meningkatkan daya saing lembaga
Pendidikan Islam dalam menghasilkan karya-karya bermutu sebagai
hasil penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, harus dimulai dari
memperbaiki mutu lembaga Pendidikan Islam secara terus-menerus
agar bisa memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat secara luas dan
sebagai upaya untuk merespon perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
6. Memperbaiki dan meningkatkan Kinerja Tenaga Pendidik dan
Kependidikan.
Tindakan untuk memajukan lembaga pendidikan membutuhkan tenaga
pendidik dan kependidikan yang profesional, yakni sumber daya
manusia yang mempunyai keilmuan yang luas dan mendalam yang
didukung oleh latar belakang pendidikan yang relevan serta mempunyai

11
kemampuan untuk mendidik (education, tarbiyah atau ta’dib) atau
mengamalkan ilmunya. Selain itu, tenaga pendidik dan kependidikan
juga harus mempunyai kepribadian yang baik. Guru yang professional
dapat menunjukkan kinerja yang produktif. Kinerja yang produktif
sangat dibutuhkan karena produktivitas merupakan salah satu indikator
yang harus dipenuhi dalam meningkatkan mutu lembaga pendidikan.
Suatu lembaga pendidikan dapat menghasilkan output yang bagus jika
memiliki tenaga pendidik dan kependidikan yang berkualitas.(Rahman
& Akbar, 2021)
F. Pentingnya Lembaga Pendidikan Mengajarkan Moderasi Beragama
Temuan penelitian Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan
tahun 2019 tentang “Pengembangan Moderasi Beragama di Lembaga
Pendidikan Keagamaan” menjelaskan bahwa lembaga pendidikan
keagamaan pada setiap agama tidak seluruhnya mengenal apa itu moderasi
beragama, apalagi memahami maknanya secara konseptual. Ini artinya,
pesan penting moderasi beragama secara faktual belum sampai kepada
seluruh tingkat satuan pendidikan keagamaan pada setiap agama, padahal
minimal dalam lima belas (15) tahun terakhir, Kementerian Agama telah
berupaya mendiseminakan nilainilai moderasi beragama di tengah
masyarakat. Kementerian Agama telah menggariskan enam program
strategis di 2019 meliputi meningkatnya kualitas kehidupan umat beragama,
meningkatnya harmoni sosial dan kerukunan umat beragama,
meningkatnya kualitas pelayanan keagamaan, meningkatnya akses layanan
pendidikan, meningkatnya mutu pendidikan agama dan keagamaan, dan
peningkatan kualitas tata kelola pembangunan bidang agama. Pada
Rakernas Kementerian Agama, Januari 2019, Menteri Agama Lukman
Hakim Saifudin juga memerintahkan jajarannya untuk berpegang kepada
tiga mantra dalam melaksanakan tugasnya, yaitu pertama, moderasi
beragama, kedua, kebersamaan, dan ketiga, peningkatan kualitas pelayanan
kepada umat beragama. Di sisi lain, sesungguhnya nilai-nilai moderasi
beragama secara substantif ditemukan pada ajaran setiap agama dalam
berbagai bentuk dan istilah, sesuai dengan inti dan pokok ajaran agama

12
masing-masing. Ajaran agama meyakini bahwa sikap berlebih-lebihan
dalam hal apapun dari setiap aspek kehidupan tidaklah mendatangkan
kebaikan, tidak saja bagi dirinya, bahkan bagi orang lain. Sebaliknya,
berlebih-lebihan hanya mendatangkan keburukan. Manusia dituntut untuk
berpikir dan bertindak seimbang atau proporsional sesuai dengan
kebutuhannya. Sikap berlebihan atau sebaliknya kekurangan hendaknya
dihindari. Jalan tengah atau berada di tengah dari dua sikap yang
berseberangan secara diametaral adalah tuntuntan ajaran agama yang sangat
penting untuk dipilih. Namun demikian, sikap moderat dalam beragama
belum menjadi kesadaran bersama untuk dijadikan modal dasar
menginisiasi dan membangun relasi sosial keagamaan yang jauh lebih erat
dan produktif, baik untuk tujuan keagamaan itu sendiri, maupun tujuan
kebangsaan secara luas. Moderatisme dijalankan sebatas kebutuhan dan
keyakinan personal pemeluk agama, belum menjadi gerakan bersama yang
bisa mewarnai cara pandang masyarakat secara umum untuk menciptakan
kehidupan yang harmonis. (Ahmad An-Nahidl, 2019)

13
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad An-Nahidl, N. (2019). Pentingnya Lembaga Pendidikan Keagamaan
Mengajarkan Moderasi Beragama. Pentingnya Lembaga Pendidikan
Keagamaan Mengajarkan Moderasi Beragama.
Fikri, I. F. (2022). Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam dengan
Pendekatan Planning dan Organizing. 1(1), 12–23.
Jaya, I. (2019). Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam Dalam Meningkatkan
Daya Saing Di Era Modern. Annizom, 277–282. Retrieved from
https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/annizom/article/view/2693
Khojir. (2011). Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia: Analisis
Kritis Peluang dan Tantangan. Dinamika Ilmu, 11(2), 0–9. Retrieved from
https://www.journal.iain-
samarinda.ac.id/index.php/dinamika_ilmu/article/view/54
Kholiq Abdul. (2020). Strategi pengembangan Lembaga Pendidikan Islam yang
Unggul. Alasma, 2(1), 23–42. Retrieved from
http://repository.iainbengkulu.ac.id/4053/1/INDRA JAYA.pdf
Mudiyono, N. H. M. (2022). Upaya lembaga pendidikan islam dalam
penge,bangan Manajemen mutu pendidikan islam. 29(02), 1–23.
Rahman, D., & Akbar, A. R. (2021). Problematika Yang Dihadapi Lembaga
Pendidikan Islam Sebagai Tantangan Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan. Nazzama: Journal of Management Education, 1(1), 76.
https://doi.org/10.24252/jme.v1i1.25242
Rasyid, R. (2014). Tantangan lembaga pendidikan islam sebagai benteng
pertahanan moral bangsa. 17(2), 243–255.
Riyuzen. (2017). Kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya pendidikan
dalam meningkatkan kualitas SDM menyongsong masa depan yang lebih
baik. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 8(Ii), 145–165.

Anda mungkin juga menyukai