Anda di halaman 1dari 17

PERKEMBANGAN KURIKULUM SEKOLAH DAN MADRASAH

DI INDONESIA

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


Mata kuliah : Living Kurikulum
Dosen pengampu : Dr. H. Imam Suraji, M.Ag

Oleh:

MUHAMMAD AFIANTO
NIM. 5219054

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2021

1
A. PENDAHULUAN
Kurikulum merupakan unsur penting dalam setiap bentuk dan model pendidikan.
Sejalan dengan perkembangan pendidikan yang terus meningkat pada semua jenis dan
jenjang pendidikan di Indonesia. Secara formal, kurikulum sejak zaman Belanda sudah
diterapkan di sekolah, artinya kurikulum juga sudah ada.
Pada zaman Belanda, pelaksanaan pendidikan dan persekolahan mempunyai ciri
khas kurikulum pendidikan tersendiri dan tentunya diwarnai oleh misi penjajahan Belanda;
begitu juga halnya dengan kurikulum zaman Jepang, sehingga dapat dikatakan bahwa
keberadaan atau tujuan pendidikan pada zaman ini adalah untuk menciptakan sumber daya
manusia yang dapat membantu misi penjajahan di tanah air. Belanda misalnya dengan
memanfaatnya pribumi untuk mengeruk kekayaan alam seoptimal mungkin; sedangkan
Jepang dikenal dengan Asia Timur Raya dalam membantu misinya dalam peperangan.
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945,
pendidikan di tanah Air terus berkembang, termasuk perhatian Pemerintah dalam hal
perkembangan kurikulum. Sehubungan dengan itu, perkembangan kurikulum di Indonesia
ada 2 periode (1) Periode sebelum kemerdekaan/ penjajahan, (2) Periode sesudah
kemerdekaan.
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah
mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004,
dan yang sekarang 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya
perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa
dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di
masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu
Pancasila dan UUD 1945. Perbedaannya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan
serta pendekatan dalam merealisasikannya.

2
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Kurikulum
Pada awalnya istilah kurikulum di dalam pendidikan Indonesia lebih akrab dengan
istilah rencana pembelajaran. Kurikulum sendiri mempunyai definisi yang berbeda-beda
hal ini disebabkan oleh perbedaan sudut pandang dan latar belakang keilmuan para ahli
tersebut, sehingga semantik definisi yang dirumuskan akan berbeda meskipun pada intinya
terkandung maksud yang sama. Kurikulum sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu
currere, yang mula-mula digunakan dalam bidang olah raga yang berarti jarak tempuh lari.
Dalam kegiatan berlari tentu saja ada jarak yang harus ditempuh mulai dari start sampai
dengan finish, sama halnya dengan pendidikan ada awal dan akhir proses pembelajaran.
Atas dasar tersebut pengertian kurikulum diterapkan dalam bidang pendidikan.
Secara terminologis kurikulum dalam pendidikan adalah sejumlah mata pelajaran
yang harus ditempuh dan diselesaikan peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah. 1
Pengertian tersebut termasuk pengertian secara klasik. Di dalam UU 20 tahun 2003
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
2. Dinamika Perkembangan Kurikulum di Indonesia
a. Periode sebelum Kemerdekaan
Sejarah perkembangan kurikulum pada masa periode penjajahan, yaitu
sejak datangnya orang-orang Eropa yaitu pada masa kompeni Belanda dan masa
pemerintahan Jepang sampai periode kemerdekaan.
Kurikulum pada masa kompeni mempunyai misi penyebaran agama dan
untuk mempermudah pelaksanaan perdagangan di Indonesia. Pada abad 16 dan 17
berdirilah lembaga-lembaga pendidikan dalam upaya penyebaran agama Kristen di
Indonesia, pendidikan tersebut untuk bangsa Belanda dan pribumi. Dengan adanya
lembaga pendidikan tersebut pihak kompeni merasakan perlunya pegawai rendahan
yang dapat membaca dan menulis.2

1
M. Asri, ‘Dinamika Kurikulum Di Indonesia’, MODELING: Jurnal Program Studi PGMI 4, no. 2 (29
September 2017): hal.193-194.
2
Fitri Wahyuni, ‘KURIKULUM DARI MASA KE MASA (Telaah Atas Pentahapan Kurikulum Pendidikan
di Indonesia)’, Academia 10, no. 2 (2015): hal. 233-234.

3
Pada masa Jepang, perkembangan pendidikan mempunyai arti tersendiri
bagi bangsa Indonesia yaitu terjadinya keruntuhan sistem pemerintahan kolonial
Belanda. Tujuan utamanya pendidikan pada masa pendudukan Jepang adalah untuk
memenangkan perang. Pada masa ini munculah sekolah rakyat yang disebut
Kokumin Gako selama 6 tahun lamanya, selanjutnya pelajaran berbau Belanda
dihilangkan dan Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar.
b. Periode sesudah Kemerdekaan
1) Kurikulum Rencana Pelajaran 1947
Menurut Mohammad Ali, dalam sejarah perkembangan kurikulum di
Indonesia, dimulai pada tahun 1947 yang dikenal dengan kurikulum Rencana
Pelajaran 1947. Dimana kurikum tersebut bersifat politis, pemerintah merubah
sistem kurikulum yang diciptakan Belanda. Adapun susunan kurikulum pada tahun
ini sangat sederhana, yaitu bertumpu pada keseharian, kesehatan jasmani dan
kesenian.3
Kurikulum ini merupakan kurikulum pertama yang lahir setelah masa
kemerdekaan. Pada masa tersebut masih menggunakan istilah leer plan ( bahasa
belanda = rencana pelajaran) ketimbang istilah kurikulum. Rencana pelajaran ini
berasaskan pada Pancasila. Rencana pelajaran 1947 ini baru digunakan di sekolah-
sekolah pada tahun 1950, yang mana dalam rencana pelajaran ini memuat dua hal
pokok yaitu daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya serta garis-garis besar
pengajaran (GBP).
Selain itu rencana pelajaran ini belum difokuskan pada ranah kognitif
namun ditujukan untuk pendidikan watak dan perilaku, sehingga materinyapun
meliputi kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi juga dihubungkan dengan
kegiatan sehari-hari serta memberikan perhatian terhadap kesenian dan pendidikan
jasmani.

3
‘PENDEKATAN DAN MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM BAHASA ARAB PADA
MADRASAH/SEKOLAH DI INDONESIA | Muhadasah: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab’, hal. 212, accessed 10 June
2021, https://ejournal.iaiskjmalang.ac.id/index.php/muhad/article/view/97.

4
2) Kurikulum (Rencana Pelajaran Terurai 1952)
Pada fase ini pendidikan sudah mulai menata tujuannya. Fokus rencana
pelajarannya tidak hanya pada pendidikan watak dan perilaku saja, aspek kognitif
sudah mulai diperhatikan. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem
pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952
ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Silabus pembelajarannya juga sudah cukup jelas, seorang guru mengajar
satu mata pelajaran.4 Pada masa itu juga dibentuk kelas masyarakat. Yaitu sekolah
khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat
mengajarkan keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan.
Tujuannya agar anak yang tidak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung
bekerja.
3) Kurikulum (Rencana Pendidikan 1964)
Kurikulum ini dirancang pada akhir era kekuasaan presiden Soekarno. Isu
yang berkembang pada saat itu adalah bahwa pembelajaran akan dikonsep
sedemikian rupa menjadi pembelajaran yang bersifat aktif, kreatif dan produktif.
Selain itu pengembangannya juga sudah mulai meluas atau pada saat itu disebut
dengan Pengembangan Pancawardhana yang mana mencakup daya cipta, rasa,
karsa, karya dan moral. Mata pelajaran pun sudah diklasifikasikan dalam lima
kelompok bidang studi yaitu: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan
(keterampilan), dan jasmaniah. Sehingga para guru diwajibkan unuk membimbing
peserta didiknya agara mampu memecahkan persoalan/problem solving. Cara
belajar yang dijalankan dengan metode gotong royong terpimpin. Selain itu
pemerintah juga menerapkan hari sabtu sebagai hari krida yang mana bertujuan
untuk memberikan kebebasan pada siswa berlatih kegiatan di bidang kebudayaan,
kesenian, dan oleh raga sesuai dengan minat siswa. Pada kurikulum 1964 ini terjadi
perubahan pada penilain di rapor bagi kelas 1 dan II, yang mana semula
menggunakan skoring 10-100 menjadi huruf A, B, C dan D.

‘PENDEKATAN DAN MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM BAHASA ARAB PADA


4

MADRASAH/SEKOLAH DI INDONESIA | Muhadasah: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab’, hal. 213.

5
4) Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 dilahirkan oleh pemerintah dengan harapan dapat
melakukan perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan karena kurikulum yang
berlangsung sebelumnya terkesan masih diwarnai oleh kepentingan-kepentingan
tertentu yang cenderung mengakomodir sistem-sistem yang belum sejalan dengan
jiwa UUD 1945. Dalam penerapannya, kurikulum 1968 diserahkan pada masing-
masing sekolah atau guru, kurikulum 1968 secara nasional hanya memuat tujuan
materi, metodik dan evaluasi. Hal ini berarti kurikulum 1968 telah dikembangkan
dalam nuansa otonomi.
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan
ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat
jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti,
dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
5) Kurikulum 1975
Setelah munculnya keputusan MPR No. II/MPR/1973 maka munculah
kurikulum baru yang disusun oleh pemerintah, yaitu kurikulum 1975 menggantikan
kurikulum sebelumnya. Dalam kurikulum ini, konsep pendidikan ditentukan dari
pusat, sehingga para guru tidak perlu berfikir untuk membuat konsep pembelajaran
yang akan dilaksanakan. Selain itu terdapat beberapa prinsip yang melandasi
kurikulum ini diantaranya adalah:5
a) Berorientasi pada tujuan, maksudnya pemerintah merumuskan tujuan-
tujuan yang harus dikuasai oleh para siswa atau yang lebih dikenal dengan
khirarki tujuan pendidikan yang meliputi tujuan pendidikan nasional, tujuan
institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum dan tujuan
instruksional khusus.
b) Menganut pendekatan integratif dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki
arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang
lebih integratif.
c) Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.

5
Asri, ‘Dinamika Kurikulum Di Indonesia’, hal. 197.

6
d) Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa
mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan
dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
e) Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus
respon (rangsang-jawab) dan latihan (Drill). Pembelajaran lebih banyak
menggunaan teori Behaviorisme, yakni memandang keberhasilan dalam
belajar ditentukan oleh lingkungan dengan stimulus dari luar, dalam hal ini
sekolah dan guru.
6) Kurikulum 1984 (Kurikulum CBSA)
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, menjelang tahun 1983 kurikulum
1975 dirasa tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada saat itu, sehingga pada
tahun 1984 dibentuklah kurikulum yang baru yaitu kurikulum 1984. Ciri khusus
dari kurikulum ini terdapat pada pendekatan pengajarannya yang berpusat pada
anak didik melalui Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Learning
(SAL). Materi pelajaran juga diberikan dengan konsep spiral yang artinya semakin
tinggi kelas atau jenjangnya semakin dalam dan luas pula materi pelajarannya.
Selain itu metode penyampain materi tidak hanya sekedar ceramah, metode praktik
juga sudah mulai digunakan agar pembelajaran lebih efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan pelajaran.
Kurikulum 1984 ini berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh
pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu
belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif.
Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus
dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
7) Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya
yang dimaksudkan untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan sosial di masa depan
sehingga membutuhkan keahlian tertentu sebagai bagian dari modal melakukan
kehidupan secara mandiri. Sehingga pendidikan diarahkan pada pembentukan
karakter anak yang memiliki kemampuan dasar siap bekerja dengan skill yang baik

7
sehinggga bisa digunakan di perusahaan–perusahaan atau pabrik-pabrik atau lebih
tepatnya, pendidikan bertujuan untuk memproduksi tenaga berpendidikan yang
siap pakai.
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan
dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran,
yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem
caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan
dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran
cukup banyak. Pembelajaran di sekolah menekankan pada materi pelajaran yang
cukup padat. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu
sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat
kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran
sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
Pada pelaksanaan kurikulum 1994, muncul beberapa persoalan yang
dihadapi sehingga pada mendorong para pembuat kebijakan untuk
menyempurnakan kurikulum tersebut dengan cara diberlakukannya Suplemen
Kurikulum 1994.
8) Kurikulum 2004/ KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
Kurikulum Berbasis Kompetensi atau yang kebih sering kita kenal dengan
KBK merupakan sebuah konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan
dan penguasaan kompetensi bagi peserta didik melalui berbagai kegiatan dan
pengalaman sesuai dengan standar nasional pendidikan sehingga hasilnya dapat
dirasakan oleh peserta didik, orang tua dan masyarakat, baik untuk melanjukan
pendidikan yang lebih tinggi, memasuki dunia kerja maupun sosialisasi dengan
masyarakat.6 KBK pada prinsipnya adalah menggeser orientasi kurikulum dari
yang berbasis content kepada orientasi kurikulum yang berbasis pada kompetensi.
Kurikulum lama yang berorientasi content mendorong para pengajar untuk
melakukan how to know dan what should be to know. Dengan demikian para tenaga

6
Zainal Arifin, Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum, Cet.1 (PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal.
152.

8
pendidik lebih tertuju agar para peserta didik dapat menguasai materi ataupun teori
dibandingkan praktek pada diri peserta didik. Berbeda dengan KBK yang mana
berorientasi pada kompetensi yang mana menuntut para pendidik tidak hanya
melakukan how to do dan what to do sehingga para peserta didik dapat “tahu apa”
dan “melakukan apa”.
Kompetensi memiliki landasan yang kuat yang mana dibangun diatas
domain pengajaran yaitu kognitif, efektif dan psikomotorik. Sehingga jika siswa
disebut “dapat menjelaskan” atau dapat “melakukan” maka hal itu telah mendapat
dukungan dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor.Maka dalam proses KBK
pendidik dituntut untuk dapat melakukan:7
a) How to know ( bagaimana membuat siswa memahami pengetahuan)
b) How to be (bagaimana sesuatu yang dipelajari siswa menjadi bagian
kepribadian siswa)
c) How to do (bagaimana sesuatu yang dipelajari siswa menjadikannya dapat
melakukan sesuatu)
Pengembangan KBK sedikitnya mencakup tiga langkah kegiatan yaitu
mengidentifikasikan kompetensi mengembangkan struktur kurikulum, dan
mendeskripsikan mata pelajaran.8
9) Kurikulum 2006/ KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Dalam Standar Nasional Pendidik (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan
bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.
penyususnan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan
berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP). KTSP disusun dan dikembangkan
berdasarkan undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 36 ayat 1 dan 2 yakni: (1) Pengembangan kurikulum mengacu pada
Standar Nasional Pendidikan yang mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional. (2)

7
Lias Hasibuan, Kurikulum Dan Pemikiran Pendidikan, Cet.1 (Bandung: Gaung Persada Press, 2010), hal.
113.
8
Binti Maunah, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 56.

9
Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diverifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.9
KTSP resmi diberlakukan secara nasional dengan terbitnya PP No. 19/2005
dan Pemdiknas No. 24/2006. Pengembangan kurikulum KTSP berpedoman pada
standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), standar isi (SI), dan standar
kompetensi lulusan (SKL), yang digunakan sebagai acuan pembelajaran di sekolah
dengan menekankan pencapain kemampuan minimal pada setiap tingkatan kelas
dan pada akhir satuan pendidikan.10
Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI,
namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan
kebutuhan sekolah itu sendiri. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender
pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor
24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.Standar isi adalah ruang lingkup
materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam persyaratan kompetensi
tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan silabus
pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat
satuan pendidikan yang memuat: (1) Kerangka dasar dan struktur kurikulum; (2)
Beban belajar; (3) Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di
tingkat satuan pendidikan; dan (4) Kalender pendidikan.
Standar Kompetensi Lulusan satuan pendidikan adalah kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. SKL
digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik
dari satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran
atau kelompok mata pelajaran.11 Tujuan SKL pada setiap jenjang juga berbeda-
beda disesuaikan dengan jenjangnya.

9
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), hal. 20.
10
Rahmat Raharjo, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama,
2010), hal. 27.
11
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, hal. 91.

10
10) Kurikulum 2013
Kurikulum ini adalah kurikulum terbaru yang mulai diterapkan pada tahun
ajaran baru 2013-3014. Pengembangan Kurikulum 2013 ini diharapkan mampu
menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui
penguatan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Adapun elemen
yang berubah pada kurikulum 2013 ini adalan pada standar kompetensi lulusan,
standar proses, standar isi, dan standar penilaian. Kompetensi lulusan kurikulum ini
adalah adanya peningkatan dan keseimbangan antara soft skills dan hard skills yang
meliputi aspek kompetensi, sikap, ketrampilan, dan pengetahuan. Kompetensi yang
semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran
dikembangkan dari kompetensi.
Standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menalar,
menyajikan, menyimpulkan dan mencipta. Selain belajar juga tidak hanya terjadi
di ruang kelas tetapi djuga di lingkungan sekolah dan masyarakat. Pembelajaran
sikap tidak hanya diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan.
Pembelajaran di sekolah dasar diajarkan secara tematik dan terpadu, di jenjang
SMP mata pelajaran IPA dan IPS masing-masing diajarkan secara terpadu. Untuk
tingkat SMA terdapa mata pelajaran wajib dan pilihan sesuai dengan bakat dan
minatnya dan untuk SMK sendiri kompetensi ketrampilan disesuaikan dengan
standar industri.
Kurikulum 2013 ini didorong oleh beberapa hasil study internasional
tentang kemampuan peserta didik Indonesia dalam kancah internasional. Hasil
survei “ Trens In International Math And Science” pada tahun 2007 yang dilakukan
oleh Global Institude, menunjukkan hanya 5% peserta didik Indonesia yang mampu
mengerjakan soal penalaran kategori tinggi, padahal peserta didik korea dapat
mencapai 71%. Sebaliknya 78% peserta didik Indonesia dapat mengerjakan soal
hafalan berkategori, sementara peserta didik korea hanya 10%. Dan beberapa
penelitian lainnya juga menunjukkan hasil yang tidak diharapkan. hal tersebut

11
menunjukkan prestasi bangsa ini yang masih jauh tertinggal dengan negara-negara
lain sehingga membutuhkan perubahan dan pengembangan kurikulum.12
3. Perkembangan Kurikulum Madrasah Di Indonesia
Madrasah sebagaimana sekolah merupakan bentuk lembaga pendidikan
berbasis agama yang sudah lama ada di negara Indonesia yang berupaya untuk
mewujudkan kegiatan belajar dan proses pembelajaran dengan tujuan agar para peserta
didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dalam dirinya agar memiliki life skill
dengan bekal spiritual, intelektual, kecerdasan emosional dan akhlak mulia, serta
segala keterampilan yang mungkin diperlukan dalam masyarakat, bangsa dan negara.13
Dalam sejarahnya, madrasah mengalami berbagai macam perkembangan khususnya
dari segi kurikulumnya dari awal berdirinya sistem pendidikan semacam madrasah ini
hingga sekarang.
Perkembangan kurikulum madrasah di Indonesia tidak terlepas dari sejarah
pendidikan agama terutama agama Islam sejak sebelum kemerdekaan, pasca
kemerdekaan hingga sampai perubahan kurikulum yang dilakukan pada Era SKB 3
Menteri. Hal itu disebabkan karena penyebaran ajaran Islam dimulai melalui media
pendidikan, sehingga perkembangan pendidikan Islam juga seiring dan sejalan dengan
perkembangan agama Islam di Indonesia. Kemudian akan ditemukan bentuk struktur
kurikulum madrasah yang telah dikembangkan. Untuk lebih jelasnya dalam
pembahasan berikut:
a. Periode Sebelum Kemerdekaan
Pada periode ini sistem pendidikan dan pengajaran agama Islam Alqur’an
dan pengajian kitab yang diselenggarakan di rumah-rumah, surau, masjid,
pesantren, dan lain-lain pada perkembanganya selanjutnya mengalami perubahan
bentuk baik dari segi kelembagaan, materi pengajaran atau kurikulum, metode
maupun struktur organisasinya sehingga melahirkan suatu bentuk yang baru yang
disebut madrasah.

12
Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2013), hal.
60.
13
Hanif Fathoni, ‘Perkembangan Kurikulum Madrasah Di Indonesia’, Prosiding Nasional 3 (17 December
2020): hal. 74.

12
b. Periode Setelah Kemerdekaan
Pada periode ini setelah Indonesia merdeka maka dibentuklah Departemen
Agama yang akan mengurus masalah keberagamaan di Indonesia termasuk di
dalamnya pendidikan, khusunya madrasah. Namun pada perkembangan
selanjutnya, madrasah walaupun sudah berada di bawah naungan Departemen
Agama tetapi hanya sebatas pembinaan dan pengawasan.14
Rentang waktu pendidikan Islam telah berjalan lama dan mempunyai jalan
panjang. Namun dirasakan pendidikan Islam masih tersisih dari sistem pendidikan
nasional. Keadaan ini berlangsung sampai dikeluarkanya SKB 3 Menteri.
c. Pada Masa SKB 3 Menteri
Dengan diterbitkanya SKB 3 Menteri No. 6 tahun 1975 dan No. 037/U/1975
antara Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri Dalam
Negeri, tentang Peningkatan Mutu Pendidikan pada Madrasah. SKB 3 Menteri ini
dikeluarkan pada 24 Maret 1975, yang berusaha mengembalikan ketertinggalan
pendidikan Islam untuk memasuki mainstream pendidikan nasional, kebijakan ini
menjadikan madrasah setara dan sederajat dengan sekolah umum lainya. Guna
memenuhi tuntutan SKB 3 Menteri, oleh karena itu perlu diadakan pembinaan serta
pembaharuan kurikulum secara menyeluruh, untuk itu telah diadakan berbagai
usaha, penyusunan metode mengajar, standarisasi buku-buku madrasah dan alat-
alat pelajaran.Dalam SKB tersebut disebutkan pula bahwa yang dimaksud dengan
madrasah adalah lembaga pendidikan yang menjadikan mata pelajaran agama
Islam sebagai mata pelajaran dasar yang diberikan sekurang-kuranya 30 %
disamping mata pelajaran umum, meliputi Madrasah Ibtidaiyah setingkat dengan
Sekolah Dasar, Madrasah Tsanawiyah setingkat SMP dan Madrasah Aliyah
setingkat SMA.
SKB ini juga menetapkan hal-hal yang menguatkan posisi madrasah pada
lingkungan pendidikan, diantaranya (a) Ijazah madrasah mempunyai nilai yang
sama dengan ijazah sekolah umum yang setingkat., (b) Lulusan madrasah dapat
melanjutkan ke sekolah umum setingkat lebih diatasnya., (c)Siswa madrasah dapat
berpindah ke sekolah umum yang setingkat., (d) Pengelolaan madrasah dan

14
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 293.

13
pembinaan mata pelajaran agama dilakukan Menteri Agama, sedangkan pembinaan
dan pengawasan mata pelajaran umum pada madrasah dilakukan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, bersama-sama Menteri Agama serta Menteri Dalam
Negeri.
Di bawah ini akan dikemukakan langkah-langkah pokok pengembangan,
strategi penyusunan dan susunan kurikulum madrasah.8 Langkah-langkah pokok
yang ditempuh dalam pengembangan kurikulum madrasah adalah:
1) Perumusan tujuan-tujuan institusional.
2) Penentuan struktur program kurikulum.
3) Penyusunan garis-garis besar program pengajaran, masing-masing dari
setiap bidang studi, perumusan tujuan-tujuan instruksiona ldan identifikasi
pokok-pokok bahan yang dijadikan program pengajaran.
4) Penyusunan dan penggunaan satuan pelajaran, program penilaian, program
bimbingan dan penyuluhan, program administrasi serta supervisi.
Langkah-langkah tersebut diatas telah mendasari sifat-sifat dalam rangka
pengembangan dan pembaharuan pendidikan yang selaras dan sesuai dengan
sistem pendidikan nasional.
Masalah-masalah pokok yang dihadapi dalam pengembangan dan
pembinaan kurikulum madrasah secara nasional agar madrasah dapat menjalankan
SKB 3 Menteri dan mencapai cita-cita agama islam dalam pembentukan insan yang
berkepribadian muslim, yang antara lain perlu kita perhatikan adalah tentang
bidang studi apa yang akan disampaikan didalam suatu madrasah.
d. Pada Masa Pasca UU. 20/2003 Dan UU. No. 2 Tahun 1989
Setelah lahirnya UU No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Berbeda dengan Undang-undang kependidikan sebelumnya, Undang-undang ini
mencakup ketentuan tentang semua jalur dan jenis pendidikan. Jika pada Undang-
undang pendidikan Nasional bertumpu pada sekolah, maka dalam UUSBN ini
pendidikan nasional mencakup jalur sekolah dan luar sekolah, serta meliputi jenis-

14
jenis pendidikan akademik, pendidikan professional, pendidikan kejuruan dan
pendidikan agama.15
Di dalam UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut,
maka salah satu bidang studi yang harus dipelajari oleh peserta didik di Madrasah
adalah pendidikan agama Islam, yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didik
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
berakhlak mulia.

15
Wahyuni, ‘KURIKULUM DARI MASA KE MASA (Telaah Atas Pentahapan Kurikulum Pendidikan di
Indonesia)’, hal. 240-241.

15
C. PENUTUP
Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia mengalami 2 periode yaitu: (a)
Periode sebelum kemerdekaan yaitu pada masa penjajahan bangsa Eropa baik Portugis
maupun Belanda dan dilanjutkan peda masa penjajahan Jepang, awalnya mereka datang ke
Indonesia untuk mencari rempah-rempah dan berdagang tetapi pada akhirnya mereka
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan untuk golongan mereka maupun pribumi. (b)
Periode Sesudah Kemerdekaan Kurikulum pendidikan di Indonesia sering berubah setiap
ada pergantian Menteri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini
belum memenuhi standar mutu yang jelas dan mantap. Dalam perjalanan sejarah sejak
tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun
1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006.
Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem
politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.
Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara
dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua
kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD
1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam
merealisasikannya.
Perkembangan kurikulum pendidikan islam di Indonesia ; (a) Periode Sebelum
Kemerdekaan. (b) Periode Sesudah Kemerdekaan., (c) Periode SKB 3 Menteri., dan (c)
Periode Pasca UU No. 20/2003 dan UU No. 2 Tahun 1989.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum. Cet.1. PT Remaja


Rosdakarya, 2011.
Asri, M. ‘Dinamika Kurikulum Di Indonesia’. MODELING: Jurnal Program Studi PGMI
4, no. 2 (29 September 2017): 192–202.
Fathoni, Hanif. ‘Perkembangan Kurikulum Madrasah Di Indonesia’. Prosiding Nasional 3
(17 December 2020): 73–98.
Hasibuan, Lias. Kurikulum Dan Pemikiran Pendidikan. Cet.1. Bandung: Gaung Persada
Press, 2010.
Maunah, Binti. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Teras, 2009.
Mulyasa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006.
———. Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2013.
Nizar, Samsul. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, 2011.
‘PENDEKATAN DAN MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
BAHASA ARAB PADA MADRASAH/SEKOLAH DI INDONESIA |
Muhadasah: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab’. Accessed 10 June 2021.
https://ejournal.iaiskjmalang.ac.id/index.php/muhad/article/view/97.
Raharjo, Rahmat. Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Magnum
Pustaka Utama, 2010.
Wahyuni, Fitri. ‘KURIKULUM DARI MASA KE MASA (Telaah Atas Pentahapan
Kurikulum Pendidikan di Indonesia)’. Academia 10, no. 2 (2015): 7.

17

Anda mungkin juga menyukai